NovelToon NovelToon

Rumah Idaman Bertuan Genderuwo

Bab.1 Hari Pertama

Pada tahun 1999 Keluarga Winardjo Migrasi ke kota Bandung, Winardjo mendapatkan promosi jabatan sebagai pimpinan anak perusahaan PT. Koktail Mas. sebelumnya Winardjo bekerja di perusahaan pusat tepatnya di Jakarta. Winardjo salah satu pegawai senior teladan berprestasi di PT. Koktail Mas Jakarta pusat, jabatan Winardjo adalah kepala bidang Pemasaran tahun 1997-1999, jadi sudah tiga tahun ia menduduki jabatan tersebut karena kegigihan dan kerja kerasnya akhirnya perusahaan berkembang pesat hingga memiliki anak cabang di daerah Bandung, pak winardjo mendapatkan promosi jabatan menjadi pimpinan cabang perusahaan di Bandung.

Winardjo memutuskan untuk membeli sebuah rumah dengan harga yang murah, namun ternyata rumah yang ia beli adalah rumah berhantu.

Winardjo membeli sebuah hunian yang berlokasi di tengah-tengah kota Bandung, Ia tertarik dengan rumah tersebut karena mendapat penawaran di bawah harga oleh sang pemilik.

Bandung lautan api, itulah yang terlintas dibenak Risa putri bungsu Winardjo, akibat terlalu mendalami kisah sejarah di sekolah.

Namun itu hanyalah sebuah julukan bagi kota Bandung, karena pada kenyataannya kota Bandung merupakan daerah yang sangat sejuk.

Hari pertama tinggal di kota Bandung memberikan kesan yang indah untuk Risa dan keluarga, pemandangan yang menyegarkan mata, cuaca yang sejuk, warga yang ramah, benar-benar menyuguhkan suasana tempat tinggal yang nyaman.

Meskipun lelah menempuh perjalanan yang jauh dari Jakarta ke Bandung, namun semua terbayarkan dengan suasana di kota Bandung yang begitu nyaman.

Hari ini keluarga pak Winardjo sangat sibuk membersihkan dan merapikan hunian yang akan menjadi tempat tinggal mereka di Bandung, rumahnya tak begitu besar, ukuran tiga kamar tidur, namun halaman rumah bisa dikatakan lumayan luas dari dari ukuran perumahan di perkotaan, halaman depan masih ada tanah kosong sekitar 7 meter sedang halaman belakang 10 meter. memang ukuran yang pas untuk keluarga Winardjo.

Ditengah aktivitas mereka, Risa sering merasa ada yang aneh dari rumah itu, terutama ketika ia sedang seorang diri, ia sering merasakan ada langkah kaki seseorang, namun ketika ia menengok kearah sumber langkah yang ia dengar justru tak ada apapun yang dia lihat, hal itu seperti membuat Risa Merasakan adanya sosok tak kasat mata di rumah yang baru mereka huni. Risa memang beda dengan anak-anak lain pada umumnya ia seolah dapat melihat dan Merasakan keberadaan makhluk gaib disekitar.

"kok kayak ada orang di belakang rumah, perasaan Kakak, abi, dan umi masih di ruangan tengah" gumannya dalam hati.

karena penasaran Risa lalu menengok ke luar dari jendela kamarnya kearah halaman belakang, tak lama kemudian ia melihat seekor kucing melompat dari tembok pagar.

meong.......meong.

"oh...ternyata hanya kucing, kirain ada apa" tiba-tiba Risa di kejutkan oleh kakaknya yang sejak tadi tidak diketahui keberadaannya dikamar oleh Risa.

deg....

"sejak kapan kak Rina di kamarku ? mengagetkan aja"

tanya Risa yang masih mood jantung berdebar karena kaget dengan kemunculan kakaknya tanpa ia sadari.

"kamu tuh, yang serius amat dari luar kamar di panggil gak nyahut-nyahut, apa sih yang kamu liat di belakang rumah sampai gak dengar panggilan kakak ?" tanyanya pada Risa dengan sedikit merasakan keanehan pada adiknya itu.

"tadi ada kucing masuk di belakang rumah aku kira siapa jadi aku penasaran".

"kayak belum pernah liat kucing aja sampai serius amat"

cetus Rina dengan mengerutkan alisnya, curiga adiknya kumat lagi.

"kak ada apa ?"

"Bantuin dong geser lemari di kamar Kakak!"

"emang mau digeser kemana lagi kak? kak lemarinya kan berat, lagian posisinya juga sudah cocok, ngapain harus digeser lagi" omelnya yang sudah kelelahan dengan keinginan kakaknya yang selalu mau perfek.

"bawel amat kamu, nanti kakak bantuin beresin kamar kamu!" bujuk Rina senyam senyum tak jelas.

"kak ini yang terakhir yah! aku dah capek" sambil memonyongkan bibir Risa akhirnya bersedia.

setelah memperbaiki posisi lemari, Rina menepati janjinya membantu adiknya merapikan kamar, tiba-tiba mereka di kagetkan dengan benda yang jatuh di halaman belakang rumah.

bruk.....

"Dek kamu dengar ada suara sesuatu yang jatuh !" ucap Rina tampak kaget dan penasaran.

"Abi kali kak lagi bersihin halaman belakang" jawab Risa asal, namun sebenarnya Risa sudah menaruh rasa curiga akan keberadaan makhluk ghaib di rumah tersebut.

"Abi, kayaknya gak mungkin, kan waktu aku masuk ke kamar Risa, Abi keluar rumah."gumannya dengan penasaran tingkat tinggi.

Rina bergegas ke halaman belakang untuk memeriksa benda apa gerangan yang jatuh dan memantulkan suara mengagetkan untuknya dan Risa. tak lama karena penasaran juga Risa nyusul kakaknya kearah belakang rumah, dan sebenarnya Risa khawatir karena kakaknya kebelakang rumah seorang diri, ia takut jika makhluk yang sempat ia rasakan keberadaannya muncul dan mengganggu kakaknya.

"kak ada apa ?" tanya Risa.

"tiang jemuran jatuh, tapi kelihatannya masih bagus, kayunya juga gak lapuk, tapi kenapa bisa jatuh!"

ucapnya pada Risa sambil menengok kanan kiri sambil menerka kira-kira apa penyebab tiang jemuran itu bisa ambruk begitu saja.

melihat tiang jemuran tersebut Risa juga merasakan ada yang ganjil dari kejadian tersebut.

"benar kak, tiangnya masih bagus namun kenapa bisa jatuh?" tanyanya tak habis pikir dengan kejadian berturut-turut yang terasa aneh buatnya.

kayaknya sosok mahkluk ini tidak senang dengan keberadaan kami disini. sejak pertama masuk rumah ini aku sudah merasakan sosoknya yang tak nyaman dengan kami, ia seakan ingin menampakkan dirinya dan marah dengan kami.

dan benar saja tiba-tiba dalam sekejap ada perasaan aneh yang ia rasakan dan bau anyir yang sangat kuat seakan berada di belakangnya, dan Risa sempat melirik ke arah kakaknya namun, kakaknya tak merasakan hal yang ia rasakan, kakaknya masih sibuk memperbaiki posisi jemuran tersebut.

dengan hati yang was-was Risa mencoba menoleh tepat kearah belakang.

deg...

tiba-tiba Risa melihat sosok dari arah jendela gudang yang bersebelahan tembok dengan kamarnya. sosok hitam pekat, tubuh tinggi dan badan kekar dengan mata merah menyala dan mengangkat jari dengan kuku yang sangat panjang menunjuk ke arah sang kakak, seakan sedang mengincar kakaknya.

"kak itu....!"

"apa?" ia segera menengok kearah telunjuk adiknya tapi tak melihat apapun.

tanpa basa basi Risa langsung menarik tangan kakaknya mengajaknya bergegas masuk ke dalam rumah, Risa menyadari sosok yang ia lihat tadi adalah sosok mahkluk gaib.

dengan setengah berlarian mencari Abi dan umi, hingga mereka menemukan uminya sedang duduk di ruang tengah.

"kalian kenapa ?" tanya umi sedikit mengerutkan alis melihat tingkah aneh putrinya di siang bolong.

"Tau tuh, Risa kumat lagi, matanya suka menerawang kemana-mana" dengan perasaan masih kesal pada adiknya iapun menceritakan hal aneh yang mereka alami barusan.

"wajar rumah yang lama tak ditempati, di huni oleh sosok yang gaib, makanya Abi kamu ditemani tetangga depan rumah pergi ke rumah pak ustad untuk acara selamatan, dan kamu Risa karena kamu bisa ngelihat sosok gaib kamu itu harus banyak-banyak baca do'a, beristigfar, dan jangan suka melamun." ucap umi menenangkan kedua putrinya.

"tuh dengar umi, jangan suka aneh-aneh, bikin bulu kuduk hampir copot."

"huft, kakak pikir liat hantu itu enak, yang ada jantung hampir copot bukan bulu kuduk."

"ya udah kalian istirahat sekarang, nanti beresnya di lanjutin besok".

"baik Bu" sahut mereka berbarengan.

bersambung....

Bab 2. Acaran Selamatan 1

Setelah istirahat Rina membantu umi menyiapkan makan malam, sementara Risa menyiapkan kelengkapan meja makan, maklum masih berantakan.

Rina membantu umi menata makan malam di meja makan sederhana yang menjadi wadah untuk mereka menyantap makan malam bersama.

"Risa panggil Abi untuk makan malam" pinta umi.

"ya, umi."

"Abi makan malam udah siap" panggil Risa dengan suara manjanya kepada Abi.

"udah siap ya...! anak gadis Abi sudah besar sekarang, udah bisa bantu umi masak" membelai rambut putri bungsunya dan mencium keningnya, Risa memang sangat disayang di keluarga, mungkin karena perbedaan usia Risa dan Rina terpaut jauh sekitar 10 tahun, Risa masih SMP kelas satu, sedangkan Rina sudah sarjana.

"bagaimana pertemuan Abi dengan pak ustad...?" tanya umi sambil mengambil nasi dan lauk untuk suaminya.

"Alhamdulillah pak Ustad punya waktu luang untuk acara selamatan masuk rumah esok hari".

"Alhamdulillah, semakin cepat semakin baik".

ruangan makan pun menjadi hening, tak ada obrolan dari mereka, hanya ada bunyi sendok dan piring yang terdengar dari ruang makan tersebut.

tiba-tiba...!

bruk...

terdengar bunyi benda jatuh di ruangan tengah.

tak lama berselang,

Krek... krek....

terdengar bunyi pintu di mainkan, entah angin atau ada makhluk gaib yang sedang ingin berinteraksi dengan mereka.

namun hal itu di buat canda oleh Risa, yang memang anak indigo.

"Hantunya lagi ngambek kali, ngak di ajak makan sama Abi, Abi sih makan gak ajak-ajak yang punya rumah, makanya dia marah tuh"

"kamu tuh, ngomong asal ceplos" Tegur umi.

"hahaha...jus kids umi" sambil menaikkan dua jari yang belepotan ke arah umi.

"hust, jorok kamu" cetus Rina.

"udah, klo makan gak boleh ngobrol, nanti keselek tulang ayam" canda Abi terbawa suasana, oleh kelakuan putri bungsunya.

"umi, setelah makan kita ngobrol di ruang tengah, ada yang ingin Abi bicarakan dengan kalian semua".

"ya, Abi".

setelah merapikan meja makan dan membersihkan dapur, mereka duduk santai di ruang tengah.

"Risa bentar kamu tidur sama kakak yah" pinta Abi pada putrinya bungsunya.

"loh katanya udah bisa pisah kamar sama kakak, emangnya kenapa? Risa kan udah gede' udah boleh tidur sendiri, cape' sering di cubit sama kak Rina klo lagi tidur, enakan juga bobo sendiri Abi". cetus Risa yang enggan tidur dengan kakaknya lagi.

"makanya klo tidur, kaki sama tangan diam ditempat jangan kesana kemari menguasai tempat tidur."timpal Rina dengan senyum meledek adik kecilnya.

"hmmm..Abi liat tuh kakak" rengek Rina yang emang manjanya minta ampun pada Abi.

"Dasar anak manja sukanya ngadu, huh."

"jadi tadi waktu Abi berkunjung ke rumah pak ustad Amri, kami sempat membahas masalah rumah yang kita tempati sekarang, Konon katanya rumah ini ada penunggunya, makanya yang punya rumah menjualnya dengan harga murah." jelas Abi pada anak dan istrinya.

"pantesan tadi ada tetangga yang menyapa umi, terus dia bilang, mbak yang tinggal di rumah pak Darwo (tapi warga sering memanggil dengan sebutan pak widodo) sekarang, sebaiknya mbak hati-hati karena sebelumnya istri dan anak bungsu pak Darwo atau pa widodo meninggal mengenaskan di rumah ini, kamar yang di tempati Risa sekarang dulunya adalah kamar anak bungsu pak Widodo dan gudang rumah kita adalah tempat meninggal istri pak widodo katanya sangat mengenaskan, kejadiannya itu sekitar lima tahun yang lalu, hingga akhirnya pak widodo dan kedua anaknya yang selamat memutuskan untuk meninggalkan rumah ini, selang dua tahun kemudian rumah ini sempat di huni oleh keluarga pak Widodo namun karena gak tahan dengan berbagai hal mistik yang terjadi di rumah ini, mereka hanya bertahan satu bulan dan pindah mengontrak rumah warga, katanya tak jauh dari sini."

"pak ustad sempat membahasnya juga, apa kita pindah saja umi dari rumah ini sebelum nasib kita seperti nasib keluarga pak widodo" ungkap Winardjo yang khawatir dengan nasib mereka selama tinggal di rumah itu.

"klo gitu ceritanya Risa gak jadi pisah kamar, gak apa dicubit sama Kakak tiap malam, dari pada tidur dikamar belakang, bersebelahan lagi dengan gudang, ih seram." Risa langsung memeluk Abi dan duduk di pangkuan abi nya. namun yang sebenarnya Risa udah mengetahui sosok yang Abi nya berusaha ceritakan, ada rasa khawatir Risa untuk keluarganya ia seakan merasakan kisah pilu yang akan terjadi padanya dan keluarganya. sepertinya Risa dapat sedikit merasakan hal-hal yang akan terjadi kedepannya.

"lebai, dasar anak manja". cetus Rina yang cemburu dengan kelakuannya adiknya.

"kak, temenin ambil selimut di kamar" rengek Risa pada kakaknya.

"aduh, Risa kamar kamu tuh dekat, pintunya aja kelihatan dari sini, begitu aja minta di temenin, tadi ngotot mau tidur sendiri, sekarang melangkah satu meter saja kagak berani, huft. omel Rina pada adiknya.

"sudah temenin adik kamu, lagian dulu yang minta tidur di temani adik kan kamu, yang merengek minta adik juga kamu, sekarang adiknya udah gede' kamu omelin terus, gimana sih." tegur umi dengan Rina yang selalu tak akur dengan adiknya.

kali ini Risa merasa di atas angin karena di bela oleh umi, sangat jarang umi membela Risa karena menurut umi Risa terlalu manja, dan kadang merepotkan.

"senang tuh di belain"cetus Rina.

"jangan marah dong kakak ku tersayang" Risa tersenyum dan memeluk kakaknya.

akhirnya Rina berbagi kamar dengan adiknya lagi, tak terasa Risa dan kakak ya sudah terlelap.

ditengah tidur lelapnya itu akhirnya sang makhluk mulai menampakkan wujudnya, benar dugaan Risa jika makhluk ini sedang mengincar kakaknya, sosok mengerikan itu merebahkan tubuhnya tepat diantara kakak beradik itu, dan membalikkan badan memeluk sang Kakak, andaikan Rina dapat melihatnya mungkin jantungnya berhenti berdetak seketika.

"hmmm....Risa jangan meluk kencang-kencang aku gak bisa napas, Risa kamu awas...."

deg...

kaget bukan main, dada kembang kempis, pikiran langsung tak karuan, Rina yang marah karena ia fikir sedang dipeluk kuat oleh adiknya, ketika ia menengok kearah adiknya jantung Rina terasa berhenti berdetak melihat posisi adiknya membelakangi dirinya dengan ruang kosong sebagai jarak diantara mereka.

"jadi siapa yang memeluk barusan, bukan kah tadi aku juga merasakan tangan orang itu" guman Rina menahan rasa takutnya.

"Risa bangun, Ris....bangun"

"hmmm...iya" Risa berusaha membuka mata, yang masih terasa begitu berat baginya, ia berusaha bangun dari tempat tidur dengan mata setengah tertutup.

"kakak kenapa bangunin Risa..?"

"kakak haus de' temanin ambil air minum di dapur yuk!."

"ya, kakak duluan, aku pegang dari belakan kakak masih ngantuk berat nih"

"terserah deh, yang jelas temenin"

krakk....Rina membuka pintu kamar pelan-pelan, dengan perasaan was-was ia dan adiknya memberanikan diri ke dapur yg untuk mengambil air minum.

ketika Rina menyalakan lampu dapur.

buissss....ada sosok hitam melintas di depan mereka,

kakak beradik itu langsung berpelukan, lutut Rina bergetar, dan sulit ia gerakkan, seketika semua badan menjadi kaku akhirnya mahkluk itu menampakkan sekilas sosoknya pada Rina dan Risa, sedangkan Risa hampir kehabisan napas, ingin berteriak tetapi lehernya seakan tercekat tak mampu bersuara.

"kakak bisa liat apa yang aku liat kan...?" tanya Risa seakan tak percaya akhirnya kakaknya bisa merasakan dengan apa yang sering ia alami sejak masih kecil.

"yah" jawab Rina singkat.

"kak ayo cepetan kita ke kamar Abi, aku benar-benat takut" dengan dada ngos-ngosan seakan telah menempuh jarak jauh mereka berusaha menuju kearah kamar Abi dan umi.

"Abi...

umi...."

panggil mereka berdua.

"ada apa nak kenapa kalian disini?"

"i...itu..a ada sesuatu di dapur" ucap Rina sambil mengatur napas.

Abi bergegas memeriksa dapur, dengan hati-hati Abi menyisir dapur mencari keberadaan makhluk yang mereka lihat, namun tak ada sosok apapun yang terlihat.

"aneh" guman Abi dan bergegas kembali ke kamar.

Bab 3. Acara Selamatan 2

Keluarga pak Winardjo kembali disibukkan dengan acara selamatan masuk rumah,

"Abi ustad Amri jadi datang ke rumah?" tanya umi pada Abi yang sedari tadi tampak gelisah.

"jadi umi"jawab Winardjo singkat.

"apa gerangan yang membuat mu tampak gelisah, apa ada sesuatu yang Abi sembunyikan?"umi seperti merasakan kegelisahan suaminya.

"saya hanya memikirkan kejadian semalam, ada firasat buruk yang saya rasakan di rumah ini" ucapnya dengan wajah nampak khawatir.

"Sebaiknya hal ini kita sampaikan pada pak ustad, semoga ada selalu dalam perlindungan Allah, di setiap kehidupan ini" umi memberikan saran agar suaminya cepat bertindak.

Di sela perbincangan mereka, terdengar suara riuh dari luar yang menandakan bahwa sudah banyak tamu undangan yang hadir.

"Abi sebaiknya kita menyambut para tamu, diluar sudah banyak tamu yang hadir termasuk pak ustad".

"Selamat datang di rumah sederhana kami, mohon do'anya semoga kami hidup, tenang, tentram, dan nyaman di rumah ini dan semoga rumah yang baru kami huni ini memberi keberkahan untuk keluarga saya, dan tak lupa pula saya ucapkan banyak terima kasih karena bapak dan ibu sekalian sudah meluangkan waktunya untuk hadir di acara selamatan kami ini, untuk acara selanjutnya saya mempersilahkan pak ustad Amri untuk memberikan ceramah dan memimpin do'a untuk selamatan rumah kami ini, kepada ustad Amri kami persilahkan dengan hormat."

"baik terima kasih pak Winardjo dan keluarga atas undangan yang di berikan dan kesempatan buat saya untuk memberikan ceramah singkat dan memimpin do'a selamatan rumah pak Winardjo."

" baik bapak ibu sekalian sebelum kita membuka acara selamatan ini marilah terlebih dahulu kita membaca do'a al-fatiha, agar kita selalu diberi petunjuk oleh yang maha kuasa agar selalu berada di jalan yang baik, di jalan yang diridhoi agar kita mencapai kemenangan di setiap usaha dalam hidup ini.

Bismillahirrahmanirrahim....

pak ustad pun memberikan ceramah singkat dan diakhiri dengan pembacaan do'a selamatan masuk rumah pak Winardjo.

setelah pak ustad selesai memimpin do'a, pak Winardjo segera menemui pak ustad.

"pak ustad ada hal yang ingin saya sampaikan berdua dengan pak ustad jika pak ustad memperkenankan."

"silahkan pak Winardjo, jangan sungkan kita adalah tetangga Sekarang, tetangga itu adalah orang terdekat setelah keluarga."

"pak ustad semenjak kami tinggal di rumah ini, saya dan keluarga sering merasakan adanya gangguan makhluk gaib, saya khawatir gangguan itu akan semakin menjadi-jadi, dan membahayakan keberadaan kami di rumah ini" jelas pak Winardjo dengan raut wajah gelisah.

"jujur rumah ini memang ada makhluk penunggunya pak Winardjo, hal ini terkuak ketika penghuni pertama rumah ini mengundang seorang Kiai untuk membantu mengusir makhluk gaib itu, namun tak berhasil karena dahulu konon katanya ada pohon beringin besar yang tumbuh di tanah pondasi rumah ini, dan orang tua pemilik pertama terdahulu menebang pohon itu, dan membangun pondasi rumah tepat di atas bekas pohon itu tumbuh, lanjut cerita setelah pohon itu, ditebang sempat ada beberapa anak yang diculik kata makhluk itu semacam Genderuwo, dan mahkluk ini selalu meminta tumbal karena rumahnya telah di hancurkan. setiap yang menghuni rumah ini pasti akan celaka, jadi saya sarankan jika pak Winardjo tak keberatan sebaiknya bapak pikirkan kembali untuk tetap bertahan tinggal di rumah ini, mohon maaf tapi ini demi keselamatan bapak dan keluarga. sebenarnya saya sudah menegur pemilik rumah ini untuk berfikir menjual rumahnya, karena tragedi sebelumnya, namun mungkin pemilik rumah ini butuh uang jadi terpaksa ia menjual rumah ini dengan harga murah." jelas ustad pada pak Winardjo, agar ia memikirkan kembali untuk tetap bertahan tinggal di rumah tersebut.

"baik pak ustad, saya akan berusaha mencari rumah kontrakan sederhana untuk pindah secepatnya, dan semoga kami selalu dalam perlindungan yang maha kuasa selama tinggal di rumah ini"

"aamiin, jangan sungkan sampaikan kepada sy dan pak RT, jika bapak mengalami masalah"

"baik pak ustad saya ucapkan terimakasih atas informasi tentang rumah ini, dan atas perhatian pak ustad dengan keluarga kami"

"sama-sama pak Winardjo, semoga bapak dan keluarga tetap aman tinggal di rumah ini".

setelah acara selesai, rumah Winardjo kembali hening. hanya terdengar bunyi jangkrik di sekitar halaman rumah.

"karena lelah Rina dan Risa pergi ke kamar dan bersiap-siap untuk tidur, meski jam dinding di kamar baru menunjukkan jam 9 malam, yang biasanya mereka tidur di jam 10 malam.

Tengah malam pun tiba, Risa dan Rina kembali mendapatkan gangguan makhluk gaib.

Disaat mereka terlelap....

tiba-tiba....!

kretek.....pintu kamar terbuka.

Rina yang selalu terjaga dalam lelapnya terbangun dan merasakan pintu terbuka.

perlahan-lahan ia membuka mata.

deg.....

sosok hitam pekat, rambut gondrong, mata merah, wajah seram, kuku yang panjang, muncul pas di depan pintu yang baru terbuka.

syok...bukan main, hal yang tak pernah ia lihat dengan nyata, kini ada di depan mata, Rina terbelalak, mulut seketika terkunci, leher seakan tercekat, tangan dan kaki menjadi kaku, dada sesak tak bisa bernapas dan semakin sesak.

Tak lama kemudian karena merasakan hal yang sama lewat mimpi Risa terbangun dan alangkah terkejutnya ia melihat keberadaan kakaknya disamping seperti sedang di rasuki, namun Risa tak melihat sosok gaib itu.

Abiiiiiiii.......

Umiiiiiiii.......

teriak Risa ketakutan.

Risa bergegas kearah kamar Abi dan uminya, mengetok pintu dengan kencang...

tok ..tok ...

hingga ia mendengar jawaban dari dalam.

"ya, ada apa"

krek ... tampak Abi dari balik pintu,

melihat Abi keluar, Risa langsung menarik tangan Abi ke kamar kakaknya.

dan sesampainya dikamar, tak kalah terkejutnya ia melihat Rina dengan mata terbelalak dan tubuh menjadi kaku, Abi pun panik.

"ini ada apa nak, kenapa kakak kamu bisa begini?"

"aku tidak tau Abi, aku terbangun melihat kakak sudah seperti ini."

jelas Risa dengan kondisi Rina yang sudah kaku dan mata terbelalak.

Umi yang tak kuasa melihat keadaan anaknya jatuh pingsang, membuat Winardjo tambah panik.

" Risa kamu berani kan nak sendiri jaga umi dan kakak bapak keluar rumah mau minta pertolongan sama tetangga"

"iya Abi, tapi jangan lama Risa takut"

"iya, jaga diri kamu, jika ada apa-apa kamu teriak, biar Abi dengar dari luar."

Abi pun keluar dan mengetok pintu salah seorang tetangganya.

tok....tok.

Assalamualaikum...

tok...tok.

terdengar sapaan dari dalam rumah.

"ya tunggu sebentar"

krek...pintu terbuka pelan.

"pak Winardjo ada apa, kenapa tengah malam bapak terlihat panik?" dengan mengerutkan kening pak alam bertanya pada Winardjo.

"tolong pak, istri dan anak saya sedang dalam masalah"

"klo begitu tunggu sebentar saya sampaikan pada istri saya biar dia bantu kabarin tetangga yang lain untuk ke rumah bapak sekarang"

tak lama pak alam pun keluar, dan bergegas ke rumah pak Winardjo, betapa terkejutnya pak alam dengan kondisi Risa, ia Langsung teringat anak pak Widodo yang pernah mengalami hal yang sama, hanya saja Risa saat ini masih dalam kondisi bernapas. wajah pak alam langsung pucat, jika kejadian sudah seperti ini maka tak lama lagi akan ada tumbal di rumah ini.

"bagaimana dengan ibu?" sepertinya dia pingsang.

"istri saya terkejut melihat kondisi anak kami dan ia langsung tak sadarkan diri."

klo begitu mari kita angkat istri bapak di ruangan tengah, dan untuk anak bapak kita tunggu pak ustad Amri, tadi saya sempat sampaikan pada istri saya untuk meminta tolong warga untuk menemui pak ustad.

tak lama warga pun berdatangan untuk menolong pak Winardjo, nampak kepanikan yang terjadi diantara warga yang datang.

bersambung..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!