"Selamat tuan, nyonya sudah melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik,"ujar Ranu Kuncoro kepada tuannya, Irwan Handoko. Pimpinan HND TV yang merupakan sebuah perusahan pertelevisian yang terbesar di Indonesia saat itu.
Ranu Kuncoro adalah asisten pribadinya dan merupakan tangan kanan dari Irwan Handoko. Mereka tidak hanya sekedar atasan dan bawahan saja. Tetapi mereka juga sudah berteman sejak di bangku sekolah. Tentu saja Irwan begitu percaya dengan kemampuan Ranu Kuncoro dalam menangani setiap permasalahan yang ada di dalam perusahaannya.
Hari ini adalah hari dimana sang istri pimpinan HND TV itu melahirkan anak kedua mereka yang berjenis kelamin perempuan. Tentunya dengan kelahiran normal disebuah rumah sakit swasta terbaik di kota itu. Irwan tampak bahagia dengan kelahiran anak keduanya. Lengkaplah sudah sekarang dia memiliki seorang putra dan juga seorang putri.
"Terimakasih, aku senang sekali, Ran. Lengkaplah sudah kebahagiaan kami,"ucap Irwan dengan nada bahagianya.
"Iya, tuan. Sekarang tuan muda Anggara sudah tidak sendirian lagi. Dia sudah menjadi seorang kakak mulai hari ini,"jawab Ranu ikut bahagia melihat wajah gembira dari sang sahabat.
"Baiklah, aku melihat istriku dulu,"ucap Irwan Handoko sambil bergegas menuju ke ruang rawat sang istri. Ranu Kuncoro melihat kepergian sang pimpinan dengan wajah bahagia sekaligus ada sedikit kesedihan dalam dirinya.
Ingin sekali dia berada dalam posisi itu. Seperti sang tuannya, berlari bahagia menuju ruang perawatan sang istri yang baru saja melahirkan. Namun, itu hanya sebuah impian yang belum menjadi sebuah kenyataan bagi kehidupan keluarganya.
Sungguh beruntunglah seorang Irwan Handoko. Meskipun pernikahan yang dia jalani adalah hasil dari perjodohan kedua orang tuanya tetapi dia mampu menjalani kehidupan itu dengan baik-baik saja. Bahkan mereka begitu bahagia menjalani kehidupan rumah tangganya dengan dua anak mereka sekarang yang semakin melengkapi kehidupannya.
Ranu Kuncoro berjalan gontai meninggalkan rumah sakit. Dia harus segera pulang ke rumah. Sang istri, Risa Kuncoro, pasti sudah menunggu kedatangannya sedari tadi. Ini sudah lewat dari satu jam yang lalu dari jam pulang kantornya.
Irwan Handoko memintanya untuk menemani dirinya di rumah sakit. Mana mungkin Ranu akan membantah permintaan sang atasan. Ranu menemani sang pimpinan yang tampak cemas dan juga panik menanti persalinan yang kedua sang istri.
Ranu Kuncoro bisa melihat berapa kali persalinan yang dilakukan sang istri. Pasti sang suami tetap saja akan merasa cemas dan juga khawatir. Ingin rasanya dia merasakan perasaan itu saat Risa akan melahirkan nantinya. Sungguh dia rasanya ingin sekali merasakan kebahagiaan itu. Melihat Risa yang baru saja melahirkan dan anak mereka yang baru saja lahir.
Sudah empat tahun lamanya mereka berdua menantikan seorang anak dalam kandungan Risa. Namun, Tuhan berkehendak lain. Mereka masih belum dipercaya untuk memiliki seorang anak. Meskipun Ranu dan Risa sudah berusaha setiap malamnya. Tetapi itu semua adalah kehendak Sang Maha Kuasa.
Ranu Kuncoro memarkir mobilnya di garasi rumah sederhana nya. Sejak menikah mereka berdua memutuskan untuk memiliki rumah sendiri dan hidup secara mandiri. Risa adalah putri seorang pengusaha yang kaya raya. Pernikahannya dengan Ranu sebenarnya tidak direstui oleh kedua orang tua Risa yang memandang materi sebagai sesuatu yang penting.
Namun, Risa nekad menentang kedua orang tuanya demi cintanya kepada Ranu Kuncoro. Dia pun rela dicoret dari daftar penerima warisan dari keluarganya saat Risa memilih menikah dengan Ranu Kuncoro. Itulah yang menyebabkan seorang Ranu Kuncoro begitu mencintai Risa dengan sepenuh hati.
Ranu Kuncoro berusaha bekerja keras untuk membahagiakan Risa. Dia tahu tidak mudah bagi seorang Risa untuk hidup begitu sederhana dengan dirinya. Risa yang selama hidupnya selalu dilayani oleh pelayan. Kini harus melakukan apa-apa sendirian. Ranu Kuncoro tahu bahwa seringkali Risa tampak lelah tetapi Risa tidak pernah menampakkan kelelahan nya itu dihadapan sang suami.
Dia bahkan selalu tersenyum setiap kali sang suami memergoki dirinya yang sedang menggerutu kesal. Ranu Kuncoro tahu bahwa sebagai lelaki dia masih belum bisa sepenuhnya membahagiakan sang istri.
Risa sudah berusaha keras untuk mampu bertahan hidup dengannya. Meninggalkan kehidupan mewahnya demi bersamanya. Lalu, apa yang kini sedang dilakukan Ranu hanya membandingkan kebahagiaan tuannya dengan dirinya.
Ranu Kuncoro harus banyak bersyukur daripada mengeluh. Risa adalah istri yang sempurna. Dan itu juga sebuah anugerah dari Sang Maha Pencipta untuk dirinya.
"Suamiku, kamu baru pulang?"Risa menghampiri sang suami yang baru saja memarkirkan mobilnya di garasi rumah mereka.
Ranu Kuncoro tersenyum melihat wajah cemas sang istri. Dia memeluk sang istri yang justru tampak bingung akan sikap suaminya itu.
"Suamiku, kamu kenapa?"tanya Risa yang tidak mengerti akan perilaku sang suami kepadanya. Dia sedari tadi khawatir karena suaminya pulang terlambat. Justru sang suami memeluknya dengan penuh cinta.
"Aku mencintaimu, sayangku,"ujar Ranu Kuncoro sambil mencium kening Risa dengan lembut. Risa justru tersenyum mendengar pernyataan cinta sang suami.
"Aku juga mencintaimu, suamiku,"jawab Risa dengan tulus.
"Ayo masuk dulu, aku sudah siapkan makan malam untuk mu, suamiku,"kata Risa mengajak sang suami masuk ke dalam ruang sederhana mereka.
"Ya, aku juga capek sekali hari ini, sayang,"ucap Ranu sambil merenggangkan tubuhnya yang terasa begitu capek.
"Air hangat sudah kusiapkan untukmu, segera mandi, terus kita makan malam,"ujar Risa merasa kasihan melihat suaminya yang selama ini telah bekerja keras untuknya.
"Siap, nyonya Kuncoro,"jawab Ranu Kuncoro sambil memberi hormat kepada sang istri. Risa tertawa melihat kelakuan sang suami.
"Jadi, nyonya Maya sudah melahirkan anak keduanya. Laki-laki atau perempuan, suamiku?"tanya Risa antusias setelah mendengarkan cerita sang suami alasan keterlambatan dia pulang kerja.
"Perempuan. Tuan Irwan begitu bahagia setelah sang bayi lahir. Akhirnya mereka memiliki sepasang anak. Satu laki-laki dan satunya lagi perempuan,"ujar Ranu sambil menikmati masakan sang istri yang sudah lebih baik daripada awal-awal mereka menikah dulu.
"Senangnya, semoga kita segera diberikan anak juga ya, agar hidup kita berdua semakin bahagia,"ujar Risa. Mendengar ucapan sang istri justru membuat Ranu merasa bersalah. Dia belum bisa membahagiakan secara materi kepada sang istri. Kini masalah mereka yang belum juga dikarunia keturunan justru membuat sang istri bersedih.
Ranu memegang jemari tangan sang istri. Dia bermaksud menguatkan diri sang istri akan semua yang sedang mereka hadapi saat ini.
"Kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk itu, sayangku. Jadi jangan bersedih, ya,"ujar Ranu menenangkan hati Risa.
Risa tersenyum bahagia mendengar apa yang dikatakan Ranu kepadanya. Lelaki itu selalu bisa menenangkan hatinya yang galau dan gelisah.
"Aku tidak akan bersedih selama kamu selalu berada di sisiku, sayang,"ucap Risa meyakinkan sang suami.
***
Iklan Author
Akhirnya bagi yang menanyakan terus kapan kisah Rania dan Anggara. Kali ini Author sudah terbitkan novelnya untuk kalian semua.
Budayakan klik tombol like dan tuliskan komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian adalah penyemangat bagi author.
Terimakasih 😄
Risa sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan keluarga berada. Ayahnya adalah seorang pengusaha ternama dan sukses dibidangnya. Risa Subroto hidup dalam gelimang harta dan sangat berkecukupan. Dia tidak pernah kekurangan materi sedikitpun sejak kecil. Namun, dia tidak pernah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari ayahnya yang hanya sibuk bekerja dan bekerja.
Sejak kematian sang ibunda setelah melahirkan anak ketiganya. Seorang putri yang dinamakan Zahratusifa. Atau biasa dipanggil dengan sebutan Zahra. Ayahnya, Herman Subroto tidak lagi mengurusi anak-anak nya sejak kehilangan sang istri. Dia sibuk mengurusi bisnis-bisnis nya yang semakin berjaya. Dia semakin diperbudak duniawi dan hanya memberikan materi saja kepada ketiga anaknya.
Herman Subroto berpikir bahwa dengan memberikam kebutuhan materi saja itu sudah cukup. Tidak perlu lagi khawatir akan hal lain untuk ketiga anak perempuannya.
Herman sendiri juga suka bergonta-ganti pasangan. Setiap bulannya ada saja wanita yang dia bawa ke rumahnya. Hanya seminggu lamanya kemudian dia akan bosan dan mencari wanita yang lainnya. Ketiga putrinya sampai hapal betul jika setiap malam Minggu ayahnya akan membawa seorang wanita dan memperkenalkan nya kepada mereka bertiga.
Lalu setelah seminggu berlalu, wanita itu akan angkat kaki dari rumah mereka. Dan bergantian dengan wanita yang baru lainnya. Begitulah kehidupan ayah mereka setelah kehilangan sang istri. Berganti-ganti wanita seperti berganti baju saja kesukaannya.
Namun, tidak ada dari sekian banyak wanita itu yang dinikahi oleh Herman Subroto. Dia hanya suka bermain-main saja dengan semua wanita itu tanpa ingin menikahinya. Bagi Herman, dia sudah cukup memiliki seorang istri saja dan dari sana sudah terlahir tiga putri. Baginya itu sudah cukup. Herman tidak berambisi untuk memiliki seorang putra. Baginya ketiga putrinya adalah harta yang tidak ternilai. Ketiga putrinya salah investasi jangka panjang yang akan dia petik hasilnya saat ketiga nya sudah beranjak dewasa. Jadi dia tidak membutuhkan anak yang lain.
Seperti halnya sat berhubungan dengan wanita manapun. Dia selalu membuat surat perjanjian tertulis dengan si wanita agar tidak sampai hamil dari benihnya. Kalau si wanita itu melanggar perjanjian maka Herman Subroto tidak akan segan-segan untuk menghilangkan nyawanya. Begitulah aksi yang dilakukan oleh ayah Risa Subroto.
Oleh karena itu Risa merasa tidak nyaman dengan perilaku ayahnya. Dan hanya Risa lah anak yang membangkang dari perintah ayahnya. Kakak tertuanya, Defa, menuruti keinginan sang ayah. Dia merelakan cintanya bersama sang kekasih dan menikah dengan lelaki pilihan sang ayah. Seorang duda dengan empat anak tetapi pemilik banyak usaha yang begitu besar. Defa menikah dengan lelaki itu disaat usianya masih belia sekitar 24 tahun. Sedangkan suaminya berusia 36 tahun.
Defa menjadi poin Herman Subroto menjadi semakin kaya raya. Dengan didukung oleh usaha sang menantu membuat perusahaan Herman menjadi semakin kuat. Tanpa memikirkan kebahagiaan dari sang putri sendiri. Herman berpikir dengan harta yang banyak akan membuat bahagia putrinya.
Lalu putri ketiganya juga dinikahkan lebih dulu dibandingkan dengan Risa. Zahra menikah dengan lelaki yang berusia lebih tua sedikit darinya namun pewaris tunggal dari kekayaan orang tuanya.
Kehidupan Zahra tidak berbeda jauh dengan kakak pertamanya. Mereka sama-sama tidak bahagia dengan pernikahannya. Zahra hanya dijadikan budak pelampiasan nafsu semata oleh sang suami. Pria itu menikahi zahra hanya untuk mewarisi semua harta kekayaan orang tuanya. Dia tidak mencintai Zahra sama sekali. Bahkan ketika Zahra mengalami keguguran anak pertama mereka.
Pria itu tidak peduli sama sekali. Dia sibuk dengan teman-teman nya di klub malam. Sedangkan Zahra berada seorang diri di rumah sakit. Risa lah yang waktu itu nekad pergi ke Singapura untuk melihat kondisi Zahra di sana. Kalau saja Risa tidak datang melihat Zahra, mungkin Zahra akan berada di rumah sakit seorang diri saja.
Melihat kehidupan kedua saudarinya membuat Risa berontak dan menentang kehendak sang ayah. Herman tidak habis pikir dengan putri keduanya tersebut. Dia selalu membangkang apa yang Herman perintahkan kepadanya. Dia tidak mau menerima lamaran dari pria-pria yang dikenalkan sang ayah kepadanya.
Risa tidak ingin hidupnya seperti Defa dan juga Zahra. Dia ingin hidup bahagia dengan lelaki yang mencintai dan juga dicintainya. Risa bukanlah alat untuk menambah kekayaan sang ayah. Dia juga manusia yang mempunyai hak untuk merasakan kebahagiaan.
Karena itulah Risa nekat pergi dari rumah mewahnya dan hidup mandiri dengan segala usaha yang dia bisa lakukan. Risa mulai belajar hidup sederhana dan bekerja untuk mendapatkan sesuap nasi.
Usaha Risa tidaklah mudah. Beberapa kali Herman Subroto merencanakan agar putrinya itu menyerah dengan usaha yang dilakukannya. Namun, Risa tidak sendirian. Kedua saudarinya diam-diam menolong keuangan Risa dan hal itu membuat Risa menjadi bangkit dari keterpurukannya.
Lalu bertemulah dia dengan Ranu Kuncoro yang waktu itu menolongnya saat dia dilecehkan oleh beberapa preman di jalan. Ranu yang melihat Risa digoda dijalanan membuat Ranu menghentikan mobilnya dan menolong Risa.
Sejak saat itulah Risa dan Ranu menjadi semakin dekat. Ranu sering mengantar jemput Risa ke tempat kerja. Risa sendiri bekerja sebagai penjaga toko roti.
Ranu tidak mengira bahwa Risa adalah seorang putri pengusaha kaya raya di kota itu. Dia mengira Risa adalah gadis yatim piatu yang hidup sendirian di sebuah kontrakan kecil.
Ranu Kuncoro baru mengerti sosial diri Risa yang sebenarnya ketika dia berniat menikahi Risa. Barulah Risa menceritakan siapa dirinya yang sebenarnya dan sungguh terkejutlah Ranu mendengar cerita dari Risa.
Herman Subroto tentulah tidak merestui pernikahan Risa dengan Ranu yang hanya seorang bawahan dan bukan seorang pengusaha. Herman Subroto merasa putrinya telah mencoreng nama baiknya dengan memaksakan dirinya menikah dengan lelaki rendahan seperti Ranu Kuncoro.
Risa pun dikeluarkan dari daftar penerima warisan keluarga Subroto. Nama Risa telah dicoret dari daftar nama keluarga Subroto ketika dia nekat memilih menikah dengan Ranu Kuncoro. Bahkan Herman menyumpahi kehidupan Risa dan Ranu tidak akan pernah bahagia seumur hidup.
Namun, Risa tidak menyesali keputusannya tersebut. Dia bahagia bisa menikah dengan lelaki seperti Ranu Kuncoro. Lelaki yang menjadi impian bagi dirinya selama ini.
Ranu Kuncoro memberikan kebahagiaan dan kasih sayang yang selama ini tidak pernah Risa dapatkan dari ayahnya, Herman Subroto. Bagi Risa, Ranu adalah lelaki impian yang selama ini dia idam-idamkan. Risa bersyukur meskipun dia tidak hidup bergelimang harta tetapi dia hidup dengan penuh cinta.
Kedua saudarinya pun juga mendukung apa yang dilakukan oleh Risa. Mereka berharap Risa bisa mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya. Bukan kebahagiaan semu seperti yang kedua saudarinya rasakan.
***
Iklan Author
Budayakan klik tombol like dan tuliskan komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian adalah penyemangat bagi author.
Terimakasih 😄
"Nanti sekalian mampir melihat bayi mbak Maya, ya,"ujar Risa kepada suaminya yang sedang berganti pakaian.
"Boleh,"jawaban Ranu membuat Risa tampak begitu bahagia. Risa memang sudah antusias sejak semalam untuk menengok bayi kedua dari istri pimpinan HND TV, Maya Handoko.
"Tapi sebelumnya, kita beli dulu oleh-oleh buat bayi mbak Maya. Yang sekarang cewek bukan, mas?"tanya Risa kepada sang suami.
"Iya, bayi nyonya Maya sekarang perempuan,"jawab Ranu dengan tenang sambil mengancingkan lengan kemejanya.
"Wah, pasti cantik seperti mbak Maya, ya,"ujar Risa dengan senyum yang mengembang. Ranu jadi ikutan tersenyum mendengar perkataan sang istri.
"Jadi, sayangku, apa yang kamu minta hari ini?"tanya Ranu sambil memeluk tubuh sang istri dari belakang. Risa hanya tersenyum mendengar pertanyaan wajib yang selalu Ranu tanyakan setiap hari jadi pernikahan mereka.
Risa membalikkan badannya dan merenggangkan pelukan tangan suaminya. Dia melihat kesejukan di wajah sang suami. Sama seperti empat tahun yang lalu saat mereka pertama kali bertemu.
"Aku tidak minta apa-apa, mas,"ujar Risa kepada Ranu. Ya, apa yang Risa butuhkan selama ini sudah dia dapatkan dari seorang Ranu Kuncoro.
"Aku sudah mendapatkan cinta dan kasih sayang yang berlimpah darimu, mas. Itu sudah cukup untukku,"lanjut Risa dengan jujur. Dia memang membutuhkan dua hal tersebut yang tidak dia dapatkan dari ayahnya.
"Tapi aku masih belum bisa membahagiakan mu sepenuhnya, sayang. Bahkan kehidupan kita begitu sederhana,"kata Ranu mencoba mendalami perasaan sang istri.
Risa menghela napasnya,"kalau itu yang Mas khawatirkan, maka itu sungguh membuatku kecewa kepada mu, mas."
Risa melepaskan pelukan sang suami. Dia tampak kecewa dengan apa yang baru saja suaminya itu katakan kepadanya.
"Sayang, aku tidak bermaksud menyinggung mu. Maaf jika aku telah berbuat salah kepadamu,"ujar Ranu segera menjelaskan maksudnya kepada sang istri.
"Lalu kenapa mas bicara seperti itu?"tanya Risa dengan bibir manyun. Dia benar-benar kesal jika suaminya justru berkata yang tidak disukainya.
"Aku hanya merasa belum membahagiakan mu sepenuhnya. Kamu bekerja keras selama ini mengurus rumah tangga. Dan aku sebagai suamimu tidak bisa membantumu apa-apa,"kata Ranu menjelaskan maksud ucapannya tadi.
"Mas, memangnya aku selama ini pernah mengeluh apa sih, aku bahagia dengan segala apa yang kita miliki selama ini. Jangan bandingkan hidupku yang dulu dengan yang sekarang. Meskipun aku dulu bergelimang harta itu tidak membuatku bahagia dan merasa nyaman seperti ini,"kata Risa panjang lebar menjelaskan kepada suaminya. Ranu hanya menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal karena dia merasa canggung dengan apa yang baru saja telah dia lakukan kepada sang istri.
"Maaf, aku tidak akan begitu lagi,"ucap Ranu Kuncoro berjanji di hadapan sang istri. Risa mengangguk menerima permintaan maaf sang suami.
"Jangan begitu lagi, janji,"kata Risa sambil menyodorkan jari kelingkingnya. Sebuah bentuk pengucapan janji yang selalu Risa lakukan kepada sang suami. Ranu tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya di jari mungil milik Risa.
"Janji. Aku tidak akan mengulangi lagi,"kata Ranu Kuncoro yakin. Dia tidak akan mengulangi pertanyaannya yang bodoh seperti barusan. Karena Ranu Kuncoro tidak ingin membuat istri tercintanya kecewa lagi kepadanya.
**
"Ich, imutnya mbak, boleh gendong tidak?"tanya Risa kepada Maya.
"Gendong saja, Ris,"kata Maya dengan ramah. Maya memang cukup akrab dengan Risa, istri dari asisten pribadi suaminya.
Risa sejak sampai di ruangan yang merawat Maya memang tampak antusias dengan bayi perempuan yang begitu lucu menurut versi Risa. Maya tampak kasihan juga melihat Risa yang begitu menginginkan seorang anak. Dilihat dari sikapnya yang begitu sayang sekali sewaktu melihat anak-anak nya.
Demikian juga jika bertemu dengan Anggara, Risa selalu membelikan sebuah mainan baru. Padahal Maya selalu bilang untuk tidak melakukannya. Namun, Risa selalu bilang bahwa itu dilakukannya karena Risa menyukai anak-anak dari Maya. Itu sebagai wujud rasa sayang Risa kepada anak-anak Maya.
Maka tidak bisalah sudah Maya menghentikan sikap Risa tersebut. Maya sudah menganggap Risa seperti adiknya karena Maya juga tidak memiliki saudara. Dia adalah anak tunggal dalam keluarganya.
"Kamu sudah cocok menggendong anak, ris,"ucap Maya melihat cara Risa menggendong bayinya.
"Iya, mbak, doain Risa ya semoga bisa segera menyusul,"ucap Risa meminta Maya ikut mendoakannya agar segera hamil dan memiliki anak. Risa juga sudah merindukan seorang anak hadir dalam kehidupan rumah tangganya. Maya juga tampak kasihan melihat Risa seperti itu.
"Ris, mendekatkan kesini,"ujar Maya melambaikan tangannya ke arah Risa.
"Sebentar mbak, aku letakkan dulu bayinya di box,"ujar Risa karena melihat wajah Maya yang tampak ingin membicarakan sesuatu hal.
"Ada apa ya, mbak?"tanya Risa yang sudah duduk di samping ranjang Maya Handoko.
"Apakah kamu sudah pernah mencoba melakukan progam kehamilan?"tanya Maya. Risa menggelengkan kepalanya.
"Belum mbak, selama ini aku dan mas Ranu hanya berusaha sendiri belum pernah ke dokter,"ujar Risa. Maya menghela napas panjang.
Pantas saja. Mereka berdua ini polos juga.
Risa mengambil handphone nya. Dia mengetik sesuatu di layar handphone nya yang cukup mahal itu. Risa hanya menunggu apa yang nyonya Handoko itu lakukan.
Sebuah nada pesan masuk di handphone milik Risa.
"Itu nomor telepon dokter kandungan yang bagus. Nanti aku akan merekomendasikan mu untuk program kehamilan. Masalah biaya jangan khawatir. Aku yang tanggung biayanya, tapi jangan bilang kepada Ranu Kuncoro. Suamimu itu tidak mau apa-apa gratisan,"kata Maya yang merasa kasihan dengan kehidupan Risa. Maya ingin sekali membantu Risa.
"Mbak Maya, baik banget sih,"kata Risa dengan sorot matanya yang sudah berkaca-kaca. Maya hanya menepuk punggung tangan Risa dengan lembut. Dia tahu itu akan menjadi kabar berita yang membahagiakan untuk seorang Risa Kuncoro.
"Itu hadiah kecil dariku di hari jadi pernikahan kalian yang keempat tahun. Aku juga ingin kamu segera mendapatkan kebahagiaan dengan adanya buah hati kalian berdua,"kata Maya Handoko dengan tulus. Risa semakin terharu dengan apa yang dilakukan Maya kepadanya.
"Terimakasih, mbak Maya, aku tidak akan melupakan kebaikan mbak,"kata Risa dengan penuh haru.
"Apa yang aku lakukan tidak seberapa. Semoga berhasil dan ingat jangan pantang menyerah ya, semangat,"ujar Maya memberikan semangat kepada Risa.
"Baik, mbak Maya,"kata Risa merasa bahagia karena diperhatikan oleh istri dari bos suaminya.
"Kalau anak kalian nanti perempuan, boleh tuh kujadikan calon menantu untuk putraku Anggara,"kata Maya sambil mengoda Risa yang sudah mau menangis saja sedari tadi.
"Ah, mbak Maya ya, jangan membuatku GR deh, aku belum mulai progam sudah dibuat GR begini,"sahut Risa sambil manyun membuat Maya tertawa mendengarnya.
***
Iklan Author
Budayakan klik tombol like dan tuliskan komentar kalian sebanyak-banyaknya. Karena komentar kalian adalah penyemangat bagi author.
Terimakasih 😄
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!