NovelToon NovelToon

Terjebak Pernikahan

Kabar Media

"Tidak Pa."

Seorang gadis menolak di depan kedua orang tuanya yang tengah membicarakan tentang sebuah pernikahan.

"Kamu telah mencoreng nama baik Papa dan Mama! Lihat itu di media, berita tentangmu!" teriak seorang pria paruh baya di depannya.

"Tapi, aku tidak melakukan apa-apa, Pa!"

"Tidak melakukan apa-apa gimana? Buktinya sudah tersebar. Foto-foto di media sosial maupun surat kabar telah membuktikannya. Jelas-jelas kamu tidur di hotel dengan pengusaha itu!"

Wanita dengan sedikit kerut halus di wajah, yang merupakan ibu gadis itu tak kalah menudingnya.

Gadis manis itu kehabisan kata-kata lalu menunduk, hanya bisa menelan ludah kepahitan. Menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pun tak membantu.

***

Dua hari yang lalu,

Bianca, seorang gadis 20 tahun yang bekerja pada bagian house keeping di sebuah hotel berbintang lima, sedang melakukan pekerjaannya. Bersih-bersih seluruh ruangan hotel. Sudah menjadi tanggung jawabnya, semua harus kinclong dan rapi. Terkadang lelah dan penat dirasanya, tapi bagaimana lagi? Kerjaan harus beres sementara teman house keeper yang lain juga dibagi pekerjaan yang sama.

Tiba di sebuah kamar yang tidak dikunci nomor 233, dia kira kamar itu yang penghuninya sudah check out, dia masuk dan membersihkannya. Padahal tadi status check-out di kamar nomor 232. Gadis itu salah kamar!

Ah, capeknya! Bolehlah sekali-kali aku istirahat sebentar!

Dia melepas rompi kemudian bak pemilik kamar, membuangnya ke tempat tidur serta melepas sepatu yang dia pakai. Tanpa sadar, dia ketiduran di atas bed empuk kelas 1 dan nyaman itu.

***

Sementara di bar,

"Dia mabuk berat!"

Seorang lelaki muda berusia 25 tahun memperhatikan sahabatnya yang tengah menenggak wine di botol terakhir.

"Sandra pergi dengannya! Dia pengkhianat!"

Lelaki yang telah mabuk berat itu meracau dan mulai oleng.

"Sudahlah, kamu lupakan Sandra, dia bukan gadis baik-baik!" ujar cowok satunya lagi.

Ada tiga cowok di situ. Hanya satu yang mabuk berat, karena ditinggal selingkuh oleh kekasihnya.

Dia terus saja minum wine dari botol hingga habis dan tak sanggup lagi berdiri.

"Ayo gotong dia ke kamar hotelnya!"

"Ayo!"

"Berat juga!"

"Tak apalah, kalau kita tinggalin dia di sini, banyak wartawan yang akan meliputnya."

"Oke."

Mereka menggotongnya hingga sampai di lobby hotel. Seorang wartawan yang mengetahui hal itu, berpura-pura ikut membantu mengangkatnya.

"Saya bantu, Tuan!"

"Siapa kamu?"

"Saya bellboy di hotel ini."

"Mmmm ... baiklah bantu kami."

Mereka bertiga mengangkat pria mabuk itu ke dalam kamar hotelnya.

Sampai di kamar hotel, ketiganya terkejut karena telah ada perempuan yang sedang terlelap di atas tempat tidur.

Si wartawan diam-diam mengeluarkan ponselnya, lalu mengambil gambar saat kedua pria itu kebingungan mengamati perempuan yang sedang tertidur di sebelah sahabatnya. Apalagi saat pria mabuk itu tak sadar meletakkan tangan di atas perut Bianca.

"Ehm, saya permisi dulu," ujar bellboy gadungan itu setelah puas mendapat gambar yang bagus.

"Ok, keluarlah. Eh, tunggu, ini tipnya!"

"Makasih, Tuan."

Dia segera keluar dari kamar itu. Dua lembar uang merah telah berpindah ke tangan si 'bellboy'. Dia tersenyum puas dan senang, mendapat uang dan berita yang pasti sangat menggemparkan dunia entertainment.

"Siapa cewek ini?"

"Ah, mungkin perempuan panggilannya Key! Udahlah, kita tinggal saja mereka di sini!" ujar cowok bernama Ethan.

"Ayo lah, aku juga capek menemaninya," Sam menyetujuinya.

Mereka meninggalkan sahabatnya beserta perempuan itu di dalam kamar.

***

"Aaaargh!"

Bianca langsung menutup mulut. Jantungnya berdegup kencang melihat ada seorang pria sedang tidur memeluknya saat bangun.

Sial, siapa pria ini?

Dengan risih dia pindahkan cepat-cepat tangan pria itu dari perutnya. Lalu otomatis mengamati rok dan celana dalam yang dia pakai.

Utuh! Eh, tunggu sebentar ....

Dia mencoba berjalan dan tidak merasa sakit di selangkangannya. Kemudian dia mengamati tempat tidur bekas dia tiduri tadi.

Putih, bersih ....

Masih belum puas, dia masuk ke kamar mandi lalu mengecek pada celana dalamnya.

Tak ada apa-apa. Fyuh! Aman ....

Dia keluar kamar itu dengan hati-hati.

"Ngapain kamu, Bi?"

Seorang perempuan teman kerjanya bernama Laura, memergoki. Setengah terlonjak, Bianca kaget bukan kepalang.

"Eh! Tidak apa-apa, habis bersih-bersih."

Cepat-cepat dia meninggalkan temannya yang tertegun heran melihatnya.

Gadis itu cepat-cepat pergi menjauh, menuju ke pantry.

***

Kepala pria bernama Key itu masih terasa berat. Dia berusaha bangun meraih sesuatu yang ada di sebelahnya.

Apa ini?

Sebuah rompi wanita! Dia letakkan lagi dengan tidak perduli. Sebuah name-tag terjatuh di bawah lantai. Dipungutnya benda kecil dan pipih itu, BIANCA.

Hmmm ... siapa Bianca ini? Kenapa menaruh rompi ini sembarangan di kamar hotelku? Mungkinkah dia penyusup atau pencuri? Ah, berapa juta sih yang dia ambil? Tak penting!

Pria bernama Key itu kembali melemparkan benda itu ke bawah lantai.

Kepalanya masih terasa pusing.

***

Majalah pagi itu tiba di halaman rumah. Terpampang jelas di headline foto kedua pasangan yang sedang tidur di hotel.

"Bianca!" teriak Papanya.

"Ada apa Pa, teriak-teriak?"

"Apa ini?" katanya sambil menunjuk ke foto di majalah itu.

Wajah Bianca menjadi pucat pasi, "Tunggu, Pa, biar aku jelasin."

"Kamu itu, kerja di hotel sudah Papa percaya, tapi kepercayaan Papa sekarang runtuh melihat kelakuan kamu!"

"Apa sih, ribut-ribut?" tanya Mamanya.

"Lihat Ma," perintah pria paruh baya itu kepada istrinya.

Wanita itu terbelalak melihat foto yang terpampang jelas di media.

"Mama udah berupaya mendidik kamu, Bi ... Kenapa kamu jadi seperti ini?"

"Ma, ini tidak seperti yang kalian lihat, ini-...."

Tangis wanita itu meledak seketika meluapkan kesedihan yang menyayat hati seorang ibu yang merasa gagal memberi pelajaran akhlak untuk anak perempuannya.

Hati Bianca perih, seandainya dia tidak teledor tidur di kamar hotel ....

Sejak itu, pernikahan menjadi trending topic di dalam rumah Bianca.

***

Sementara itu, di rumah besar seorang pengusaha muda yang kaya raya terjadi juga sedikit keributan.

"Siapa gadis di media sosial ini, Key?" tanya wanita cantik, ibu tirinya.

"Aku tidak kenal," jawabnya santai.

"Tuan, berita itu akan membuat citra perusahaan menjadi buruk," ujar penasihat perusahaannya.

"Lagian, aku tidak apa-apakan dia," tukas Key.

"Foto itu jadi bukti, Tuan. Meski tuan menyangkalnya."

Key mendengus kesal, dia memang tidak melakukan apa-apa selain mabuk semalam.

"Key, apa yang kamu lakukan sungguh keterlaluan, kamu ini memiliki perusahaan ternama. Kamu telah mengotori nama baiknya."

Seorang pria paruh baya masuk ke ruangan itu.

"Lalu, aku harus gimana untuk membersihkan nama perusahaan, Pa?"

"Nikahi gadis itu, dengan begitu, setidaknya kamu terlihat bertanggung jawab padanya."

"Pa, apa dia gadis baik-baik?" tanya istri kedua, pengganti istri pertama yang telah meninggal.

"Pokoknya saat ini Key harus terlihat bertanggung jawab di depan media, entah bagaimana nantinya mereka berpisah, itu terserah."

Wanita itu hanya melirik anak tirinya sekilas. Memang, dia bukanlah ibu kandungnya, tapi Key lah yang merupakan sumber utama penghasilan mereka.

"Bagaimana, Felix?"

Felix adalah tangan kanan Key di perusahaan yang dia bangun.

"Saya rasa Papa anda benar, Tuan. Anda bisa menceraikan dia nantinya. Yang penting sekarang nama baik anda tidak tercemar dengan berita buruk itu."

"Ya sudah, Felix. Cari gadis itu."

🌿🌿🌿

Plagiarisme melanggar Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Tawaran Pernikahan

"Baik, Tuan."

Felix segera keluar dari ruangan.

Dia kira gampang mencari gadis itu? Tidak ada clue sama sekali. Habislah aku.

"Ingat ya, Key. Pernikahanmu harus terekspos oleh semua media untuk membungkam semua berita buruk itu." ujar Papanya.

Key mengangguk, "Terserah Papa aja, ini bukan kemauanku."

"Mama, aku pulang."

Seorang anak perempuan berusia 17 tahun, mendekati ibunya. Dia adik tiri Key, namanya Susan.

Dia mendekap manja sang ibu, menunggu sebentar di ruangan itu, heran dan bertanya-tanya dalam pikirannya tentang apa yang terjadi.

"Kak Key, apa benar berita itu?" tanya dia teringat dengan berita heboh di sekolahnya tadi.

"Berita apa?" tanya Key dengan tenang.

"Kakak tidur dengan seorang perempuan di hotel."

Key memutar bola matanya. Sekarang dia berharap jadi orang biasa yang mau jungkir balik pun, tidak akan ada yang memberitakan.

"Menurutmu?" Pria tampan itu berbalik tanya pada adik tirinya.

"Tidak," jawabnya dengan cepat, malas untuk berdebat dengan orang yang menang sendiri.

"Susan, masuk ke kamar kamu, Mama mau bicara."

Wanita berusia 40 tahun itu mengajak putri kesayangannya agar masuk ke kamar untuk membicarakan kakak tirinya. Namun sekali lagi, Key tampak tidak peduli.

"Atur pernikahanmu, Key!" perintah Papanya.

"Iya!"

Ada Felix lagi yang terbersit di kepala Key. Semua akan beres di tangannya. Penasehat, tangan kanan, juga pelayan pribadinya. Paket komplit.

***

"Pertama aku harus pergi ke hotel itu," gumam Felix.

Mobil melaju ke hotel yang disebutkan dalam majalah. Pria berkulit coklat dan selalu berkacamata hitam itu menemui seorang gadis resepsionis.

"Pagi, Nona. Boleh saya bertanya?"

"Oh, boleh Tuan."

"Apakah hotel ini yang menjadi tempat Tuan Key bersama seorang perempuan tidur bersama seperti yang dikabarkan di banyak media?"

"I-iya, Tuan."

"Apa sudah dicheck pada CCTV, siapa perempuan itu, Nona?"

"Sebenarnya, tidak dilihat di CCTV saja sudah ketahuan perempuan itu siapa, Tuan."

Bilang dong dari tadi!

"Oh, kalau saya boleh tahu, nama perempuan itu beserta identitasnya."

"Maaf, Tuan ini siapa? Ini menyangkut pribadi seseorang."

"Saya tangan kanan Tuan Key. Dia menghendaki untuk bertemu dengan perempuan itu."

"Baiklah, tapi sayang ... gadis itu tidak masuk hari ini."

"Tidak masuk? Maksud anda?"

"Dia bekerja di hotel ini, rekan kerja kami. Namun, hari ini dia tidak berangkat kerja."

"Mmm ..., baiklah. Boleh saya mengetahui identitasnya?"

"Sebentar, saya carikan. Ini, Tuan."

Felix menerima kartu nama gadis bernama Bianca itu.

Ternyata mudah sekali tugasku, Tuan Key tidak akan murka.

Namun, tidak harap terima bonus juga. Felix segera menuju ke alamat gadis itu.

"Permisi!"

Bianca membuka pintu dengan malas, "Ya."

"Maaf, apakah benar ini alamat Nona Bianca?"

"Oh, ya benar. Saya sendiri. Ada apa ya?"

Felix memandangi Bianca dari ujung rambut hingga ujung kaki. Apa Tuan Key benar-benar mau menikah dengan gadis seperti ini?

"Hey, Tuan!"

"Oh, mmm ..., saya Felix. Utusan Tuan Key, pengusaha muda terkaya di negeri ini."

Mulut Bianca bergetar, dia ketakutan. Itu adalah nama orang si penyewa kamar hotel yang dia tiduri saat itu.

"K-kenapa ya?"

"Saya menyampaikan tawaran pernikahan untuk meluruskan berita di media tentang Tuan saya dan Nona."

Mata Bianca membelalak. Sumpah ini di luar dugaan. Bianca kira kata-kata orang tuanya hanya akan jadi sumpah serapah bagi dia, tapi nyatanya akan menjadi kenyataan.

"Nanti bagaimana maunya Tuan Key, akan saya agendakan pertemuan kalian. Saya akan meminta persetujuan pertemuan dulu dari Tuan."

Jadi yang setuju cuma Tuanmu? Aku ga dianggap sama sekali, hanya iya-iya saja. Huh, sudah terlihat sifat Tuannya!

"Siapa, Bianca?"

Duh, Mama dengar!

"Oh, ada tamu? Siapa ya?"

Kembali Felix menjelaskan siapa dirinya. Mama Bianca secara antusias menanggapinya dengan baik.

"Katakan pada Tuan Key, bahwa kami setuju. Harga diri anak kami telah jatuh karena berita itu!"

"Baik, jika begitu, saya permisi dulu ya, Nyonya."

Setelah Felix pergi, wanita berambut pendek itu menemui anak perempuannya.

"Sekarang ada jalan, aib kita akan tertutup."

Aib? Tidak adakah kata yang lebih baik dari itu?

Bianca hanya menghela napas, merasa apa yang terjadi hanyalah dia dan Tuhan yang mengetahui.

Sekarang Felix merasa tugasnya selesai. Hanya soal menemukan gadis itu kan?

"Tuan, sudah ketemu."

"Oh, sudah kamu bilang tentang pernikahan?"

"Sudah, Tuan. Ibunya menyetujui."

"Aku mau menikahi anaknya, bukan ibunya!"

"Ma-maaf, Tuan. Maksud saya ibunya menyetujui pernikahan anda dengan anak gadisnya."

"Oh, baiklah. Nanti kamu urus pernikahannya."

"Baiklah, Tuan."

Apa aku juga yang harus mengurusi pernikahannya? Sedangkan aku menikah saja belum? Mulai dari mana?

Felix keluar dari ruangan Tuan Key, duduk di kursi mengetuk-ngetuk meja. Berpikir apa yang akan dia lakukan dulu.

Dia kembali ke ruangan Key.

"Maaf, Tuan, apa perlu bertemu dengan gadis itu?"

"Untuk apa?"

Untuk apa juga ya?

"Sekedar berbincang, jika kalian perlu saling mengenal."

"Tidak perlu, kenal atau tidak kenal, dia tetap harus kunikahi kan?"

"Baik, Tuan."

Sekali lagi Felix harus memutar otak, dia yang harus menyelesaikan segala hal. Curang! Tapi ini konsekuensinya menjadi tangan kanan Tuan Key.

Masuk ke ruang kerja lalu dibukanya buku agenda Tuan Key. Ternyata ada klien di daftar dengan nama Wedding Organizer. Sedikit keberuntungan, tapi dia harus meneliti dulu pemiliknya. Tuan Key tidak mau pesta yang memalukan.

***

"Mama, apa setelah Kak Key menikah, kita masih boleh tinggal di rumah ini?" tanya Susan di dalam kamar.

"Tentu saja, pernikahan itu tidak akan lama, Susan!"

"Kenapa?"

"Key tidak mencintainya, hanya untuk menutupi berita buruk bahwa Key adalah orang yang suka bermalam dengan wanita malam."

"Kasihan ...."

"Siapa maksudmu?"

"Gadis itu," jawab Susan cepat.

"Jika kamu kasihan pada gadis murahan itu, bagaimana nasib kita? Jika pernikahan itu usai, kita masih bisa tinggal di sini, kan?"

"Hmmmm ...."

Wanita bernama Winda itu mendengus. Dasar anak bodoh! Dia meninggalkan anaknya di dalam kamar. Susan mengendikkan bahu melihat sikap ibunya. Kembali dia membuka buku-bukunya.

***

Bianca merenung di dalam kamarnya, sebentar lagi dia akan menikah, tapi bukan pernikahan yang dikehendakinya. Kenapa nasibnya jadi begini?

Dia ingin menyegarkan otaknya untuk berjalan-jalan di taman.

Udara segar di taman, membuat gadis itu agak tenang. Sedikit berjalan akan membuatku lebih baik. Hey, itu pria yang menemuiku, tangan kanan si pengusaha itu!

Saat akan mendekat, Felix telah membukakan pintu mobil menunggu Tuannya masuk.

Tak sengaja mereka bersitatap, Bianca dan Key. Namun, pria berjas itu masih tidak peduli. Felix menunduk pada Bianca.

Pria seperti itukah yang akan jadi suamiku?

Gadis itu kembali berjalan gontai.

🌿🌿🌿

Plagiarisme melanggar Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Pernikahan

"Tuan, apakah Tuan tahu, tadi gadis yang di taman itu adalah gadis yang akan anda nikahi?" kata Felix di dalam mobil.

"Kenapa kamu tidak bilang? Turunkan aku."

Dia bilang tidak akan menemui gadis itu. Gimana sih?

"Baik, Tuan."

Felix segera membukakan pintu mobil. Key berdiri di sebelah mobilnya.

"Panggil dia kemari."

"Baik."

Felix menggerutu dalam hati, Kenapa tidak dari tadi dia bilang? Sekarang gadis itu sudah menjauh.

"Nona!" Ah, di mana tadi gadis itu, nah itu dia!

"Nona! Nona ... Bianca!"

Gadis itu menoleh, terperanjat saat mengetahui Felix telah ada di belakangnya terengah-engah.

"Ada apa, Tuan?"

Kenapa orang ini memanggilku?

"Maaf, Nona. Tuan Key mau bertemu dengan anda." Masih dengan napas terengah-engah.

"Kenapa ya?" Bianca merasa bergetar, takut.

"Entahlah, Nona. Sebaiknya Nona menemuinya saja. Mungkin tentang pernikahan yang akan dilaksanakan."

"Hmmm ..., baiklah." Bianca dengan berdebar tapi bukan cinta, menemui Tuan Key.

"Ada apa, Tuan?" tanyanya hati-hati.

"Kamu, gadis yang tidur di kamar hotelku?? Kenapa kamu tidur di sana??"

"Sa-saya tidak sengaja, Tuan."

"Kamu mau menjebakku??"

"Ti-tidak, Tuan."

Gadis itu merasa keder juga, karena dia telah tidur di kamar hotel milik seseorang tanpa ijin, walau dia tidak tahu jika kamar itu masih ada penghuninya.

"Kamar itu tidak dikunci, jadi saya pikir sudah tidak digunakan." Gadis itu memberanikan diri untuk berbicara.

"Jadi, kalau tidak dikunci kamu bebas masuk?"

Ya aku kan house keeper, bebas masuk untuk membersihkan kamar dong?

"Saya hanya mau membersihkan kamar, Tuan."

"Lalu kenapa kamu tidur di sana?" cerca Key tajam.

"Saya tidak sengaja, Tuan." Mulut Bianca bergetar karena di depannya saat ini adalah orang paling berpengaruh di negerinya.

"Gara-gara kamu, citra saya jadi buruk! Kemarin Felix telah menyampaikan maksudku untuk menikah dengan kamu, denger ya, itu kemauan Papaku hanya untuk menyelamatkan citra perusahaan. Perjanjian, besok kita menikah untuk meluruskan berita, tapi setelah itu suatu saat nanti, kita berpisah."

"Ada lagi hukuman untukmu, siapa namamu?"

"Bianca, Tuan."

"Bianca, kamu harus melayani segala keperluanku selama satu tahun!"

"Baik, Tuan. Maafkan saya."

Key meninggalkan Bianca lalu menaiki mobil dengan geram. "Gadis itu, betapa tidak sopannya tidur di kamar hotelku dan membuat hidupku kacau!"

Felix hanya terdiam mendengarkan tuannya.

"Besok urus pernikahannya Felix, aku tidak sabar menghukumnya!"

"B-baik, Tuan."

Felix tahu bahwa tuannya itu sedang marah tingkat nasional. Gila! Besok? Bagaimana ini? Undangan harus disebar sekarang, dan ... ah kacau!

Setelah mengantar tuannya, Felix bekerja keras mempersiapkan kemauan pria muda itu. Jika dia mau sesuatu, maka harus terlaksana.

Malam itu undangan telah tersebar lewat media sosial. Pernikahan akan dilaksanakan di sebuah gedung dengan kebun luas. Pernikahan dengan spot pemandangan yang indah, tapi hati Bianca tak seindah pemandangan itu.

Bianca melihat kedua orang tuanya, sepeninggal Felix yang memberi kabar bahwa pernikahan akan dilaksanakan besok. Adik Bianca merengek, mendengar bahwa Bianca akan menikah.

Ini juga bukan keinginanku, Brian.

"Bianca, semoga besok pernikahanmu langgeng ya?"

Ada rasa pedih di hati gadis itu saat mendengar harapan orang tuanya. Mereka tidak tahu perjanjian antara Bianca dan Key. Satu tahun, waktu yang sangat singkat untuk sebuah pernikahan.

***

Gadis itu melihat dirinya di cermin, menatap muka yang telah dihiasi bak pengantin. Ya, hanya seperti pengantin. Bagi gadis itu, ini bukan pernikahan sesungguhnya, tidak ada rasa cinta, tidak ada kesungguhan antara keduanya.

Aku terjebak di pernikahan konyol.

Hatinya miris melihat kebahagiaan kedua orang tuanya, mereka merelakan anak perempuan kesayangan untuk menikah. Namun, mereka tidak mengetahui perihal untuk apa pernikahan ini. Entah bagaimana hati mereka jika tahu bahwa pernikahan ini tidak akan lama.

Akhirnya, tiba juga hari pernikahan yang megah terjadi. Ribuan tamu berdatangan, saling memberi selamat. Para wartawan hadir mengambil foto pernikahan untuk berita. Bagi Key, acara semewah ini hanya seujung jari kelingking. Bianca berpikir bahwa Key bisa mengadakan acara pernikahan seperti ini berkali-kali. Maka dari itu, jika mereka berpisah, tidak akan ada masalah. Tidak sayang biayanya.

"Bener kan ini kekasih kamu, udah kutebak!" seru Sam.

Key mengernyitkan dahi, kapan Sam menebaknya? Entahlah seingat Key, dia mabuk berat. Apa yang terjadi saat itu di luar sepengetahuannya.

"Bisa juga lupa kan kamu sama Sandra?" tanya Ethan. "Eh, dia datang!"

Ketiga pria itu langsung menengok ke arah pintu masuk. Seorang gadis cantik, berambut panjang, bertubuh sexy dan memakai dress merah sedang berjalan masuk mendatangi Key. Key langsung merangkul Bianca dan mencium pipinya di depan gadis itu. Bianca terperanjat.

Gadis bernama Sandra itu melengos, tidak jadi menyalami.

"Selamat, ya?" Hanya ucapan selamat yang terdengar sinis itu yang keluar dari mulutnya.

Siapa perempuan ini, hingga membuat Key menciumku?

Key belum melepas pelukannya, "Inget ya, berpura-puralah bahagia."

Bianca tersenyum kaku. Acara itu membuat kakinya pegal berdiri, karena tamu tak ada habisnya hingga malam tiba.

"Jangan mengharap malam pertama," ujar Key.

Huh, siapa juga yang mau disentuh lelaki yang tidak aku cintai!

Usai pesta, Bianca ingin segera merebahkan diri. Mobil pernikahan membawa mereka pulang ke rumah Key.

"Pijiti kakiku pegal." Key dengan seenaknya menaruh kakinya di paha istrinya itu.

Ga tahu apa, kakiku juga pegal!

Dipijitnya juga kaki suaminya itu meski cemberut. Pria itu tertidur di mobil dalam perjalanan.

Bianca tertegun melihat rumah yang begitu mewah dan luas, seperti yang dia lihat di televisi.

"Masuklah, kamu boleh tidur di kamarku, tapi sudah ada tempat sendiri untukmu."

"Baik, Tuan," ujar Bianca.

"Hey, panggil aku Key saja, aneh rasanya jika istri memanggil suaminya dengan 'tuan'."

Gadis itu menunduk hormat.

"Jangan besar kepala, hanya satu tahun!" ujar Key mengingatkan.

Kuharap ada mesin pemutar waktu, hingga besok sudah satu tahun dan aku bisa keluar dari sini.

Bianca menghela napas. Dia segera membersihkan diri. Para pelayan membungkuk padanya. Bianca tersenyum, tulus.

Besok statusku sama dengan kalian. Jangan terlalu hormat padaku.

"Kamu tidur di situ." Key menunjuk sebuah sofa yang besar dan empuk lebih baik dari kasur Bianca di rumah. Sebenarnya dia bersyukur karena tidak disuruh tidur di lantai.

"Baik ..., Key." Agak canggung dia menyebut nama suaminya pertama kali.

Key menghempaskan tubuhnya di tempat tidurnya yang kelihatannya sangat empuk seperti roti manis. Bianca takut jika badannya yang kecil melakukan hal seperti yang dilakukan Key, akan terlempar lagi karena terlalu empuk.

Bianca sedang akan melebarkan selimut, ketika Key meminta sesuatu padanya.

"Hey, pijiti punggungku sampai aku tertidur."

Berasa jadi tukang pijit pribadinya aja!

🌿🌿🌿

Plagiarisme melanggar Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!