NovelToon NovelToon

Rahasia Erica

Prolog

Erica harus menggigit jarinya menahan kepedihannya yang mendalam. Pasalnya, ia harus melihat kekasihnya berselingkuh dengan wanita lain. Sebelumnya, Erica tida percaya dengan apa yang dikatakan oleh Arista, sahabatnya, bahwa kekasihnya, Geo, telah bermain api dibelakangnya. 

"Lo harus percaya, gue nggak bohong, Er. Geo emang jalan sama wanita lain, gue lihat sendiri di kafe kemarin!" kata Arista meyakinkan Erica. Namun apa daya, Arista tidak berhasil membuar Erica percaya karena tidak ada bukti yang menunjukkan itu. Erica bukan tipe orang yang percaya begitu saja dengan perkataan orang lain mengenai Geo. 

"Udah deh, Ta, lo mau ngomong kayak gimana gue nggak percaya, karena emang nggak ada buktinya. Kalau ada bukti, gue baru bisa dong minta klarifikasi ke Geo soal bener apa nggaknya. Lah ini nggak ada, terus kalau dia mengelak, gimana? Bukti apa yang gue punya?"  jawab Erica yang masih tetap pada pendiriannya. 

Erica adalah wanita yang cantik dan bekerja di salah satu perusahaan ternama. Kalau kehilangan seorang Geo, seharusnya Erica tidaklah sulit melupakannya. Segudang pekerjaannya cukup membuat Erica lupa akan masalah Geo. 

"Oke, gini aja, kalo gue liat lagi, Geo nanti sama wanita lain, gue akan langsung foto dan kirim ke lo sebagai bukti. Gue yakin sama apa yang gue bilang, gue nggak mau sahabat gue dibohongin sama laki-laki brengsek macem Geo!" kata Arista dengan keras kepalanya. Ia yakin bisa membuktikan bahwa Geo berselingkuh dengan wanita lain. 

Berbeda dengan Erica, Arista adalah seorang wirausaha dengan berbagai macam produk makanannya. Arista memang pandai membuat banyak jenis makanan dan rasanyapun sangat enak. Jangan lihat penampilan Arista yang modis saja, tapi kalau di dapur dia tetaplah memakai kaus dan celana pendek saja. 

"Oke, Ta, kalo lo udah nemu buktinya, kirim ke gue dan share lokasi lo, biar gue langsung dateng ke TKP." ujar Erica semangat. Ia juga ingin membuktikan bahwa apa yang dikatakan Arista adalah benar adanya dan bukan hoaks belaka. 

"Siap, gue bakal buktiin kalo apa yang gue bilang itu benar!" kata Arista. Erica tertawa melihat Arista yang bar-bar seperti itu. Sahabatnya walaupun agak galak dalam penuturan katanya, ia tetap percaya bahwa apa yang dikatakan semua demi kebaikan Erica. 

"Nih, lo makan. Awas lo ya kalo nggak makan!" kata Arista sasmbil menyodorkan macaroni schotel buatannya. Hmm...  wangi kejunya berasa bangeeet, pasti pakai keju edam. Hehehe. Tahu aja Arista kalau Erica paling suka macaroni schotel buatannya. Arista pamit pulang meninggalkan apartemen Erica. Ya, Erica tinggal di sebuah apartemen dengan fasilitas yang cukup bagus. Arista sering datang ke apartemen Erica untuk bermalas-malasan kalau Erica sedang tidak ada, tidak perlu merasa tidak enak, karena Erica memang tinggal sendiri. 

Keesokan harinya, Arista sedang bertemu dengan klien di sebuah hotel bintang lima. Ia memang sudah memiliki janji dari bulan lalu untuk mengisi acara disebuah perusahaan besar sebagai catering. Jujur saja, karena baru pertama kali melayani klien seperti ini, Arista memilih tempat yang bagus dan layak untuk menunjukkan bahwa imagenya juga tinggi dan tidak main-main. 

Saat meeting baru saja selesai, Arista melihat Geo yang berjalan dengan santainya ke arah lift. Arista pamit dengan sopan terhadap kliennya. Karena meeting juga sudah selesai dan tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, sang klien mempersilakan Arista untuk undur diri. 

Geo menaiki lift ke lantai tujuh. Arista mengetahuinya karena mengikutinya. Ia memakan masker dan jugua kacamata sehingga tidak terlalu dikenali oleh Geo. Geo yang tidak peduli dengan orang disekitarnya, tidak menyadari bahwa ada Arista disana. 

Arista segera mengirimkan pesan teks kepada Erica.

Lo hrs tebak gw ad dmn, Gw ad di hotel Hitman. lo hrs ksini krn gw liat Geo ke lt7 !! gw lg ikutin dy. GC lo ksini!

Saat sedang bekerja, Erica menerima pesan dari Arista dan membaca pesan singkatnya. Saat itu pukul empat sore. Sedikit lagi jam pulang. Tidak mungkin kan Erica ijin di jam segitu? Mau alasan apa?

Gw msh krja. Jm5 plg. Lo bs fotoin dl g?nanti plg krja gw ksana! balas Erica melalui pesan singkat. 

Belum lima menit pesannya terkirim, Erica sudah mengirimkan foto lorong hotel dengan cahaya yang sedikit minim. Foto itu tidak menunjukkan wajah ataupun tubuh Geo. Tapi sepatu yang Geo kenakan sudah membuktikan bahwa itu Geo. Erica mengetahuinya karena ia pernah membelikannya waktu pergi ke departement store. Hati Erica bergetar. Ia tidak sanggup lagi melihat bukti yang dikirimkan oleh Arista. Ternyata yang Arista katakan bukanlah sebuah kebohongan. 

Geo memasuki sebuah kamar dengan nomor 741. Setelah Geo masuk, Arista kembali memotret nomor pintu kamar yang tertera disana dan ia mengirimkannya lagi pada Erica. 

?

Gw tunggu lo dsni smpe Geo kluar!! plg kerja lgs kesini, Okey! bye.

Arista megirimkan lagi foto nomor kamar hotel yang baru saja dimasuki Geo. Ia gatal sekali ingin menangkap basah Geo karena telah bermain api dibelakang Erica. 

Sedangkan Erica sendiri yang sudah merasa gemetar, tidak bisa lagi berpikir jernih dan tidak tahu harus membalas apa dengan pesan yang dikirimkan oleh Arista. 

Tok, tok!

Erica terkejut dengan suara meja yang diketuk oleh seseorang. Ia segera meletakkan ponselnya dan melihat siapa yang telah mengetuk mejanya. Ya ampun, itu Pak Jonathan!! Atasannya yang telah mengetuk mejanya. Waduh, gawat !! batin Erica. 

"I...iya, Pak." kata Erica gugup. Sesungguhnya tidak ada yang bisa menolak ketampanan bosnya ini. Menjadi sekretarisnya harus memiliki hati dan iman yang kuat. Karena Jonathan memiliki paras wajah yang tampan dan tubuh yang wangi. Setiap Jonathan berjalan melewati meja karyawannya, harum tubuhnya pasti akan tercium oleh seisi ruangannya. 

"Saya minta laporan penjualan selama seminggu ini. Kamu nggak dengar saya?" ulang Jonathan. Erica yang merasa salah tingkah menjadi sedikit tidak fokus karena sejak tadi Arista mengirimkan pesan terus menerus. 

"Oh, iya, Pak, maaf, Pak. Segera saya kirim ya ke e-mail Bapak." kata Erica sambil tersenyum. 

"Oke, saya tunggu ya." 

"Baik, Pak."

Erica segera menyelesaikan pekerjaannya sore itu. Hatinya merasa tidak tenang setelah mendapat banyak pesan dari Arista. Setelah ia menyerahkan laporan kepada Jonathan, ia segera pamit pulang karena sore itu dia ada urusan lain. Tanpa banyak tanya, Jonathan langsung mempersilakan Erica pulang tepat jam lima. 

Erica memesan taksi online dan langsung menuju hotel yang dikatakan oleh Arista. Hatinya berdebar-debar, meski begitu ia juga harus tahu kebenarannya. Bukan hanya dari perkataan Arista saja. Jadi Erica tahu langkah apa yang harus ia tempuh selanjutnya dalam hubungan percintaannya ini.

Sang Wanita

Geo menjilat puncak gundukan milik wanita berambut panjang dan ikal itu. Hasratnya sangat besar hingga ia ingin mencium seluruh tubuh wanita yang sedang ia setubuhi itu. Wanita itu mengeluarkan suara yang sangat lembut dengan pelan membuat Geo semakin bergairah mencumbunya. Geo mencium lehernya dan sang wanita menikmati segala cumbuan yang diberikan oleh Geo.  Ah, Geo memang ahli dalam bercumbu seperti ini, membuat wanita seperti terbang ke langit ke tujuh.

Sang wanita menaik turunkan tubuhnya dan melingkarkan tangannya di pundak Geo. Sang wanita menciumi bibir Geo dengan lembut. Tak lama kemudian, ia melepas ciumannya dan kembali mengeluarkan suara dengan pelan. Tak lama kemudian, Geo sudah mencapai klimaksnya dan mengeluarkannya di luar. Karena hari itu kebetulan saja ia tidak menggunakan ******. Perut sang wanita sudah basah karena cairan yang dikeluarkan oleh Geo.

"Banyak banget. Gue mandi dulu deh." kata sang wanita langsung menuju ke kamar mandi. Sedangkan Geo mengambil posisi tiduran di ranjang yang empuk dan lembut itu. Ia mengatur napasnya yang tidak beraturan. Ia merasa lelah sudah melakukan satu ronde dengan Zaneta.

Gadis itu cantik dan sangat menggoda. Tubuhnya selalu membuat Geo ingin mencumbunya setiap kali melihatnya. Sekilas ia melupakan Erica yang telah menjadi kekasihnya selama enam bulan terakhir. Erica tidak pernah mau diajak bercumbu dengan Geo sehingga Geo merasa bosan dengannya. Erica selalu saja sibuk dengan pekerjaannya dan hanya bisa membelikan barang mewah. Tanpa ada kehidupan **** didalamnya.

"Lo sama Erica gimana? Masih lanjut?" tanya Zaneta begitu keluar dari kamar mandi.

"Ya masih, tapi ya gitu, cuma makan, nonton, dan belanja sesekali. No **** life didalamnya." kata Geo yang masih terbaring ditutupi dengan selimut.

"Lagian ya salah lo sendiri sih, milih cewek kayak Erica. Lo tuh ya harusnya jangan milih cewek yang kehidupannya cuma kerja dan kerjaaa aja, harus ada happynya dong. Lo liat gue, kerja tapi masih bisa bikin hidup jadi happy." kata Zaneta.

"Iya, Net, gue juga mau putus sih sama dia. Soalnya gimana ya, dia ngebosenin sih. Cuma pegangan tangan sama kissing doang. Udah nggak bisa lebih dari itu." kata Geo.

"Udah mendingan lo putusin deh tuh dan lo jalan sama gue, ntar kalo gue ada temen kita bisa threesome." ujar Zaneta.

"Wih serius lo threesome?"

"Tenang aja kalo sama gue. Yang penting duit aman, ya kan? Kerja lo sana cari duit yang banyak. Biar lo ngeseks sama gue bisa beliin gue sesuatu!" kata Zaneta

"Iya, iya, ntar gue beliin deh. Lo mau apa sih emangnya?"

"Beliin gue make up dong. Ets, tapi gue ga mau yang murah ya. Minimal Chanel."

"Iya, entar gue beliin. Gue mandi dulu deh entar kerja. Malem kesini lagi ya."

"Erica nggak nyariin lo?"

"Gampang lah, bilang aja lembur. Dia juga percaya kok biasanya." kata Geo yang menyalakan shower. Zaneta merapikan pakaiannya dan berdandan sedikit karena ia juga akan melanjutkan pekerjaannya.

"Cepetan Ge, gue mau kerja lagi!" teriak Zaneta . Geo mempercepat mandinya. Ia juga buru-buru keluar dan memakai pakaiannya. Setelah selesai merapikan pakaiannya, Zaneta dan Geo siap keluar dari kamarnya. Saat Geo membuka pintunya, betapa terkejutnya Geo ketika melihat Erica sudah berdiri tegak di depan pintu. Zaneta yang tidak melihat ke arah depan , menabrak Geo dan mengaduh karena Geo menghalangi jalannya.

"Ge, ngapain sih lo ngalangin jalan?" ujar Zaneta. Ia melihat Geo dan juga Erica yang sedang ada di depan pintu menatap Geo dengan dingin.

"Erica?" Geo tidak percaya bahwa ada Erica di depan pintu kamar hotel yang ditempati oleh dirinya dan juga Zaneta.

Erica menatap Geo dan Zaneta secara bergantian. Seolah membenarkan perkataan Arista bahwa Geo telah berselingkuh dengan wanita lain. Dan wanita itu juga terlihat sangat seksi dengan pakaiannya. Pantaslah kalau Geo menyukainya.

"Jadi ini yang kamu lakukan di belakang aku?" tanya Erica. Hatinya sangat perih melihat kekasihnya ternyata bercumbu dengan wanita lain.

"Aku... aku...." Geo ingin menjawab pertanyaan Erica, tapi ia tidak berani menjawabnya. Ketahuan berselingkuh dengan kekasih sendiri itu selain memalukan juga sangat tersiksa hatinya karena telah membuat hati orang lain sakit dengan sengaja.

"Bersyukurlah kalau kamu sudah tahu jadi gue sama Geo nggak perlu menyembunyikan apa-apa lagi. Ya kan, Ge?" kata Zaneta dengan senyum yang sinis.

"Apa lo bilang?" kata Erica tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang telang berselingkuh dengan Geo.

"Yaudah lah, gue mau kerja! Lo selesein deh tuh masalah lo berdua. Gue mau cabut. Bye!" Zaneta langsung pergi meninggalkan Geo dan juga Erica. Erica ingin sekali menangis tetapi rasanya ia akan membuang air matanya dengan percuma. Lelaki seperti Geo tidak pantas ditangisi.

"Aku minta maaf, Er, tapi semua ini nggak seperti yang kamu lihat." kata Geo mencoba mencari alasan. Tapi Erica rasanya sudah tidak bisa menerima lagi apapun alasan yang akan diberikan oleh Geo. Hatinya sangat sakit dikhianati seperti ini.

"Nggak usah cari alasan lagi, Ge. I'm done with you." kata Erica. Ia menatap sinis Geo, sang kekasih yang telah mengkhianatinya. Geo masih berusaha memanggil Erica tetapi tidak mengejarnya. Erica tetap berjalan ke arah lift dan ingin segera pulang dari sana. Ia sangat muak! Ia sangat jijik dengan kelakuan Geo. Ia tidak menyangka serendah itu dirinya dimata Geo yang hanya menginginkan **** dengannya. Dan jika tidak mendapatkannya, Geo bisa saja beralih ke wanita lain. Laki-laki sialan! Bajingan! Ingin sekali ia meninju wajahnya. Tapi ia tidak mau membuang tenaganya buat lelaki macam Geo.

Erica turun ke lantai bawah menggunakan lift dengan air mata yang bercucuran di pipinya. Ia menangis bukan karena dikhianati oleh Geo. Tapi ia sedih karena dirinya merasa dimanfaatkan saja oleh Geo. Ia sangat beruntung dulu dirinya tidak termakan oleh rayuan Geo .

Tapi tetap saja, yang namanya dikhianati itu sakit rasanya. Erica masih menangis. Setelah sampai di lobby, ia mencari sofa untuk duduk. Kakinya terasa pegal menunggu mereka keluar dari kamar hotel dan menggunakan high heels. Tapi ia kini sudah merasa lebih baik. Ia juga sudah menyuruh Arista pulang lebih dulu karena ia ingin menghadapi semua ini sendiri. Beruntung sekali ia memiliki sahabat seperti Arista. Kalau bukan karena Arista, mungkin sampai saat ini, dirinya masih dibohongi oleh Geo.

Ia menutupi wajahnya denga tisu. Ia menyeka air matanya dengan tisu. Namun ketika ia sedang menyeka air matanya, ada seseorang yang menghampiri dirinya. Berdiri dengan sepatu pantopel yang mengilat. Erica penasaran siapa yang datang menghampirinya itu. Ia menoleh melihat siapa yang datang dan betapa terkejutnya bahwa atasannya, Jonathan, sedang berdiri tepat di depannya.

Melihat Jonathan, Erica langsung berdiri dan menyapa Jonathan dengan gugup. Ia tidak pernah bertemu dengan atasannya diluar jam kerja.

"Pak..." sapa Erica sambil berusaha tersenyum.

"Erica, kamu ngapain ada disini?" tanya Jonathan dengan sedikit bingung. Tapi tidak menyurutkan wajah tampannya di bawah kemilau cahaya lampu yang ada di hotel mewah itu.

"Ss..saya...ada urusan, Pak." jawab Erica dengan terbata.

"Saya pikir tadi kamu langsung pulang." kata Jonathan.

"Enggak, Pak.. saya ada urusan..." belum selesai Erica berbicara, Geo ternyata menyusul Erica sampai ke lobby.  Ia mencari kemana Erica pergi kemudian ia menemukan Erica yang berada di sofa yang ada di lobby.

"ERICA!" panggil Geo dengan lantang.

Erica panik, bukan karena dipanggil Geo. Tapi ia tidak mungkin kan berbagi cerita pribadinya dengan atasannya? Ia lalu pamit dari hadapan Jonathan dan segera pergi dari hotel itu.

"Maaf, Pak. Saya permisi dulu."

Jonathan menatap Erica dengan rasa curiga.  .

Dihibur atasan

Erica menghindar dari Geo. Sebisa mungkin ia menghindar dari kejaran Geo. Tapi mau bagaimana, Geo juga sangat cepat. Geo dengan cepat meraih tangan Erica.

"Er, plis, dengerin aku dulu." kata Geo dengan napas yang sedikit tersengal.

"Apalagi, Ge? Mau jelasin apalagi? Semua udah jelas. Aku udah liat dengan mata kepala aku sendiri." ujar Erica dengan rasa kesalnya.

"Dia itu tadi namanya Zaneta. Dia temen aku dan kita cuma berbagi masalah aja...." kata Geo berusaha menjelaskan. Tapi penjelasan apapun tidak akan merubah perasaan Erica selanjutnya. Ia tetap merasa jijik dengan sikap dan juga ucapan yang dikatakan oleh Geo selama berada di dalam kamar hotel tadi.

"Gue ga peduli. Yang gue liat lo udah berduaan sama wanita lain di dalam hotel. Lo pikir gue bego ya, ga paham gitu antara cewek dan cowok ngapain aja di dalem kamar? Bukan main kartu gitu kan?" Erica merasakan amarah yang sangat besar. Ia tidak percaya Geo akan mengkhianatinya seperti ini.

"Oke, fine, Er. Seperti yang kamu bilang, kita udah selesai. Tapi aku mohon maafin aku ya, Er." pinta Geo dengan sedikit merayu Erica.

"Gue maafin tapi gue udah gabisa sama lo lagi." ujar Erica

"Okey. Nggak apa-apa. Sekali lagi gue minta maaf selama ini Er."

Erica tidak mau menatap wajah Geo. Rasanya sangat kesal kalau melihat wajah Geo. Geo sadar bahwa Erica sudah tidak mau melihat dirinya lagi. Maka dari itu, Geo berpamitan dan pergi dari hadapan Erica.

"Gue pergi dulu ya." kata Geo.

Erica membalikkan badannya dan tidak ingin melihat Geo lagi. Tadinya Erica masih ingin berpura-pura kuat dengan tidak menangis di hadapan Geo. Setelah Geo benar-benar pergi, Erica kembali menangis. Ia menghapus air matanya berkali-kali, tetapi tetap saja air mata itu keluar lagi dan lagi.

Erica mengeluarkan ponselnya dan ingin memesan taksi online. Namun ternyata Jonathan belum benar-benar pergi meninggalkan Erica di hotel mewah itu.

"Erica." panggil Jonathan. Erica refleks memutar badannya dan melihat siapa yang memanggilnya. Aduh, bosnya lagi!! Kenapa sih dia belum pulang juga? batin Erica. Erica buru-buru menghapus air matanya. Ia sudah tidak memperhatikan lagi riasan diwajahnya. Saat ini harinya hancur lebur dan sangat berantakan.

"Bapak.... belom balik, Pak?" tanya Erica berusaha mengulas senyum diwajahnya.

"Saya tadi ada janji sama temen. Tapi yah.. setelah melihat kamu sepertinya kamu lebih butuh teman buat cerita deh." kata Jonathan.

Ya, ampun!! Jangan seperti ini, Pak!! Saya bisa meleleh nantinya loh kalo Bapak begini, batin Erica lagi

"Mm, nggak usah, Pak, saya udah nggak apa-apa kok. Saya udah baikan." kata Erica.

"Tapi wajah kamu sepertinya nggak baik-baik aja. Sekarang gini, kamu lebih baik temenin saya makan malam ya. Saya belum makan nih. Kamu juga kan? Setelah buang banyak energi, kamu perlu mengisi energi lagi." kata Jonathan

"Ehh, nggak usah, Pak, saya bisa kok makan di rumah. Lagian, makanan disini kan mahal banget, Pak. Saya mikir-mikir, Pak, kalo mau makan disini." kata Erica berusaha menolak ajakan bosnya.

"Makan tinggal makan kok pake mikir-mikir. Udah ayo ikut saya cepetan!" ujar Jonathan meraih tangan Erica. Erica berusaha menolak sekuat tenaga, tetapi Jonathan memaksanya juga dengan sekuat tenaga. Ia mengetahui bahwa hati Erica sedang tidak baik-baik saja.

Setelah sampai di restoran hotel berbintang lima itu, Erica tidak berani memesan makanan apapun karena memang harganya yang fantastis. Jonathan tersenyum melihat Erica yang terbelalak melihat harga makanan disana.

"Pesan aja yang kamu mau. Nggak usah takut gaji kamu dipotong karena pesan makanan disini." kata Jonathan tersenyum.

"Iya, Pak.Kalau gitu saya pesan steak sirloin aja, Pak." kata Erica. Ia memesan sirloin karena makanan itu adalah makanan yang paling murah diantara yang lain.

"Kamu yakin? Banyak lemaknya loh."

"Yakin, Pak."

"Oke. Saya pesan tenderloin steak dua ya. Kematangan dagingnya well-done dan Es teh manis dua." kata Jonathan pada pelayan yang sedang melayani mereka. Pelayan itu dengan cepat mencatat pesanan mereka dan segera pamit untuk menyiapkan pesanannya.

Erica merasa terkejut dengan makanan yang dipesan tidak sesuai keinginannya.

"Pak, saya kan pesan sirloin, kok Bapak malah bilangnya tenderloin sih, Pak?" protes Erica.

Jonathan tersenyum melihat Erica yang seperti ini. Di dalam kantor, ia selalu saja patuh dan nurut dengan semua apa yang Jonathan katakan. Tapi diluar kantor, ia melihat sisi lain Erica.

"Erica, saya tahu kamu itu habis patah hati. Kalau habis patah hati itu, usahakan makanan yang enak. Saya nggak masalah kok traktir kamu makan steak, karena emang saya yang ngajak. Tapi ingat, setelah kamu patah hati, dunia nggak akan berakhir sampai disitu." Jonathan berusaha menghibur hati Erica dengan kata-katanya. Ia berharap sekretaris yang bekerja dengannya bisa memiliki semangat kerja lagi besok setelah patah hati dan tidak melalaikan pekerjaannya. Bisa kacau nanti kalau kerjaan nggak ada yang beres.

"Kok Bapak tahu saya abis patah hati sih, Pak?" tanya Erica yang merasa tidak enak hati karena kehidupan pribadinya diketahui oleh bosnya sendiri.

"Saya kan tadi lihat kamu berantem di sana." jawab Jonathan santai dengan melihat pintu masuk hotel sambil tersenyum.

"Maaf ya, Pak, Bapak jadi harus liat saya berantem sama mantan pacar saya."

"Kenapa minta maaf? Nggak apa-apa kok. Saya bisa jaga rahasia. Tenang saja."

"Bapak sendiri, ngapain ada disini, Pak?" tanya Erica. Duh.. bodohnya, dia baru sadar kalau Jonathan kan punya banyak uang, mau dia main ke hotel bintang lima kek, ke ski kek, main lomba kuda kek, ya urusan dia lah, ngapain nanya-nanya.

"Saya disuruh orang tua saya buat kencan buta. Tapi ya begitulah. Saya nggak terlalu tertarik sama hal-hal seperti itu." kata Jonathan.

"Bapak ikut kencan buta? Loh, kirain saya Bapak udah punya pacar."

"Saya sudah putus sama pacar saya semenjak dia lebih milih mengejar karirnya di Milan. Saya bisa apa. Saya nggak bisa melarang. Kalau itu impian dia, masa saya mau melarang."

Erica hanya mengangguk mengerti. Kasian juga atasannya itu. Tampan-tampan ternyata ditinggal pacar juga ke Milan. Yah paling nggak jauh lebih baik daripada ditinggal selingkuh seperti dirinya..

Pesanan mereka pun datang. Steak yang wangi membuat iman tergoda. Apalagi denga perut yang keroncongan dan tenaganya juga sudah habis karena emosi tadi. Erica ingin melupakan sejenak apa yang sudah terjadi dengan Geo. Ia tidak mau mengingatnya lagi. Ia harus fokus pada masa depannya saja mulai saat ini. Tidak ingin merasakan patah hati berlebihan hanya karena cowok berselingkuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!