NovelToon NovelToon

The Sister

Bab 1

Lila dengan sekuat tenaga menahan rintihannya saat Keinya sedang bertanya.

"Mamih, aku sedang tidak enak badan. Aku ingin istirahat setelah sholat. Jadi bolehkah aku sholat sendiri saja?"

Keknya dengan cepat menaruh tangannya di kening Lila. "Sayang, apa kau pusing?" tanya Keinya.

"Hanya sedikit, Mamih."

"Sebentar, Mamih akan mengambilkan Obat untuk mu." Saat Keinya akan turun dari ranjang. Tanpa sengaja, selimut yang dipakai Lila untuk menutupi lukanya melorot. Naasnya Keinya langsung bisa melihat tangan melepuh yang disembunyikan Lila.

"Ya Allah, Lila!" teriak Keinya yang kaget saat melihat luka melepuh ditangannya. Bahkan luka itu sedikit mengembung dan mengeluarkan nanah.

"Ma-mamih, aku tidak apa-apa," ucap Lila saat Keinya memegang tangannya dan meniup tangan Lila.

"Kenapa kau tidak bilang jika kau terluka, Sayang," ucap Keinya. Dia langsung berlari mencari kotak obat.

"Auh, auh. Mamih perih," keluh Lila saat keinya mulai mengoleskan salep."

"Katakan, pada mamih. Kenapa kau bisa terluka?" tanya Keinya setelah memakaikan salep. Lalu Keinya meniup tangan Lila agar salep itu cepat mengering.

"Maaf, Mamih. Tadi aku hanya ingin membuat mih rebus. Aku takut papih marah jika papih tau aku memakan mih," jawab Lila dengan tertunduk. Dia terlalu takut untuk menatap Keinya.

"Dengar, Mamih! Mulai saat ini, jika kau ingin sesuatu tapi takut pada papih. Katakan pada Mamih, Mamih akan membuat semua makanan yang kau mau. Dan mulai saat ini Mamih tak ingin melihatmu berada di dapur. Kau mengerti?"

Lila mengangkat kepalanya. Dia tersenyum dan mengangguk.

"Mamih, a-aku lapar. Bisakah mamih membuatkan ku mih rebus. Aku sangat ingin memakannya," pinta Lila dengan malu-malu.

Keinya tersenyum. "Setelah sholat, mamih akan membuat mih dan menyuapi mu. Mamih akan menelpon guru mu dan meminta ijin untuk kau libur sekolah."

°°°°

"Apa anak-anak sudah tidur, Sayang?" tanya Bram saat Keinya masuk ke kamarnya. Dia membawa teh hijau untuk suaminya. Keinya masih nekat ingin memiliki anak kembali. Dia bahkan memberanikan diri membeli obat prangsang agar suaminya terbuai dan menumpahkan di dalam. Ini kesempatan bagus untuknya. Dia belum memakai lagi alat kontrasepsinya dan juga sedang dalam masa subur.

"Mereka sudah tidur. Minumlah, Papih!" titah Keinya yang memberikan cangkir teh hijau pada Bram.

"Sayang, taruh saja disitu! Aku akan meminumnya setelah aga dingin," jawab Bram. Dia berusaha mati-matia agar tidak tertawa. Hidup selama 6 tahun bersama Keinya membuat Bram tau bagaimana sipat Keinya. Keinya akan terus berusaha agar keinginannya terpenuhi. Termasuk tentang memiliki seorang anak lagi.

Bram tau, istrinya menaruh obat prangsang diminumannya. Karena tau jika istrinya takan menyerah. Bram pun diam-diam memperhatikan Keinya. Bahkan Bram bisa menebak saat Keinya kekeh ingin membuatkannya teh hijau.

Setelah menaruh gelas teh hijau diatas nakas, Keinya berjalan ke walk in Closet.

Dia membuka lemari dan mengambil lingerie yang super sexy.

"Kau pasti akan lupa, papih," ucap Keinya yang merasa puas karena berpikir rencananya akan berhasil.

Namun, Kening Keinya mengkerut saat keluar dari walk in closet. Dia heran saat tak melihat suaminya di manapun. Tapi, Keinya tersenyum saat teh hijau yang sudah dicampur obat prangsang telah kosong.

Karna suaminya tak kunjung kembali. Keinya pun memakai gaun tidur panjang untuk menutupi tubuh yang hanya memakai lingerie.

Keinya tak menemukan suaminya dimana pun.

Mata Keinya membulat sempurna saat melihat ternyata suaminya tengah lari di tridmil. Keinya menelan ludah saat melihat Bram dengan pakaian olahraga yang mencetak tubuh atletisnya.

"Aku ingin menggodanya, tapi kenapa malah aku yang tergoda," gerutu Keinya saat melihat tubuh sexy suaminya.

"Papih, kenapa kau olahraga dimalam hari!" teriak Keinya sambil menghentakan kakinya.

Bram yang mendengar teriakan istrinya langsung berhenti. Dengan gerakan slow motion, Bram mengelap keringat dilehernya. Lagi-lagi Keinya harus menelan ludah saat melihat betapa berkarismanya Bram dalam kondisi apapun.

"Sayang, tubuh ku terasa tak enak jadi aku memutuskan untuk berolahraga. Kau kembalilah kekamar aku akan menyusulmu sebentar lagi!" titah Bram dengan menahan tawa saat melihat istrinya yang marah. Menurutnya sangat lucu jika melihat Keinya sedang marah dan sedang kesal.

Keinya menyangka jika obat prangsang yang diberikan tengah bekerja hingga Bram memutuskan berolahraga. Keinya lebih memilih untuk menunggu suaminya dan duduk disofa.

Bram kembali melanjutkan olaraganya. Setengah jam kemudian, Bram melihat kearah sofa. Dia tersenyum saat melihat istrinya tengah tertidur.

Dengan perlahan, Bram mendekat dan beronjongkok. Dia menyelipkan rambut istrinya kebelakang telinga Keinya.

Bram tersenyum saat melihat wajah istrinya yang sedang tertidur. Dia merasa amat bersyukur bisa hidup dan menjalani rumah tangga denga Keinya yang sangat amat mengerti dirinya.

Dengan perlahan Bram menggendong Keinya ala bridal style. Saat Bram sudah berjalan ternyata Keinya terbangun dari tidurnya.

"Papih, kau sudah selesai?" tanya Keinya sambil menautkan tangannya keleher suaminya.

"Aku sudah selesai," jawab Bram sambil tersenyum.

"Kau tidak merasakan ada yang aneh ditubuh mu?" tanya Keinya yang merasa heran saay melihat suaminya biasa saja.

Seketika Bram menghentikan langkahnya, dia menatap lekat-lekat istrinya.

"Memangnya ada apa denganku?"

Seketika Keinya gugup. Dia bahkan tak berani melihat Bram.

"Seharusnya kau menaruh lebih banyak obat diminumanku," ucap Bram. Dia langsung tergelak dan melanjutkan langkahnya.

"Ka-kau tau aku memasukan obat?" tanya Keinya terbata-bata.

"Mana mungkin ak ...." Perkataan Bram terputus saat Keinya menciumnya.

Keinya yang malu akan kelakuannya langsung menutup Bram dengan mulutnya. Tentu saja Bram meladeni kelakuan istrinya dengan senang hati.

"Seharusnya kau tak perlu memakai obat, tanpa obat pun aku selalu tergoda denganmu," ucap Bram ketika selesai berciuman. Dia membaringkan tubuh istrinya diranjang. "Tunggu sebentar, aku akan mandi dulu," ucap Bram lagi.

Namun, Keinya tak melepaskan tangannya dari leher Bram. "Bolehkah aku mandi bersama mu," jawab Keinya sambil mengerlingkan matanya.

Bram tersenyum, kemudian dia menggendong kembali istrinya dan berjalan kearah kamar mandi.

Bab 2

Namaku Bramantyo Aksen hendrayan.

Sekilias tentang hidupku.

Aku adalah anak tunggal, masa kecil ku tidak terlalu baik. Aku bahkan bisa dibilang anak yang tidak diinginkan oleh ibuku.

Ibuku pergi saat aku lahir, dan aku hanya tumbuh dengan ayah. Ayahku mendidiku dengan keras dan itu membuat ku jadi orang yang amat tertutup.

Saat usiaku 11 tahun, aku bertemu dengan dua anak kecil yang mungkin saat itu usianya berumur 5 tahun.

Saat itu aku memberanikan diri untuk keluar rumah. Karena biasanya aku hanya berdiam diri tanpa tau dunia luar. Dan naasnya saat aku keluar, ada anjing yang mengejarku dan saat aku ketakutan ada dua orang anak kecil yang menyelamatkan ku.

Dan disitulah kami mulai dekat. Aku yang tertutup dengan orang lain bisa sedikit membuka diri dengan mereka.

Kami berada di komplek prumahan yang sama, hingga kami sering menghabiskan waktu bersama.

Bella dan Hana namanya. Wanita yang menurutku mempunyai sipat sangat unik. Persahabatan kami terjalin hingga kami dewasa.

Dan saat aku menginjak usia 33 tahun. Aku menemukan tambatan hati. Seorang suster asal Malaysia yang bernama Mutiya April Ghaisani.

Aku selalu terluka saat aku ke Malaysia untuk mengejar seseorang dan selalu berakhir dirukah sakit. Dan Tya lah yang selalu merawatku.

Benih-benih cinta mulai tumbuh diantara kami. Kami berpacaran secara jarak jauh. Saat rindu tak terbendung, tekadku telah bulat untuk menjadikan Tya sebagai istriku.

Dunia ku sempurna saat penghulu menyatakan kami sah sebagai sepasang suami istri. Aku amat bahagia kala dia sudah sah menyandang nama belakang ku.

Tapi, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Malam pertama, malam yang seharusnya menjadi malam terindah bagi pengantin baru, tapi berbeda dengan ku. Aku harus menerima kenyataan pahit kala aku mengetahui bahwa aku bukan yang pertama bagi istriku.

Seketika kebahagiaan yang kurasakan sirna, hanya ada pertanyaan demi pertanyaan. Pertanyaan dengan siapa dia melakukannya sebelum dengan ku. Bagaimana pergaulannya sebelum dengan ku. Tapi, pertanyaan itu hanya ku simpan untuk diri sendiri.

Sebagai lelaki yang selalu menjaga diri tentu aku kecewa. Namun, rasa cintaku padanya terlalu besar hingga aku berusaha untuk memendam kekecewaan sendiri tanpa pernah bertanya tentang apa yang berkecamuk dibenaku.

Aku memboyong keluargaku ke London, dan lahirlah putri kecil diantara kami yang aku beri nama Zalila Aksen Hendrayan.

Tya melakukan tugasnya sebagai istri dan sebagai ibu dengan baik. Hingga sikapnya berubah setelah aku memberi prusahaan untuk dia kelola.

Dia tak pernah perduli lagi pada Lila dan padaku. Dia mulai sibuk dengan dunianya. Dan sampai usia putriku berumur 10 tahun pun dia tidak berubah.

Saat Lila sering mengeluh kesepian, aku mendengar anak dari sahabatku yang akan kuliah di London, dan aku meminta sahabatku yang tak lain adalah Bella untuk menyuruh putrinya tinggal dirumah ku.

Keinya namanya, saat pertama kali aku menjmputnya di bandara, aku begitu takjub akan kecantikannya. Sebagai seorang pria normal walau tak lagi muda, jantung ku merasakan debaran aneh saat menatap matanya.

Setelah Keinya tinggal dirumah kami, aku sebagai lelaki normal merasakan hal yang berbeda ketika dekat dengannya. Semakin aku menyangkal prasaan ku padanya semakin sulit pula menghapus bayang-bayangnya.

Mungkin aku gila karena mencintai anak sahabatku. Aku bahkan mencuri ciuman pertamanya. Tapi, bukankah cinta tak mengenal usia?

Namun, tak lama aku sadar, bahwa walaupun aku mulai mencintainya. Aku menyadari bahwa kami tak mungkin bersama, mengingat mana mungkin sahabatku mengijinkan putrinya menikah dengan lelaki yang berumur.

Perlahan aku menjauhinya. Dan saat aku menjauhinya. Aku mengetahui bangkai yang disembunyikam oleh istriku.

Ternyata dia berselingkuh dengan lelaki lain, dan yang tak kalah membuatku terkejut adalah ternyata Lila bukan putri kandung ku.

Tak ada rasa sakit atau kecewa saat mengetahui istriku berselingkuh. Mungin karena rasaku padanya telah terkikis habis. Dan soal Lila, aku memang terkejut ketika mengetahu dia bukan darah daginku. Namun, aku menyayanginya dan tak rasa sayangku tak berkurang walau sudah mengetahui yang sebenarnya.

Setelah urusanku dengan Tya selesai. Aku mulai mengejar Keinya, dan tanpa diduga dia pun membalas prasaan ku. Dia bahkan langsung setuju ketika aku mengajaknya menikah padahal umur kami terpaut 27 tahun.

Kami pun menjalin hubungan. Namun sayang, hubungan kami tak bertahan lama. Bella dan Aska yang tak lain orang tua Keinya mengetahui hubungan kami. Seperti yang diduga, mereka tak setuju dengan hubungan kami. Aku pun terpaksa mundur.

Dan setelah kami putus, aku tak bisa menghilangkan dia dari otaku. Hingga aku selalu mengikutiny secara diam-diam.

Tanpa terduga saat dia pulang dari kuliahnya, aku melihat dia sedang di seret seseorang Tanpa pikir panjang aku langsung mengikutinya. Ternyata dia diculik oleh kerabat orang tuanya karena dendam masa lalu.

Dengan tangan kosong aku menghajar semua pengawal yang menunggu diluar, aku tak perduli nyawaku. Yang aku pikirkan adalah bisa menyelamatkan wanita yang aku cinta. Setelah aku tertusuk pisau dan tak sadarkan diri. Sayup-sayup aku mendengar suara Aska. Aku bersyukur, walau aku sekarat tapi Keinya selamat.

Aku tak berharap banyak, bahkan aku rela jika aku tak selamat. Tapi, takdir berkata lain, aku selamat dan bangun kembali setelah mengalami koma beberapa jam.

Dan saat aku membuka mata. Aku mendengar bahwa Bela sudah merestui hubungan kami.

Dan beberapa minggu kemudian, kami resmi menikah.

Bahagia? tentu saja aku bahagia. apalagi melihat kedekatan istriku dengan Lila.

Aku bahagia saat melihat istriku bisa menjadi ibu yang baik bagi Lila, menyayangi Lila sekalipun istriku tau bahwa Lila bukan putri kandungku.

Tibala detik-detik menegangkan. Apalagi jika bukan malam pengantin. Aku tersenyum saat melihatnya menunduk. Aku tau dia sedang gugup. Walau bagaimana pun ini pertama kali untuknya.

Aku duduk disampingnya dan menggenggam tanggannya. Aku tak memaksa agar memberikan hak ku, dan aku akan menunggu sampai dia siap.

Tapi, diluar dugaan, dia berkata siap untuk menjalani kewajibannya sebagai seorang istri. Tentu saja aku tak menunggu waktu lama untuk menerjangnya.

Tak perlu diceritakan lagi bagaimana rasanya. Tentu saja aku bahagia karena menjamah tubuh istriku yang masih suci. Kebahagian yang tak pernah aku rasakan saat dengan istri pertamaku kini aku bis rasakan bersama wanita muda yang paling cantik dan kini dia menjadi istriku. Dialah Keinya Zachary Abraham. Wanita yang dulu selalu memanggil ku uncle, wanita yang dulu aku anggap sebagai keponakan ku. Namun, sekarang wanita itu amat berarti dihidupku.

Dia rela mengabdi padaku, meninggalka cita-citanya, meninggalkan hobinya hanya untuk mengurusku dan putriku. Bahkan dia rela kesakitan, merasa tak nyaman karena mengandung putri kembarku. Dan inilah aku lelaki yang jauh dari kata sempurna. Namun, kehidupan ku amat sempurna bersama istri dan ketiga putri cantiku.

Bram pov End.

"Kau akan sakit, Sayang. Kenapa kau mengikuti mandi?" tanya Bram. Saat ini mereka sedang berendam di bathub. Keinya membelakani Bram sedang Bram memeluk Keinya dari belakang, dia menaruh kepalanya di pundak Keinya. Tentu saja mereka sudah melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan.

"Aku ingin membuat mu tergoda malah aku yang tergoda oleh mu," ucap Keinya. Dia menoleh kesamping untuk mencium bibir suaminya.

"Kau tak akan pernah bisa melawanku, Sayang. Aku lebih pintar dari mu," jawab Bram dengan terkekeh.

Keinya mencebik, mendengar jawaban suaminya. Ya, dia memang selalu kalah telak saat akan berusaha membodohi suaminya.

Bahkan secara ajaib, suaminya tau bahwa beberapa hari lalu dia melepaskan alat kontrasepsinya.

"Papih, kau belum menjawab pertanyaan ku, dari mana kau tau bahwa sudah melepaskan alat kontrasepsi ku. Padahal aku sudah pergi sembunyi-sembunyi."

"Em, aku ...."

Bab 3

"Em ... Aku." Bram tampak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan istrinya.

"Aku apa?" tanya Keinya yang tak sabar mendengar jawaban suaminya.

Karena masih tak mendapat respon, Keinya pun bangkit dari duduknya dan berbalik duduk menghadap suaminya.

Keinya harus mencari tau siapa yang membocorkan rencanya. Sebab, setelah ini dia akan mencoba lagi mengelabui suaminya.

"Siapa yang memberi tau mu, Papih?" tanya Keinya lagi sambil membelai dada bidang suaminya.

Darah Bram berdesir hebat saat Keinya mulai menggodanya kembali.

Baru saja Bram akan mendekatkan wajahnya untuk mencium wajah istrinya, Keinya dengan cepat memeluk leher suaminya.

"Katakan dulu padaku, siapa yang memberi tau mu!" titah Keinya sambil berbisik membuat darah Bram semakin berdesir.

Bram menghela napas sejenak. Dia tidak bisa menolak jika istrinya menggodanya apalagi sekarang Keinya menggoda dengan melakukan lebih pada salah satu bagian tubuh Bram.

"Baiklah-baiklah. Aku menyerah," ucap Bram yang sudah tak tahan karena istrinya tengah menggodanya.

"Kau tidak akan pernah menang melawanku, Papih," ucap Keinya dengan terseyum mengejek karena berhasil membalikan ucapan suaminya. "Sekarang, katakan! dari mana kau tau!"

"Karena aku mempunyai dua mata-mata kecil yang mengawasi mu," ucap Bram sambil mencium gemas pipi istrinya.

"Dua mata-mata kecil." Kening Keinya mengkerut bingung. Dia bingung siapa mata-mata kecil yang di maksud suaminya. "Tunggu, apa jangan-jangan mereka ...." Perkataan Keinya terpotong saat tiba-tiba Bram mencium bibirnya. Dan mereka pun terlalut lagi dalam gairah cinta yang kedua kalinya.

"Papih, aku lapar. Kau sungguh menguras tenaga ku," keluh Keinya saat Keinya sedang duduk dan Bram sedang mengeringkan rambut istrinya.

"Kau ingin makan sesuatu?"

Keinya mengangguk. "Sepertinya aku ingin salad buah."

"Tunggulah, aku akan mengambilnya kedapur."

Saat Bram berjalan, dia melewati kamar putri kembarnya. Dengan perlahan, Bram membuka pintu untuk melihat Vania dan Tania. Namun, Bram dibuat kaget saat tak melihat kedua putri kembarnya.

Dengan cepat, Bram berlari kearah ruangan cctv. Setelah mencari-cari keberadaan putrinya, Bram dibuat menggeleng saat melihat kedua putri kembarnya sedang masuk kedalam kolong meja makan.

Tinggkah Vania dan Tania yang kini menginjak usia 4 tahun sungguh menggemaskan. Berbagai kelakuan aneh meraka lakukan bersama. Termasuk saat mereka pura-pura tidur saat mamih mereka membacakan dongeng. Setelah Keinya keluar dari kamar mereka, Vania dan Tania pun terbangun.

Mereka hanya pura-pura tidur untuk membohongi Keinya. Tujuan mereka adalah untuk memakan coklat. Vania dan Tania harus menunggu dua jam untuk memakan coklat yang telah mereka sembunyikan. Mereka menunggu lampu dirumah mewah Bram padam hingga Vania dan Tania bisa turun kebawah untuk menikmati coklat di kolong meja makan.

Rupanya mereka berdua sadar, bahwa Bram dan Keinya selalu memantau mereka lewat cctv ketika malam. Jadi mereka memutuskan untuk makan coklat di kolong meja makan tempat ter'aman untuk mereka menikmati hal yang mereka sukai. Bahkan saat keluar dari kamar, mereka berjalan sambil berjongkok agar tidak ketahuan.

"Tania, aku ingin satu lagi," ucap Vania sambil berbisik.

"Ini jatahku, kau sudah memakan dua," jawab Tania sambil menyembunyikan coklat kebelakang tubuhnya.

"Beri aku setengah saja, besok aku akan menggantinya," ucap Vania lagi dengan muka memelas.

"Kau bahkan tidak punya uang untuk membeli coklat, lalu bagaimana kau akan menggantinya," cibir Tania pada kaka kembarnya. Tak ingin terus di ganggu oleh Vania.Tania pun membalikan tubuhnya membelakangi Vania.

"Aku masih punya uang 100 ribu pemberian popa, beri aku coklat mu dan akan ku berikan uang ku pada mu," kata Vania. Dia benar-benar ingin kembali memakan coklat.

Mata Tania berbinar sempurna saat mendengar ucapan kaka kembarnya. Lalu rencana licik terlintas di otaknya.

Tania pun dengan segera membalikan badannya. Lalu dia memotong coklat dan diberikannya pada kaka kembarnya. "Kau harus membayar 100 ribu padaku besok," ucap Tania.

"Kau kejam sekali. Kau hanya memberiku sepotong coklat tapi kau ingin semua uang ku!" gerutu Vania yang tak terima dengan tingkah adiknya.

"Ya sudah, jika kau tak mau tak masalah," jawab Tania, kemudian dia membelakangi lagi Vania.

Vania mencebik, karena dia masih ingin memakan coklat, dia pun terpaksa harus menuruti keinginan adik kembarnya.

Sangking mereka asik berdebat, mereka tak menyadari bahwa ada seseorang yang berjalan kearah meja makan tempat mereka bersembunyi.

Bram hanya menggeleng mendengar percakapan kedua putri kembarnya. Dia sengaja menunggu Vania dan Tania keluar.

Tak lama Vania dan Tania pun selesai dengan acara makan coklat mereka.

Saat keluar dari kolong meja makan, Vania dan Tania terkejut ketika melihat papih mereka sedang bersidekap sambil menatap mereka.

"Pa-Papih," ucap mereka terbata-bata. Mereka pun langsung tertunduk.

Bram mendekat kearah mereka lalu duduk bersila di hadapan putri kembar mereka.

"Katakan pada Papih, kenapa kalian memakan coklat saat sudah malam. Kalian tau, kan, jika kalian makan coklat saat malam gigi kalian akan berlubang," ucap Bram sambil menatap putri kembarnya yang sedang menunduk.

"Maafkan, kami, Papih," ucap mereka berbarengan.

"Sebenarnya Vania Papih yang mengajak ku," ucap Tania mengarang cerita agar tak di salahkan.

Seketika Vania mengangkat kepalanya dan menatap sengit pada adiknya.

"Kau pembohong!" teriak Vania sambil menjambak rambut sang adik.

"Vania, Tania," ucap Bram.

Seketika mereka menghentikan pertengkaran mereka.

Sekarang ayo kembali kekamar dan sikat gigi kalian," ucap Bram. Bram pun bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan kedua putrinya.

Bram dengan telaten membantu kedua putri kembarnya saat menyikat gigi dan ritual lain sebelum tidur. Tak lupa dia membacakan dongeng hingga Vania dan Tania tertidur.

Bram menepuk jidatnya saat melupakan pesanan istri kecilnya. Dengan cepat, Bram kembali kedapur untuk mengambil salad. Namun, Sebelum kembali kekamar, Bram masuk kedalam kamar Lila untuk melihat putri sulungnya.

Saat masuk kedalam kamar, Bram kembali menggeleng, ternyara istrinya tertidur di sofa.

Dengan perlahan Bram mengangkat tubuh istri kecilnya untuk membaringkannya di ranjang.

"Papih, kau lama sekali, aku sungguh lapar," ucap Keinya yang terbangun saat Bram menggendongnya.

"Maafkan aku, Sayang. Sekarang bangunlah aku sudah mengambilkan salad untuk mu!" titah Bram setelah Keinya berbaring di ranjang.

"Suapi, aku!" titah Keinya sambil memejamkan matanya.

Karena mengantuk tapi perutnya terasa lapar, Keinya pun makan sambil memejamkan matanya. Bram hanya terkekeh geli saat melihat tingkah istrinya. Dan Keinya tak lagi membuka mulut saat suapan terakhir karena sudah tertidur pulas.

Bram benar-benar tak bisa menahan tawanya saat melihat tingkah istrinya yang sangat unik.

"Kau selalu membuatku jatuh cinta setiap hari," ucap Bram sambil mengelap mulut istrinya yang sedikit blepotan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!