Aurora Vannesya hidupnya tak seindah namannya.Wanita itu tergugu saat sang suami beserta mertuanya menghakiminya karena tak kunjung hamil.Pria yang 3 tahun lalu mengkabulnya dan selalu bersikap manis dan begitu mencintainya kini tak lagi sama.Tiga bulan belakangan ini pria itu mulai mengungkit ia tak kunjung hamil ditambah lagi sang mertua yang mengompori sang anak membuat pria bernama Harun itu semakin menekan sang istri.Puncaknya adalah hari ini pria itu tega menamparnya karena Aurora tak sengaja menemukan pesan dari wanita lain di ponsel sang suami.
"Lancang sekali kamu memeriksa isi ponselku Ara",murka Harun yang tak terima sang istri tau jika dirinya telah menduakannya.
"Apa salahnya Mas,bukankah selama ini biasa saja kan?",isak Ara yang menahan sakit dihatinya begitu tau sang suami tak lagi setia padanya.
Plak
"Mulai hari ini jangan pernah menyentuh ponselku",geram Harun menampar pipi sang istri.Hal yang pertama kali ia lakukan selama berumah tangga dengan Ara.
Ara memejamkan matanya menahan hawa panas diarea pipi kirinya bersamaan dengan jatuhnya air mata dipipinya.Wanita itu menatap tajam sang suami yang juga menatapnya tak kalah nyalang.Tak ada penyesalan yang Ada lihat dari mata pria yang tiga tahun lalu memujanya itu.
"Beraninya kamu menamparku Mas",gumam Ara.
"Itu akibat lancang telah mencampuri privasiku",desis Harun.
"Apa apa ini ribut ribut?",Laras ibu Harun datang memasuki rumah.
Harun hanya diam seperti biasa tak menanggapi pertanyaan sang ibu malah mengerlingkan mata menunjuk Ara yang tampak kuyu karena tak pernah berdandan.Entah kapan teakhir wanita itu membeli skincare untuk merawat wajahnya.Jangankan skincare baju pun Ara jarang membelinya.
"Harusnya dari dulu kamu ceraikan wanita ma***l ini Harun,hanya membuat malu saja", sindir Bu Laras.
Ara menekan dada sebelah kirinya yang berdenyut akibat perkataan sang mertua yang terus saja mengatakannya ma***l.
"Maunya juga gitu Bu",dengus Harun.
"Baiklah ceraikan saja aku Mas jika itu bisa membuatmu senang",teriak Ara lantang.Ia sudah lelah bersikap baik selama ini namun kebaikannya tak pernah dihargai.
"Sudah berani kamu sekarang menentangku Ara.Benar kata ibuku harusnya dari dulu aku menceraikanmu",balas Harus menatap nyalang.
"Aku capek Mas terus terusan dihina sama ibu kamu",ucap Ara.
"Oh capek ya.Baiklah aku kabulkan permintaanmu.Aurora Vannesya aku ceraikan kamu dengan talak tiga dan mulai hari ini kamu bukan lagi istriku",ucap Harun lantang dan iringi senyuman merekah dari Bu Laras.Akhirnya menantu yang ia benci selama ini diceraikan juga oleh anaknya.
"Terima kasih Mas",jawab Ara mengusap sudut matanya yang berair.Bukan menangisi kata talak yang baru saja suaminya ucapkan namun air mata bahagia akhirnya lepas dari bayang-bayang rumah tangga yang begitu membuatnya tersiksa selama ini.
"Mulai hari ini angkat kaki dari rumah anakku",ucap Bu Laras.
"Baiklah...",jawab Ara masuk ke kamarnya dan memasukan satu persatu pakaian kedalam koper.Tidak banyak hanya pakaian lamanya dan beberapa helai baju baru yang dulu pernah ia beli dengan tabungannya sendiri.
Ara menatap seluruh isi kamar begitu banyak kenangan manis yang terjadi dikarenakan itu dengan sang suami.Setelah tak ada yang lagi tertinggal wanita itu melangkah keluar dari kamarnya.Berjalan menyeret koper dengan gontai.
"Aku pamit Mas,Buk",ucap Ara dan melangkah keluar dari rumah yang dulunya di beli sang suami sebagai hadiah pernikahan mereka.Namun diam diam belakangan ini suaminya menukar nama kepemilikan atas nama ibunya.
Wanita itu memesan taksi online tak jauh dari gang rumahnya.Tampak para tetangga saling berbisik dan menatapnya sinis.Ara memang tak begitu akrab dengan para tetangga.Dia tak suka dengan sifat tetangganya yang suka bergosip yang unfaedah.
Setelah taksi yang dipesannya sampai wanita itu langsung memasukan koper miliknya dibantu dan sopir dan duduk di bangku penumpang.
"Sesuai alamat ya Pak",ucap Ara.
" Iya Neng...",jawab sang sopir.
Tak lama mobil yang ditumpangi Ara sampai di rumah kediaman orangtuanya.Rumah peninggalan kedua orangtuanya dulu.Ara memasuki rumah itu terlihat bersih karena ada sang Bibi yang tinggal disini sendirian.
"Assalamualaikum..."
" Waalaikum salam...",seru wanita paruh baya dari arah dalam.
"Bibi...",teriak Ara.
Wanita paruh baya itu menghampiri sang keponakan yang begitu ia sayangi."Ya ampun Ara...",ucap Bibi langsung memeluk keponakan yang begitu ia rindukan.
"Apa yang terjadi Nak?", tanya Bibi saat melihat koper Ara diambang pintu.
"Ara sudah ditalak Mas Harun Bi",jawab Ara terisak.
"Astaghfirullah Ara...Bibi ikut prihatin Nak.Tapi percayalah Allah tengah mempersiapkan hal indah untukmu saat ini",ucap Bibi mengurai pelukannya dan menangkup muka sang keponakan dengan kedua tangannya lalu mencium lembut kening ponakan yang sudah ia anggap putrinya sendiri.
" Iya Bi.Oh ya Bi apakah Areta masih sering kesini?",tanya Ara menanyakan sahabat masa kecilnya itu.
"Dua hari yang lalu dia kesini menjenguk Bibi.Mungkin nanti siang dia akan kesini lagi",jawab Bibi.
"Aku sangat merindukannya Bi",ujar Ara mendudukkan bokongnya di sofa ruang tamu.Wajahnya masih terlihat sendu karena kata talak dari sang suami.Tak pernah terbayangkan olehnya pernikahannya akan berakhir seperti ini..
"Dia sering menanyakan kabarmu pada Bibi.Katanya ponselmu tak bisa dihubungi",ucap Bibi ikut duduk dihadapan sang ponakan.
"Masa sih Bi.Gak ada tuh Areta menghubungiku",jawab Ara mengernyitkan pelan.
"Bibi juga gak tau coba aja kamu hubungi dia",ucap Bibi.
"Baiklah Bi",jawab Ara mengeluarkan ponsel dari tasnya lalu menghubungi sahabatnya itu.
Ara membola saat nomor sahabatnya itu diblokir olehnya.Seingatnya ia tak pernah memblokir nomor sahabatnya itu.Wanita itu menghela nafas panjang,ia tau pelaku yang memblokir nomor sahabatnya itu yang tak lain mantan suaminya sendiri.
"Kenapa?",tanya Bibi yang melihat raut wajah sang ponakan yang tampak kesal.
"Kayaknya Mas Harun blokir nomornya Areta Bi",jawab Ara berdecak kesal.
Ia masih sakit hati dengan sang suami tapi air matanya begitu berharga untuk menangisi sang mantan suami yang telah mencampakkannya.
"Kok Bisa?",tanya Bibi.
"Dia gak mau aku berhubungan dengan orang luar Bi, termasuk sahabatku sendiri",jawab Ara.
Bibi menggeleng pelan melihat anak mendiang Kakaknya itu yang terlihat kesal.Ia tau masalah rumah tangga keponakannya itu.Tak mudah menjadi Ara tapi wanita paruh baya itu bersyukur akhirnya Ara bebas juga dari penikahan yang tak sehat itu.
"Bi...Ara minta maaf buat Bibi malu",lirih Ara menatap sang Bibi yang sudah ia anggap layaknya ibu sendiri.
"Malu kanapa sayang?",jawab Bibi mengelus lembut rambut Ara.
"Ara jadi jand-
"Bibi tidak merasa malu Ara.Justru Bibi bersyukur kamu bebas dari pernikahan yang tak sehat itu.Kamu sudah berkorban cukup banyak untuk keluarga itu Nak.Kamu berhak bahagia mungkin dengan bercerai dengan Harun kamu bisa melihat luasnya dunia.Dan masih banyak pria yang akan mau dengan keponakan cantik Bibi ini",ujar Bibi penuh kelembutan.
"Bibi...aku sayang Bibi", jawab Ara memeluk sang Bibi dengan hati yang lebih bahagia.
"Bibi juga menyayangimu Ara",jawab Bibi membalas pelukan sang ponakan.
"Aurora..."
...****************...
Mohon like dan dukungannya ya Reader.
Ara manatap sumber suara dimana seorang gadis seusianya tengah menatapnya tajam."Areta...?",gumam Ara.Sebuah senyuman terbit dibibir wanita itu melihat sahabat yang ia rindukan.
Areta berjalan menuju Ara dengan menatap tajam sahabat yang telah melupakannya itu."Kesambet apa kamu datang kerumah ini.Masih ingat kalau kamu punya Bibi yang selalu merindukanmu",ucap Areta dengan wajah di buat buat garang.
"Ta...
"Dan kamu memblokir nomorku agar apa ha?biar aku gak ganggu kau dan suami kamu?", timpal Areta yang cukup kecewa dengan sahabatnya yang sudah dianggapnya saudaranya sendiri.
"Kamu salah paham Areta",jawab Ara.
"Salah paham gimana?",tanya Areta.
"Kamu duduk dulu biar kau jelaskan",ujar Areta.
Areta menurut saja kau duduk disebelah sahabatnya itu.
"Ta...aku minta maaf.Sungguh bukan aku yang blokir kamu tapi Mas Harun",jawab Ara jujur.
"Hufff...dasar pria posesif",gerutu Areta.
"Bibi ke belakang dulu ya.Kalian lanjutkan temu kangenya",ujar Bibi undur diri membiarkan kedua sahabat itu untuk saling bicara.
"Ada apa,hum?",tanya Areta melihat wajah sendu sang sahabat.
"Aku dalam Mas Harun sudah pisah Ta",lirih Ara.
"Yang benar Ra?.Tapi syukurlah kamu lepas juga dari pria tak setia sepertinya",ucap Areta.
"Maksudnya?",balas Ara menatap sahabatnya itu lebih selidik.
"Bukan apa apa",jawab Areta gelagapan.
"Kamu menyembunyikan sesuatu dariku Ta?"tanya Ara.
"Gak...
"Aku sudah tau semuanya Ta,jadi gak sembunyikan apapun dariku",ujar Ara.
"Jadi?...
"Mas Harun selingkuh tapi gak tau sama siapa",jawab Ara.
"Jujur aku udah tau lama Ra.Mungkin ini juga alasan si Harun itu memblokir nomorku diponselmu",ujar Areta.
"Gimana kita malam ini bersenang senang agar kamu bisa melupakan pria bajingan itu", timpal Areta.
"Hah?"
"Ayo ikut!",Areta menarik Ara yang terlihat bengong.
"Bi...kita keluar dulu ya",teriak Areta pada Bibi.
"Ya...",jawab Bibi dari belakang.
Areta membawa Ara menuju mobilnya,wanita itu hanya menurut saja.Saat di dalam mobil keduanya saling diam terutama Ara.Entah kemana sahabatnya ini membawanya.
"Kita mau kemana Ta?",tanya Ara yang melihat sahabatnya begitu antusias.
"Bersenang-senang",jawab Areta.
"Iya tapi kemana?",tanya Ara.
"Udah...kamu diam dan ikut saja!",balas Areta yang fokus pada jalanan.
"Kamu mah suka gitu Ta",kesal Ara membuat sahabatnya itu terkekeh geli karena Ara masih saja suka ngambekan.
"Gemas aku sama kamu Ra",kekeh Areta.
"Tau ah",jawab Ara memalingkan wajahnya kearah jendela.
"Aku yakin kamu setelah ini pasti have fun",ujar Areta.
"Terserah...",jawab Ara yang kesal dengan sahabatnya itu.
"Ayo turun kita sudah sampai!",ujar Areta setelah memarkirkan mobilnya.
Ara tampak melotot kemana sahabatnya itu membawanya.Sungguh ia tak menyangka jika sahabatnya itu suka dunia malam.
"Ayo Ra....eh malah bengong",ujar Areta yang sudah turun dari mobil.
"Ta...kamu yakin kita kesini?",tanya Ara.
"Iya...ayo turun!",desak Areta pada sahabatnya itu.
Dengan ragu Ara turun dari mobil menatap bangunan yang bertulisan "Club".Seumur hidup belum pernah ia mendatangi tempat ini.
Areta yang gemas melihat sahabatnya itu hanya diam langsung menariknya masuk ke dalam.Suara memekakkan telinga langsung terdengar.
Ara melongo melihat lautan manusia berjoget dengan pakaian minim.Tampak juga beberapa tempat dengan tak tau malunya pasangan manusia asyik bercumbu.
Ara memegang erat tangan sahabatnya itu,ia takut hilang ditengah tengah lautan manusia itu.Semua laki laki memandanginya dengan tatapan lapar.Ara bergidik ngeri melihat tatapan pria hidung belang yang menyorot nya seakan akan menelanjanginya.
"Ta...pulang aja yuk!",bisik Ara pada sahabatnya itu.
"Tangggung Ra...kita udah masuk gini",teriak Areta karena suara bising musik.
"Hai Ta.Siapa?", seorang pria tampan menghampiri mereka alay menunjukkan Ara yang terlihat seperti orang kebingungan.
"Jangan macam macam Lo,ini sahabat gue",jawab Areta menatap tajam pria itu.
"Wes...santai Ta",ujar pria itu menatap Ara dengan tatapan tak berkedip.
"Mau gue colok tu mata ha?.Dasar buaya gak bisa lihat barang bening dikit aja",gerutu Areta.
"Ayo Ra...!",Areta menarik sahabatnya itu kesalah satu meja meninggalkan pria yang menghadangnya tadi.
Areta menuangkan segelas vodka dan memberikan akses sahabatnya itu."Ayo minum...aku jamin kamu akan lupa dengan semuanya",ujar Areta mendapatkan gelengan dari Ara.
"Aku gak mau Ta,lagian aku belum pernah minum ini",jawab Ara.
"Udah kamu coba aja dulu,aku janji gak bakalan ninggalin kamu jika kamu mabuk",janji Areta.
Dengan ragu Ara mengambil minuman itu dan meneguknya pekan.Rasa panas membasahi tenggorokannya.Gadis itu memejamkan matanya menikmati rasa minuman yang baru pertama kali ia teguk seumur hidupnya.
"Gimana?",tanya Areta.
"Gak enak Ta",jawab Ara.
"Hahaha gak enak tapi habis juga kamu minum",gelak Areta melihat kelakuan polos sang sahabat.
Ara merasakan kepalanya mulai pusing dan begitu berat.Pandangannya mulai mengabur dan mulai mengoceh tak jelas.
"Mau tambah?",tanya Areta dan diangguki oleh Ara.Wanita kembali meneguk minuman itu dengan sekali teguk.
Areta tersenyum melihat sahabatnya sudah teler.Itu tujuannya agar sahabatnya itu bisa melupakan masalah rumah tangganya.
Seorang pria tampan duduk disebelah Ara dengan raut wajah dinginnya.Areta yang menyadari itu hanya cuek saja.Namun tiba tiba ponselnya berdering membuatnya harus keluar sebentar mengangkat telfon dari sang ibu.Areta menitipkan Ara pada pria itu sebentar.Pria itu hanya diam dan tak menjawab ucapan Areta.
Ara yang sudah hampir kehilangan kesadarannya menatap pria tampan disampingnya.Entah setan dari mana wanita itu langsung duduk diatas pangkuan pria itu.Mungkin efek minuman yang membuat tubuhnya terasa panas.
Sang pria terkejut dengan kelakuan wanita yang duduk diatas pangkuannya itu.Sebagai pria normal tentu saja ia tera****** oleh ulah Ara yang bergerak diatas pangkuannya.
"Shiit...umpat pria itu saat sesuatu dibawah sana terbangun.
Tanpa banyak kata pria itu menggendong tubuh mungil Ara menuju mobilnya."Kau harus bertanggung jawab gadis yang malang",desis pria itu tersenyum iblis.
Seseorang yang tak jauh dari mereka duduk tersenyum penuh kemenangan.Akhirnya rencananya berhasil juga.
Areta yang baru saja selesai menerima telfon dikejutkan karena sahabat dan pria tadi tak ada ditempat terakhir ia meninggalkan Ara.
Areta mencari segala tempat termasuk bertanya pada mucikari yang dikenal Areta siapa tau sahabatnya itu dilelang sepeninggalnya.Namun jawaban mereka membuat Areta kecewa.
"Ra... kamu kemana sih?,aku tinggal cuma beberapa menit aja udah menghilang",gumam Areta menghela nafas panjang.
"Gimana menjelaskan pada Bibi ya",batin Areta yang mulai tak tenang.
...****************...
Sementara di sebuah kamar hotel sepasang manusia tengah saling memuaskan.Pria asing itu dengan penuh kesadaran mengungkung wanita dibawanya.Wanita itu tampak begitu agresif dan liar.
Setelah pergulatan panas yang saling berbagi keringat itu selesai wanita itu tertidur lelap.Sedangkan sipria menatap wajah gadis itu dengan seksama.
"Cantik...",gumam pria itu lalu mendekap tubuh wanita itu kedalam pelukannya.
Sedangkan di tempat club' Areta masih mencari keberadaan sahabatnya itu.Ia cukup merasa bersalah jika terjadi sesuatu dengan Ara.Karena ia lah yang membawa sahabatnya itu ke tempat ini.
Karena tak kunjung ketemu gadis itu memutuskan menghubungi Bibi mengatakan kalau Ara tidur di rumahnya.Biarlah esok pagi ia akan menghubungi sahabatnya itu kembali.
Pagi menjelang seoranng wanita terbangun dari tidurnya dan merasakan sesuatu yang barat menimpa tubuhnya.Ia menatap sekeliling kamar yang begitu asing baginya.Namun tatapan berhenti pada sosok pria yang tengah memeluk tubuhnya posesif.
"Apa yang terjadi?",gumam wanita itu lalu melihat tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun.
"Gak mungkin...",lirih wanita itu mengingat ingat apa yang terjadi semalam namun tak satupun yang ia ingat.Terakhir ia ingat kalau dia dipaksa mabuk oleh sahabatnya sendiri Areta.
Perlahan wanita yang tak lain Ara itu menyingkirkan tangan kekar pria itu dari pinggangnya.Setelah itu ia turun dari tempat tidur.Ara sedikit meringis merasa sedikit perih di area ************ lalu memungut pakaiannya dan membawanya ke kamar mandi.Ia harus pergi dari sini sebelum pria itu terbangun.
"Ck...perih sekali padahal ini bukan hal pertama buat aku",ringis Ara merasakan perih dibawah sana.
Setelah cukup membersihkan diri dengan kilat.Ara keluar dari kamar mandi dan menatap pria yang menidurinya semalam masih terlelap.Dengan mengendap-endap wanita itu berlaku menuju pintu masuk.
Setelah tiba diluar kamar hotel Ara bernafas lega.Ia takut pria itu mencaci makinya dan mengatainya murahan.Walau memang kenyataannya begitu tapi ia tak siap mendengar dari mulut pria tak tak ia kenal sama sekali.
Dengan perasaan hancur wanita itu berjalan melewati lorong hotel yang tampak sepi.Mungkin ini terlalu pagi jadi belum ada satu orangpun yang di temui.
"Cuma Areta yang tau jawaban semua ini, ngomong ngomong anak itu dimana sekarang?",gumam Ara.
Setelah sampai dirumah Ara berjalan menuju kamarnya.Ia tak melihat Bibinya pagi ini kemana wanita paruh baya itu sepagi ini.
Setibanya dikamar wanita itu mengambil ponselnya didalam tas.Ara sedikit terkejut melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Areta dan juga pesan menanyakan keberadaannya semalam.
"Areta saja tidak tau bagaimana caranya aku tau sampai satu kamar dengan pria itu?",monolog Ara lalu melempar ponselnya dengan asal diatas tempat tidur.
Sementara itu dikamar hotel pria yang semalam membawa Ara keatas ranjangnya baru saja terbangun.Ia menatap sekililing namun tak menemui siapa pun kecuali dirinya sendiri.
Ia melihat pakaian wanita yang menemaninya semalam berserakan dilantai akibat ulahnya tak terlihat lagi.
"Ternyata wanita itu telah pergi",batin pria itu tersenyum tipis.
Ia masih ingat semalam saat ia melakukan penyatuan dengan wanita itu tak lagi menemukan selaput darah."Berarti gue gak perlu tanggung jawab juga toh wanita itu sudah kehilangan selaput darahnya sebelum tidur denganku",batin pria itu.
Namun ia melupakan sesuatu yaitu ia tak memakai pengaman sama sekali dan telah menitipkan benihnya dirahim Ara.
"Ck...kenapa gue lupa sih?",gerutu pria itu.
"Kita lihat saja kalau dia hamil pasti akan mencari keberadaannya dan meminta pertanggungjawaban,lalu bagaimana dengan Ralin?",batin pria itu ingat dengan tunangannya Alena.
"Ck merepotkan sekali.Harusnya semalam kau menahannya boy",lirih pria itu menatap ********* yang begitu gagah.
Pria itu yang tak lain adalah Kevin Aditama yang merupakan seorang pengusaha terkenal.Namun meski memiliki tunangan tak jarang ia tidur dengan beberapa wanita demi mencari kepuasan saat ditengah stres pekerjaan.Dan salah satunya tadi malam niat hati ingin mencari seorang wanita bayaran diklub tapi malah bertemu dengan wanita yang tanpa sadar menawarkan dirinya padanya.
"Seperti nya wanita itu semalam dalam pengaruh obat",batin Kevin lalu beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sementara Ara masih bergelung dalam selimut.Rencana mencari pekerjaan ia tunda dulu kerja tubuhnya terasa remuk redam.
Sang Bibi tampak menggeleng pelan melihat sang keponakan yang kembali melanjutkan tidurnya.
Ara berharap pria itu semalam memakai pengaman dan tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.Ya sebenarnya ia subur tak memiliki masalah apapun dengan alat reproduksi.Namun mantan suaminya lah yang bermasalah.Agar sang mantan suami tak kecewa dengan dirinya sendiri Ara menukar hasil tes kesuburan mereka.Ternyata pengorbanannya tak dihargai.Ia pikir Harun akan menerima dirinya apa adanya.Malah justru pria itu makin hari makin sering menghinanya.
"Ra...bangun udah siang ini? kapan pulangnya dari rumah Areta?",tanya Bibi.
Ara membuka matanya saat Bibinya bertanya seperti itu.Ada apa sebenarnya kenapa Areta berbohong pada Bibi.
"Ra...eh malah bengong",ujar Bibi menggoyangkan tubuh sang ponakan.
"Eh iya Bi...Baru juga pulang Bi", bohong Ara.
"Oh ya sudah Bibi mau masak dulu",ujar Bibi meninggalkan kamar Ara.
Ara memijit kepalanya sedikit pusing dengan apa yang terjadi.Ia malas menghubungi Areta yang membiarkannya pergi dengan pria asing itu.
Ara kembali melanjutkan tidurnya agar tubuhnya kembali fit.Entah jam berapa ia tertidur tadi malam membuat tubuhnya begitu remuk.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!