NovelToon NovelToon

Loving You 2: Wanita Pengganti

Wanita Pengganti

Seorang gadis berjalan menyusuri trotoar, pakaiannya cukup tertutup hingga orang lain bahkan tak bisa mengenalinya, bukan inginnya seperti ini hanya saja menyembunyikan diri adalah pilihannya saat ini, merapatkan tutup kepalanya dan sesekali menatap sekelilingnya dengan waspada sembari menaikan maskernya.

Berjalan memasuki sebuah restoran dan menyebutkan nama pemesan ruangan, gadis itu di persilahkan masuk dan mengikuti langkah seorang pelayan hingga berhenti di depan sebuah pintu ruangan VIP.

Mengetuk terlebih dahulu, pintu di buka hingga menampakkan seorang wanita cantik yang menunggunya.

"Anna.." berjalan dengan tenang sambil membuka masker dan membuka tutup kepalanya.

"Airin?" Anna lekas bangun dan memeluk tubuh ringkih Airin "Astaga Airin apa yang terjadi? kamu terlihat lebih kurus?" Anna meletakan kedua tangannya di pipi Airin yang memang lebih tirus dari sebelumnya.

"Anggap saja aku sedang diet" Airin terkekeh dan melepas pelukan Anna.

"Ceritakan padaku semuanya!" tembaknya tanpa tendeng aling, Anna bahkan langsung pada intinya.

Airin berjanji padanya untuk menceritakan semuanya, semua kisah hidupnya hingga berakhir di persembunyian.

"Kamu sungguh tidak sabaran Anna.." kata Airin sambil melepas jaket yang sejak tadi hampir menenggelamkan. seluruh tubuhnya, beruntung disana sedang musim dingin hingga tidak ada yang menatapnya aneh. "Bagaimana pernikahanmu? apa yang terjadi hingga kamu memilih datang hanya untuk mendengar ceritaku, di banding pergi berbulan madu" Kata Airin sambil menyeringai menggoda, Anna baru saja menikah beberapa hari lalu dan harusnya dia pergi untuk berbulan madu namun demi Airin, Anna menundanya.

Anna mencebik "Setimpal, aku melayaninya semalaman hingga tubuhku terasa remuk, dan akhirnya dia mengizinkanku"

"Jadi ceritakan padaku!"

"Kamu yakin, kisahku akan sangat panjang.." canda Airin.

"Kau masih bisa bicara tenang saat aku khawatir.."

Airin tersenyum "Maaf, tapi Anna terimakasih sudah mau berteman denganku, dan memperhatikan aku.."

Anna menghela nafasnya, lalu menggenggam tangan Airin "Dengar, jangan ragu bicara apapun padaku.. aku adalah temanmu, dan aku akan melakukan apa yang harusnya dilakukan seorang teman.. mengerti!"

Airin mengangguk haru "Baiklah.." Anna menegakkan tubuhnya bersiap mendengar cerita Airin.

"Serius sekali.." Airin tertawa melihat Anna begitu menampakan wajah serius

"Astaga, Airin berhenti menggodaku, sebelum singa jantan itu menghubungiku dan memintaku pulang"

"Kamu yakin, Roland tidak akan memberi tahu siapapun?" Airin menekankan kata- katanya, tentu saja orang yang di maksud adalah sahabat Roland.

Anna mengangguk yakin "Dia menjaminnya, dan aku juga akan menghukumnya jika dia memberi tahu si brengsek itu"

Airin tersenyum puas, baiklah tidak masalah karena setelah ini dia akan pergi sangat jauh hingga pria brengsek itu juga tidak akan menemukannya.

Airin meringis saat rasa sakit menjalar ke seluruh sarafnya lalu berhenti di hatinya, siapa yang menginginkan hidupnya berakhir seperti ini, penuh dengan derita.

Airin hanya manusia biasa yang menginginkan kehidupan damai dan bahagia, jika saja tuhan memberi setitik dari segenggam kebahagiaan bagi manusia pasti Airin akan sangat bersyukur.

Tidak ada yang baik dalam setiap perjalanan hidupnya, Airin meremas tangannya yang terlihat lebih kecil dari sebelumnya, dia sudah berusaha tapi semuanya sudah melebihi batas kemampuannya.

Airin fikir saat dia bertemu seorang pangeran semuanya akan membaik dan hidupnya akan berakhir bahagia, namun tentu saja cerita Cinderella yang bersanding dengan seorang pangeran dan hidup bahagia selamanya hanya ada di dalam dongeng.

Nyatanya Cinderella sepertinya yang bahkan tak memiliki ibu peri tetap saja menderita.

Airin menghela nafasnya, bersiap untuk menceritakan kisah hidupnya pada satu-satunya sahabat yang dia miliki.

Annastasya Arrabella seorang gadis cantik yang awalnya dia temui berada di gandengan seorang casanova Roland Zain Abraham sebagai kekasih dan satu satunya gadis yang mampu menaklukan Roland sang pemain wanita.

Roland adalah pria beruntung yang mendapatkan Anna, gadis baik yang mengulurkan tangan untuk berteman dengannya, dirinya yang hanya seorang wanita pengganti, yang akan di ganti ketika bosan dan kembali saat dia di butuhkan menggantikan wanita yang lain untuk memuaskan hasrat seseorang.

Mungkin orang akan mengatakan dia adalah seorang pel acur, tapi Airin tak mau di sebut seperti itu, karena dia hanya melayani satu pria dalam hidupnya dan mungkin Airin tidak akan pernah melakukannya lagi dengan pria lainnya di sisa hidupnya.

Hingga panggilan itu tersemat saat pria itu berkata..

"Kamu akan menjadi wanita pengganti, yang akan menggantikan wanita lain saat dia tidak bisa melayaniku"

Setidaknya dia tidak di sebut seorang pel acur.. Ya, dia hanya Wanita Pengganti.

Mau tahu kisah Anna cus baca Loving You

Like..

Komen...

Vote..

Airin Joseanne

Flashback on..

"Airin apa keinginan terbesar dalam hidupmu?"

"Keinginan terbesar?"

"Ya.."

Airin tersenyum lalu berkata dengan senyum cerah di bibirnya.

"Mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk nenekku.. dan membuatnya sembuh, hingga kami bisa hidup dengan damai berdua."

Jika di tanya keinginan terbesar Airin, tidak hanya saat ini, tapi satu minggu lalu, satu bulan lalu, bahkan satu tahun lalu jawabannya tetap sama dia ingin neneknya sembuh, lalu mereka bisa hidup dengan bahagia selamanya, dia akan mengumpulkan uang untuk hidup mereka, uang yang banyak.

Dia hanya hidup berdua dengan neneknya, kedua orang tuanya entah kemana dan bagaimana bisa dia hanya hidup berdua dengan neneknya Airin pun tak tahu.

.

Airin bekerja di tiga tempat berbeda, dengan sif yang berbeda, hingga dia hanya punya beberapa jam saja untuk tidur, terkadang Airin juga akan merasa kepalanya sakit karena kurang tidur.

"Selamat pagi Airin?"

"Pagi suster, bagaimana kondisi nenekku?"

Airin meletakan tasnya di atas kursi tunggu.

"Seperti biasa, belum mengalami perubahan, Airin kamu masih bekerja di tiga tempat?"

Airin mengangguk, sambil memperhatikan suster yang melepas dan memasang kembali cairan infus.

"Kamu tidak lelah?"

"Hanya robot yang mungkin tidak akan lelah, tapi aku juga tidak bisa melakukan apapun karena hanya itu yang bisa ku lakukan.." Airin tetap tersenyum, meski hatinya merasa malang.

"Hmm.. Aku punya kenalan dia bekerja di rumah keluarga kaya, jika kamu mau aku bisa meminta pekerjaan, gajinya sangat besar, hanya kamu harus tinggal disana... dan pekerjaannya mengurus rumah.. kamu tidak perlu kerja di tiga tempat jika kerja disana kurasa gajinya bahkan lebih besar jika di bandingkan kamu bekerja di tiga tempat"

"Benarkah?" Airin nampak berfikir lalu berkata "Terimakasih aku akan memikirkannya, bukankah aku juga harus melihat nenekku" jika dia tidak bisa pulang bagaimana dengan neneknya, meski tidak setiap saat tapi setidaknya dia bisa memantau keadaan neneknya.

"Baiklah hubungi aku jika ingin bekerja disana, aku sudah selesai, dan jika itu menjadi kekhawatiranmu disini banyak suster yang berjaga, Nenekmu akan baik-baik saja" Suster merapikan peralatannya lalu pergi.

Airin mengalihkan pandangannya pada wanita tua yang terbaring di atas ranjang kecil dengan peralatan di seluruh tubuhnya "Apa yang harus aku lakukan nenek?" Airin menggenggam tangan sang nenek lalu mengecupnya, dia dilanda kebingungan hutangnya sudah menggunung tapi neneknya masih belum sembuh karena penyakitnya yang memang kronis.

Sebelum pergi bekerja Airin memutuskan untuk pulang lebih dulu untuk sekedar membersihkan diri, tadi setelah bekerja di mini market, Airin menyempatkan diri untuk menjenguk neneknya, dan di siang hari Airin bergegas pulang untuk pergi ke tempat kerja berikutnya, yaitu ke sebuah toko kue di tengah kota.

Airin menelan ludahnya kasar saat tiba di rumah yang dia sewa bersama neneknya, dua pria berbadan besar tengah mengetuk pintu rumahnya, Airin menyembunyikan tubuhnya di balik pohon saat salah satu dari mereka menoleh kearahnya.

Airin berjalan cepat memutar arah, niatnya untuk pulang dia urungkan karena melihat para rentenir tengah mencarinya, Airin yakin jika mereka melihatnya tadi, dia tidak akan selamat, apalagi mereka selalu berusaha untuk melecehkannya.

Dengan beberapa kali menghela nafas, Airin berusaha menenangkan dirinya dan mulai bekerja, berusaha menepis ketakutan dalam dirinya tentang para menagih hutang yang memang tiga hari ini selalu mencarinya sudah dua bulan Airin tidak membayar cicilan hutangnya, Airin mulai lelah, karena hutang yang tak kunjung lunas malah semakin membesar, Airin meminjamnya hanya sekali saat neneknya drop dan terpaksa di larikan ke rumah sakit, namun hingga kini hutangnya tidak pernah lunas.

Apa yang harus dia lakukan untuk membayar tunggakan dua bulannya, belum lagi biaya rumah sakit neneknya yang harus dia bayarkan, ternyata bekerja di tiga tempat belumlah cukup.

"Airin kamu mimisan!" rekan kerja Airin berseru khawatir saat melihat hidung Airin mengeluarkan darah.

Airin tersentak lalu segera mendongak berharap darahnya berhenti mengalir, dengan segera Airin berlari kearah toilet untuk membersihkan darah yang masih mengalir.

Entah sudah berapa kali hari ini Airin menghela nafasnya, menatap pantulannya di cermin dengan sedikit sisa darah di hidungnya, dia ingin menyerah dia sungguh lelah, tapi dia juga tidak mungkin membiarkan neneknya begitu saja.

Sejak kecil dia di rawat oleh neneknya, mereka hanya hidup berdua saja, ketika Airin bertanya kemana orang tuanya, sang nenek tak pernah menjawab.

Dulu Airin juga pernah mendengar desas desus, bahwa dirinya hanya anak yang terbuang dan di pungut oleh neneknya.

Lalu jika itu benar, setelah sejak kecil dia dirawat nenek tua itu dan disayangi layaknya cucu sekaligus anak, bagaimana mungkin Airin mampu mengabaikan neneknya.

Tuhan apa yang harus aku lakukan?

Batinnya berteriak, sejak dulu Airin tidak pernah merasakan hidup nyaman, meski begitu dia tetap bahagia, karena punya nenek yang selalu bersamanya.

Namun satu tahun lalu, sang nenek di vonis memiliki kanker hati dan harus segara menjalani perawatan dari sanalah Airin mulai merasakan hidupnya penuh kemalangan dan kesedihan, terpaksa mendatangi rentenir demi membawa neneknya ke rumah sakit.

"Tidak bisa, aku tidak boleh menyerah, hanya aku yang dimiliki nenek bagaimana bisa aku berfikir untuk menyerah." Airin mengepalkan tangannya di tepi wastafel meneguhkan tekad dan siap berjuang demi neneknya yang telah amat berjasa di hidupnya.

Jam kerja Airin berakhir di jam tujuh malam karena toko kue tutup, dan kini dia bersiap untuk pergi ke tempat kerja berikutnya, tempat yang paling menyebalkan bagi Airin tempat paling menjijikan dimana banyak pria hidung belang di dalamnya.

Klub malam murah yang dia masuki untuk mengais rezeki demi menyambung hidup dan segala kebutuhan yang mencekik.

Airin bekerja sebagai pelayan membawakan minuman dan menuangkan kepada para tamu.

Airin mengganti pakaiannya dengan seragam ketat yang membalut dirinya, sudah berapa kali Airin mengalami pelecehan karena seragam sialannya, tapi apa yang terjadi jika dia melaporkan pada bosnya, dengan acuh dia berkata "Sudah ku bilang kamu hanya perlu mengangkang dan akan mendapatkan banyak uang, jadi jika hanya ada pria yang menyentuh bokongmu saja, kamu jangan protes.. diamlah dan bekerja dengan benar."

Airin hanya bisa pasrah, karena dia membutuhkan pekerjaannya, dan yang terpenting kesuciannya tetap terjaga.

Jam kerja di club malam berakhir pukul lima pagi, Airin mendesah lelah saat semua pengunjung sudah tidak terlihat.

Airin menelungkupkan wajahnya di atas meja yang baru saja dia bersihkan, dia punya waktu satu jam sebelum bekerja di mini market 24 jam.

Lelah..

Tentu saja, setiap hari berjibaku dengan pekerjaan yang tak pernah usai, Airin hanya mampu memejamkan mata beberapa jam saja.

Airin keluar dari klub saat pajar mulai menyingsing jam kerjanya di mini market akan segera dimulai.

Namun langkahnya terhenti saat teriakan pria berbadan besar berdengung di telinganya "Itu dia!" teriaknya.

Airin memutar langkahnya dan berlari kencang menghindari dua pria berbadan besar yang mengejarnya, Rentenir yang sejak kemarin mengejarnya..

Astaga..!

...

Siap untuk AIDEN (Airin-Alden)?

Like...

Komen..

Vote..

Pelayan

Airin menelan ludahnya kasar saat melihat banyaknya pelamar pekerjaan hanya sebagai pelayan saja, dia kira hanya dirinya yang akan melamar sebagai pelayan di rumah besar ini, namun rupanya, halaman belakang rumah ini seperti sedang mengadakan kontes audisi, dan ternyata yang di pilih tak hanya satu melainkan sepuluh orang pelayan.

Hanya pelayan yang bisa melayani tuannya dengan baik yang akan di terima.

Satu persatu dari mereka di tes dan di lihat ketelitian dalam melayani tuan rumah.

Airin mendadak gemetar saat merasa tak percaya diri, banyak yang keluar dengan raut kecewa yang menandakan mereka telah gagal, apa sekecewa itu hingga tidak di terima saja mereka menangis, namun saat mendengar orang di sebelahnya membicarakan gaji yang di dapatkan, tentu saja mereka akan sedih karena tidak berhasil.

Ternyata suster yang merawat neneknya berkata benar. gaji yang akan di dapatnya sangat besar, dan jika dirinya di terima Airin tak perlu memikirkan hal lainnya, dan dalam dua bulan dia bisa melunasi hutangnya.

Tiba saatnya Airin menjalani tes, dari kesopanan dan tata cara Airin menyajikan minuman hingga teh di atas meja, semua di teliti hingga tak ada sedikitpun kesalahan.

Airin langsung di terima dan termasuk dalam sepuluh pelayan yang di rekrut.

Keesokan harinya Airin dan ke sembilan pelayan lain datang ke sebuah rumah yang berbeda dari tempat audisi kemarin, rumah yang lebih mirip istana dari pada rumah, pantas saja pelayan yang dibutuhkan sangat banyak rupanya rumah itu begitu besar dan luas.

Menyusuri lorong hingga tiba di belakang rumah sebuah mes dua lantai Airin di beri kunci kamar yang masing-masing ada kamar mandi di dalamnya.

Airin melihat kamar yang tidak terlalu sempit tapi tidak juga terlalu luas, bagus sekali tuan rumah benar- benar menganggap pelayan juga manusia.

Airin menghela nafasnya, semoga keputusannya untuk datang tidak salah, dia datang untuk mencari uang, maka akan dia kumpulkan uang sebanyak- banyaknya.

Hingga saat neneknya sembuh mereka tak perlu hidup dalam pengejaran lagi.

Setelah beberapa saat beristirahat, Airin dan semua pelayan berkumpul untuk mendengar dan melihat apa saja yang harus mereka lakukan selama menjadi pelayan, mengikuti kepala pelayan dan menunjukan setiap kamar yang harus benar- benar di bersihkan dengan teliti.

"Ini kamar tuan muda, beliau tidak setiap hari ada, tapi meski begitu jangan sampai kalian lalai dan juga, jangan sembarangan masuk!"

"Mengerti kepala" kesepuluh orang pelayan baru menjawab dengan serentak termasuk Airin.

"Selama tiga hari kalian akan di dampingi oleh pelayan senior untuk melihat pekerjaan kalian, apakah kalian pantas mendapat pekerjaan khusus atau tidak.."

"Baik kepala.."

Kepala pelayan menepuk tangannya "Baiklah sekarang mulai bekerja, tuan rumah tidak suka keributan, jangan sampai kalian menyalahi aturan di rumah ini"

Semua pelayan baru mengikuti senior mereka masing- masing untuk mendampingi mereka selama tiga hari kedepan.

Airin mulai bekerja dengan segala instruksi dari seniornya, satu ruangan membutuhkan waktu tiga jam untuk di bersihkan, bahkan hingga ke sudut tak boleh ada yang terlewat, pantas saja karena satu ruangan bahkan lebih luas dari rumahnya.

Pantas saja di butuhkan banyak pelayan di rumah ini, ah baiklah kita ganti saja sebutannya menjadi mansion agar terdengar seperti kelihatannya besar dan luas.

"Ini kamar tuan muda, jangan sekalipun kamu memasukinya karena dia sudah punya pelayan sendiri, dan juga dia tidak suka barang-barangnya di sentuh oleh orang asing."

"Dan satu yang harus kamu ingat, disini ada nona muda, dan tuan muda.. kamu harus pastikan tidak membuat keduanya marah, apalagi tuan dan nyonya besar.."

Airin menelan ludahnya sambil mengangguk, setelah menyelesaikan satu ruangan, Airin pergi ke ruangan lainnya untuk ia bersihkan.

Yang Airin fikirkan sebenarnya mansion ini tidak kotor mungkin karena setiap hari di bersihkan, bagaimana tidak setelah satu hari berada di sana, pekerjaan mereka berputar dan hanya berhenti di malam hari, bahkan seolah tak boleh ada tapak kaki yang tertinggal mereka harus kembali membersihkan setelah orang tersebut lewat.

Pukul tiga pagi keadaan sudah ramai dengan hiruk pikuk pelayan, apalagi bagian dapur, mereka menyiapkan masakan untuk di sajikan di meja makan yang panjangnya lebih dari tiga meter, Airin bahkan ternganga saat melihat berbagai macam makanan di meja makan.

Yang Airin tahu yang tinggal disana hanya empat orang.. Tuan, dan Nyonya besar serta Nona dan tuan muda saja, lalu apa mereka mampu memakan makanan sebanyak ini?

Satu persatu tuan rumah muncul hingga tiga orang sudah duduk di kursi makan mereka masing-masing.

Tuan besar mereka pria paruh baya yang masih tegap dan tampan meski sudah memiliki dua anak yang bahkan tuan muda hampir 31 tahun, begitu pula sang nyonya yang cantik dan modis, tidak jauh dari mereka nona muda tampak cantik dan tentu saja mewarisi gen orang tuanya.

Airin masih memperhatikan meski sekilas tapi dia tidak melihat tuan muda, maka di pastikan tuan muda mungkin tidak pulang, seperti kata kepala pelayan tuan muda mereka memang jarang sekali pulang.

Meski tak tahu wajah tuan muda, tapi Airin yakin dia memang tidak hadir, melihat di meja makan hanya duduk tiga orang.

Airin merasa ini terlalu hening, jika di sebut acara makan keluarga, tapi mungkin inilah peraturannya. Tak memakan waktu lama setelah sang kepala keluarga selesai nyonya dan nona muda pun beranjak.

Airin menganga melihat makanan lebih terlihat seperti tak tersentuh sama sekali "Sebenarnya mereka makan atau tidak?" gumamnya.

Airin dan pelayan lain merapikan meja makan hingga kembali bersih, membawa makanan kembali ke dapur.

Kegiatan Airin mulai teratur hingga sudah satu bulan Airin berada di sana, dan terbiasa melakukan tugasnya, Airin bertugas membersihkan rumah bagian belakang bersama dengan tiga orang temannya yang lain, satu bulan sekali mereka mendapat libur secara bergilir, dan kini giliran Airin.

Memanfaatkan hari liburnya Airin berencana untuk menjenguk neneknya yang masih terbaring di rumah sakit, gaji pertamanya akan dia gunakan untuk membayar tagihan rumah sakit, yang semakin membengkak.

Melewati gerbang belakang khusus para pekerja Airin berjalan dengan riang saat mengingat hari ini akan bertemu sang nenek, tak peduli meski hari terasa dingin karena sisa hujan semalam, yang Airin lakukan hanya merapatkan jaketnya.

Airin bersenandung kecil menepis bosan karena berjalan sendiri menuju jalan utama, Airin rasa jalan itu juga milik keluarga kaya majikannya, karena tidak ada mobil satupun yang lewat, Airin mulai bertanya- tanya seberapa kaya majikannya itu hingga semua akses menuju ke rumahnya telah dia miliki, saat Airin masih memikirkan kekayaan sang majikan sebuah mobil melaju dengan cepat dari arah berlawanan.

Sontak saja Airin yang berada dekat genangan air pun berjengit kala air genangan tersebut menyiramnya.

"Aaahh.." Airin menunduk melihat dirinya basah kuyup "Hey!" Airin berteriak kesal lalu menendang udara "Brengsek!"

Saat Airin mengibaskan pakaiannya yang basah, mobil itu kembali mundur dan berhenti dengan pelan di depannya, Airin mendongak saat menyadari pintu mobil terbuka.

Mata Airin terpaku pada pria tampan yang baru saja turun

" Astaga, maafkan aku gadis cantik.. perlukah aku menggantikan pakaianmu, tentu saja aku tidak akan keberatan melakukannya untukmu"

.

.

Wah dasar si mesum🤭

Like..

Komen..

Vote..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!