NovelToon NovelToon

Mencari Jodoh

Chapter 1

AURELIA

...Jakarta...

...2018...

Aku sama sekali tidak tahu kalau efeknya akan jadi seperti ini. Aku mengenal Arkana hanya sebentar baru sekali itu saja di jalan. Kebetulan aku sedang beli baju untuk gaun perjodohan aku dengan seseorang yang tidak aku kenal.

Sebenarnya sudah lama ibu aku membicarakan hal itu tetapi ibu aku HANAH LASMI sama sekali tidak memberitahukan aku tentang siapa laki-laki bernama Arkana Banaspati. Yang aku tahu adalah kalau dia sedang ingin di jodohkan dengan aku bulan ini, bulan November 2021 tanggal muda.

"Aurel, ayo cepat ganti baju. Ibu sebentar lagi mau ke arisan. Kamu cepat jalan ke kota kalau mau beli baju. Ibu tidak bisa mengantar kamu. Oke sayang..?"

"Ibu, katanya mau ikut aku belikan baju perjodohan itu. Kalau pas tidak cocok bagaimana. aku kan tidak tahu ukurannya berapa..?" Aku ngambek.

"Kan sudah ibu tulis di lembar kertas itu, masak kamu masih bingung. Sudah, kalau ada waktu biar nanti ibu susul sama ayah kamu. Oke! Bye see you." Ibu akhirnya pamit padaku. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku kesal. Arini juga tidak mengabari aku sore ini. Aku bentar lagi harus beli baju untuk seorang ARKANA BANASPATI. Yah, nama itu cukup aku takutkan untuk sekedar bertemu atau berkenalan. Yang aku ingat adalah aku sudah putus dengan seseorang bernama RAHUL ROY.

"Maafkan aku Rahul. Aku telah salah menilai kamu. Aku pikir kamu tidak serius pacaran sama aku. Tiga bulan lamanya kita pacaran. Aku pikir kita akan lama pacaran tapi ibu aku telah memaksa aku untuk itu. Aku minta maaf padamu. Sungguh!" Ucapku ke Rahul.

"Tidak masalah. Yang penting kamu sudah jujur sama aku. Lagi pula aku sudah dapat penggantinya." Aku kaget bukan main ketika Rahul berkata seperti itu.

"Apa?"

"Iya, ini." Rahul menunjukkan selembar foto padaku yang isinya adalah foto aku yang sedang tersenyum. Kamu bisa membayangkannya sendiri.

"Tapi Rahul, kenapa kamu harus pilih jalan ini. Tidak adakah seorang perempuan yang mau pacaran sama kamu lagi dan mau menerima kamu apa adanya..?"

"Aurel.. Aurel. Sudah cukup bagi aku untuk mengenal kamu saja dalam dunia ini. Aku tidak mau hidup aku ketahuan oleh orang lain. Malah aku sampai bingung jalan hidup aku mau aku arahkan ke mana. Lalu ayahku bilang kalau aku bisa kuliah di Prancis seperti kakak aku. Mungkin jawabannya demikian untuk sementara waktu sambil lalu aku mulai belajar untuk melupakan kamu." Rahul menitikkan air mata sedih di depan aku. Aku langsung memeluk dia waktu itu juga.

Aku masih terpaku di dalam kamar aku sendirian bersama matahari yang masih berirama sore itu. Redup dan sejuk dalam pandangan. Aku masih mematung dalam ketidak berduaan aku sambil memegang buku tulis tebal yang di dalamnya terdapat foto Rahul yang masih tersenyum padaku.

***

Apa yang harus aku lakukan sekarang kalau semuanya perlu di tulis?

Perkenalkan nama aku Aurel. Kalian bisa panggil nama itu.

Aku mau telepon teman aku dulu.

Setelah aku menelepon sambungan teleponnya tidak bisa. Aku lalu pergi ke suatu tempat untuk menuliskan sesuatu yang bisa buat aku senang.

"Aurel, kamu sedang apa?" tanya seseorang padaku tapi aku memilih untuk diam saja.

Chapter 2

ARKANA

...Surabaya ...

...2018...

KRIIINGGGG... Jam beker aku berbunyi nyaring. Buat aku bangun dari jam tidur malam ku.

AKU BARU BANGUN dari tidur lelap aku, paginya aku merasa pusing dan tidak enak badan. Karena malamnya aku begadang bersama teman aku Richard. Aku di suruh minum alkohol beberapa kali tegukan alias beberapa gelas alkohol dari botol minuman keras dengan standar kapasitas minimal. Tidak kurang tidak lebih. Kadar kapasitasnya tidak melebihi kadar kekuatan manusia pada biasanya. Tiba-tiba saja ibu aku menyuruh aku untuk segera bangun karena akan ada tamu yang sebentar lagi akan datang.

"Siapa sih Ibu tamunya?" tanyaku ke ibuku dengan tubuh setengah telanjang.

"Ada deh teman ibu. Dia dari kota Jakarta. Kamu bangun, mandi dan berkenalan dengan om dan tante nanti." Perintah ibuku padaku.

"Mereka dari Jakarta loh, bela-belain datang ke Surabaya hanya untuk menemui ibu dan keluarga ibu. Dia adalah teman ibu dulu sewaktu di sekolah. Dulu dia tinggal di surabaya karena suaminya orang bandung jadi sekarang dia tinggal di bandung bersama keluarganya." jelas ibu Anisa padaku.

"Apa!? Oh ****. Tidak, ibu tidak boleh menyuruh aku begitu karena sebentar lagi aku ada acara bermain sepak bola bersama teman aku di lapangan tepak pukul 8.00 wib.

Oke, aku harus segera mandi dan segera menemui ibuku, sarapan dan pamit pergi ke lapangan sepak bola. Aku akan bilang ke ibu aku kalau aku tidak bisa bertemu dengan om dan tante seperti apa yang telah ibu bilang padaku.

Ibu masih di dapur saat aku bersiap-siap untuk mandi. Aku mengalungkan tubuh aku dengan handuk biru langit.

"Arka, kamu cepat mandinya keburu ayah mau mandi. Sebentar lagi tamunya akan datang." kata ibuku memberitahu aku. Oh god, kenapa bisa begitu padahal aku tidak mau cepat-cepat untuk mandi, aku masih ingin bersantai di kolam renang sambil menunggu matahari terbit pagi hati itu.

"Arka! ke mana anak itu perginya?" ANISA sedang sibuk mengurusi makanan dan minuman. Dia juga bingung mencari anak satu satunya itu yang menghilang begitu saja dari tempat dapur.

Juarrrr..!! Suara cipratan air yang tumpah akibat Arka yang mandi dan loncat begitu saja di atas kolam.

"Ya ampun Arka, kamu kok mandinya di situ sih, malu ada tamu bentar lagi! Kolam itu sudah ibu bersihkan loh!" ibuku menasehati aku yang tidak tahu sopan santun.

Aku bisa di bilang anak manja di rumah. Apa pun akan ibu kasih selama dia bisa ngasih. Pernah suatu hari aku minta di belokan sepeda mini padahal akun masih kecil dan belum bisa memancal sepeda dengan baik tapi ibu belikan aku dengan tulus, makanya aku langsung belajar dan akibatnya aku naik kelas dan lulus di peringkat pertama. Aku anak rajin yang suka bersekolah dan mengerjakan ekskul sore di sekolah.

"Arka, cepat pindah dari tempat itu ibu tidak mau menyuruh pembantu lagi buat bersihin kolam renang itu!" kata ibuku padaku. Aku jadi ingat waktu ketika aku masih kecil, waktu di mana aku masih berumur tujuh tahun. Ibu melarang aku untuk mandi di kolam renang. Tapi aku tetap mandi dan tidak mengindahkan ibu aku. Dia langsung menghukum aku dengan mengunci pintu kamar mandi dari luar. Aku memang nakal dan tidak nurut.

Pukul 8.10 menit tamu itu datang dan aku sudah siap untuk jalan ke lapangan sepak bola. aku kaget ketika melihat tamu itu. Dua orang paruh baya seperti ayah dan ibu aku.

Aku hendak bersalaman pada ibuku tapi langkah aku terhenti. "Arka, ke sini nak. Ini adalah tante Mirna dan Om Farhan. Kamu salaman sama mereka." Ibuku menyuruh aku untuk bersalaman.

"Pagi om tante."

"Pagi nak Arka." Sapa tante itu padaku.

"Mau ke mana..?" lanjut tante itu menyapa aku.

"Mau ke lapangan tante. Tante mau ikut?"

"Duh, polos banget anaknya. lucu. Kamu masih sekolah ya nak..?"

"Iya tante. Udah mau lulus kok. Insya Allah bentar lagi Arka akan kuliah di Bandung."

"Benar begitu Mbak..?" tanya tante itu pada ibuku. Nyonya Anisa.

"Belum tentu Mbak Mirna, itu hanya keinginan Arka saja. Lebih baik masuk dulu tidak enak berdiri di sini terus." lanjut ibuku.

Aku jadi curiga pada ibuku dan ayahku. Sebenarnya ada apa, kenapa mereka cukup serius menjamu tamu om dan tante itu, padahal aku masih belum kenal sama mereka. aku lalu pamit ke lapangan sekolah untuk main sepak bola.

"Aku pamit dulu Ibu, ayah."

"Iya hati-hati Arka!" kata ayahku padaku.

Ibu tidak komplain atau bilang yang macam-macam. Tapi di pertengahan jalan ibu sempat menelepon aku katanya, "Arka katanya kamu mau menemui tante Mirna sama Om Farhan. Kok tidak jadi sih..?"

"Tidak ibu, maaf Arka telah lancang. Arka ada acara bersama teman-teman Arka bermain sepak bola." Jawabku di telepon.

"Tapi ibu harap kamu cepat pulang. Kamu harus ikut makan siang bersama kami setelah pukul sepuluh oke!"

"Iya Ibu!" jawabku.

Aku pikir aku harus ijin dulu nanti pada teman aku Richard kalau aku sedang ada acara di rumah. Setelah sepuluh menit berlalu aku sampai di sekolah. Aku bertemu Richard dan kawan-kawan.

"Arka, kok telat datangnya?" Richard tanya padaku.

"Maaf, aku ada tamu. Aku harus pulang lebih awal nanti. Aku di suruh ibu untuk pulang cepat."

"Ada apa..?" Richard menanyai aku serius.

"Ada tamu di rumah." aku menjawab.

"Penting banget sampai kamu harus pulang. Emang tamu itu presiden kali."

"Ya enggak gitulah. Kita kan punya ilmu menghargai dan menghormati sikap orang lain pada kita, menghormati tamu. Di pancasila kan ada silakan ke empat. Apa kamu tidak ingat..?"

"Iya aku ingat, tapi kita kan ada acara!?"

"Acara aku lebih penting daripada acara kalian. Aku minta maaf, aku tidak mau mengecewakan ibu aku dan ayah aku!" kataku ke Richard. Aku menyesal telah berkata seperti itu di depan teman-teman aku yang tergabung sebagai team di dalam sepak bola profesional di sekolah. Di situ sudah hadir Pak Jamil selalu coach dan pelatih sepak bola.

Pritt.. Peluit telah di bunyikan. Aku dan teman-teman aku mulai bermain.

"Ya Tuhan lindungilah aku dari marah bahaya di tempat ini." Ucapku dalam hati sambil mengecup kalungku yang aku pakai.

"Iya terus tendang, giring tendang lagi!" Prit! Bunyi peluit itu cukup mengingatkan aku pada peristiwa satu tahun yang lalu. Di surabaya, tepatnya di sekolah aku.

...Jakarta...

...2019...

"Arka, kamu kenapa..?" Sukma teman kuliah aku telah menyadarkan aku dari lamunan aku.

Flashback

...Surabaya ...

...2018...

AKU AKHIRNYA PULANG ke rumah setelah pukul sepuluh. Tubuh aku berkeringat dan aku masih ingin mandi dulu sebelum pulang. Kegiatan aku memang ribet, tidak seperti laki-laki biasanya. Aku masih harus begini begitu untuk keperluan aku sendiri. Harus mandi lah, make-up lah, joging lah, senam lah, olahraga sepak bola, futsall, karate dan lain sebagainya. Kadang aku harus bermain dan santai.

Dan lain sebagainya.

Itulah kegiatan aku sehari-hari, cukup padat dan menyehatkan. Apakah kamu seperti itu. Semoga saja seperti itu tetapi aku cukup khawatir kalau kamu tidak sanggup melakukannya.

Hai, aku adalah ARKANA BANASPATI yang akan menemani kamu di hari-hari penuh bahagia ini. Kenapa begitu, karena aku punya sesuatu buat kamu. Tara...

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Itu adalah hadiah bunga buat kamu yang menyukai bunga. Atau,

❤❤❤❤❤❤❤❤

hadiah hati bagi kamu yang menyukai gambar hati. Atau bisa juga,

🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵🍵

hadiah kopi bagi kamu yang suka ngopi. Kala aku sih lebih suka emoticon ceria..,

😆😆😆😆😆😆😆😆

Aku orangnya suka ketawa sendiri kalau sudah mendengar atau melihat pemandangan lucu. Maaf kalau kamu tidak sama dengan aku. Di rumah kadang aku bermain game sendiri, kadang bersama teman aku Richard atau bersama ayah aku. Beda sama ibu aku yang pintar memasak. Kadang aku membantunya di dapur. Kadang masakannya di buat gosong, setengah matang, garing dan lain sebagainya. itulah aku yang having fun dengan kebudayaan yang aku peroleh si rumah.

Kadang aku suka menyendiri di depan kolam renang sewaktu aku merasa lelah, jenuh, kesal, kesepian dan lain sebagainya. dengan di temani alunan musim lagu dari handphone Android kesayangan aku.

Sepulang dari lapangan sekolah, di pertengahan jalan aku melihat mobil sedang hitam persis seperti mobil milik tante Mirna dan Om Farhan. Aku melihat lagi lebih jelas tapi mobil itu telah pergi dari pandangan aku.

TARA! Aku sudah sampai di rumah aku. Sepi, ibu sudah bersih-bersih di dapur. "Loh ibu, tamunya ke mana. Sudah pulang..!?" tanyaku ke ibuku setelah aku datang.

"Iya, mereka sudah pulang. Mereka pulang lebih awal karena takut ketinggalan pesawat." jelas ibuku padaku.

"Tapi kan ini masih pukul sepuluh lewat lima belas menit. Kan masih bisa pesan pesawat nanti jam tiga Ibu." elakku ke ibu. Aku tidak habis pikir dan kecewa pada tamu itu.

"Tadi Om Farhan dan Tante Mirna titip salam sama ibu buat kamu, katanya minta maaf tidak bisa tepat waktu. Minta maaf karena telah buat kamu kecewa. Tapi tak apa. Kapan-kapan kita bisa pergi ke rumah mereka bersama ayah kamu sambil naik pesawat." jelas ibuku padaku.

Aku lalu pergi mengambil piring sambil mengambil nasi untuk aku makan. Aku tidak perlu mandi lagi karena tadi sudah mandi di kamar mandi milik sekolah. Aku masih pakai jaket kuning olahraga aku yang aku dapat dari sekolah.

Ibu masih mengambil sisa-sisa piring di atas meja makan. Aku sedikit banyak memperhatikan tingkah ibuku pagi itu. Dalam hati aku masih kecewa pada tante Mirna dan Om Farhan.

"Rumah mereka di jakarta mana ya Ibu?" tanyaku lanjut. Aku duduk di meja dapur, suatu hal yang paling tidak ibu suka.

"Di tangerang lebih tepatnya." Jawab ibuku. "Nanti ibu jelaskan lagi padamu detail rumahnya. kamu bisa pakai map kok di google.

"Iya." jawabku.

Aku meneruskan makan aku sambil beralih pandang. Ayahku datang dari luar. "Arka, sudah pulang kamu. Cepat sekali, bukannya di sekolah ada pertandingan sekarang seperti yang kamu ceritakan ke ayah?" Selamat ayahku padaku yang sedang makan.

"Em, iya yah. Aku pulang lebih awal. Ibu sih nyuruh aku buat cepat pulang dari sekolah, katanya mau makan bareng tamu, eh malah tamunya yang pulang duluan. Ngeselin amat. Betul nggak yah?" kata aku ke ayah.

Aku betul-betul kesal sekali pada kedua tamu itu. Datang juga pagi pulangnya cepat. "Sudahlah Arka, yang penting mereka telah mau menyempatkan diri untuk mampir ke rumah ibu. Lagipula mereka rumahnya jauh, jakarta gitu."

"Tapi mereka kan bisa menginap di sini loh ibu. Iya kan yah?"

"Iya betul sekali. Tapi tadi Mas Farhan memang tidak mau lama-lama di sini karena mereka ada kepentingan mendadak katanya. Mereka harus cepat pulang dan cepat naik pesawat ke jakarta." jelas ayah padaku.

"Iya. Tapi kenapa bisa begitu. Bukannya mereka telah sepakat untuk makan bersama kami di sini kan yah. Lain kali kalau memang seperti itu ceritanya mending tidak usah ngundang aku untuk makan bersama mereka. ngapain juga maksain Arka untuk makan bareng tapi jadinya nggak? Ngeselin amat memang!"

"Sudah sabar. Kamu yang benar makannya jangan sambil ngomong. Itu ada ayam opor kesukaan kamu. Kamu udah ngambil..?"

"Sudah ibu."

"Ya sudah, cepat makan setelah itu kamu mandi."

"Sudah ibu, Arka sudah mandi tadi di sekolah. Arka mau ke kamar setelah ini. Mau main game sepak bola!"

"Ya udah terserah kamu, yang penting kamu sudah sampai di rumah. Oh iya, tadi ada Wulan datang kemari, katanya mau pinjam buku ke kamu." kata Ibuku memberitahu aku.

WULAN, mungkin kamu tidak tahu siapa Wulan. Dia adalah perempuan tetangga aku yang rumahnya tidak jauh dari aku. Dia suka sekali membaca buku dan menulis judul buku sebanyak-banyaknya. Ok, itu sedikit tentang Wulan. Selebihnya kamu tanya saja ke dia.

...

...

Salam.

Jangan lupa vote dan komen di bawah!

Sulastri Eris

Chapter 3

RAHUL

...Bandung ...

...2019...

RAHUL, RAHUL, RAHUL..!! suara itu seperti suara yang mengingatkan akun pada film kuch kuch hota hai di india. Kebetulan sekali nama pemerannya hampir sama dengan aku. Aku bukan lah penggemar Shahrukh Khan atau salman khan, aku hanya seorang laki-laki yang buta aksara mengenai cinta. Kamu tahu apa yang aku inginkan, yang aku inginkan adalah AURELIA FARADISTA. Pacar pertama aku terkesan melihat wajah dia untuk pertama kalinya. aku adalah Rahul si pacar Arkana yang setia.

Sekarang aku mencoba untuk menghubungi dia. aku di rumah sekarang.

Rahul 081249xxx:

"Halo, Aurel kamu di mana sekarang..? "

Aurel 085645xxx:

"Aku di rumah sedang menonton televisi. Kamu di mana sekarang..?"

Rahul 081249xxx:

"Aku di rumah juga kebetulan sekali. Ngomong-ngomong kapan kamu mau bertemu aku lagi di alun-alun kota bandung. Bukankah kamu suka sekali tempat itu?"

Aurel 085645xxx:

"Maaf Rahul, aku tidak mungkin seperti itu lagi, aku beda sekarang. Sekarang aku lebih sibuk dengan urusan aku di kantor. Mungkin selama satu bulan aku akan fakum di rumah. Tolong kamu mengerti aku."

Klik.

Telepon itu di tutup. Aurel tidak begitu suka padaku untuk berlama-lama di telepon rupanya. Oh Rahul, kasian sekali. Rahul tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Dia mengambil sebatang rokok dan duduk santai di rumah.

...Jakarta ...

...2018...

Pertemuan aku dengan Aurel di tahun 2018 adalah pertemuan yang tidak di sengaja di mana aku harus menghadiri seminar perpustakaan di kantor cabang pusat pendidikan di kota jakarta. Aku sudah berumur 26 tahun sedang Aurel masih berumur 17 tahun. Dia si utus untuk menjadi kandidat jurnalistik di kantor itu.

Aku tidak sengaja menabrak Aurel ketika pertama kali masuk kantor.

"Aw..!" kataku.

Lengan aku terkilir sedikit. Aku merasakan kesakitan yang teramat sakit sebelum Aurel menyapa aku dan say halo padaku. Perempuan itu masih memperhatikan aku dengan pakaian rapih dan berseragam putih abu-abu. Aku berseragam kemeja putih, celana hitam dan berdasi merah.

"Maaf anda masih merasa sakit..?"

"Iya masihlah. Aduh, kamu harus tanggung jawab dengan ini. Ini semua akibat dari kesalahan kamu."

"Aku minta maaf tuan, eh bapak. Aku tidak sengaja. Aku minta maaf. Dan aku harus masuk sekarang. Selamat pagi." Aurel pergi dari aku tanpa harus bersikap adil padaku. Itu sungguh sikap yang buruk. Aku tidak terima. Dia harus menghadap aku nanti. Setelah semuanya masuk ke aula pertemuan, aku ijin pada aku roti untuk meminta Aurel untuk bertemu dengan aku di ruangan tersembunyi.

"Pak tolong.." Aku berbisik pada skuriti. Dia berhasil aku bujuk dan pergi menemui Aurel.

Skuriti itu berbisik pada Aurel. "Apa, aku harus bertemu dengan dia. Buat apa, acaranya sudah di mulai. Ngapain aku harus bertemu dengan dia?"

"Maaf mbak ini permintaan yang terhormat. Jadi tolong mbak temui saja laki-laki itu. Ini perintah!" Aku masih menahan tawaku didepan orang banyak dan skuriti atau satpam itu. Aurel bangun dari tempat duduknya, dia melangkah maju padaku sekarang. Langkahnya terpaksa dengan mimik muka mengesalkan. Mukanya sungguh jelek terlihat dan tidak karuan. Aku berdoa pada Tuhan aku,

"Ya Tuhan.. tolong ampuni dosa perempuan ini. Dan jagalah aku dari marah bahaya yang datang dari perempuan ini." ucapku khusyuk.

Tiba-tiba perempuan itu ada di depan aku seperti sulap. Mungkin karena lamunan aku terlalu panjang. "Ada apa?" kalimat pertama yang keluar dari mulut Aurel.

"Ada apa kamu memanggil aku ke mari sedang acaranya sudah di mulai..?"

"Cepat ucapkan sebelum aku pergi dari sini!" kata Aurel padaku.

"Ikut aku sekarang!" aku langsung mengajak perempuan itu ke sisi ruang yang kosong.

Aku mulai masuk ke ruangan itu dan menari tempat duduk.

"Maaf, aku tidak bisa berlama-lama di sini, waktu aku cuma lima menit, dengar lima menit. Cukup!"

Aurel terlihat emosi di depan aku entah setan apa yang ada pada dirinya semenjak dia menghadap aku waktu itu. Aku masih saja tertawa dalam hari pada sikap dia kali ini.

"Maaf, alangkah lebih baiknya kalau kita kenalan dulu. Aku Rahul Roy, staf pembantu di perusahaan Swasta Marga Utama di Bandung. Aku di utus ke sini untuk mewawancara Nara sumber yang sedang berceramah sekarang. Ialah bapak Rangga Almahendra, M.Pd." aku jelaskan suaranya padaku. Dengan bangga aku menyebutkan nama itu di depan Aurel.

"Aku sama sekali tidak butuh sama orang yang bernama Rangga Almahendra atau siapa pun itu. Aku cuma butuh keluar dari sini sebelum aku berubah marah padamu!"

"Kenapa kamu terlalu marah padaku, apakah tidak sebaiknya kita bicara baik-baik saja?"

"Perkenalkan, namaku Rahul Roy. Aku datang dari kota bandung. Maksud kedatangan akun ke sini adalah.."

"Untuk mewawancara laki-laki brengsek itu kan?"

"Kenapa kamu bicara seperti itu?"

"Aku sudah lama sekali ingin menghajar dia. Dia janji padaku untuk membuat buku novel baru, tapi sampai sekarang dia tidak membuatnya. dia telah ingkar janji padaku. Aku tidak bisa terima itu. Dan aku janji suatu saat dia akan bertekuk lutut padaku atas kesalahannya itu!" Aurel bicara padaku dengan cukup tegas. aku rasa dia adalah salah satu perempuan paling tangguh dan kuat di dunia ini selain ibu kita Kartini dan Cut Nyak Dien.

"Aku minta maaf kalau kehadiran aku kali ini sangat membuat kamu terganggu. Sebetulnya keperluan aku adalah.."

"Maaf waktunya sudah cukup. Terimakasih. Aku pergi sekarang. Dan aku minta maaf atas kelakuan aku yang tadi. Permisi."

Aurel langsung pamit padaku. Itu adalah sikap Aurel yang tidak bisa aku lupakan sampai sekarang. Aku sungguh sangat terkesan dan jatuh cinta pada dia pada pandangan pertama. Firts Sight.

Kini aku sendirian di dalam ruangan. Aku bersiap untuk kembali ke ruang pertemuan di mana aku tidak menemukan AUREL lagi di situ. Kemana menghilangnya perempuan itu. Setelah beberapa menit dia pun keluar dari pintu masuk ruangan. Syukur pada Allah SWT, yang telah mempertemukan aku dengan dia hari itu. Hari minggu pagi, pukul 8.10 wib.

Aku berdeham sambil mengalihkan perhatian, tetapi perempuan itu tidak mendekat padaku. Dia malah fokus pada keterangan Bpk. Prof. Rangga Almahendra, M.Pd.

"Ayo berbalik lah, aku butuh wajah kamu sekarang." kataku dalam hati sambil berdoa. Aurel malah menoleh ke arah yang lain. Perempuan itu sama sekali tidak melihat ke arah belakang tempat aku duduk. Acara berlangsung selama sembilan jam. Aku cukup lama melihat kegiatan di situ. Dari acara ceramah bersama, makan bersama, istirahat sholat dan lain sebagainya. Acara tutup setelah pukul lima sore. Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini untuk tidak bertemu Aurel lagi.

Aku perhatikan Aurel mencari seseorang, aku lalu mendekat pada dia. "Halo permisi, masih marah kah padaku?" aku bertanya pada Aurel.

"Maaf, aku sedang mencari seseorang. Aku tidak bisa melayani anda sekarang. Aku sedang mencari temanku. Maaf." Aurel langsung pergi dari aku. Perempuan itu langsung menghilang dan pergi begitu saja dalam hidup kau. Jujur sampai di rumah sekitar pukul tujuh malam, aku masih kepikiran sama dia. Aurel tersayang.

...***...

...Bandung...

Di rumah aku tinggal bersama Nenek aku. Ibu dan ayah aku sudah lama meninggal. Dia meninggal karena kecelakaan mobil yang di kendarai-nya malam itu. Di rumah sakit itu aku cuma bisa melihat mereka dari balik kaca rumah sakit yang lalu mengabarkan padaku kalau mereka sudah tidak bisa di selamatkan lagi.

"Ayah ibu, jangan pergi!" aku berteriak. Di belakang aku sudah ada nenek yang siap merawat aku sampai aku tumbuh dewasa seperti sekarang.

"Rahul, apakah kamu belum makan..?"

"Sudah Nenek. Aku sudah makan tadi si luar. Aku lupa kalau nenek masih belum makan. Biar aku belikan makanan buat nenek."

"Tidak perlu, aku sudah makan tadi."

"Siapa malaikat yang baik pada nenek itu, buat Rahul penasaran saja." kataku pada Nenek Katarina.

"Dia adalah Sandra. Tetangga kita. Nenek harap, kamu mau menemui dia sekarang. Nenek masih belum bilang terimakasih pada dia. Aku harap kamu setuju dengan perintah Nenek."

"Baiklah Nek, aku akan pergi sekarang." Aku akhirnya pamit pada Nenek Katarina dan pergi menemui Sandra yang sedang terbaring di kamarnya.

Ting tung. Aku bunyikan bel apartemen itu dengan harapan Sandra mau membukakan pintu itu padaku. Pintu itu akhirnya terbuka.

"Iya, cari siapa..?"

Perempuan itu membuka daun pintu itu. Dia mengenakan baju tidur warna merah muda. "Hai, aku Rahul, aku cucu dari Nenek Katarina.Kata beliau, kamu telah berkirim makanan pada nenek itu. Apa benar begitu..?"

"Iya, tadi aku memberikan makanan pada Nenek itu. Kebetulan sekali aku baru beli makanan di luar dan Nenek itu sedang berjalan masuk ke dalam. Mungkin dari luar atau dari kamar yang lain." ucap Sandra padaku. Dia adalah perempuan lembut yang pernah aku kenal.

"Mari masuk!" Sandra mengajak aku masuk ke dalam kamarnya. kami larut dalam obrolan yang panjang. Dari masalah pribadi sampai masalah yang tidak penting. Aku dan Sandra tahu sama tahu sisi baik dan buruk kami. Kami akhirnya berteman malam itu.

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Waktunya aku balik ke kamar apartemen aku.

"Sandra, aku permisi dulu. Sudah malam rupanya."

"Iya, terimakasih telah sudi mampir di kamarku Rahul. Jangan sungkan untuk membangunkan aku lagi. Aku senang bisa mengobrol bersama kamu. Lain kali aku tunggu kamu di sini." ucap Sandra padaku. Jujur aku sempat tergiur dan buat imanku menjadi lemah.

"Terimakasih Sandra, mungkin lain kali aku akan mampir ke sini. Lagi pula ini sudah larut malam, tidak baik kalau aku harus lama-lama di kamar kamu."

"Iya aku mengerti. Selamat malam Rahul."

"Selamat malam Sandra."

Itu adalah sekelumit pertemuan aku dengan perempuan bernama Sandra dan Aurel. Dua perempuan sekaligus yang buat hati aku jatuh cinta.

Besok paginya aku mulai bekerja seperti biasa lagi. Aku dapat SMS kalau hari ini ada rapat para staf di perkenankan untuk pulang. Aku senang sekali mendengarnya. Aku buka akun Facebook dan mencari alamat Aurel. Aku ingin bertemu dengan dia langsung. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu aku bersama dia. Untuk kali ini. Alamat itu aku temukan, semoga berhasil.

Aku lalu pamit pada nenek Katarina. aku bilang ke dia, kalau aku ingin bertemu saudara aku di Jakarta. Nenek mengijinkan aku. Aku berangkat ke bandara pukul satu siang. Menuju rumah Aurel.

...***...

...Jakarta ...

Aku naik Taxi setelah turun dari bandara Soekarno-Hatta. Aku lalu turun di alamat jalan buah jeruk di kabupaten Tangerang.

Tok tok tok!

Aku mengetik pintu rumah itu. Rumah yang cukup sederhana dan bersih lengkap dengan taman bermain.

"Permisi..!" aku bersuara sambil permisi. Apa benar itu adalah rumah Aurel. Pintu itu akhirnya terbuka. Perempuan paruh baya yang keluar membukakan aku pintu. Mungkin itu adalah ibunya Aurel.

"Cari siapa..?"

"Apa benar di sini rumahnya Aurelia Faradista..?"

"Iya, benar sekali. Anda siapa..?"

"Saya temannya Aurel dari Bandung. Saya ingin bertemu Aurel. Aurel nya ada Bu..?"

"Aurel sedang keluar. Mungkin ada pesan yang ingin di sampaikan..?" lanjut ibu itu tanya padaku. Aku pikir aku akan di perkenankan masuk ke dalam rumahnya. Cukup sadis rupanya.

"Tidak ibu, terimakasih. Ibu kasih tahu saja nomor telepon aku. Nanti biar Aurel yang menghubungi aku. Sebentar, saya mau cari kartu nama saya dulu." kataku sambil mencari kartu namaku. Setelah ketemu aku langsung kasih kartu nama itu pada Ibu itu.

"Maaf, kalau boleh tahu, nama ibu siapa..?"

"Panggil saja aku Ibu AYU. Aku adalah ibu kandung Aurel. Ngomong-ngomong anda kenal Aurel di mana..?"

"Aku kenal Aurel di Surabaya Ibu. Kami bertemu di kantor dinas pendidikan di surabaya. Waktu itu ada seminar kepenulisan untuk bahan jurnalistik sekolah dan kantor swasta. Aurel dan aku ikut seminar itu Ibu."

"Iya. Jadi anda ke sini untuk bertemu Aurel..?"

"Iya ibu."

"Ya sudah, kalau begitu anda tunggu di sini. Insya Allah sebentar lagi Aurel akan datang. Silahkan duduk, saya pergi dulu ke belakang." Ibu itu mempersilahkan aku duduk di kursi duduk yang letaknya di luar. Dua kursi duduk dengan satu meja yang terbuat dari kayu.

...

...

Salam.

Sampai di sini dulu ceritanya. Capai. Jangan lupa baca, vote dan komen di bawah.

Sulastri Eris

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!