NovelToon NovelToon

Finding Lost Daddy

BAB 01. Another Story Of Nanas

POV Nanas

"Dimana mempelai prianya?"

Aku berdiri kaku di hadapan penghulu dan keluarga besarku, ini adalah hari pernikahanku dengan kekasihku, namun sudah satu jam lamanya aku menunggu, tidak ada kabar darinya yang ku temui.

"Sabar yah, pak, saya lagi berusaha telepon," jawabku kemudian berjalan keluar dari area akad nikah.

Gedung akad nikah sudah full dengan segala tamu undangan yang kami undang, sedang pihak keluarga dari kekasihku tidak satupun yang datang kesini.

Ku pandangi setiap sudut tempat ini, raut wajah menanti dari tamu undangan menghantui pikiranku, apalagi wajah kedua orang tuaku yang sudah menunggu bagaimana kabar kelangsungan pernikahan putri mereka.

"Dimana?"

Kembali pertanyaan itu yang muncul di benakku, aku duduk di sebuah kursi hingga tak lama kemudian adikku datang menghampiriku.

"Delon, udah dijalan dek?" tanya Reza - Abangku.

"Gatau, Bang?"

"Nanas, coba kamu telepon dia lagi nak, barangkali dia telat atau macet," ujar Mamaku berjalan menghampiriku.

Rasanya tidak mungkin macet dalam keadaan begini karena sudah dua jam lamanya mereka menunggu. "Papa Ion mana?"

"Papa kamu ada didalam," jawab Mama Aida.

Aku langsung bergegas mendatangi Papaku yang berada didalam, sesampainya dihadapan Papa, aku langsung menatapnya intens.

"Pa, aku izin mau nyari Mas Delon dulu," ujarku yang membuat Papa Ion mengangkat kepala menatapku.

"Gausah," jawab Papa Ion.

Raut wajahnya tampak ada kekecewaan yang tidak bisa aku prediksi sebelumnya, wajah yang aku tidak bisa pastikan wajah seperti apa.

"Kenapa, Pa?"

"Dia sudah menikah lebih dulu dengan wanita lain," jawab Papa Ion memperlihatkan foto seorang pria bersama wanita diatas pelaminan dan aku kenal pria itu.

"Mas Delon?"

"Dia sudah menipu keluarga kita, bukannya datang menikah dengan kamu hari ini, dia malah pergi bersama wanita lain dan menikahi wanita itu, tapi Papa juga bersyukur, setidaknya Papa tahu dia bukanlah pria yang baik untuk kamu, Nas."

Mendengar penjelasan Papa Ion aku hanya bisa diam sejenak, tidak ada kabar, tidak ada pesan, Mas Delon, calon suamiku sendiri malah menikah dengan wanita lain, aku tidak tahu dimana Papa mendapatkan foto ini tapi aku tahu Papa mempunyai relasi yang besar untuk sebuah foto seperti ini.

Air mataku jatuh, ucapan terakhirnya adalah Mas Delon tidak sabar menjadi suamiku tapi nyatanya kini dia sudah menikah dengan orang lain, ingin rasanya aku datang kesana dan meminta penjelasan dari Mas Delon, namun semuanya hanya bisa menjadi keinginan.

Aku berlari menuju ke kamarku, tidak mempedulikan semuanya, aku masuk ke kamar dan membenamkan diriku di bantal dan ranjang, membiarkan semua rasa sedih ini mengalir.

Aku benar-benar menyumpah serapah diriku sendiri karena dengan bodohnya aku memberikan hatiku kepada pria seperti Mas Delon.

Aku tidak tahu berapa lama aku menangis sampai akhirnya aku terlelap sendiri dan berusaha melupakannya dan menganggap ini hanya mimpi.

Aku terbangun dikala hari sudah beranjak malam, aku tidak tahu berapa lama aku tertidur namun nyatanya pikiran pertama yang muncul dihatiku malahan.

Pernikahan ku yang baru saja gagal, betapa malunya keluargaku menanggung semua ini dan karirku yang sudah kubangan menjadi aib ketika semua orang tahu bahwa aku adalah wanita yang ditinggalkan pada akad nikahnya.

"Aku benci, sama kamu Mas! Kamu jahat," teriakku melempar bantal ke segala arah.

Aku bangkit dan berjalan ke kamar mandi, mencuci wajah dan membersihkan tubuh, aku butuh penyegaran sekarang, aku tahu kemana aku akan pergi.

"Kurang ajar, Dia sudah keterlaluan Pa, memperlakukan keluarga kita, dan dia tega-teganya mengkhianati adikku," teriak Bang Reza yang masih bisa kudenger saat aku keluar dari dalam kamar.

"Sudah Reza, sabar, sudah," suara Papa Ion tampak menenangkan Bang Reza.

Aku melangkahkan kakiku keluar, dan sesampainya di ruang tamu benar saja ada Mama, Papa dan Bang Reza disana.

"Nas, kamu mau kemana dek?" tanya Bang Reza saat melihatku yang sudah berpakaian rapih.

Aku berjalan ke arah keluargaku dan duduk di samping Bang Reza. "Aku mau ke rumah teman dulu."

"Mau, Abang anter?"

"Gausah Bang, aku naik mobil sendiri aja," Aku bangkit dan mencium tangan Mama, Papa dan Abang. "Nanas berangkat dulu yah."

"Hati-hati, dek," jawab Abang padaku.

"Assalamualaikum," ucapku yang kemudian dibalas oleh keluargaku.

TBC

BAB 02. Tidak Semanis Radler

POV Zach

Sialan!

Pemberitaan semakin aneh saja, kini diriku sedang menatap layar dashboard yang menampilkan berita tentang salah satu presiden direktur perusahaan ternama di kota ini yang di isukan adalah penyuka sesama jenis.

"Siapa yang membuat pemberitaan bodoh seperti ini, apa mereka sudah kehabisan bahan!?" teriakku menggebrak meja kerjaku.

Aku memilih mengusap pelipisku tenang kemudian menyandarkan punggung badan di kursi kerjaku.

"Zian!"

Tak lama setelah aku berteriak, seorang pria masuk ke dalam ruangan ku, dia adalah Zian, asistenku.

"Siap, Tuan Zach, ada apa?" tanya Asisten Zian yang membuatku membalik layar monitor laptop kepadanya.

Asisten Zian membenarkan kacamatanya kemudian membaca berita dengan raut wajah yang sulit ku artikan, kurasa dia sudah mengerti apa maksudku.

"Bagaimana cara menghentikan para pembuat berita bodoh ini?" tanyaku yang membuat Asisten Zian mendelik.

"Tuan memang bukan penyuka sesama jenis kan?" tanya Asisten Zian yang membuatku menatapnya tajam.

Dia hanya tertawa kemudian duduk di kursi yang ada di depanku tanpa permisi, biarlah lagipula Aku dan Zian adalah seorang sahabat, kalau situasi berdua, tidak perlu ada hal formal diantara kami.

"Maaf, Zach, aku kira kau benar penyuka sesama jenis, wajar mereka membuat pemberitaan begini, karena kau tidak pernah berkencan dengan wanita," jawab Asisten Zian yang membuatku mendengus marah.

"Kau asistenku atau bukan sih?" tanyaku kesal. "Kau tahu sendiri kan, aku alergi terhadap wanita, mereka itu susah diatur dan menyebalkan."

"Kau belum mencobanya, Bastard, coba saja sekali maka kau akan menemukan apa yang kau sebut menyebalkan itu."

Dasar Asisten Zian sialan, berani-beraninya dia mengajariku tentang cara seperti ini, sayangnya aku bukan tipikal Presdir Playboy, kalau aku mau, para wanita bisa mengantri sekarang juga.

"Berikan aku solusi," ujarku menutup laptop tanpa mengembalikan layarnya.

Asisten Zian tampak berpikir sejenak sebelum Akhirnya menganggukkan kepalanya serius. "Aku ada sebuah ide, tapi janji kau akan menurut."

"Kau memerintahku?"

"Kalau kau tidak mau, yasudah," jawab Asisten Zian hendak pergi.

"Iya! Iya aku mau!" ujarku menahan kepergian Asisten Zian.

Antonio Zach Chow, itu namaku, seorang Presiden Direktur dari perusahaan properti yang dibangun oleh ayahku, perusahaan properti ini bergerak dibidang pembangunan tidak hanya penjualan, mirip seperti Real Estate tapi aku tidak menyukai konsep Real Estate tapi lebih ke Properti saja.

Aku turun dari mobil, sendirian, dengan petunjuk maps lokasi yang diberikan oleh Asisten Zian tadi.

Asisten Zian? Aku tidak tahu dimana pria sialan itu kini sekarang, dia hanya memberikan lokasi tempat ini.

Lokasi ini adalah sebuah BAR terkenal, cukup besar dan banyak sekali pria berpakaian kantor kurasa mereka bos-bos besar yang datang kesini dan tentu saja para wanita dengan pakaian seksi dan menggoda.

Oh tidak, aku alergi pada wanita seperti ini.

Aku berjalan masuk ke dalam BAR ini, cukuplah untuk memenuhi kesenanganku, dan semoga saja tidak ada yang mengenaliku.

Tujuan Zian adalah agar aku mendapatkan seorang wanita untuk diajak berkencan agar mematahkan pemberitaan bodoh yang sedang beredar sekarang.

Aku masuk dan duduk disebuah kursi yang ada didepan pelayan wanita, kami dibatasi oleh meja panjang sedang di kursi lain di duduki oleh pria dewasa lain.

"Ingin minuman apa Tuan?"

Aku mendelik mendengar itu, minuman apa yah, menyentuh alkohol biasanya hanya saat pribadi.

Aku melirik orang disampingku dia tampak meminum sebuah minuman alkohol, hm jenis wine dan aku yakin sekali.

"Saya pengen Radler," jawabku cepat.

Aku tidak ingin terlalu mabuk kan gara-gara alkohol, jadi jangan salahkan aku memilih Radler.

Tak berselang lama setelah aku memesan, segelas Radler datang, rasanya ingin pergi, tempat ini tidak worth it dengan kepribadianku.

Tapi sebuah pemandangan menghentikan lamunanku, seorang wanita ehm gadis muda, dengan pakaian tidak terlalu seksi duduk sendirian, matanya sembab mungkin habis menangis, bisa kutebak dia meminum Vodka sebotol penuh, kasian, jika dia mabuk dia akan menjadi mainan para pria dewasa disini, kecuali dia sudah tidak perawan.

Aku pergi saja, disini tidak sesuai harapan, aku membayar Radlerku dan pergi dari sini menuju mobilku, hari sudah gelap rupanya, aku masuk ke mobilku namun baru menjalankan mobil sebuah insiden menghalangi.

Seorang wanita naik tiba-tiba kedalam dan bersandar di pundakku. "Nanas, cape, mau tidur."

Nanas? Jadi namanya Nanas?

Ini kan wanita yang aku liat tadi, ah, aroma tubuhnya semanis Radler ah tidak semanis Vodka, kenapa dia begitu menggairahkan.

"Kau ingin ikut denganku?"

"Yah!"

"Good, Baby."

TBC

BAB 03. U Can Fix This, Baby?

POV Zach.

Aku menjalankan mobilku menuju hotel terdekat, ingin ku bawa kemana wanita manis ini, dia masih dalam kondisi mabuk berat.

Aku alergi terhadap wanita, bahkan kehilangan gairah, namun entah kenapa, wanita bernama Nanas ini benar-benar membuatku bergairah, rasanya, aku mendapat umpan bagus malam ini.

Sesampainya di hotel, aku langsung memesan kamar VIP, setelah mendapatkan kartu akses kamarku, aku menggendong Nanas menuju kamar yang berada di lantai dua.

Tidak peduli, siapapun yang memandang kamu, malam ini hanya ada milikku dan Nanas seorang.

Setelah sampai di kamar aku langsung menidurkan Nanas di ranjang, ranjang king size yang mampu menahan goncangan sewaktu-waktu.

Aku berdiri memandangi tubuh Nanas, sampai akhirnya Nanas bangkit dan mencium leherku, ah wanita agresif, ah tidak, dia tidak mencium leherku dan menyedotnya.

Tak lama kemudian dia menjatuhkan dirinya ke ranjang dalam posisi mabuk, aku melonggarkan dasi dan melepas kemeja, bekas ini memberikan tanda merah yang kentara.

"U can fix this, Baby?" bisikku mendorong Nanas tertidur dan berbisik ke arahnya.

Nanas mengangguk, aku melepas kemejaku dan kini hanya tersisa pakaian dalam, ah rasanya aku benar-benar bergairah, aku mulai melepas pakaian Nanas dan kini terlihat bentuk tubuhnya.

Dan kau tahu apa yang terjadi selanjutnya? Sesuai apa yang di pikiran semua orang, kami melakukan itu.

"And you lost virginity, baby girl."

POV Nanas.

Aku membuka mata perlahan, hari sudah benar-benar siang, aku tidak tahu dimana aku sekarang, cahaya matahari masuk memancar melewati sela jendela.

Ini bukan dikamarku, Mama, Papa? Abang? Apa Bang Reza semalam menjemputku, aku menetralkan pandangan, merasakan sakit di area bawah dan aku sadarku aku tidak memakai pakaian apapun kecuali selimut.

"AH!"

"Kenapa kau begitu berisik!"

Pria itu terbangun, dia juga dalam kondisi tidak memakai apapun, aku menutup kamarku dan rasanya dia berjalan ke kamar mandi, aku baru membuka mataku saat memastikan dia sudah memakai handuk.

"Tidak usah khawatir begitu, kau sudah melihatnya semalam," jawab pria ini begitu santai.

"Kau melakukannya?"

"Kau yang memintanya, sayang.

HAH? BAGAIMANA INI?

"Kau Gila! Apa yang aku akan katakan pada orang tuaku nanti, aku anak perempuan satu-satunya."

"Itu bukan urusanku," jawabnya kemudian mulai memakai pakaiannya.

Begitu santainya pria ini menjawab, aku rasanya sangat kesal, ku raih bantal dan melemparnya kepada pria ini, namun dia berhasil menahan tanganku.

"Tenang, sayang, namaku Zach, aku lihat ini?" Dia memperlihatkan tanda merah di lehernya. "Kau yang membuatnya." timpanya.

"Mana mungkin!" Disentuh pria saja aku tidak mau, apalagi melakukan itu, apa yang sudah aku lakukan?

"Sudahlah, semalam begitu enak, andaikan waktu bisa lebih lama, kalau kau ingin disini, silakan saja," jawab Zach berjalan keluar.

Air mataku jatuh, kehilangan kehormatan segampang itu menurutnya, padahal kehormatan adalah hal yang paling berharga, tapi ini tentu salahku aku tidak dapat menjaga kehormatan ku sebagai seorang wanita.

"Tunggu!"

"Apalagi?"

"Antarkan aku ke BAR, mobilku ada disana," jawabku kemudian berdiri. "Jangan melihat!"

Aku masuk ke toilet dan membersihkan diri, aku yakin sekali dia melakukannya tanpa pengaman, bagaimana ini, kalau benih ini berkembang nantinya.

Aku membersihkan diri kemudian memakai pakaianku sebelum akhirnya berjalan bersamanya keluar dari kamar hotel, tidak ada jawaban lain yang terlintas.

Aku lupa dimana tasku yang berisi ponsel dan dompet, sesampainya di mobil ternyata tasku ada disana, aku meraih ponsel dan sudah banyak panggilan tak terjawab dari Bang Reza, Mama dan Papa.

Apa yang akan aku katakan nanti?

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!