"Saya terima nikah dan kawinya Nina Silfiana binti ana Silfiana dengan mas seberat satu kilo dibayar tunai" acara pun selesai dengan diakhiri kata "Sah" dari para hadirin.
Entah kenapa kejadiannya rasanya begitu cepat, saya yang awalnya lagi bersih-bersih kolong meja malah didatangi seseorang, dia meminta untuk menikah dengan bossnya.
----------------------------------------------
Pagi itu seorang pria bernama Arlan sedang membersihkan kolong mejanya, Arlan orang biasa, gak kaya, gak ganteng, dan gak jelek, serta dia juga punya banyak hutang, dikarenakan ia memerlukannya untuk berobat adiknya yang sedang sakit
Ia telah habis berjuta-juta uang untuk mengobati adiknya namun hasilnya nihil, adiknya malah meninggal dan ia terlilit banyak hutang.
Dan lagi pekerjaan yang ia kerjakan pun tidak akan cukup untuk membayar hutangnya selama ini, karena dia cuma bekerja sebagai tukang jual nasi goreng keliling.
Selesai beres-beres Arlan mendengar suara ketukan pintu dari luar"Haduh penagih datang lagi gimana yak, tawarin nasgor aja kali yak?"
"Iya sebentar"Arlan pun membuka pintu dan ia nampak terkejut saat melihat pria berbadan besar serta berbaju rapi, berkacamata dihadapannya.
"A-anu pak bisa min-" belum selesai Arlan berbicara orang itu pun berkata "Pak Arlan saya datang kemari bersama boss saya, boss saya ada didalam mobil, dan saya ingin menyampaikan bahwa Pak Arlan akan menikah dengan boss saya.!"
Sontak Arlan terkejut mendengar apa yang orang besar itu katakan "Tunggu kenapa saya harus nikah dengan boss anda?"
"Boss saya telah melunasi semua hutang Pak Arlan jadi pembayaran dipindah tangankan dari Pak Satio jadi ke boss saya" sambil memperlihatkan secarik kertas
"Ini tiba-tiba saya gak bis-" belum selesai lagi Arlan berbicara pria besar itu memutuskan omongan Arlan
"Dan juga karna Pak Arlan sudah menunggak 5bulan bos saya bisa melakukan apa saja kepada pak Arlan, contoh kecilnya bapak dipenjara, atau yang sedikit serius pak Arlan kami buat cacat seumur hid-"
"Wah saya gak perlu mikir panjang lagi ayolah nikah, saya gak keberatan mana bosnya!!" Jawab Arlan tiba-tiba tersenyum lebar
"Bos ada didalam mobil dan katanya dia malas bertemu jadi bisa besok, pernikahan nya akan dilakukan besok, jadi besok Pak Arlan kami jemput"
"E-eh cepat banget hehe besok ya hehe..." Jawab Arlan dengan wajah sedikit bingung
"Baiklah itu saja yang saya sampaikan, kalau begitu saya pamit pergi" pria itu pun pergi tanpa memperdulikan Arlan yang sedang kebingungan
"Kok bisa gini, nih takdir ada yang salah kah" sambil menggosok kepalanya
----------------------------------------------
Pagi ini pria itu datang kerumah Arlan dengan membawa baju pernikahan serta kertas yang harus Arlan baca saat pernikahan nanti, dan Arlan pun memakai pakaiannya Setelah itu mereka berangkat ketempat pernikahan.
Sesampainya Ditempat pernikahan Arlan cukup gugup, gimana enggak seekor Arlan yang lagi nyapu kolong meja malah besoknya nikah, ditambah dia gak tau wajah orang yang bakal ia nikahi.
Arlan pun duduk disamping wanita itu, Arlan cukup penasaran dengan wajahnya dikarenakan wajahnya hanya terlihat samar-samar oleh penutup wajah.
Dan lanjut sampai semua orang bilang "Sah" Arlan pun diminta untuk mencium kening istrinya
Arlan perlahan mengangkat kain itu dan perlahan wajah nya terlihat sedikit demi sedikit hingga wajahnya terlihat semua Arlan terdiam mematung
"Astaga woy cantik bangeeeet woy gilaaaa, aghhh uwoghhhh gila gila gila"
"Mas Arlan cium kening istrinya udah halal mas jangan diam aja " ucap penghulu membuat Arlan terkejut
"Eh i-iya pak" Arlan pun mencium kening wanita dengan perlahan, wajah wanita itupun hanya menunjukkan ekspresi datar dengan senyum sedikit.
Setelah itupun acara selesai, dan ya Arlan disibukkan dengan tamu sepanjang hari, ada yang memberi selamat, ada yang ngasih amplop tapi isinya kosong dll.
Entah kenapa karena sibuk melayani tamu hingga tidak sadar bahwa hari mulai gelap, dan orang-orang pun banyak yang pulang
"Ayo kita pulang" jawab wanita itu dengan wajah datar, sambil beranjak pergi
"Huh? Ini bukan rumah kamu?" Dengan wajah bingung
"Bukan cuma sewaan" akhirnya pun Arlan mengikuti wanita itu masuk mobil, dan sekitar 20menit akhirnya mereka sampai dirumah wanita itu
"Buset gede rumahnya, kayak harapan hehe"
"Ayo masuk"sambil melangkah keluar mobil menuju pintu masuk
Arlan pun mengikuti, dan perlahan dibuat terkejut dengan betapa besarnya rumah ini, bahkan ruang tamunya aja lebih gede dari rumah Arlan
Dan sesampainya didalam kamar"buka bajunya" ucap wanita itu, dan sontak membuat Arlan yang lagi bengong melihat sekeliling jadi terkejut.
"H-huh buka baju?"
"Kenapa bingung gitu bukanya setiap orang menikah akan melakukan malam pertama?"
"Astaga nih cewek brutal juga, brutal apa polos dah?"
"Y-ya iya sih tapi kan" sambil menggosok kepala
"Tunggu apalagi kamu gak mau?" Sambil mengangkat alisnya
"Sialan mana gak ada basa-basi nya, malah langsung main aja". Ucap Arlan dalam benaknya
"#@9#@#@"
"@#0@#0@....."
Malam itu sepasang pengantin muda melakukan kegiatannya, dimana malam yang dingin menjadi malam yang begitu hangat.
Setelah kejadian, Arlan seperti tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya dua hari ini. Arlan terbaring di atas kasur tanpa busana, dan hanya ditutupi selimut
Sambil memikirkan apa yang telah terjadi beberapa hari ini, Arlan memalingkan wajahnya menatap wajah gadis yang sedang tertidur disampingnya
"Buset perasaan kemarin masih bersihin kolong meja, eh sekarang malah udah nikah, makk anak mu udah nikah huhu...." ucap Arlan dalam benaknya
"yah lagi pula Wort it sih cantik juga hehe...." Arlan segera memajukan bibirnya ingin mencium wanita di sampingnya "nyuuuuuuu-" PLAK!!
"AAGHHHH SAKIT WOY" ucap Arlan sambil memegang wajahnya yang tiba-tiba ditampar.
"Oh kamu ya, maaf kaget soalnya gak terbiasa sama mahluk asing" sambil bangun merapikan rambutnya
"Mahluk asing? Heh nona saya adalah suami mu" jawab Arlan sambil memegang wajahnya
"Aku sibuk mau berangkat kerja" pergi dari tempat tidur
"Huh Nona sikap mu dingin banget dah, tipe aku banget" dengan wajah bangga
"Gak usah manggil nona, namaku Nina" keluar dari kamar
Nina pun meninggalkan kamar meninggalkan Arlan yang masih terduduk tanpa busana
"Nina? cantik juga namanya, Eh iya lupa, kemarin kan pas nikahan nyebut nama dia"
-------------------------------------------------
Klek!!
Nina keluar dari kamar mandi sambil mengelap rambut nya menggunakan handuk
"Himmm, bau apa siapa yang masak" dengan wajah penasaran
Nina pun perlahan menuju dapur sambil mengendus-endus bau masakan yang ia cium
Sesampainya di dapur terlihat pria dengan postur badan lebar gagah nan tinggi menggunakan celemek, sambil memasak, siapa lagi kalo bukan protagonis kita
"Eh Nona Nina Silfiana selamat pagi, menu pagi hari ini adala-" sambil membungkukkan badanya
"Maaf saya gak nyewa pembantu perasaan" jawabnya dengan ekspresi dingin
"Astaga woy, aku tuh masak buat kamu tau gak, malah dibilang pembantu" sambil meletakkan tangannya di pinggang
"Oh..." Jawabnya dengan ekspresi dingin lagi
"Huh, yaudah duduk dulu aku siapin" sambil lanjut memasak kembali
"Aku sibuk nant-" seketika Nina terhenti karena Arlan langsung menariknya untuk duduk
"Aku tau kamu sibuk, tapikan setidaknya makan dulu" sambil menyiapkan masakan di atas meja makan
Nina hanya terdiam melihat perbuatan yang di lakukan oleh Arlan sambil terkadang menatap wajahnya
"Yaudah yu makan" sambil duduk
"Kamu gak makan?" Tanya Nina
"Gak kamu kan kerja ya kamu makan deluan, aku bisa nanti"
Akhirnya Nina pun memakan makanan yang dimasak oleh Arlan, Nina begitu terkejut saat ia mencicipi masakan Arlan ternyata rasanya sangat enak
"Enak, cocok jadi pembantu" sambil menyuap makanan
"Apaan woy, bilang makasih kek" jawab Arlan sambil mengusap wajahnya
"Makasih" jawab Nina singkat
"Emm aku ada pertanyaan" ucap arlan
"Pertanyaan apa" sambil menyuap makanan kemulut
"Serius kamu kenapa mau nikah sama aku, dan kenapa harus aku, dan dan"
"Gak ada alasan" jawab Nina sambil mengusap bibirnya dengan tisu
"Gak ada alasan gimana?, Masalahnya bukanya ini tiba-tiba aku gak tau apa-apa malah di suruh menikah begini" tanya arlan
Belum selesai Arlan bicara Nina lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Arlan, yang sontak membuat Arlan terdiam
"Dengar kamu harusnya berterimakasih karna bukanya dengan begini kehidupan kamu udah lebih baik" dengan mata yang menatap tajam
"Yaudah aku berangkat kerja dulu" Nina pun beranjak pergi meninggalkan ruang makan meninggalkan Arlan sendiri yang bingung dan terpaku
"Astaga ditatap gitu aku kok malah mematung ya, perasaan semalam lebih dari ini biasa aja" sambil menutup wajahnya dengan tangannya
hari itu Arlan dipenuhi tanda tanya dengan apa yang terjadi padanya, namun disisi lain ia juga tidak terlalu perduli dikarenakan kini hidupnya telah berubah drastis.
----------------------------------------------------------------------
Ditempat kerja Nina semua orang banyak yang membicarakannya, bagaimana tidak seorang wanita yang sikapnya sangat dingin itu menikah dengan seorang pria
"Eh aku masih gak percaya bos kita yang super dingin kaya es batu dari Antartika kok bisa nikah gitu"
"Iya bingung juga, padahal Rifan aja orang yang tajir melintir ganteng pula aja ditolak dan di abaikan sama dia"
"Gak tau juga sih, kalau aku yang yang digituin sama Kak Rifan malah mau banget, ganteng, tajir, dan juga calon penerus perusahaan ayahnya"
Hari itu sama seperti hari biasanya Nina hanya fokus kerja tanpa mempedulikan apa yang telah gempar di Perusahaannya
Dan juga berita bahwa Nina telah menikah pun sampai ke telinga Rifan
"Apa!! Nina kemarin Menikah??" Tanya Rifan dengan seorang wanita
"Iya Kak kemarin dia udah Nikah, emang Kak Rifan gak tau dan gak di undang?"
Seketika mendengar itu membuat Rifan tidak percaya dengan apa yang ia dengar, bagaimana tidak Seorang Rifan tajir, ganteng, banyak lagi
Ditolak terus oleh Nina bahkan di abaikan, atau gk pernah di anggap, bahkan saat menemui Nina Rifan selalu gonta ganti mobil mewah
Hanya untuk membuat Nina terkagum, dan bahkan bersedekah di depan Nina juga
Karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar Rifan segera menuju ruangan Nina untuk menanyakan langsung hal itu.
"Nina aku dengar kamu menikah itu, bohong kan?" Tanya Rifan sambil meletakkan tanganya di atas meja kerja Nina
"Enggak, itu benar aku memang udah menikah kemarin" sambil memeriksa berkas
"Nina... Kenapa kamu harus nikah sama orang, padahal selama ini aku udah nyatakan perasaan aku ke kamu" jawab Rifan dengan ekspresi penasaran
"Kenapa kamu harus tau? Lagi pula aku udah sering bilang aku gak ada perasaan sama kamu"
"Aku kurang apa, aku ganteng, aku kaya, dan aku juga calon penerus perusahan ayahku, dan juga belum tentu pria yang menikah sama kamu orang berduit, pasti orang miskin yang hidup aja sus-" PLAK !!!
Nina pun menarik kerah baju Rifan dengan tatapan emosi, seketika membuat Rifan terkejut melihatnya
"Dengar, jangan pernah bahas bahwa kamu lebih baik dari orang lain karna bagi ku kamu itu cuma kutu yang menggangu" sambil mendorong tubuh Rifan
Sementara itu Arlan
"Mau kemana mas kok bawa gerobak dagangan?" Tanya penjaga rumah
"Mau jualan lah apalagi"
Sebelum datang kerumah ini Arlan meminta Nina untuk membawakan gerobak kesayangannya kemari, dikarenakan itu adalah gerobak seperjuangannya
Arlan pun pergi mendorong gerobaknya, dan di samping gerobaknya terturlis kata
Satu piring satu pahala
Untuk saya yang membutuhkan
.....
Siang itu sangat terik, namun Arlan dengan semangat mendorong gerobak nasi gorengnya mengelilingi kompleks, dan tak lama kemudian terdengar suara wanita yang memanggil nya.
"Mas...!! Beli nasi goreng" sambil melambaikan tangan ke arah Arlan
Arlan pun segera mendorong gerobaknya menghampiri pelanggan wanita yang memanggil nya
"Mas beli nasi 2 porsi, yang pedas ya" sambil tersenyum ke arah Arlan yang sedang memarkir kan gerobaknya
"Siap 2 porsi pedas, tunggu ya" Arlan pun segera menyiapkan bahan makanannya dan memasukannya kedalam panci penggorengan
"Masnya baru jualan ya disini, soalnya baru liat?" Sambil menatap ke arah Arlan
"Iya saya baru hari ini jualan disini"
"Oh gitu, nama masnya siapa?"
"Nama saya Arlan" sambil fokus mengaduk nasi
"Nama saya Yani salam kenal mas" sambil tersenyum ke arah Arlan
"Eh iya salam kenal namanya cantik kaya orangnya"
"Hehe bisa aja, masnya juga ganteng kaya namanya"
Setelah asik berbincang nasi goreng pun telah siap, Arlan pun membungkusnya lalu memberikannya kepada Yani "Nih nasi goreng pedesnya kaya omongan tetangga"
"Bisa aja masnya, nih uangnya makasih"
"Sebentar kembaliannya" saat hendak memberikan kembalian itu Yani menolak menerimanya dengan alasan sebagai bonus
"Bonus mas ambil aja"
"Eh beneran?, Kalau gitu makasih"
"Iya sama-sama, nanti kalau jualan mampir lagi ya" mendengar itu Arlan tersenyum
"Oke siap ditunggu" Arlan pun berlalu pergi meninggalkan Yani, dan saat Arlan semakin jauh Yani hanya tersenyum memandang dari kejauhan
----------------------------------------------
Sebuah mobil terlihat memasuki kediaman Nina, orang itu tidak lain adalah Nina itu sendiri, sore itu ia agak cepat pulang kerja dikarenakan tugas kantor telah selesai.
Bisa dibilang Nina adalah orang yang disiplin dan sangat kompeten, dia juga gak suka menunggu pekerjaan atau menunda-nunda, baginya jika ada pekerjaan, harus diselesaikan saat itu juga
Penjaga pun membuka kan pintu mobil Nina sambil memberi salam "Selamat sore Non"
"Iya" jawab Nina singkat sambil memandang sekeliling yang begitu sepi
"Arlan ada di dalam?"
"Eh Tuan Arlan belum pulang dari tadi siang, dia jualan nasgor katanya, tadi siang dia pergi sambil bawa gerobaknya"
Mendengar itu Nina mengehela nafas dan tak banyak bicara lalu segera masuk kedalam rumah.
----------------------------------------------
Sore itu Arlan senang saat melihat dagangannya habis terjual, ditambah ia mendapat banyak bonus dari tante-tante dan cewek-cewek yang membeli dagangannya.
"Gila hari ini banyak banget, kalau dulu pendapatan kaya gini udah pasti bisa makan enak malamnya"
Setelah puas dengan celotehnya tak terasa Arlan sudah sampai di depan rumah, dan penjaga pun segera membukakan pagar rumah.
Arlan pun segera mendorong gerobaknya masuk melewati pagar, dan saat penjaga selesai menutup pagar, Arlan memberikan nasi goreng sisa kepada penjaga
"Nih pak nasi goreng gratis untuk bapak"
"Eh makasih mas, makasih banyak" melihat itu Arlan hanya tersenyum lalu masuk kedalam rumah
"Agh.... Capek banget gila" sambil meregangkan tubuh
"Dari mana aja kamu seharian"
Terdengar suara dari Nina sambil menuruni anak tangga
"Habis jualan nasi goreng tadi, gila untung banyak tadi" sambil memperlihatkan uang hasil jualan
"Ngapain kamu jualan?, Kamu butuh uang? Berapa kalau butuh?" Sambil membuka isi dompet
"Eh, enggak kok aku gak butuh"
"Terus kalau gak butuh ngapain jualan?" Tanya Nina sambil mendekati Arlan
"Ya aku cuma bosen aja dirumah gak ngapa-ngapain, jadinya aku keluar jualan"
"Huh... Dengar ya kalau kamu butuh apa-apa bilang, dan juga kalau kamu mau ngapa-ngapain bilang biar aku tau"
Mendengar itu Arlan hanya terdiam sambil menganggukkan kepalanya
"Yaudah mandi sana aku mau nyiapin makanan"
Arlan pun bergegas menuju kamar mandi, sesampainya di kamar mandi Arlan merenung sambil menaruh gayung berisi air di kepalanya.
"Kok aku malah ngerasa yang jadi istri ya"
Tak ingin pusing Arlan pun segera membasuh dirinya, lalu selesai mandi ia pergi kekamar menggunakan handuk
Sesampainya di kamar ia terkejut melihat Nina menunggunya sambil duduk di atas Kasur.
"Kamu ngapain?, Nungguin ya..." Dengan wajah tersenyum
"Makanan udah siap gak usah kepedean" Nina pun segera pergi meninggalkan Arlan
"Apaansih dingin banget"
Nina pun segera menuruni anak tangga, dan terlihat wajahnya sedikit memerah setelah kejadian tadi, padahal malam kemarin dia biasa saja melihat tubuh Arlan.
Tak lama kemudia Arlan pun segera turun dan menuju ruang makan, Arlan tampak terkejut saat melihat banyak makanan di atas meja
"Ini kamu yang masak semua?"
"Cuma ayam pedas sama sayur oseng, sisanya beli" sambil menyendoki nasi kepiring Arlan
"Lauknya... aku mau lauk yang kamu masak "
Nina pun segera mengambilkan Lauk yang ia masak kepiring Arlan, dan saat makan Nina terkejut melihat Arlan memakan masakannya dengan lahap
Malam itu Arlan sangat lahap makanya di karenakan untuk pertama kalinya ia bisa makan sepuasnya, dikarenakan saat dulu ia hanya bisa makan tahu atau bahkan hanya makan nasi tanpa lauk setiap hari.
Sesekali Nina menatap ke arah Arlan yang sedang makan dengan lahap, entah kenapa Nina merasa senang melihat masakannya di makan dengan lahap, walau ekspresi wajah Nina masih datar
"Makasih makanannya, Maaf masakan kamu aku habiskan semua hehe"
"Gpp lagian aku masak bukan karena pengen, tapi karena gak ada kerjaan aja"
Mendengar itu Arlan hanya tersenyum, dan entah kenapa Malam itu merupakan malam yang sangat spesial untuk Arlan termasuk Nina
----------------------------------------------
"Aku mau kamu selidiki siapa pria yang menikah dengan Nina, pokonya sedetail mungkin infonya"
"Siap bos saya akan selidiki" Pria itupun segera keluar dari ruangan untuk melaksanakan tugasnya
"Sialah siapa sih Pria itu berani-beraninya dia menikah dengan Nina, liat aja kubikin hidupnya menderita"
----------------------------------------------
Di larut malam Nina sedang sibuk dengan pekerjaannya, malam itu ia begadang untuk menyelesaikan pekerjaannya, walapun sebenarnya dokumen itu akan dikirim minggu depan namun tetap saja Nina seperti gatal ingin segera menyelesaikannya.
Bahkan saat Arlan tengah terlelap di kasur Nina masih saja fokus dengan pekerjaannya, malam itu kondisi sedang hujan lebat jadi malam itu terasa sangat dingin bahkan suara hujan yang begitu deras sampai membuat Arlan terbangun
Arlan terbangun mendengar hujan di akibatkan kebiasaannya waktu dirumah lama, karena dirumah lamanya sering bocor maka saat hujan ia harus cepat-cepat menaruh ember di bawah atap rumahnya yang bocor.
Namun saat itu Arlan sadar bahwa ia bukan berada di rumah lamanya melain di rumah Nina rumah barunya, saat terbangun itu Arlan terkejut melihat Nina yang masih bekerja padahal malam sudah menunjukkan pukul 02:26 malam
"Kamu belum tidur?" Tanya Arlan memecahkan keheningan malam
"Aku lagi sibuk lagi nyiapin beberapa dokumen buat minggu depan" sambil melanjutkan mengetik laptopnya
"Masih minggu depan kenapa gak istirahat aja dulu, kan masih lama"
"Gak masalah biar cepat selesai"
Mendengar itu Arlan pergi meninggalkan kamar, dan saat itu Nina hanya fokus melanjutkan pekerjaannya, dan tak lama kemudia Arlan datang sambil membawakan kopi untuk Nina.
"Nih kopi biar gak ngantuk" sambil meletakkan kopi ke atas meja
"Iya makasih" masih fokus dengan layar laptop nya
Setelah itu listrik pun mati di akibatkan kondisi hujan yang semakin deras, di tambah petir yang begitu keras terdengar memekikkan telinga
"Yah mati listrik nih" sambil melihat sekitar, beruntung terdapat lampu cadangan yang dimana saat listrik mati lampu itu akan menyala, walau cahaya yang di hasilkan tidak terlalu terang
"Ya gak gelap-gelap amat kayaknya" Arlan terkejut saat melihat Nina yang menutupi telinganya dengan tanganya sambil meringkuk gemetaran
"Kamu kenapa, sampai gemetaran gini kamu sakit" sambil mengelus pundak Nina
Nina tidak menjawab pertanyaan Arlan dan masih tetap menutup telinganya sambil meringkuk gemetaran, bahkan saat petir menyambar terdengar suara isak tangis Nina
"Nin... Kamu kenapa sini kekasur" Arlan pun menggendong Nina yang yang terdiam naik ke atas kasur, melihat Nina yang ketakutan Arlan segera menutup tirai jendela
"Udah gapapa, gak usah takut ada aku disini" sambil mengusap kepala Nina
Malam itu Nina seperti bukan dirinya, bagaimana tidak wanita yang ekspresi nya dingin dan datar, malam itu menangis gemetar sambil meringkuk
Melihat itu Arlan berpikir kalau Nina mempunyai trauma masa lalu atau takut terhadap suara petir, Arlan pun segera memeluk Nina sambil berusaha menenangkan dirinya.
"Tenanglah Nina ada aku disini" sambil memeluk Nina yang sedang menangis tanpa suara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!