...Sulit memberitahu diri sendiri, Bahwa setiap manusia bisa berubah kapan saja, Dan aku harus siap menerimanya...
...🍁...
Turki. 2020
Tepatnya di kota Bursa, tempat dimana Menjadi kota terbesar keempat di Turki, pada masa Kekaisaran Ottoman, kota Bursa merupakan ibu kota pemerintahan, Ratusan tahun berlalu.
Cumalıkızık,
Sebuah desa peninggalan Kekaisaran Ottoman yang masih bertahan dengan pesona indahnya hingga saat ini. Terdapat beberapa penginapan dan hotel di tempat tersebut.
Dimana salah satu penginapan disana menjadi tempat yang di pilih CEO AEK Group (Akara Emir Khan) untuk mengadakan kegiatan Fammily Gathering di musim dingin tahun ini.
Semua orang tengah menikmati Suasana malam dengan Api unggun yang menyambar di tengah lautan orang disana.
Acara barbeque menjadi pilihan paling di minati oleh banyak karyawan AEK group, Tidak sedikit dari mereka yang membawa Serta keluarga dan anak-anak mereka.
Emily Dahayu Indurasmi (27), Merupakan warga negara Indonesia yang menikah dengan seorang laki-laki berkebangsaan Turki sejak Lima tahun yang lalu. Memilih mengabdikan hidupnya pada sang suami Benazir Kenan Aynur (33), meninggalkan kehidupan dan keluarganya di Indonesia, dan menetap di Turki.
Sore itu , Emily Tengah di sibukkan dengan mengurus Anak Laki-lakinya seorang diri. Okan Kenan Aynur (4) yang tengah mengalami demam tinggi hari itu, namun terpaksa dia harus membawanya karena tidak bisa meninggalkan putranya dengan sang suami karena sudah pasti Ben akan menolaknya.
"Bagaimana keadaanya ?" Tanya Ziya yang merupakan sahabat sekaligus rekan kerjanya Emily
Meski merasakan kecemasan, namun Emily berusaha untuk tetap kuat dan tenang. "Sudah lebih baik dari sebelumnya" Ucap nya lirih, namun jelas penuh khawatir.
"Apa kau yakin ?" Tanya Caira Yang juga merupakan sahabat Emily di kantor. Emily menganggukkan kepala.
Raut kepanikan jelas tidak dapat di tutupi oleh Emily, Namun wanita tersebut berusaha untuk tidak membuat teman-temanya khawatir.
"Apa Laki-laki sialan itu yang memaksamu untuk membawa Okan?" Kesal Caira pada sang sahabat. Emily hanya bergeming mendengar ucapan sahabatnya.
Ziya dan Caira merupakan dua sahabat dekat Emily yang selalu menemani dalam suka duka wanita tersebut. Tidak lelah membantu kesulitan sang sahabat, dan tidak pernah meninggalkannya ketika Emily dalam keadaan apapun.
"Aku rasa dia memiliki wanita lain Yang-- "
"Caira ! . Stop !" Ketus Ziya yang merasa sahabatnya tersebut mulai terpancing emosi.
Mendapatkan peringatan dari Ziya, Caira hanya diam dan memutar bola matanya kesal.
"Kenapa kalian bertengkar, Bagaimana pun dia suamiku " Ucap Emily lirih dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Pandangan mata fokus pada Okan yang tengah berbaring di ranjangnya.
"Kau itu terlalu naif Emily" Ketus Caira yang merasa kesal.
"Caira , Hentikan !"
Lagi Ziya memberi peringatan pada sahabatnya, agar tidak semakin berulah dengan ucapannya yang terkadang menyakitkan, meski itu sebuah kejujuran. Ziya menyadari perubahan wajah Emily yang begitu sendu.
Ziya berjalan menghampiri Emily dan kemudian mengusap pundak wanita tersebut untuk sekedar menguatkan.
"Aku tau kau kuat menjalani semua ini, Setidaknya lakukan demi Okan " Ucap Ziya masih dengan mengusap lembut pundak sahabatnya. Emily hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Ziya yang memiliki sifat keibuan terkadang mampu membuat Emily merasa nyaman ketika di dekatnya, Teman yang sangat baik dan selalu setia, Sama halnya dengan Caira, Sejujurnya dia juga sangat baik dan perhatian, namun terkadang dia juga sangat keras dan frontal dalam mengutarakan pendapat.
Melihat interaksi antara dua sahabat di depannya Caira semakin dibuat kesal, dua orang di hadapannya yang selalu dia anggap naif dalam hal percintaan.
"Sudah lah, Aku malas sekali bersama kalian" Ucap Caira dengan bangkit dari duduknya.
"Tunggulah di sini, Aku akan membawakan kalian beberapa potong roti dan daging"
Meski kesal dan marah dengan sahabatnya, nyatanya Caira tidak pernah bisa untuk tidak memperhatikan kedua sahabatnya tersebut.
Caira pun melenggang pergi meninggalkan kamar Emily.
***
Di Langit yang sama namun tempat yang berbeda.
Lenguhan demi lenguhan terdengar jelas dari pasang insan yang tengah memadu asmara.
Indahnya malam yang selalu mereka nantikan, dinginnya Kota Bursa saat ini, cukup membuat keduanya bersemangat untuk saling menghangatkan di bawah temaram lampu ruangan.
Menyalurkan semua rasa yang telah terpendam sejak beberapa hari terakhir. "Auchh... Euhhh... " Tubuh yang menggelinjang, seolah memberikan reaksi terhadap kegiatan panas yang tengah dilakukan.
"Ahh, Sayang mau Emphhh... " Terdengar begitu nikmat namun di sisi lain begitu menyayat hati. Untuk sesaat melalaikan jadi diri dan tanggung jawab.
Ketika pemain yang melakukanya adalah dua pasang manusia yang tidak saling memiliki ikatan dalam pernikahan. Ironi sungguh ironi Ketika hal itu banyak di lakukan oleh tidak sedikit manusia, yang telah menyandang status sebagai suami ataupun istri.
"Sayang aku sudah ingin keluar, Cepatlah !" Ucap Lusia kesal.
"Sabar sayang.. emphh.. Sebentar lagi, Aku hampir sampai..." Jawab Ben Dengan mata terpejam.
"Benazir Kau selalu membuatku lelah Auhhh Emmhh---" racau Lucia yang sudah mulai kehabisan tenaga.
"Auuuhhh ****!"
Ben yang merasa hasratnya sudah tersalurkan pun , hanya dapat menghempas kasar tubuhnya di samping wanita ****** yang kini merangkap sebagai Asisten rumah tangga sekaligus pengasuh anaknya.
Meski dalam keadaan belum sepenuhnya sadar , Ben berusaha meraih kapsul yang telah dia siapkan sebelumnya diatas meja.
"Minum ini !" Ucap Ben
Setelahnya kembali membaringkan tubuh polosnya diatas tempat tidur.
Tidak kehabisan akal, Lusia kembali memainkan jari jemarinya di dada bidang sang majikan. Menggoda dengan sentuhan dan rayuan manja.
"Tuan ! , Bolehkan aku tidak meminumnya malam ini ?" Tanya Lucia dengan suara sangat lembut dan sikap manja .
Merebahkan kepalanya di atas dada bidang sang majikan.
"Jangan gila kau , Minum sekarang atau kau tahu akibatnya !" Ketus Ben yang merasa kesal.
Akhir-akhir ini Lusia selalu menuntutnya lebih, memberikan ancaman padanya, menuntut sesuatu yang tidak mungkin akan dia penuhi.
"Tapi Tuan-- !"
"Cukup !" Sentak Ben dengan melepaskan pelukan diantara keduanya.
"Ingat ! Kau bisa menikmati semua yang ku berikan kecuali hatiku " Ketus Ben dengan tegas
Meski merasa kesal, namun pada akhirnya Lusia menuruti permintaan majikanya untuk meminum pil penunda kehamilan.
Meski sejujurnya dia selalu menginginkan benih yang di keluarkan oleh Ben akan tumbuh dalam rahimnya, namun Lusia tidak cukup berani untuk membantah ucapan orang yang selalu memenuhi pikirnya.
***
FLASHBACK ON
Dari jarak yang tidak begitu jauh, namun tidak juga begitu dekat, Emily seolah melihat seorang gadis yang di seret paksa, Terlihat orang tuanya tengah berusaha memaksa gadis tersebut untuk memasuki sebuah mobil.
Seorang gadis mudah berusia 20 tahun yang tengah mengalami perundungan akibat kesalahan kedua orang tua nya.
Berniat menjual dirinya untuk melunasi hutang mereka.
"Ayah aku mohon , Aku Tidak mau menikah dengannya !" Ucap sang gadis yang di ketahui bernama Lusia , dengan raut wajah memelas dan penuh permohonan.
Hidup dalam kemiskinan, yang membuat kedua orang tuanya terpaksa meminjam uang kepada seorang rentenir yang terkenal sangat sadis.
"Ada apa ini !" Suara keras Emily yang memecah ketegangan diantara orang-orang tersebut.
Melihat wajah Emily, Lusia merasa tuhan telah mengabulkan doanya melalui Manusia berwajah malaikat tersebut.
Dengan tubuh bergetar menahan rasa takut, Segera Lusia berlari dan bersembunyi di balik tubuh Emily.
"Bukan urusanmu !" Bentak seorang laki-laki paruh baya yang merupakan ayah dari Lusia.
Setelah Bersi tegang dalam waktu yang cukup lama, akhirnya Emily menebus Lusia pada rentenir tersebut, Dan akhirnya Lusia terbebas dari hutang-hutang orang tuanya.
Namun Lusia yang merasa sudah tidak lagi aman tinggal bersama kedua orang tuanya memilih untuk meninggalkan rumah tersebut.
"Lalu sekarang apa rencana mu ?" Tanya Emily pada gadis yang duduk di sampingnya.
Masih di liput i rasa takut, Lusia hanya menggelengkan kepala.
Melihat nasib malang yang menimpa gadis yang juga baru saja dia kenal tersebut, Emily menjadi iba. Hatinya terketuk untuk membantu Lusia dengan memperkerjakan nya di sebagai pembantu rumah tangga di kediamannya.
Meski sejujurnya Emily tidak membutuhkan Pembantu, karena Emily telah memiliki pembantu yang juga sangat setia kepadanya.
Namun melihat betapa malang Lusia, tidak tega rasanya Emily meninggalkannya seorang diri, tidak menutup kemungkinan pria hidung belang lain akan dengan mudah melecehkan dirinya.
FLASHBACK OFF
***
...Tidak perlu sedih ketika dia meninggalkanmu, Bukankan kamu sendiri yang telah berdoa untuk menjauhkan dari orang-orang yang tidak baik...
...🍁...
Caira masuk kedalam kamar Emily, setelah beberapa saat meninggalkan kedua sahabatnya dan seorang anak kecil berusia 4 tahun, untuk mengambil beberapa makanan untuk mereka makan malam.
"Bagaiman apa dia sudah lebih baik" Panik Caira ketika memasuki kamar Emily
Emily menganggukkan kepala, dengan mengulas sebuah senyum manis di wajah cantik nya. Emily kemudian berjalan menghampiri dua sahabatnya.
"Makanlah !. Aku tahu kau pasti lapar " Ucap Caira dengan menyodorkan makanan pada Emily. Meski masih kesal Caira tetap memperlakukan sahabatnya itu dengan baik.
Ketiganya lantas memakan makanan yang sebelumnya di bawa oleh Caira.
Suasana begitu tenang, Hanya sesekali candaan konyol dari Caira yang mengundang gelak tawa dari dua sahabatnya. Sampai pada saat Ziya bertanya.
"Bagaimana Apa kau tidak berniat Menyelidiki suami mu ?" Tanya Ziya di sela-sela makan malam tersebut.
Emily memandang wajah teduh Ziya dan kemudian berganti memandang Caira "Perlukah aku melakukanya ?" Tanya Emily yang mulai jengah dengan pembahasan yang hanya itu itu saja.
Emily tahu jika dua sahabatnya itu sangat menyayangi dirinya dan juga putranya, namun Emily sangat tidak suka jika dua sahabatnya itu mengusik ranah pribadi nya.
Meski semarah apa pun Emily pada dua sahabatnya tersebut, Tami mereka tetap baik padanya. Tidak lantas memusuhi atau bahkan meninggalkan Emily
"Sudah lah, Aku ingin ke luar sebentar, Bisakah aku menitipkan Okan pada kalian ?" Tanya Emily yang juga telah beranjak dari duduknya.
Kedua sahabat Emily hanya saling tatap, menyadari kemarahan Emily. "Tentu saja Emily, Sebanyak apa pun waktu yang kau butuhkan kami akan selalu menjaga Okan" Ucap Ziya dengan tidak enak hati.
Meski makanan yang ada di piring milik Emily belum habis , Emily memilih untuk mencari udara segar di luar, sejenak menghilangkan penat yang terasa begitu memenuhi rongga dada.
Karena suasana hati yang tidak begitu baik, Emily bahkan melupakan baju tebalnya, keluar hanya dengan mengenakan Sweater panjang yang tidak begitu tebal .
"Kenapa aku bisa melupakan mantelku" Gumam Emily pada dirinya sendiri, merutuki kebodohan yang dia lakukan.
Menyusuri jalan bebatuan yang ada di taman sekitaran hotel diaman dirinya dan teman-teman lainya menginap. Suasana malam masih cukup ramai karena banyak dari teman-temannya masih sibuk dengan pesta barbeque dan Api unggun yang begitu menghangatkan suasana malam yang terasa semakin dingin.
"Eh, Aku dengar-dengar suami Emily punya selingkuhan ?" bisik-bisik beberapa orang teman kerja Emily
"Ohya ?"
"Dari mana kau tahu ?" Tanya yang lainya, penuh rasa penasaran.
"Sejujurnya aku tidak yakin, tapi aku pernah melihat orang yang mirip dengan suami Emily tengah bermesraan di sebuah pusat perbelanjaan"
"Eh Suuut ! , Pelan kan suara kalian, tidak enak jika Emily mengetahui perbincangan kita" Ucap salah seorang lainya.
"Upss !" Ucap yang lain dengan menutup mulut dengan sebelah tangannya.
Emily yang tengah berdiri di balik pohon dimana mereka yang saling membicarakan rumah tangganya, seketika terhuyung, dan hampir saja terjerembab ke tanah, sampai sebuah tangan meraih tubuh ringkih nya, hingga Emily tidak sempat merasakan kerasnya lantai batu di bawah sana.
"Kau baik-baik saja ?" Tanya sang penolong pada Emily, ketika keduanya telah duduk di sebuah bangku taman yang berjarak lumayan jauh dari teman-teman Emily yang lain.
Bukan menjawab Emily justru menangis dengan menundukkan wajahnya.
"Hei. Kenapa kau menangis ?" Tanya Aka panik dengan situasi yang ada di hadapannya.
Bukan berhenti Emily justru semakin terisak , sepertinya menangis merupakan solusi terbaik saat ini bagi Emily, namun tidak untuk aka yang justru merasa takut kalau-kalau orang-orang akan menganggapnya berbuat tidak senonoh para wanita yang baru saja dia tolong.
"Maafkan aku " ucap Emily dengan menundukkan wajah. Merasa malu dengan sikapnya yang seolah kekanak Kanakan.
"Tidak masalah " Jawab Aka singkat.
"Omong-omong kenapa kau sendirian, dimana keluarga atau temanmu ?" Tanya Aka penuh selidik.
"Bukankah seharusnya kau bersama teman-temanmu ?" tanyanya lagi.
"Anda benar, Seharusnya aku bersama keluarga ku" Ucap Emily lirih dengan menahan kesedihan, namun saat itu Emily tidak ingin menangis.
Aka mengulurkan mantel yang sebelumnya dia kenakan pada Emily yang menundukkan wajahnya.
Menyadari sebuah tangan terulur padanya, Emily mendongakkan wajahnya.
"Pakailah "
" Kau akan sakit jika terus mengenakan pakaianmu itu di tengah dinginnya cuaca malam ini" ucap Aka dengan mendekatkan Tangannya pada Emily.
"Terima kasih "
Setelah itu Aka memilih meninggalkan Emily, karena dia sendiri masih ada beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan.
***
"Lihatlah apa kau tidak kasihan pada Okan, betapa menyedihkannya anak ini" Ucap Caira yang duduk di ambang tempat tidur
"Aku tahu, Tapi kau tidak perlu menyampaikan itu pada Emily" Jawab Ziya yang terkadang kesal pada sahabatnya yang selalu berkata frontal
"Aku pun terkadang merasa iba, terlebih ketika Emily harus membawanya ke kantor, karena Gadis sialan itu selalu beralasan jika Emily memintanya untuk menjaga Okan " Ketus Caira merasa kesal.
"Sudah lah, biarkan ini menjadi urusan Emily dan suaminya, tugas kita hanya menghiburnya" Ucap Ziya bijak menanggapi komentar sahabatnya.
"Ishh..Kau itu sama saja naifnya dengan Emily" Kesal Caira pada Ziya yang berdiri tepat di sampingnya.
Ziya merupakan seorang janda, dia di ceraikan oleh suaminya karena setelah tiga tahun menikah Ziya tidak kunjung mengandung. Dan dia terpaksa harus menerima umpatan mantan suaminya yang mengatakan Ziya mandul.
Sementara Caira merupakan gadis kuat dan tangguh yang selalu jomblo, sejujurnya banyak laki-laki yang mendekatinya, namun pada akhirnya tidak jelas hubunganya, sejujurnya Caira merupakan gadis yang baik, dan juga cantik, namun sikapnya yang kadang membuat laki-laki tidak betah berlama-lama di sampingnya. Hingga dia mendapatkan julukan Playgirl karena seringnya bergonta ganti pasangan.
Ceklek.
Suara pintu yang terbuka, seketika menghentikan obrolan antara Caira dan Ziya.
"Kau dari mana Emily?" Ucap Ziya panik yang menyambut kedatangan sahabatnya tersebut. Emily hanya bergeming.
"Aku hanya mencari udara segar" Jawab Emily lirih.
Melihat sahabatnya begitu kacau, Caira sudah menyadari jika Emily baru saja menumpahkan kekesalannya dengan menangis.
"Istirahatlah, Aku akan menjaga putra mu" Ucap Caira dengan wajah kesal namun penuh perhatian.
"Tidak perlu. Kalian juga butuh istirahat, Kembalilah kekamar kalian, Aku bisa menjaga Okan sendiri " Ucap Emily pada dua sahabatnya tersebut.
"Kau yakin ?" Ucap Ziya memastikan. dan Emily pun menjawab dengan anggukan kepala.
"Baiklah, jika ada sesuatu jangan sungkan menghubungi ku" Ucap Ziya yang sejujurnya tidak ingin meninggalkan Emily sendirian. terlebih kondisi Okan yang masih naik turun.
***
...Kenapa harus saling mengisi, Jika pada Akhirnya hanya saling menyakiti...
...🍁...
Setelah kepergian dua sahabatnya, Emily tertunduk lemas Memeluk erat kedua lututnya diatas lantai , di samping tempat tidur sang putra.Menangis sesenggukan, berusaha untuk menahan suaranya agar tidak keluar dari mulut.
Ingin rasanya Emily menolak, dan tidak ingin mempercayai ucapan orang-orang tentang suami yang selama ini mengisi hari-hari nya, Menjadi Daddy bagi anaknya. Namun hati kecil Emily berkata lain.
"Mommy Menangis ?" Tanya Okan yang menyadari ibunya tengah menangis, raut wajah yang jelas tidak dapat di sembunyikan
Emily mendongakkan wajahnya, benar saja Okan Telah duduk di tepi ranjang untuk memastikan Emily baik-baik saja.
"Tidak Sayang, Mommy Hanya --"
"Apa mommy Sedang sedih ?" Ucap Okan memutus ucapan Emily
Mendengar suara kecil dadi tubuh ringkih yang selalu dia jaga, Emily sungguh sangat merasa sedih.
"Sayang, Tidurlah Ini masih sangat malam" Pinta Emily dengan mengusap kasar pipinya yang masih basah oleh air.
Meski masih merasa penasaran, namun Okan memilih untuk menuruti Emily, Karena hanya dengan seperti itu Emily tidak akan sedih lagi, Begitu mungkin pikir Okan.
Emily berbaring di belakang Okan, dan memeluk tubuh putranya yang juga masih terasa sedikit hangat. Tidak lupa sebelumnya Emily memberikan obat penurun panas pada putranya.
"Tidurlah Mommy akan menemani mu " Bisik Emily pada sang putra yang sudah hampir terlelap
***
Semua orang telah berkumpul untuk melakukan sarapan pagi bersama-sama.
Pagi ini terasa beda, karena ini mungkin menjadi kali pertama bagi mereka untuk mengenal secara langsung pimpinan utama mereka yang selama ini tinggal di Indonesia.
Laki-laki muda blasteran Indonesia - Turki, banyak yang membicarakan sosok sang pimpinan yang katanya sangat tampan, dan beruntungnya dia masih lajang.
Semua orang tampak antusias , duduk di meja masing-masing, Termasuk Emily dan Okan yang saat itu juga duduk diantara lautan manusia tersebut.
"Mommy" Panggil Okan
"Iya sayang ?" Jawab Emily dengan penuh perhatian
"Apa kita masih harus menunggu Bos Mommy itu untuk makan ?" Tanya Okan yang telah merasa sangat lapar, Namun masih harus menunggu.
"Tunggu sebentar lagi ya sayang " jawab Emily dengan mengulas senyuman dan usapan lembut di puncak kepala sang putra.
"Okan Sangat lapar Mommy" Ucap ikan dengan memajukan bibirnya. Emily pun memeluk Okan dengan penuh cinta.
"Hei Tampan. Kemari lah " Panggil Caira pada Okan. Okan pun menurut dan turun dari tepat duduk ya untuk menghampiri Caira.
"Ada apa Aunty?"
"Ini Untuk mu" Ucap Caira dengan memberikan beberapa permen manis untuk mengganjal perut pria kecil di hadapannya.
"Hore. Terima kasih Aunty" Ucap Okan penuh bahagia. Caira menganggukkan kepala menatap sayang pada Okan .
"Mohon Perhatian !" Ucap salah seorang kepala bagian
"Tuan Besar Akara Emir Khan, Kami persilahkan masuk" Ucap nya lagi di susul terbuka nya pintu besar ruangan tersebut.
Semua orang tampak berdiri menyambut kedatangan Akara dengan penuh Semangat, terlebih Akara ternyata sosok yang sangat tampan.
Dengan gagah Akara masuk kedalam ruangan, Senyum ramah selalu menghiasi wajah tampannya. Akara bukan seorang Bos yang sombong dan arogan seperti kebanyakan di ceritakan dalam tokoh novel novel.
"Dia " Gumam Emily dalam hati.
Buru-buru Emily menundukkan wajahnya setelah mengetahui siapa sosok Sang atasan, Namun nyatanya Aka pun telah mengetahui jika Emily juga merupakan bagian dari salah satu karyawan nya.
Setelah masuk, Akara memberikan sedikit sambutan dan perkenalan pada seluruh karyawan, setelah itu mereka melaksanakan sarapan pagi bersama-sama.
***
Berada dibawah guyuran Air hangat membuat sepasang manusia yang tengah memadu cinta itu begitu menikmati pagi mereka.
"Emh..." suara lenguhan yang terasa memenuhi seluruh ruangan.
"Ayo Benazir Auh... Kau Selalu --" Racau Lusia dengan menikmati setiap sentuhan dari Ben.
"Aku selalu suka melakukanya..."
Lucia semakin berada di awang-awang mendapat pujian dari sosok laki-laki yang di cintainya, Perbedaan usia 13 tahun nyatanya tidak menjadi masalah bagi keduanya untuk saling memberikan kehangatan..
"Emhhh... B-ben apa kau men cin taiku ?" Racau Lusia di sela sela Des aneh an yang begitu nikmat.
Tidak memberikan jawaban Benazir semakin memacu gerak nya, lebih cepat dan semakin cepat. Bahkan Benazir Tidak lagi menanyakan apakah Lusia sudah hampir mencapai puncak.
"Sa sa yang... Auhhh... Kenapa buru-buru " Ucap Lusia tidak terima.
Di dalam kamar mandi pun nyatanya tidak menjadikan mereka kesulitan.
Setelah beberapa kali menyemburkan benih-benih kehidupan yang tidak pernah di harapkan Ben
"Mandilah, Aku akan keluar " Ucap Ben dengan suara dingin.
"Tunggu Ben, kau kenapa ?, Tidak seperti biasa kau seperti ini" Ucap Lusia dengan suara lembut dan memainkan jari jemarinya yang lentik diatas dada majikanya.
"Sudahlah Lusia, Bersihkan dirimu " Kilah Ben yang tidak ingin berdebat dengan Lusia.
"Tunggu.. Aku akan menagih Untuk pagi ini karena kau tidak membiarkan ku mencapai puncak " bisik Lusia lembut di telinga Ben.
Setelah mengatakan itu Ben memilih keluar dan mandi di kamar mandi lain. Sementara Terpaksa Lusia melanjutkan permainan solo karirnya karena sebelumnya Ben tidak memuaskan.
"Sialan kau Ben , Gara gara kau aku harus seperti ini" Racau Lusia dengan sangat kesal.
Setelah mandi dan seluruh tubuhnya kembali bersih, Lusia keluar kamar utama tersebut dengan mengendap-endap seperti semalam dirinya datang dan menghampiri majikanya itu.
"Lusia sedang apa kau !" ketus seorang wanita paruh baya
"Eh em Bibi Elinor , Oh itu aku --"
"Kemana saja kau semalaman ?" Ketus Bibi Elinor penuh selidik.
Elinor merupakan Asisten rumah tangga yang lebih dulu di oerkerjakan oleh Emily di rumahnya, sudah sejak menikah dengan Benazir Emily memperkerjakan wanita paruh baya itu.
Usianya tidak lagi muda namun tenaganya cukup bisa di andalkan.Terlebih Elinor sosok yang sangat disiplin dan setia.
Mengingat bagaimana Elinor bertemu dengan Emily, Wanita tua itu sangat malang karena di buang oleh anaknya setelah kepergian mendiang suaminya. dua anaknya tidak ada yang mau bertanggung jawab atas kehidupannya, dan justru membuangnya begitu saja seperti sampah.
Sampai pada saat Emily menemukannya dalam keadaan sangat kacau, dan meminta Elinor untuk tinggal bersama sebagai asisten rumah tangga.
"Ingat !Aku tidak akan membiarkan mu menjadi perusak di rumah ini" Ketus Elinor tanpa basa-basi dan mata tajam bagai pedang yang telah di hunus.
"Bi bibi . Apa Mak sut mu ?" tanya Lusia pura-pura tidak tahu.
"Kenapa Bi bibi --"
Tidak mendapatkan jawaban, Elinor memilih untuk pergi begitu saja dEi hadapan Lusia.
"Sialan, Wanita tua menyedihkan, Awas saja kau " Gumam Lusia penuh amarah
"Jika aku menjadi nyonya di rumah ini, Aku pastikan akan segera memecat mu !"
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!