Micha Alexander mempunyai kepribadian yang sangat berbeda dari papa dan mamanya. Micha termasuk gadis yang periang dan aktif, mudah bergaul dan punya banyak teman. Saat ini usia Micha baru beranjak 17 tahun dan saat ini dirinya baru saja memasuki kelas 3 SMA, ini adalah masa-masa terakhir kesenangan seorang pelajar SMA.
“Hei Joel tumben berangkat pagi.” Ucap Micha sedikit meledek teman sebangkunya ini.
“Jahat sekali mulutmu itu, teman berangkat pagi dikatain, berangkat siang diocehin mau kamu itu apa Micha.” Gerutu Joel pada Micha.
“Hahaha..maaf Joel, lalu apa alasannya dirimu bangun pagi ratuku.” Tanya Micha dengan wajah gemasnya.
“Gara-gara aku lupa mengerjakan tugas Pak Ken, aku harus bangun sangat pagi hari ini.” Decak Joel kesal, karena dirinya lupa mengerjakan tugas matematikanya yang mana guru mereka Pak Ken termasuk guru killer di sekolah.
“Sudah kuduga pasti ada alasan yang kuat dirimu tiba-tiba masuk pagi, karena Joel tidak akan masuk pagi jika bukan karena urusan yang mendesak.” Ucap Micha yang masih saja meledek Joel.
“Sudahlah, jangan berisik cepat keluarkan buku PR mu.” Ucap Joel tidak sabarnya.
“Huh..ujung-ujungny aku lagi yang kena sasaran.” Gerutu Micha
“Ayolah Micha jangan pelit terhadap sahabatmu ini, kamu ingin melihat Pak Ken menghukumku.
“Baiklah, ini...!!” Micha melemparkan bukunya di meja Joel pelan.
“Lain kali tidak boleh lupa buat PR lagi, mengerti!! Ucap Micha memperingatkan sahabatnya itu.
“Ratu Joel kita berangkat pagi hari ini, kesambet apa kamu Joel?” Ucap Enzi salah satu teman kelas mereka.
“Enzi!! Kamu sama saja dengan Micha.” Protes Joel.
“Sudahlah kalian ini selalu saja meledek Joel.” Ucap Rifa gadis berkacamata itu membela Joel.
“Ah...memang cuma Rifa yang baik padaku.” Ucap Joel sambil memeluk manja Rifa.
“Benarkah?! Kamu sudah tidak membutuhkan buku PR ku bukan?” Ucap Micha menatap tajam Joel.
“Hehe...Micha juga yang terbaik kok.” Langsung memeluk ke arah Micha.
“Kalau ada maunya aja, manis banget.” Ucap Micha meledek.
“Iya-iya Micha sayang maafkan aku, jangan ngambek oke?” Bujuk Joel dengan manja.
“Oke, aku maafkan untuk kali ini asal kau traktir aku puding yang di kantin hari ini.” Jawab Micha.
“Siap Bos..!!” Ucap Joel sambil terkekeh.
Padahal Joel sendiri juga tahu Micha hanya bercanda. Empat sahabat ini tidak terpisahkan mereka selalu bersama selama hampir 3 tahun ini, mereka sampai dijuluki dengan 4 Bidadari. Karena mereka tidak sombong dan mau berteman dengan siapa pun asal orang itu bukan orang yang rusuh atau pembuat onar. Joelanda atau biasa di panggil Joel ini seperti ketua mereka, dia gadis cantik sedikit tomboy, agak pemalas, blak-blakan, dan dia yang paling jahil di antara 3 gadis yang lain.
Lalu Micha seperti wakil mereka gadis ini periang, lembut, cerewet, dan dirinya gadis terpintar di sekolah juara umum 1 selalu saja dia raih, begitu juga dia adalah gadis tercantik dari 3 gadis yang lain, namun dia juga gadis paling susah untuk didekati dalam hal percintaan. Walau kedekatannya dengan teman pria tidak dia batasi tapi untuk hal yang lebih dari teman Micha sungguh-sungguh tidak tertarik sama sekali. Karena dirinya berfikir memang belum saatnya memikirkan hal tersebut sekarang, jika sudah dewasa nanti dirinya pasti akan menemukan pasangannya sendiri, dan tidak ingin kejadian-kejadian yang mamanya lalui dulu dia alami.
Enzi dia juga gadis yang tak kalah cantik dari yang lain, orangnya agak cuek, paling cepet marah jika ada yang mengusik mereka berempat. Termasuk gadis yang cerewet juga.
Kemudian untuk Rifa walaupun gadis ini berkacamata atau terlihat sedikit culun tapi dirinya juga tak kalah cantik, gadis ini lebih pendiam, lembut, selalu menjadi pendingin disaat yang lain saling meledek atau bahkan saling cekcok ringan. Kadang sering ditindas teman yang lain, tapi pastinya ke tiga cewek yang lain tak akan membiarkan itu terjadi pada Rifa, jika hal itu terjadi mereka bertiga pasti akan memberi pelajaran balik kepada siapa yang telah membully Rifa.
Krinng..krinngg..krinngg
Bel masuk kelas sudah berdering sangat nyaring, Joel sudah selesai mengerjakan PR yang dia contek dari buku PR Micha.
“Selamat pagi anak-anak.” Ucap Pak Ken datar seperti biasanya.
“Kumpulkan buku PR kalian kedepan saya akan langsung koreksi dan kalian buka buku paket halaman 85, kerjakan soal-soal yang ada di halaman tersebut. Nanti aku akan panggil secara acak untuk kalian mengerjakan ke depan.” Ucap Pak Ken dengan tegas.
“Arghhh benar-benar guru killer baru saja sembuh pusingnya sekarang langsung di kasih tugas lagi.” Gerutu Joel berbisik pada Micha.
“Sudahlah sebaiknya kita kerjakan saja daripada kena hukuman nanti.” Ucap Micha menenangkan Joel.
Satu persatu siswa ataupun siswi maju kedepan untuk mengumpulkan buku PR mereka. Selagi Pak Ken memeriksa tugas para murid juga sibuk mengerjakan tugas yang sudah di berikan olehnya.
“Joelanda...!!!”
Gleekkk...
Joel menelan salivanya saat Pak Ken memanggil namanya.
“I..iya Pak.” Jawabnya gugup.
“Kamu mengerjakan PR mu sendiri?” Tanya Pak Ken tegas.
“I..iya Pak.” Jawab Joel semakin gugup.
“Aduchh bagaimana ini, tadi kan aku sudah mengerjakan beberapa soal sendiri agar tidak sama persis dengan punya Micha, apa Pak Ken sudah mengetahuinya?” Gumam Joel dalam hatinya.
“Bagus hari ini kamu ada peningkatan, terus tingkatkan belajarmu lagi agar bertambah lebih baik.” Ucap Pak Ken memberi support pada Joel.
“Baik Pak, terima kasih.” Ucap Joel lega.
Joel yang mendengar penuturan Pak Ken pun langsung merasa lega dan senang, dia kira Pak Ken mengetahui bahwa dirinya sudah menyontek Micha untungnya tadi dia sengaja mengerjakan beberapa soal dengan salah agar tidak sama persis milik Micha.
Kriinngg kriinngg kriinngg
Setelah dua mata jam pelajaran usai ke empat sahabat ini kemudian bersenang ria menuju kantin untuk mengisi perut mereka, seperti biasa mereka pesan mie ayam bakso dan es teh di tambah puding lembut buatan sang pemilik kantin, Joel sudah membelikan untuk Micha dan juga untuk teman yang lain.
“Joel baik banget hari ini, kirain cuma nraktir Micha doang.” Ucap Enzi senang.
“Ya kan karena hari ini Pak Ken memuji aku, jadi aku akan traktir makanan dan minuman kalian juga.”
“Terima kasih Joel.” Ucap Micha, Enzi dan Rifa bersamaan.
“Sama-sama my friends.” Jawab Joel dengan senyum yang menunjukkan gigi putihnya.
*****
Hari ujian nasional sudah mulai dekat, empat sahabat ini disibukkan dengan berbagai kegiatan ujian latihan dan berbagai pelajaran tambahan. Micha, Enzi, Rifa dan juga Joel sangat serius untuk mengahadapi ujian kelulusan ini. Bahkan Joel yang biasa selalu mengabaikan pelajaran pun juga belajar dengan giat. Di sela-sela sibuknya persiapan ujian sesungguhnya mereka merasa sedih, karena sebentar lagi mereka akan berpisah satu sama lain.
“Jika sudah lulus nanti kalian jangan sampai lupa selalu kasih kabar ya.” Ucap Micha dengan mata yang berkaca-kaca.
“Iya, jika ada waktu kita bisa berkumpul, kita wajib berkumpul lagi.” Ucap Joel sedikit dengan nada mengancam tapi suaranya terdengar serak karena menahan tangis.
Huhuhuhu....
Akhirnya ke empat sahabat ini menangis bersamaan sambil berpelukan.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Hai Readersku!!! Akhirnya Skuel SIK 1 udah di up nih, aku ganti judul jadi "My Perfect Boss".
Jangan lupa dukung author ya.
Klik 👍 Klik❤️ dan jangan lupa Vote nya juga.
Terima Kasih 🙏🙏
Hari kelulusan pun telah tiba ke empat sahabat itu pun saling berpelukan penuh haru, mereka akan meneruskan pendidikan mereka di tempat yang berbeda. Untuk perpisahan terakhir masa sekolah mereka pergi ke sebuah cafe kecil dekat sekolah memesan begitu banyak makanan dan minuman bersoda.
“Kenapa masa menyenangkan ini begitu cepat berlalu...huhuhu.” Ucap Joel sambil menangis.
“Hei sudahlah kita ini kan bukan berpisah selamanya jangan terus ditangisi seperti ini, kapan-kapan kita bisa saling buat janji lagi Joel.” Ucap Micha menenangkan Joel.
“Benar Joel kamu ini jangan bikin yang lain ikut-ikutan sedih kaya kamu.” Imbuh Enzi.
“Teman-teman maaf ya jika selama ini aku punya salah sama kalian, dan juga harus jaga diri kalian dengan baik, jaga kesehatan juga, sekali lagi aku minta maaf atas semua kekuranganku selama ini.” Ucap Rifa dengan nada yang sendu, sampai membuat ketiganya menatap heran pada Rifa.
“Rifa apa yang kamu katakan, kita ini sahabat, kenapa kamu ini ngomongnya seperti orang yang akan pergi jauh saja dan tidak akan bertemu sama kita lagi.” Ucap Joel agak marah pada ucapan Rifa.
“Apa yang di katakan oleh Joel benar Rif, kamu ada masalah kah? Atau kamu tidak akan pernah kembali ke kota lagi dan menetap di desa?” Imbuh Micha.
“Benar apa yang di katakan Micha apa kamu lagi ada masalah Rif? Kenapa ucapanmu ini sedikit janggal.” Celetuk Enzi.
Ucapan para sahabatnya pun membuat Rifa sedikit tergagap untuk menjawabnya, dia menelan salivanya karena tidak tahu apa yang harus dia jawab kepada para sahabatnya. Dirinya tidak mungkin memberi tahu mereka akan penyakitnya yang kini sudah semakin parah, karena selama ini dirinya sudah bisa menyembunyikannya sangat baik dari mereka. Rifa tidak ingin membuat para sahabatnya sedih maupun khawatir padanya atau mungkin mereka akan menjauhinya, sungguh dirinya tidak sanggup untuk jujur.
Penyakit leukimia yang dia derita sejak 2 tahun terakhir ini semakin membuat dirinya kurus hingga Rifa memutuskan mengenakan hijabnya agar sahabatnya tidak mengetahui rambutnya sudah semakin botak karena rontok, dia mulai mengenakan lipstik untuk menutupi wajah pucatnya. Walaupun waktu itu sempat di ledek oleh mereka semua karena mengenakan lipstik tipis tetapi Rifa tetap dengan percaya diri karena dirinya ingin berdandan ucapnya pada para sahabatnya, sehingga mereka semua pun juga mempercayai ucapan Rifa.
“Tidak..tidak..aku sama sekali tidak ada masalah, hanya saja sedikit berat melepaskan kebersamaan ini.” Elak Rifa.
“Kan kita tadi sudah bilang kapan-kapan bisa janjian untuk bertemu lagi Rif.” Ucap Joel pada Rifa.
“Benar apa yang di katakan Joel, kamu jangan terlalu sedih juga ya Rif." Imbuh Micha.
“Ayolah Rif, semangat kita pasti bisa bertemu dan berkumpul lagi nanti.” Ucap Enzi sambil merangkul bahu Rifa.
Rifa hanya tersenyum getir mendengarkan penuturan para sahabatnya, tenggorokannya terasa tercekat karena menahan tangisnya. Betapa bahagianya dia jika semua itu benar-benar bisa terwujud. Rifa hanya menundukkan pandangannya dan mengangguki apa yang sahabatnya katakan, karena dirinya saat ini sudah tidak sanggup untuk membuka mulutnya untuk berbicara. Rasa sesak di dadanya semakin terasa, kepalanya berdenyut luar biasa, Rifa semakin tidak bisa mendengar suara para sahabatnya, darah segar mengalir deras di hidungnya. Kepanikan mulai dirasakan ketiga sahabatnya itu, tetapi Rifa sudah tak sadarkan diri. Kepalanya sudah tergeletak diatas meja bersimbah darah yang berasal dari hidungnya.
“Rifa..Rifa..bangun apa yang terjadi padamu.” Teriak Micha histeris.
“Kenapa kamu seperti ini Rif ini gak lucu, cepat bangun Rifa.” Ucap Joel yang tak kalah histerisnya.
Enzi tak kalah histerisnya karena tadinya dia masih merangkul bahu Rifa, tiba-tiba Rifa menjatuhkan kepalanya di atas meja. Enzi terus menggoyang-goyangkan badan Rifa yang saat ini sudah tak bereaksi lagi. Micha langsung menghubungi ambulance agar segera datang ke cafe dekat sekolah mereka.
Ketiganya tidak henti-hentinya menangisi keadaan Rifa yang saat ini sudah terbujur kaku di IGD rumah sakit. Keluarganya yang sudah di kabari pun segera menuju rumah sakit untuk menjemput jenazah Rifa.
“Rifa kamu jahat sekali kenapa kamu menyembunyikan semua ini dari kami.” Ucap Joel di sela isak tangisnya.
Sedangkan Micha dan Enzi sudah tak sanggup untuk berkata apa pun, mereka sungguh sangat merasa kehilangan sahabat baik mereka tepat setelah kelulusan mereka di umumkan. Cafe itu menjadi kenangan indah terakhir bersama Rifa. Setelah keluarga Rifa tiba di rumah sakit mereka tak kalah histerisnya terutama kedua orang tua Rifa, walaupun kedua orang tua Rifa mengetahui hal ini akan terjadi suatu saat nanti, tetapi hati mereka sungguh masih belum bisa percaya kini Rifa sudah tiada lagi disisi mereka secepat ini.
Segala persiapan pemakaman untuk Rifa sudah dipersiapkan. Rifa akan dimakamkan di desa tempat kelahirannya, ketiga sahabat itu pun tetap mengikuti dan menjalani prosesi pemakaman Rifa hingga ke desanya. Namun Micha di temani oleh kakek dan neneknya, karena mereka terlalu khawatir dengan cucu satu-satunya ini jika harus pergi ke tempat yang jauh tanpa didampingi oleh keluarga. Sedangkan papa dan mamanya sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
“Aku masih tidak rela kehilangan Rifa Nek.” Ucapnya pada Neneknya Rimala di sela isak tangisnya.
“Sayang kamu tidak boleh seperti itu, doakan dia supaya dia tenang di alam sana. Jika dia melihat kamu dan yang lain seperti ini, pasti dia akan sedih sayang.” Ucap sang Nenek lembut sambil mengusap pucuk kepala Micha agar dirinya bisa lebih tenang.
“Aku tahu Nek, tapi sungguh hati Micha sakit Nek kehilangan Rifa begitu tiba-tiba.” Imbuhnya lagi.
“Apa yang di katakan Nenekmu benar Micha sayang, kamu harus bisa merelakan kepergiannya agar dia bisa tenang di sana.” Ucap Kakek Doni Alexander.
“Iya sayang kamu harus tegar ya.” Imbuh sang Nenek lagi.
“Iya Kek, iya Nek.” Jawab Micha begitu lesu.
Akhirnya proses pemakaman Rifa berjalan dengan lancar. Micha, Joel dan Enzi juga membantu kesibukan di rumah Rifa sebisa mereka. Setelah seharian mereka membantu keluarga Rifa mereka bertiga izin pamit untuk kembali ke kota lagi. Keluarga Rifa sungguh sangat berterima kasih pada mereka karena sudah membantu segalanya, terutama pada kakek dan nenek Micha yang juga ikut memberikan santunan untuk keluarga Rifa.
*****
4 Tahun kemudian.
Waktu tak terasa berlalu begitu cepat kini Micha dan yang lain sudah tidak bersama lagi meski mereka masih suka berkomunikasi tetapi sekarang sungguh sangat jarang bisa berhubungan satu sama lain karena kesibukan masing-masing. Micha terus mondar mandir di kamarnya karena dirinya begitu gelisah ingin menyampaikan keinginannya pada kakek neneknya. Micha sendiri lebih memilih tinggal bersama kakek neneknya daripada tinggal bersama kedua orang tuanya. Karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, mamanya Alice sibuk mengurusi perusahaan almarhum neneknya Riana sedangkan papanya Zayn sibuk dengan rumah sakitnya sendiri.
Hanya kakek dan neneknya yang selalu ada waktu bermanja dengannya. Karena kini sang kakek sudah tidak lagi mengurisi perusahaan Alexander, sang kakek menyumbangkan setengah kekayaannya pada dinas sosial, hanya tinggal beberapa anak perusahaan yang masih di urus oleh sekertaris keluarga Alexander.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Jangan lupa dukung author ya.
Klik 👍 Klik❤️ dan jangan lupa Vote nya juga.
Terima Kasih 🙏🙏
Tak..tak..tak
Suara sepatu Micha begitu nyaring dirinya sudah berpakaian rapi hanya saja cara berpakaian Micha membuat sang kakek dan neneknya yang sedang santai di ruang tengah menatapnya dengan heran. Karena saat ini Micha berpakaian ala sekertaris hanya saja pakaiannya sangat tidak modis, bukan seperti gaya Micha yang biasanya di tambah riasan polosnya. Namun semua itu tetap tak menghalangi kecantikannya.
“Micha?! Ini benar cucu Nenek?!” Tanya sang Nenek yang masih tak percaya apa yang sedang di lihatnya.
“Ada apa denganmu Micha?! Kenapa berpakaian seperti itu dan make up kamu begitu polos.” Imbuh sang Kakek yang tak kalah heran.
Micha hanya tersenyum kecil dan mulai mendekati sang nenek dan bergelayut manja.
“Kek..Nek Micha dandan seperti ala kantoran ini karena Micha ingin melamar pekerjaan.” Ucap Micha yang belum selesai sudah di potong oleh sang kakek.
“Kakek kan masih punya anak perusahaan Alexander sayang, kamu bisa jadi pimpinan di salah satu perusahaan Kakek. Kenapa kamu harus repot-repot melamar pekerjaan.”
“Benar apa yang di katakan oleh kakekmu Micha sayang.”
“Kakek..Nenek karena itulah Micha seperti ini, Micha ingin mandiri dan menghasilkan uang dengan jerih payah Micha sendiri. Micha tidak ingin koneksi dari Kakek Nenek ataupun dari Papa dan Mama juga. Kakek dan Nenek setuju kan?” Ucap Micha dengan nada manjanya sehingga membuat sang kakek dan neneknya hanya menghela nafasnya.
“Jika kami setuju apa Papa dan Mamamu juga akan setuju?” Tanya sang Nenek lagi.
“Asal Kakek dan Nenek setuju itu sudah cukup untuk Micha, Papa dan Mama juga tidak akan bisa membantah keinginan Micha kan Nek?” Ucapnya sambil tersenyum jahil.
Sang nenek hanya menggeleng-nggelengkan kepalanya, karena dia tahu anaknya Zayn dan menantunya Alice tidak akan bisa menolak apapun keinginan Micha.
“Baiklah, terserah Micha saja jika nanti kamu benar-benar butuh bantuan, jangan sungkan bilang sama Nenek dan Kakek ya.” Ucap sang Nenek lembut.
“Terima kasih Nenek.” Ucap Micha sambil memeluk sang nenek.
“Kakek tidak nih?” Ucap sang Kakek seolah merasa cemburu yang dipeluk cucunya hanya sang nenek.
“Iya..iya Kakek juga, terima kasih banyak Kakek.” Jawab Micha lalu bergantian memeluk sang kakek.
“Ya sudah Kek, Nek Micha berangkat dulu untuk melamar di Perusahaan Arion Group ya, disana sedang membuka banyak lowongan pekerjaan, doakan Micha ya Nek Kek.” Ucap Micha berpamitan dengan kakek neneknya.
“Ah..perusahaan yang sedang lagi ramai karena pemimpinnya ada empat pria tampan itu ya.” Ucap sang Kakek mengingat saat melihat berita kemarin.
“Apa iya Kek? Micha malah belum tahu, hanya tahu kalau perusahaan itu gajinya dan tunjangannya terjamin makanya Micha ambil kesempatan ini untuk melamar disana.”
“Ya sudahlah Micha segera berangkat saja keburu terlambat nanti.” Ucap sang Kakek memperingatkan Micha.
“Baik Kek, Micha berangkat ya Nek.”
“Hati-hati sayang.” Ucap mereka serentak.
Setelah berpamitan pada keduanya Micha melenggang pergi menggunakan motor matic kesayangannya untuk menuju Perusahaan Arion Group. Detak jantungnya terasa berdegup kencang karena gugup, untuk pertama kalinya Micha ingin merasakan kehidupan yang sebenarnya menjadi orang biasa. Sesampainya di Perusahaan Arion Group Micha semakin gugup karena disana sudah banyak sekali orang yang menunggu untuk melamar pekerjaan juga, mungkin sudah ada ratusan bahkan ribuan orang yang mengantri sejak pagi buta tadi untuk memperebutkan posisi yang saat ini sedang dibutuhkan oleh perusahaan ini.
Trap trap trap trap
Suara denting sepatu nyaring terdengar semua orang yang berada di lorong ruangan itu menatap tiga pimpinan dari Perusahaan Arion Group berjalan dengan gagahnya membuat semua para gadis yang sedang menunggu panggilan untuk wawancara terpesona dengan ketampanan dan kegagahan ke tiga pria ini. Kecuali Micha yang terus mengabaikan keberadaan mereka dan sibuk berkutat dengan handphonenya, dirinya memang selalu risih jika ada pria tampan yang banyak di puja-puja oleh para wanita, kebanyakan dari mereka pasti playboy sejati dan suka mempermainkan perasaan wantia saja.
“Huh...dasar sok tampan, mentang-mentang muka tampan dan kaya langsung tebar pesona.” Gumam Micha dalam hatinya.
Jarvis yang melihat Micha mengabaikan keberadaan mereka pun langsung berbuat jahil padanya. Jarvis pura-pura tersandung sehingga kopi yang berada di tangannya mengenai sepatu Micha. Micha terkejut dan hampir memaki Jarvis akan tetapi Micha langsung mengubah ekspresinya.
“Mohon maaf Pak, kopi anda tumpah karena anda tersandung sepatu saya.” Ucap Micha datar sambil membungkukkan badannya.
“Gadis ini menarik juga, padahal ekpresi sebelumnya dia akan marah dan kesal tapi langsung di ubah dengan wajah datarnya.” Gumam Jarvis dalam hatinya.
“Tak apa, ini hanya kopi.” Jawab Jarvis sedikit dengan nada meledek.
“Jarvis..!!” Ucap Wilfred menatap tajam Jarvis.
Jarvis tahu arti dari tatapan Wilfred yang tidak suka kalau dirinya menjahili calon karyawan ini.
“Oke-oke.” Ucap Jarvis malas dan membulatkan matanya.
Sedangkan Jaxson hanya diam tanpa peduli, ketiganya terus melenggang pergi menuju ruangan wawancara para calon karyawan ini.
“Argghh...!!! Jika bukan karena kamu pimpinan disini, aku pasti udah maki habis-habisan, yang salah siapa yang harus minta maaf juga siapa.” Gerutu Micha lirih.
Di dalam ruangan wawancara Axelle ternyata sudah duduk tenang berkutat dengan laptop yang ada di hadapannya.
“Udah dari tadi sampai?” Tanya Jaxson pada Axelle.
“Hmm.” Jawabnya singkat.
Bruukk
Axelle melemparkan tumpukkkan lamaran pekerja di depan ketiganya.
“Apa ini Axe?” Tanya Wilfred.
“Tolak.” Jawabnya singkat.
“Wah..wah..sudah sebanyak ini kamu pilah untuk di tolak Axe.” Imbuh Jarvis.
Tanpa di perintahkan lagi oleh Axelle, Jaxson langsung mengambil berkas tumpukan itu dan di berikan pada sekertaris umum yang bertugas di luar ruangan. Sekertaris itu langsung memanggil satu persatu nama yang berada di berkas itu. Sebelumnya mereka yang terpanggil sudah sangat gembira tetapi kenyataan mereka harus pulang dengan menangis karena tidak di terima di Perusahaan Arion Group.
Micha semakin gugup karena sudah puluhan pelamar banyak yang di tolak, kini di ruangan itu sisa sekitar 15 orang saja. Satu persatu pun di panggil memasuki ruangan untuk wawancara, Micha mendapat urutan nomor tujuh.
“Micha Alexander.” Panggil seorang sekertaris umum.
“Ya.” Jawab Micha singkat.
Dirinya dengan gugup memasuki ruangan tersebut.
Ceklek
“Micha Alexander?!” Ucap Axelle yang memanggil nama Micha dengan nada bertanya.
“Iya Pak.” Jawab Micha dengan sigap.
“Kamu dari keluarga Alexander?” Tanya Axelle lagi.
“Ah..itu..bukan Pak hanya nama belakang saya memang sama, tapi saya hanya gadis biasa Pak.” Jawab Micha gugup.
“Axe kamu lihatlah penampilannya, bagaimana bisa dia itu dari keluarga Alexander.” Ucap Jarvis meremehkan.
“Kamu bisa kuliah di USA?”Tanya Axelle lagi.
“Iya Pak, saya mendapat beasiswa untuk kuliah disana.” Jawab Micha dengan percaya diri.
“Apa tujuan kamu bekerja disini?” Tanya Wilfred dengan sopan.
“Untuk menghasilkan uang Pak.” Jawab Micha dengan jujur dan polos.
Wilfred yang mendengar jawaban Micha sempat ternganga, kemudian menahan tawanya. Bagaimana tidak baru kali ini ada pelamar kerja yang begitu jujur mengutarakan niatnya langsung, karena kebanyakan dari mereka memberikan alasan dan ceramah yang panjang untuk tujuannya masuk dalam perusahaan ini.
“Gadis ini sebenarnya pura-pura polos atau memang bodoh.” Gumam Axelle dalam hatinya.
.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Jangan lupa dukung author ya.
Klik 👍 Klik❤️ Klik 5 🌟 dan jangan lupa Vote nya juga.
Terima Kasih 🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!