NovelToon NovelToon

Perjuangan Aisyah

Bab 1 Pernikahan

'SAH'

Kata tersebut terus saja mendengung di telinga Aisyah, bagaimana dia menerima semua ini?

Apakah dia akan sanggup? Atau akan menyudahi nya di tengah jalan.

Ini bukan pernikahan impian Aisyah, dia bahkan tidak di beri kesempatan untuk menolak ataupun mengeluarkan pendapat sepatah katapun.

Setelah acara makan malam itu, esok pagi nya sang Paman memaksa Aisyah untuk menikah malam nanti dengan pria tersebut.

Tampan?

Mapan?

Kaya?

Ya, pria itu memiliki semuanya! Namun, Aisyah merasakan aura kekejaman dalam diri pria tersebut.

Apalagi saat menatap dirinya, bukan tatapan penuh nafsu! Tapi tatapan permusuhan dan dendam.

Dan, mau tak mau Aisyah menerima semuanya dengan mencoba ikhlas.

*

Pernikahan sederhana pun sudah selesai, Aisyah di bawa langsung oleh sang Suami ke mansion nya.

"Silahkan Nona"

Aisyah hanya menurut saja saat sang sopir membukakan pintu untuk nya.

Suami nya?

Dia sudah lebih dulu pergi dengan mobil yang berbeda.

'Kenapa semua jadi begini? Apa salahku Paman?'

Di sepanjang jalan, Aisyah terus saja menatap ke arah luar jendela dengan pandangan kosong dan sesekali air mata nya menetes.

Hingga 1 jam lebih dan akhirnya mobil tiba juga di halaman mansion yang sangat megah dan mewah.

Glek.

Aisyah menelan ludah kasar saat menatap bangunan di hadapannya, lalu dia mengikuti kemana arah sang kepala pelayan membawa nya.

"Berhenti"

Deg.

"Kau, tidur di gudang belakang dan jangan ada yang membantu nya sana sekali"

Deg.

Lagi dan lagi jantung Aisyah berdetak kencang, dia juga merasakan sakit di ulu hati nya dengan ucapan sang pria yang berstatus suami itu.

"Antarkan dia dan biarkan dia membereskannya"

Perintah nya pada sang kepala pelayan disana.

"Ba baik Tuan muda"

Kemudian Aisyah mengikuti kepala pelayan kembali, dia terus melangkah dan masuk ke lorong hingga tibalah di bangunan yang kotor dan kumuh.

"Nona, ini alat untuk membereskan dan membersihkannya, maafkan saya tidak bisa membantu"

"Tidak apa Bibi, pergilah sebelum Tuan muda memarahi mu"

Aisyah mencoba tersenyum dengan tulus, kemudian dia masuk dan menutup pintu nya.

Tes.

Tes.

'Ayah, Bunda, apa aku akan sanggup? Bolehkah aku menyusul kalian?'

Aisyah terisak dengan menatap poto kedua orangtua nya yang memang sengaja dia bawa dari Rumah Pamannya.

Setelah berganti pakaian, Aisyah mulai membersihkan gudang tersebut agar layak di pakai menjadi kamar.

Sunyi.

Itulah yang Aisyah rasakan, dia bekerja sendiri dengan peluh berkucuran dari dahi dan wajah nya.

Namun, tak ada kata mengeluh ataupun mengaduh dan Aisyah tetap melakukannya dengan tenang.

Hingga tepat tengah malam, dia sudah membereskan semuanya dan terlihat gudang itu sudah sangat cantik dan bersih.

Barang-barang didalam nya dia pindahkan ke gudang sebelahnya dan disana juga ada kasur kecil untuk Aisyah tidur.

Lelah.

Aisyah merebahkan tubuh lelah nya di atas kasur tipis tersebut, dia memejamkan mata nya dan tak lama kemudian dia terbang ke alam mimpi.

🐼

'Byur'

"Bangun kau pemalas, kerja dan jangan tidur saja kerjaan mu"

Uhuk Uhuk.

Aisyah batuk karena air yang di siramkannya sungguh sangat banyak.

Dia menatap pria di hadapnnya dengan tatapan teduh, tak ada benci ataupun kemarahan disana untuk pria yang semalam mengucapkan ijab qobul atas dirinya.

"Maaf Tuan muda"

"Bangun dan bantu para pelayan di Rumah ini, jangan jadi pemalas. Dasar wanita murahan"

Deg.

Aisyah seketika meremas baju kaos yang di gunakannya, dia tidak menyangka bahwa mulut pria tersebut sangat kejam.

Brak.

Pintu di tutup dengan kasar dan Aisyah segera mungkin bersiap untuk membantu bekerja.

Ceklek.

"Non, ayo cepat sebelum Tuan marah kembali"

Seorang pelayan masuk ke sana dan mengajak Aisyah bergegas untuk bekerja.

Hari ini, Asiyah akan membantu pelayan untuk membersihkan seluruh mansion tersebut.

Dan, Aisyah sama sekali tak keberatan ataupun mengeluh karena memang sudah terbiasa sejak di Rumah sang Paman.

Para pelayan menatap nya dengan penuh iba, mereka sangat menyayangkan aisyah yang cantik mau bersama dengan Tuan muda kejam itu.

*

Berbeda keadaan di perusahaan Alexandra, mereka tengah mengahadapi situasi tegang karena sang Boss besar pasti akan murka pada mereka.

Karena apa? Karena salah satu kepala divisi kabur dengan membawa dokumen penting perusahaan.

Tap.

Tap.

Brak.

"Bagaimana bisa kalian kecolongan seperti ini, hah"

"Jangan jadi pekerja yang memakan gaji buta kalian ini"

Glek.

Para petinggi perusahaan menelan ludah kasar saat lontaran kata yang begitu mematikan dari sang Boss besar.

"Cepat ubah isi dokumen tersebut dan kita segera ajukan ulang pada perusahaan terkait"

Brak.

Setelah mengucapkan hal itu, pria tersebut pergi dengan wajah merah padam dan tangan mengepal kuat.

"Akmal, cari bedebah itu sampai ke ujung Dunia sekalipun"

"Baik Tuan muda"

Asisten kepercayaannya hanya patuh dan langsung mengerjakan apa yang di perintahkan oleh sang Boss.

Dia menelpon orang kepercayaannya dan menanyakan kabar pencarian tersebut.

Sedangkan sang Boss, dia kembali bekerja dengan emosi yang sudah mulai stabil.

Dia akan menyelesaikan meeting online bersama dengan klien dari Luar Negeri terlebih dulu sebelum pulang.

Ya, dia memutuskan akan pulang karena mood nya sangat jelek serta emosi yang belum tuntas.

*

Hingga tepat jam makan siang, sang Tuan muda pulang dengan wajah sangar dan dinginnya.

Dia melangkah masuk ke dalam mansion dengan langkah lebar.

"Bi Ambar"

Teriaknya dengan begitu menggema.

"Iya Tuan muda"

"Panggil Aisyah"

Bibi Ambar langsung kembali ke belakang dan memanggil Aisyah yang sedang membantu di bagian laundry.

"Iya Tuan muda"

"Aahhhhkkk"

Aisyah memekik kaget dan juga merasakan sakit di pergelangab tangannya saat sang Suami menariknya dengan paksa.

"Tuan, maafkan saya. Apa salah saya"

Aisyah menangis dengan diam, dia ingin meronta tetapi tak ada keberanian karena takut akan kemarahan pada sang Suami.

"Diam kau"

Bentak nya dengan sangat menggelegar.

Aisyah di bawa ke belakang dan menuju ke kolam renang, entah kenapa Aisyah langsung ketakutan dan punya firasat buruk.

Sedangkan Bibi Ambar, dia merasa kasihan dengan nasib Aisyah.

"Bi, bagaimana ini"

Pelayan lain pun merasa takut dan kasihan pada Aisyah, mereka takut sang Tuan muda akan melakukan hal nekad.

Byur.

"Ampun Tuan"

"Ampuni saya"

Bibi Ambar dan pelayan itu langsung mengintip setelah mendengar teriakan Aisyah yang begitu menyayat.

"Ya Allah"

Bibi Ambar menutup mulut nya saat Tuan muda dengan tanpa perasaan menenggelamkan Aisyah dan mengangkatnya kembali dan terus saja seperti hal itu.

Aisyah pun merasakan sesak di dada nya, dia merasa tidak melakukan kesalahan tetapi dia malah di hukum seperti ini.

"Ini adalah hukuman untuk wanita tak tau diri seperti mu"

Hah

Pria tersebut melepaskan Aisyah setelah dirasa cukup dan emosi nya sudah berlalu.

Dia kemudian meninggalkan Aisyah yang sedang menangis tergugu di kolam renang

Hiks.

Hiks.

"Apa salahku, kenapa seperti nya Tuan muda sangat menaruh dendam padaku"

Aisyah keluar dari kolam dengan air mata yang terus menetes, bahkan tubuh nya juga bergetar hebat karena kedinginan.

.

.

.

.

Bab 2 Rama Alexandra

Tepat pada tengah malam, tubuh Aisyah sangat menggigil. Dia terus meracau karena demam nya yang terlalu tinggi, hingga Karina yang tidur di sampingnya pun terbangun.

"Aish, ya allah dia demam"

Karin langsung saja berlalu ke dapur untuk mengambil air dan akan mengompres kening Aisyah.

Dia berlalu dengan cepat dan meninggalkan aisyah yang masih terlelap dengan demam yang mendera tubuh nya.

Setelah kepergian Karin, seorang datang dengan wajah datar nya dan juga sorot mata tajam.

Dia menatap Aisyah yang ternyata sudah di kompres terlebih dulu oleh Karin, bahkan dalam tidurnya terlihat sekali dia gelisah dan mengigil.

'Apa dia sakit'

Pria itu menepis pemikirannya dan berlalu dari sana, dia masuk ke dalam area mansion dan langsung menuju ke lantai atas dimana kamarnya terletak.

Klik.

Pintu kembali tertutup dan pria tersebut merebahkan tubuh nya di atas ranjang.

"Kenapa saat menatap wajah serta mata nya aku merasakan tak tega, aku bahkan tidak ada amarah menggebu setelah melihat dia"

"Apa anak buahku salah informasi"

Rama Alexandra, pria tampan dengan sejuta pesona. Pemilik Alexandra Corp setelah kematian Ayah nya 3 tahun lalu.

Banyak wanita yang mengejar ataupun sekedar menggodanya, namun dia tidak pernah tertarik dan mengabaikannya.

Wajah tampan itu dia hiasi dengan tatapan dingin dan datar, dia berubah setelah mengetahui bahwa sang Ayah meninggal karena di bunuh.

Rama terus saja mencari informasi dan juga dalang siapa yang sudah dengan tega membunuh sang Ayah.

Hingga dia menemukan fakta bahwa keluarga Maheswari juga turut serta akan kejadian itu.

Aisyah Maheswari, dia adalah wanita yang di yakini Rama adalah Putri dari orang yang bersekutu dengan dalang tersebut.

Hingga membuat Rama menikahi nya hanya untuk balas dendam saja.

Tapi, satu hal yang belum Rama ketahui. Siapa keluarga Maheswari yang terlibat itu?

*

Malam semakin larut, dan lamunan Rama pun terbuyarkan saat ada panggilan di ponsel pintar nya.

'Akmal'

Tanpa menunggu lagi, Rama langsung menerima panggilan tersebut dan mendengarkan apa yang di bicarakan oleh sang Asisten.

Cukup lama mereka berbincang dan Rama menyudahi nya setelah dirasa cukup.

"Hanya Bunda lah satu-satu nya kunci yang tau siapa dalang itu"

...***************...

Matahari menampakan dirinya dengan sangat indah di sertai cahaya yang cukup menghangatkan tubuh semua orang.

Para pelayan sudah sejak tadi melakukan pekerjaannya, begitupun dengan Bibi Ambar yang sudah berkutat dengan peralatan masak di dapur.

Tap.

Tap.

"Aisyahhh"

Rama memanggil sang Istri dengan suara lantang dan sangat menggema.

Karin yang kebetulan ada di dekat ny pun langsung menghampiri sang Tuan muda.

"Maaf Tuan muda, Nona Aisyah sakit dan dia akan mengerjakan pekerjaannya nanti setelah jam makan siang"

Karin berucap dengan sangat gugup dan takut, dia lalu pergi setelah mendapatkan kode dari sang Tuan.

Rama langsung masuk ke ruang makan, dia akan sarapan dan akan pergi ke perusahaan yang sedang ada masalah.

*

Rama pergi setelah Akmal menjemputnya, dia membuka berkas yang berisi data si pelaku pengambilan dokumen penting.

"Dia adalah sepupu dari Wandi, Ayah Nona Aisyah"

Ck.

Rama berdecak , dia melemparkan berkas itu dan mengambil ponsel nya.

"Cari tau kembali tentang Aisyah Maheswari"

Tut.

Rama menatap lurus ke depan, dia merasa ada kesalahan disini tanpa dia ketahui dan rasakan.

Hingga beberapa saat mobil yang di lajukan Akmal pun tiba di halaman perusahaan.

Rama dan Akmal datang sangat pagi dengan sengaja, mereka akan menemui pelaku tersebut yang kemungkinan akan datang untuk mengikuti laporan bulanan.

"Siapkan semuanya dengan matang, dan juga jangan lupa untuk fokus agar tak ada kesalahan lagi"

Rama mewanti-wanti Akmal agar tetap fokus dalam rapat laporan bulanan nanti, karena dia tidak mau kecolongan lagi.

Tepat jam 10 pagi, semua kepala divisi memasuki ruangan rapat dengan perasaan biasa saja dan tenang.

Karena apa? Karena memang mereka tak melakukan kesalahan apapun pada Boss ataupun perusahaan.

Semua nya sudah berkumpul begitupun dengan target yang akan Rama tangkap.

Rama dan Akmal pun masuk ke dalam, mereka akan melakukan rapat seperti biasanya lebih dulu sebelum penangkapan.

Satu persatu kepala divisi melaporkan semuanya, dan semuanya baik-baik saja serta berjalan normal.

Hingga akhirnya tibalah kepala divisi pemasaran, dia dengan lugas dan santai melaporkannya tanpa ada rasa takut maupun bersalah di wajah nya.

"Rapat selesai, namun jangan ada yang keluar ruangan dulu"

Glek.

Deg.

Mereka menelan ludah kasar dan jantung yang sangat berdegup kencang.

Entah apa yang terjadi sehingga mereka di tahan di sana oleh sang Boss.

Ceklek.

Pintu terbuka dan masuklah beberapa orang polisi beserta pengawal dari Rama.

"Kemarin, pihak perusahaan kehilangan dokumen penting untuk di berikan pada perusahaan asing. Dan di antara kalianlaj yang mengambil serta menukarkannya dengan yang lain"

"Maka, Tuan muda hari ini akan menyuruh membawa nya dan meringkusnya"

Akmal bersuara dengan lantang dan juga tegas, hingga membuat mereka ketakutan walaupun tidak melakukan hal tersebut.

Hingga pada akhirnya, polisi menangkap kepala divisi pemasaran dan langsung memborgol nya.

"Jangan mengelak lagi karena semua bukti sudah saya kantongi"

Rama berucap dengan tegas dan sorot mata yang nyalang, dia bahkan bangkit dari duduk nya dan menghidupkan layar besar di hadapan mereka.

Deg.

Deg.

'Bagaimana bisa aku seceroboh itu'

Pikir nya dengan sangat ketakutan, tak ada lagi untuk kabur ataupun mengelak pada sang Tuan muda.

"Jangan bawa saya, Tuan tolong ampuni saya"

Pria itu terus berteriak meminta tolong, namun tak di dengarkan oleh Rama sama sekali.

Hingga suara itu menghilang dengan seiringnya kepergian dia bersama para polisi dan pengawal.

"Ini untuk pelajaran bagi kalian, bagi siapa saja yang melakukan pengkhianatan maka bukan hanya penjara yang akan menanti nya"

Setelah mengucapkan hal itu, Rama bersama Akmal pergi dari sana meninggalkan peserta rapat dengan lega.

"Gila, dia berani sekali menipu disini"

"Hah kau benar, dia tidak takut kalau Tuan muda akan memenggal kepala nya"

Mereka keluar dengan berbisik-bisik, tak ada yang berani melakukan hal sefatal itu disana. Karena mereka tau bagaimana sadis nya Tuan muda mereka.

Bukan hanya mereka yang bisik-bisik, bahkan karyawan yang sempat melihat penangkapan itu pun mulai berbisik dan gosip.

"Pasti berujung sengsara"

"Bukan hanya sengsara, tetapi merana"

Mereka kembali bekerja sebelum mendapatkan teguran dari sang atasan.

Sedangkan yang lain pun sama, mereka hanya akan mencari aman daripada mencari keributan bersama sang Boss.

*

Akmal dan Rama sudah bersiap untuk pergi ke tempat dimana sang klien meminta bertemu.

Mereka akan meluruskan semua masalah ini sampai tuntas.

.

.

.

.

Bab 3 Tangisan Aisyah

Rama kembali tepat sebelum tengah malam, hanya keheningan dan kesunyian yang dia rasakan saat masuk ke dalam mansion.

Langkah kaki nya membawa ke arah dapur, dia merasakan tenggorokannya yang sangat haus.

Rama terus melangkah dan sampailah dia di mini bar yang ada di dapur.

'Aarrgghhhh'

'Ampunnnnnn, kenapa kamu menyiksa saya'

'Hiks'

'Hiks'

Samar-samar Rama mendengar suara Aisyah menjerit, dia melangkah ke arah gudang dimana Aisyah berada.

Dia berjalan sangat hati-hati dan mengendap, dia bisa melihat salah seorang pelayan yang sedang menyeret dan memukul tubuhnya.

Bukannya senang ataupun berdiam diri, Rama langsung saja menuju ke arah Aisyah.

Dan.

Bugh.

"Tu tuan muda"

Hiks.

Hiks.

Aisyah menangis kesakitan di bawah kungkungan tubuh Rama, dia sudah pasrah akan semua yang terjadi.

"Tangkap dan bawa dia"

Rama menyuruh salah satu pengawal nya membawa pelayan yang sudah ketakutan itu ke dalam kamar yang tak di ketahui oleh siapapun.

"Kenapa anda menghentikannya Tuan? Bukankah itu adalah perintah anda yang menyuruhnya menyiksa saya"

"Apa salah saya pada anda, Tuan? Saya juga tidak ingin menikah dengan anda"

Hiks.

Hiks.

Deg.

Rama tersentak kaget dengan ucapan Aisyah, dia langsung saja menggendong Aisyah dan membawa nya ke kamar pribadi milik nya.

Tanpa membantah ataupun berontakan dari Aisyah, akhirnya Rama sampai di kamar tersebut dengan wajah penuh amarah nya.

"Tidurlah"

Rama langsung bergegas pergi keluar kamar dan menuju ke lantai 1 dimana semua pelayan sudah berkumpul.

Disana juga sudah ada Bibi Ambar dan Karin yang terlihat kebingungan.

"Siapa diantara kalian yang bernama Anika?"

Krik.

Krik.

Hening, tak ada yang menjawab dan hanya gelengan kepala saja.

Namun, Rama bisa melihat siapa yang memiliki nama tersebut karena raut wajah nya terlihat sangat kentara ketakutan.

Kemudian, Rama memberi kode pada pengawal nya dan langsung saja membawa wanita itu kehadapannya.

Bruk.

"Ampuni saya Tuan muda, saya hanya di suruh oleh Susi agar menyiksa Aisyah dan memberi obat tidur pada Bibi Ambar dan Karin supaya tidak membantu Aisyah"

"Ampuni saya Tuan"

Karin maju ke depan dan langsung menerjang wanita itu, dia sangat emosi begitu mendengar pengakuan dari rekan nya yang baru bekerja beberapa bulan ini.

Bukan hanya Karin, bahkan Bibi Ambar pun mendekati dan menamparnya beberapa kali dengan sangat kuat.

"Siapa kamu yang berani sekali memberikan obat tidur pada kami, hah"

Bibi Ambar sangat murka, namun mereka berhenti saat Rama memberinya kode agar berhenti.

"Apa hak kalian menyiksa Aisyah? Dia itu Istri saya dan bukan pelayan seperti kalian. Jadi, hanya akulah yang berhak melakukan sesuatu padanya"

Deg.

'Istri'

Pelayan tersebut melototkan mata nya, dia tidak tau kalau Aisyah adalah Istri Tuan muda nya.

"Kami saja tidak berani mendekati nya, eh dia malah cari gara-gara"

"Bukannya kedua pelayan itu selalu songong dan bermimpi akan menikahi Tuan muda"

Pelayan lain langsung berbisik atas apa yang terjadi malam ini, mereka cukup geram akan tingkah keduanya dan mereka juga kebagian kemurkaan dari sang Tuan muda.

"Dengarkan ini, Aisyah yang akan mengurus segala kebutuhan saya dan lantai atas akan di kerjakannya, jangan ada yang membantu ataupun berlaku semena-mena pada nya"

"Kalian boleh kembali ke kamar masing-masing, dan untuk kamu tolong bereskan barang-baranh Aisyah dan pindahkan ke kamar saya"

Rama berucap sangat tegas, dan dia menunjuk Karin untuk melakukan pekerjaannya sekarang.

Sedangkan dia sendiri langsung pergi ke kamar, hari sudah larut dan dia akan istirahat.

Ceklek.

Rama masuk dan terlihatlah Aisyah yang sudah tertidur di atas sofa yang lumayan besar.

Dia membiarkannya dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lebih dulu.

*

Ke esokan pagi nya, Aisyah terlambat bangun dan hal itu membuat Rama sedikit murka.

"Hei wanita lemah, bangun"

Rama menyentakan selimut yang membalut Aisyah tersebut ke arah sembarangan.

Ck.

Rama berdecak kesal, dia lalu menyeret kaki Aisyah pelan.

Dan.

Bruk.

"Sssttthh"

Seketika Aisyah terbangun dan meringis karena terjatuh dari atas sofa, dia lalu melihat Rama yang sudah menatapnya dengan berang.

"Aarrghh Tuan"

"Temui Bibi Ambar dan tanyakan bagaimana pekerjaanmu mulai hari ini, jangan hanya tidur dan rebahan saja"

Aisyah hanya mampu menganggukan kepala nya dengan pelan, dia mengusap rambutnya yang sakit karena di jambak oleh Rama.

Brak.

Lagi dan lagi Aisyah terlonjat kaget karena Rama menutup pintu dengan sangat keras nya.

"Sabar Aish, ayo semangat"

Aisyah mencoba menyabarkan dan melapangkan dadanya atas apa yang dia alami selama ini.

Air mata nya kembali menetes, apa dia akan sanggup akan semua ini? Atau menyerah saja!

Itulah yang di pikirkan Aisyah saat ini.

*

Bibi Ambar menjelaskan apa saja yang harus Aisyah lakukan dan kerjakan, dia juga menjelaskannya dengan sangat teliti agar Aisyah tidak melakukan kesalahan.

"Semuanya sudah Bibi jelaskan, jadi apa kamu mengerti?"

"Sudah Bibi, terimakasih"

Aisyah menjawab dengan senyuman menghiasi wajah nya yang teduh nan cantik.

Setelah itu, Bibi Ambar pergi dari sana dan Aisyah mulai mengerjakan pekerjaannya dengan penuh kehati-hatian.

Huh.

Aisyah menghela nafas karena sangat melelahkan,

"Ini hanya satu lantai saja, apalagi kamar dan ruangannya belum"

Hiks.

"Semangat Aish"

Aisyah kembali melakukan pekerjaannya, dia mulai membereskan ruang kerja milik Rama dan setelah nya langsung menuju ke kamar Rama.

Beberapa kali mengalami kekerasan fisik tidak membuat Aisyah membangkang Rama, karena Aisyah menjalani nya dengan ikhlas sebagai seorang Istri.

Setelah beberapa jam bekerja, akhirnya Aisyah selesai juga dan langsung menuju ke langai 1. Dia akan membantu memasak seperti biasanya bersama dengan Karin dan Bibi Ambar.

Glek.

Glek.

"Haus ya Non"

Karin datang dengan ledekan karena Aisyah minum dengan sangat rakus, bahkan air nya sampai menetes ke kerudung yang di pakai nya.

"Hehe iya nih Karin, ayo kita masak karena sebentar lagi jam makan siang"

Aisyah dengan begitu riang dan terlihat seperti orang yang tidak mengalami masalah saja.

Ya, mereka semua di suruh tutup mulut dan jangan membuka masalah semalam pada siapapun, termasuk Aisyah.

Aisyah sendiri menutup rapat masalah semalam karena takut Bibi Ambar dan Karin akan marah pada pelayan tersebut dan tanpa dia tau bahwa semua orang tau akan musibah yang menimpa dirinya semalam.

'Terbuat dari apa hati dan tubuh mu, Aish. Bahkan kau bisa berpura-pura tegar dan tersenyum dengan riang setelah apa yang terjadi padamu'

Karin begitu salut akan Aisyah yang selalu sabar dan tabah, tak ada makian ataupun mengeluh sama sekali pada oranglain atas apa yang menimpa nya.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!