Di sebuah kamar yang cukup besar seorang pemuda sedang menyisir rambutnya di depan cermin.
" Udah cakep " ucapnya tersenyum puas.
Dia adalah Satria Bimantara. Seorang pemuda asal Kalimantan yang baru saja pindah ke Jakarta mengikuti orang tuanya. Satria memiliki tubuh yang atletis dengan tinggi 180 cm. Ia selalu melatih dirinya dan selalu berolahraga raga karena cita-citanya dari kecil untuk menjadi anggota polisi.
Hari ini adalah hari pertama Satria bersekolah di sekolah barunya. Ia sekarang berusia 18 tahun dan duduk di kelas 3 SMA.
Satria adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ia anak dari pasangan Arif Bimantara dan Wulandari. Kakak Satria adalah perempuan bernama Aulia Puspasari. Ia sudah menikah dan juga tinggal di Jakarta.
" Adek, ayo turun sarapan " teriak Bunda Wulan yang tak lain adalah ibu dari Satria.
" Iya Bun " jawab Satria.
Satria pun langsung keluar dari kamarnya dan turun menuju meja makan. Di sana sudah ada sang ayah yang sedang membaca koran.
" Pagi, Ayah, Bunda " ucap Satria lalu duduk untuk sarapan.
" Pagi Sayang " jawab Bunda Wulan.
" Pagi " jawab Ayah Arif.
Bunda Wulan pun langsung menyiapkan sarapan untuk Ayah Arif dan Satria. Tak lupa juga untuk dirinya sendiri.
Satria memakan dengan lahap nasi goreng buatan Bunda Wulan yang sangat lezat untuknya.
" Makasih sarapan yang sangat enak ini Bunda. Satria berangkat dulu. Takut telat " ucap Satria setelah menghabiskan susunya.
" Hati-hati ya, Sayang. Bawa motornya jangan ngebut-ngebut " ucap Bunda Wulan.
" Iya Bunda " jawab Satria.
" Ingat jangan buat masalah di sekolah baru kamu. Jangan buat ayah dan bunda malu. Belajar yang benar " ucap Ayah Arif.
" Iya Ayah. Satria berangkat dulu " pamit Satria lalu mencium tangan kedua orang tuanya.
" Assalamualaikum " ucap Satria.
" Walaikumsalam " jawab Ayah Arif dan Bunda Wulan.
Satria menaiki motor maticnya untuk menuju sekolah. Ia lebih suka menggunakan motor matic daripada motor gede seperti teman-temannya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, akhirnya Satria sampai di sekolah baru dimana ia akan menimba ilmu. Sekolah baru Satria merupakan sekolah negeri favorit. Beruntung Satria adalah anak yang pintar sehingga mudah masuk sekolah tersebut.
Satria memarkirkan motornya di parkiran khusus siswa. Setelah itu ia akan mencari ruang kepala sekolah untuk mengetahui ia akan ditempatkan di kelas mana.
Saat Satria memasuki sekolah tersebut cukup banyak siswa yang memperhatikannya. Mungkin karena ia siswa baru dan ada juga yang terpesona dengan ketampanannya. Satria memilik wajah yang tampan, kulit kuning langsat dan tubuh yang bagus sehingga banyak gadis yang menyukainya.
Satria cukup kebingungan saat mencari ruangan kepala sekolah. Ia pun memutuskan bertanya pada salah satu siswa yang ia temui.
" Aku tanya dia aja kali " ucap Satria menghampiri seorang siswa yang sedang membawa sejumlah buku.
" Permisi " ucap Satria pada siswa itu.
Siswa yang name tag Raka Kusuma itu pun menoleh pada Satria.
" Iya, ada apa? " tanya Raka mengernyitkan dahinya.
" Bisa tolong tunjukkan dimana ruang kepala sekolah " ucap Satria.
" Oh, ruang kepala sekolah lurus aja nanti ada ruang paling ujung " jawab Raka.
" Terima kasih " ucap Satria tersenyum.
Raka pun menganggukkan kepalanya.
" Siswa baru ya? " tanya Raka karena ia belum pernah melihat Satria sebelumnya.
" Iya. Kalo begitu aku permisi " jawab Satria.
Raka menganggukkan kepalanya lagi.
Satria pun segera pergi ke ruang kepala sekolah sesuai petunjuk dari Raka. Tak butuh waktu lama Raka pun menemukannya. Satria mengetuk beberapa kali pintu ruangan tersebut.
" Masuk " terdengar suara seseorang dari dalam.
Satria pun membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam ruangan tersebut.
" Permisi, Pak " ucap Satria pada kepala sekolah.
Bapak kepala sekolah itu mendongak melihat ke arah Satria setelah sibuk dengan dokumen di tangannya.
" Kamu Satria Bimantara ya, siswa pindahan dari Kalimantan? " tanya Pak Kepala Sekolah yang bernama Pak Rudi itu.
" Iya Pak " jawab Satria.
" Ah iya, selamat bergabung di sekolah ni ya Satria " ucap Pak Rudi mengulurkan tangannya pada Satria.
Satria tersenyum membalas uluran salam dari Pak Rudi.
" Mari, saya antar kamu ke ruang guru. Nanti wali kelas kamu yang akan mengantar kamu ke kelas " ucap Pak Rudi pada Satria.
" Baik, Pak " jawab Satria.
Satria dan Pak Rudi pun berjalan beriringan menuju ruang guru.
Sesampainya di ruang guru terlihat para guru sedang bersiap untuk pergi ke kelas masing-masing.
" Pak Haikal " panggil Pak Rudi pada salah satu guru yang masih cukup muda.
Guru yang bernama Pak Haikal itu pun menghampiri Pak Rudi dan Satria.
" Iya Pak. Ada apa? " tanya Pak Haikal pada Pak Rudi.
" Ini Satria, siswa pindahan dari Kalimantan. Ia akan bergabung dengan kelas bapak di kelas 12 MIPA " ucap Pak Rudi memperkenalkan Satria.
" Tolong Pak Haikal antar ke kelas ya " lanjut Pak Rudi.
" Baik Pak " jawab Pak Haikal.
" Kalau begitu saya permisi dulu. Satria kamu sama Pak Haikal " ucap Pak Rudi harus segera kembali ke ruangannya.
" Baik, Pak " jawab Satria.
Pak Rudi pun pergi meninggalkan ruang guru.
" Ayo Satria, saya antar kamu ke kelas " ucap Pak Haikal pada Satria.
" Iya Pak " jawab Satria.
Satria dan Pak Haikal langsung menuju kelas 12 MIPA 2. Tak butuh lama mereka pun sampai di kelas tersebut.
Pak Haikal memasuki kelas tersebut diikuti oleh Satria di belakangnya.
" Selamat pagi, anak-anak " ucap Pak Haikal pada siswa-siswanya.
" Pagi Pak " jawab mereka semua.
" Baiklah anak-anak, kita kedatangan murid baru pindahan dari Kalimantan. Silahkan perkenalkan diri kamu " ucap Pak Haikal memberitahu siswa-siswanya.
Satria pun maju satu langkah dan menatap teman sekelasnya.
" Selamat pagi semua. Perkenalkan nama saya Satria Bimantara. Saya pindahan dari Kalimantan. Mohon bantuannya teman-teman semua " ucap Satria memperkenalkan diri.
" Baik, Bapak kira cukup. Nanti kalian bisa berkenalan langsung dengan Satria. Sekarang Satria kamu duduk di kursi kosong di sebelah Raka " ucap Pak Haikal.
" Baik Pak " jawab Satria.
Kemudian Satria pergi menuju kursi yang ditunjukkan Pak Haikal.
" Jangan ribut dan tunggu guru lain masuk " ucap Pak Haikal pada siswa-siswanya.
" Baik, Pak " jawab mereka semua.
Satria duduk di sebelah Raka. Ia tidak mengira orang akan satu bangku dengan Raka.
" Kamu yang tadi kan? " tanya Satria pada Raka.
" Iya. Perkenalkan nama aku Raka " ucap Raka mengulurkan tangannya.
" Aku Satria " jawab Satria menerima uluran tangan Raka.
" Semoga kita bisa jadi teman ya " ucap Raka.
Satria pun menganggukkan kepalanya.
Saat sedang mengobrol bersama Raka, tiba-tiba ada seorang gadis yang menghampiri mereka.
" Hai, kenalin aku Alisa " ucap gadis bernama Alisa tersenyum centil mengulurkan tangan.
" Satria " jawab Satria menerima uluran tangannya.
" Aku harap kita bisa deket ya " ucap Alisa.
Satria hanya tersenyum tanpa membalas ucapan Alisa.
Satria kurang suka dengan Alisa yang centil dan penampilan yang menurutnya kurang sopan dengan rok terlalu pendek dan baju yang ketat.
" Hust, sana jangan ganggu " ucap Raka mengusir Alisa.
" Apa sih lo " ucap Alisa sewot.
Tapi saat melihat ke Satria ia kembali menunjukkan senyum centilnya.
" Aku duduk lagi ya, Satria " ucap Alisa pada Satria.
Satria hanya diam dan tidak menjawab. Alisa kembali ke kursinya.
" Hati-hati sama cewek ganjen itu " ucap Raka pada Satria.
" Gak tertarik juga " jawab Satria cuek.
Pelajaran di hari itu pun segera dimulai setelah guru yang memiliki jadwal hari itu memasuki kelas. Kebetulan hari itu jam pertama adalah mata pelajaran matematika. Satria sangat fokus memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh guru, hingga ada sebuah suara yang mengalihkan perhatiannya.
" Permisi, Pak " ucap seorang gadis.
" Dari mana kamu Kinara? " tanya guru itu pada gadis yang ia panggil Kinara.
Kinara Larasati, gadis cantik dengan tubuh yang proporsional. Ia adalah gadis yang pintar dan sederhana. Kinara juga termasuk gadis yang ceria. Tapi sayang, dia selalu menutup hatinya untuk laki-laki karena gagal mengejar cinta pertama sehingga ia takut bila cintanya bertepuk sebelah tangan lagi.
" Saya dari ruang OSIS, Pak " jawab Kinara.
" Ya sudah, silahkan duduk " ucap guru tersebut.
" Baik, Pak " jawab Kinara.
Kinara pun beranjak pergi menuju mejanya yang berada tepat di depan Satria.
Satria terus memperhatikan Kinara. Jantungnya berdegup kencang saat pertama kali melihat Kinara. Ia tidak menyangka bahwa ia akan bertemu Kinara, cinta pertamanya saat kecil dulu. Ia benar-benar tak menyangka itu adalah Aranya.
" Kenapa? " tanya Raka saat melihat Satria terus menatap Kinara.
" Eh, enggak papa " jawab Satria tersadar.
Satria memegang dadanya. Jantungnya tak mau untuk kembali berdetak normal.
" Eh Ra, ni ada murid baru. Kenalan dong " ucap Raka pada Kinara.
Kinara pun langsung menoleh ke belakang.
" Hmm oh iya. Sorry aku gak ngeh tadi " ucap Kinara karena baru menyadari keberadaan Satria.
" Kenalin, aku Kinara" lanjut Kirana mengulurkan tangannya pada Satria.
" Satria " balas Satria.
" Semoga betah ya sekolah disini " ucap Kirana tersenyum.
" I-iya " jawab Satria gugup.
Jujur saja Satria masih menyukai Ara di masa kecil yang berarti Kinara yang ada di depannya saat ini. Ia kira Kinara masih tinggal di Surabaya tapi malah ia bertemu cinta pertamanya itu di Jakarta.
Waktu terus berlalu hingga akhirnya waktu pulang sekolah pun tiba.
" Kamu langsung pulang, Ra? " tanya teman Kinara yang bernama Elsa.
" Iya. Mau bantu mama bikin kue. Banyak pesenan buat besok soalnya " jawab Kinara.
" Oke, aku duluan ya. Mau ke toko buku dulu " ucap Elsa lalu pergi meninggalkan kelas.
Kinara pun segera pergi ke parkiran untuk mengambil motor maticnya. Saat berada di parkiran ia melihat Satria tepat berada di samping motornya. Kinara menaiki motornya lalu melajukannya untuk pulang. Ia sempat tersenyum pada Satria.
Tak butuh waktu lama Kinara sudah sampai di rumahnya yang sederhana. Memang jarak rumahnya dan sekolah tidak terlalu jauh.
Kinara melepaskan sepatunya lalu masuk ke dalam rumah.
" Assalamualaikum " ucap Kinara.
" Walaikumsalam " jawab sang mama dari dapur.
Kinara adalah anak pertama dari pasangan Santi dan Lukman. Ia memiliki satu adik perempuan bernama Alina yang sekarang masih sekolah dasar. Keluarga Kinara merupakan keluarga yang sederhana. Ayah hanya seorang guru dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Mereka membuka usaha kue kering yang ibunya produksi di rumah. Walaupun belum memiliki toko kue, tapi pelanggan mereka cukup banyak.
" Papa belum pulang, Ma? " tanya Kinara.
" Belum. Katanya ada rapat " jawab Mama Santi yang sedang membuat kue.
" Adek?" tanya Kinara lagi.
" Adek kamu main ke rumah temannya " jawab Mama Santi.
" Ya sudah, Ara ganti baju dulu habis itu bantuin mama buat kuenya " ucap Kinara pada Mama Santi.
Kinara akan dipanggil Ara oleh keluarga dan orang-orang yang sudah sangat dekat dengannya.
" Gak usah, Ra. Kamu istirahat aja " tolak Mama Santi karena putrinya itu baru saja pulang sekolah.
" Udah gak papa, Ma " ucap Kinara.
Kinara pun pergi ke kamarnya dan berganti baju dengan baju rumahan. Celana pendek dan kaos over size adalah baju ternyaman baginya untuk di rumah.
" Mana yang harus Ara bantuin, Ma? " tanya Kinara setelah mengganti bajunya.
" Kamu masukkan kue-kue itu ke dalam oven dan jangan biarkan sampai gosong. Mama mau masak untuk makan malam " ucap Mama Santi.
" Oke, Ma " jawab Kinara.
Kinara pun langsung mengerjakan apa yang dikatakan mamanya. Kinara memasukkan kue-kue itu ke dalam oven lalu mengangkat jika sudah matang sampai semuanya selesai saat menjelang magrib.
" Sudah selesai, Ra? " tanya Mama Santi setelah menyiapkan makan malam di meja makan.
" Sudah, Ma " jawab Kinara yang baru saja selesai merapikan toples berisi kue.
Tak lama terdengar suara sang adik yang baru pulang bermain.
" Alina kok baru pulang sih. Sudah hampir magrib lo ini " ucap Kinara pada adiknya.
" Seru tadi mainnya, Kak " jawab Alisa.
" Alina cepat mandi sebelum papa pulang nanti kamu kena marah Papa lo. Sebentar lagi Papa pulang " ucap Mama Santi.
" Iya Ma " jawab Alina langsung berlari ke kamar mandi.
Benar saja, tidak lama setelah Alina masuk kamar mandi Papa Lukman pun pulang.
" Assalamualaikum " ucap Papa Lukman.
" Walaikumsalam " jawab Kinara dan Mama Santi.
Kinara dan Mama Santi pun mencium tangan Papa Lukman.
" Mau minum teh dulu, Pa? " tanya Mama Santi.
" Papa mau mandi dulu, Ma. Gerah banget ini " jawab Papa Lukman.
" Mama siapin airnya dulu " ucap Mama Santi.
" Ra, buatin Papa teh ya " lanjut Mama Santi pada Kinara.
" Iya Ma " jawab Kinara.
Papa Lukman dan Mama Santi pun pergi ke kamar mereka. Sedangkan Kinara membuat secangkir teh untuk papanya dan meletakkan di meja makan.
Kinara pergi untuk mandi setelah Alina menyelesaikan mandinya. Rumah mereka yang tidak terlalu besar sehingga hanya ada dua kamar mandi yang berada di dekat dapur dan kamar utama yaitu kamar Papa Lukman dan Mama Santi.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, Kinara bergegas menunaikan shalat magrib karena azan sudah berkumandang dari masjid yang tak jauh dari rumahnya.
" Kak, ayo makan malam " ucap Alina dari balik pintu.
" Iya Dek. Sebentar " jawab Kinara.
Kinara pun langsung merapikan peralatan shalatnya dan keluar dari kamarnya untuk makan malam bersama. Kebiasaan mereka makan bersama terutama untuk sarapan dan makan malam.
Kinara duduk di sebelah adiknya. Ia mengambil makanan untuk dirinya sendiri setelah kedua orang tuanya. Mereka pun makan malam dengan tenang.
" Gimana sekolah kalian tadi? " tanya Papa Lukman.
Papa Lukman selalu menanyakan itu setelah makan malam. Ia harus selalu menanyakan hal-hal kecil seperti itu agar anak-anaknya juga selalu terbuka kepadanya.
" Seru Pa. Tadi Alina main sama temen asik banget " jawab Alina.
" Jangan main terus. Ingat belajar juga " ucap Papa Lukman.
" Iya pa " jawab Alina.
" Kamu gimana, Ra? " tanya Papa Lukman pada Kinara.
" Baik kok, Pa " jawab Alina.
" Baguslah. Kalian sekolah yang bener-bener. Banggakan Papa dan Mama " ucap Papa Lukman lagi.
" Iya Pa " jawab Kinara dan Alina bersamaan.
Setelah membantu Mama Santi membereskan bekas makan malam, Kinara pergi ke kamarnya untuk belajar sambil menunggu waktu isya.
Di malam yang sama tapi di tempat yang berbeda, Satria masih terus memikirkan Kinara, cinta pertamanya yang baru bertemu kembali setelah sekitar lima tahun.
" Aku bisa gila kalo gini. Aku harus deketin dia. Dia harus jadi pacar aku. Eh, bukan pacar tapi istri aku " ucap Satria tersenyum karena terus terbayang wajah cantik Kinara.
Satria kembali mengingat pertemuan pertamanya dengan Kinara di Kalimantan lima tahun yang lalu. Satria langsung menyukai Kinara saat pertama kali melihatnya. Kinara adalah sepupu dari sahabatnya.
Flashback on
Satria yang berumur 12 tahun saat itu sedang asik bermain bersama sahabatnya yang bernama Rendi.
" Aku harus pulang cepet hari ini. Sepupuku datang dari Surabaya dan akan berlibur disini. Jadi aku harus nemenin dia " ucap Rendi pada Satria.
" Wah, pasti akan seru kalau ada temen baru. Boleh gak aku ikut kamu sekalian kenalan sama sepupu kamu " ucap Satria merasa senang akan mendapatkan teman baru.
" Ya udah. Ayok ke rumahku sekarang " ajak Rendi.
Satria dan Rendi pun menaiki sepeda mereka masing-masing dan pergi menuju rumah Rendi.
Saat sampai di sana, ternyata sepupu Rendi baru saja tiba. Satria dan Rendi pun menghampiri mereka.
" Ara " teriak Rendi memanggil sepupunya.
Gadis yang akan beranjak remaja itu menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
" Rendi " teriak gadis itu juga.
Gadis kecil itu adalah Kinara.
" Cantik banget " ucap Satria pelan saat melihat Kinara.
Kinara kecil langsung berlari memeluk Rendi sepupunya. Mereka memang sangat dekat apalagi umur mereka yang tidak terpaut jauh.
Saat Kinara dan Rendi sedang melepaskan rindunya setelah hampir setahun tidak bertemu, mata Satria tak berkedip melihat Kinara.
Kinara kecil begitu cantik dengan rambut hitam panjang dan poni di dahinya membuat Satria terpesona saat itu.
" Satria, kenalin ini sepupu aku Ara " ucap Rendi membuat Satria tersadar.
Kinara tersenyum pada Satria. " Hai, aku Kinara. Aku biasa dipanggil Ara sama orang terdekatku. Karena kamu sahabatnya Rendi kamu juga boleh panggil aku Ara " ucap Kinara pada Satria.
" Aku Satria, sahabatnya Rendi " ucap Satria tersenyum.
Sejak hari itu mereka bertiga pun sering bermain bersama. Satria pun semakin menyukai Kinara yang ceria dan murah senyum.
" Bunda, aku suka sama Ara " ucap Satria pada Bunda Wulan.
Bunda Wulan pun terkejut mendengarnya.
" Ara sepupunya Rendi? " tanya Bunda Wulan.
" Iya Bun " jawab Satria.
" Kamu ini masih kecil. Nanti sukanya kalau kamu udah besar aja " ucap Bunda Wulan pada sang putra.
" Tapi sekarang Satria udah suka, Bun " ucap Satria.
" Ya udah. Kalo cuma suka gak papa " ucap Mama Wulan lalu pergi ke dapur.
Setelah Bundanya pergi, Satria pun juga pergi ke rumah Rendi untuk menemui Kinara. Tapi malah ia mendengar bahwa besok Kinara dan kedua orang tuanya akan kembali ke Surabaya.
" Kamu beneran mau pulang besok? " tanya Satria pada Kinara.
" Iya. Aku harus pulang ke Surabaya. Libur semester sudah habis " jawab Kinara.
" Tapi Ara, aku masih mau main sama kamu " ucap Satria sedih.
" Mungkin di lain waktu kita bisa ketemu lagi. Entah aku yang berlibur ke sini atau kamu yang ke Surabaya " ucap Kinara.
Satria terdiam. Dia tidak ingin berpisah dengan Kinara karena ia sangat menyukainya.
" Ara, aku suka sama kamu " ucap Satria tiba-tiba.
Kinara yang duduk sampingnya langsung menoleh.
" Kita masih kecil, Satria. Kamu belum boleh suka sama aku " ucap Kinara pada Satria.
" Tapi aku udah suka sama kamu Kinara " jawab Satria.
" Tunggu kita besar dulu Satria. Kita harus fokus belajar sekarang " ucap Kinara.
" Aku harus pulang Satria. Besok aku berangkat pagi ke bandara " lanjut Kinara berdiri dari duduknya.
Mereka memang sekarang berada di taman dekat rumah Satria.
" Tunggu aku besar Ara, aku bakal jadiin aku istri aku nanti " ucap Satria saat melihat Kinara mulai menjauh.
Kinara tersenyum pada Satria lalu melanjutkan jalannya.
Keesokkan harinya, Satria sudah berada di rumah Rendi karena ingin bertemu Kinara sebelum ia dan kedua orang tuanya pergi ke bandara.
" Satria, aku pulang ya. Sampai bertemu lagi " ucap Kinara pada Satria sebelum ia pergi.
" Jangan lupain aku ya, Ra " ucap Satria.
" Aku usahakan ya " jawab Kinara tersenyum.
" Dadah " lanjut Kinara memasuki mobil yang akan mengantarnya.
Setelah hari itu Satria terus menunggu kedatangan Kinara tapi ia tak pernah datang lagi. Kabar pun ia tidak tahu karena Rendi pun jarang berbicara tentang Kinara.
Satria pun mulai berusaha melupakan cintanya pada Kinara, Satria fokus belajar dan berlatih untuk bisa masuk akademi polisi.
Flashback off
" Tapi kayaknya Ara gak inget sama aku " ucap Satria sambil menatap langit-langit kamarnya.
" Tapi bukannya keluarganya di Surabaya. Kenapa bisa di Jakarta sekarang? " lanjutnya.
Satria pun mencari ponselnya untuk menghubungi Rendi menanyakan tentang Kinara.
Tak lama panggilan telepon itu terhubung.
" Halo " ucap Satria saat panggilan itu sudah terhubung.
" Halo Bro. Udah kangen aku ya? " tanya Rendi dari sebrang sana sambil sedikit tertawa.
" Dih, amit-amit ya " jawab Satria merasa geli dengan ucapan sahabatnya.
" Oke, kalo kamu gak kangen. Gimana Jakarta? " tanya Rendi pada Satria.
" Ya gitulah macet " jawab Satria.
Setelah cukup basa-basi dan menanyakan kabar, Satria langsung menanyakan tentang Kinara.
" Ren, kenapa gak bilang kalau Ara ada di Jakarta dan kamu selama ini gak pernah cerita tentang dia?" tanya Satria pada Rendi
" Oh, Ara. Kamu ketemu sama Ara? " tanya balik Rendi.
Rendi memang tahu Satria menyukai Ara dulu. Ia tidak pernah bercerita tentang Ara karena mengira Satria telah melupakannya.
" Jawab pertanyaanku dulu " ucap Satria ingin segera mengetahui tentang pujaan hatinya itu.
" Oke-oke. Ara memang pindah ke Jakarta saat masuk SMA. Dia pindah ke Jakarta karena neneknya meninggal jadi mereka sekarang tinggal di rumah peninggalan neneknya " ucap Rendi memberitahu.
" Terus kenapa aku gak pernah cerita ke kamu tentang Ara itu karena aku kira kamu udah lupain Ara jadi ya gak mau aku ngungkit lagi nanti malah kamu gamon lagi " lanjut Rendi.
" Gantian jawab pertanyaan aku sekarang. Kamu ketemu Ara? " tanya Rendi.
" Iya, aku ketemu Ara. Kami sekelas, tapi kayaknya Ara gak inget aku " jawab Satria.
" Terus kamu gimana sekarang? " tanya Rendi lagi.
" Aku mau kejar cinta dia lah. Aku masih suka sama dia. Aku gak bisa lupain dia, Ren " jawab Satria.
" Aku sih dukung aja. Tapi aku gak tau ya Ara udah punya pacar atau belum " ucap Rendi.
" Dia gak boleh punya pacar. Dia harus jadi milik Satria Bimantara " ucap Satria tidak terima.
" Haha, oke-oke. Ya udah aku mau tidur capek. Selamat berjuang mengejar cinta Ara ya " ucap Rendi lalu mematikan sambungan telepon itu.
Satria meletakkan ponselnya di atas nakas lalu ia naik ke tempat tidur.
" Oke, sekarang aku harus tidur. Besok aku mulai misi mengejar cinta pertamaku. Ara kamu harus jatuh cinta sama aku " ucap Satria tersenyum.
Akhirnya Satria pun mulai menutup matanya dan berharap bertemu Kinara dalam mimpinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!