Hujan turun begitu deras hingga membuat pandangan mata Faaz yang sedang mengendarai sepeda motor Rx-king berwarna merah kesayangan nya terpaksa memilih menepi untuk berteduh sejenak.
"Kok berhenti di sini mas?" tanya seorang wanita berparas cantik yang duduk diboncengan belakang sepeda motor Faaz.
"Hujan nya terlalu deras untuk di tempuh Ra, aku takut akan berbahaya karna jarak pandang jadi terbatas! Kita berteduh di sini saja dulu ya!" Faaz menjawab pertanyaan sang kekasih.
"Oh begitu! Ya baiklah kalau begitu, aku sih ikut aja gimana kata kamu mas!" kata Izora menjawab dengan nada bicara nya yang lembut dan manja.
Faaz dan Izora adalah sepasang kekasih. Mereka adalah bentuk nyata dari pacar lima langkah. Faaz dan Izora merupakan tetangga sekampung. Jarak rumah mereka tidak begitu jauh. Mereka saling jatuh hati dan sudah menjadi sepasang kekasih sejak mereka masih duduk di bangku sekolah SMA.
"Eh mas ini rumah kosong bekas rumah nya bidan desa kan ya?!" tanya Izora kepada Faaz yang tengah sibuk mengotak-atik hp nya.
"Iya Ra, memang nya kenapa? Kamu takut juga sama rumah ini hanya karna mitos yang beredar? Jangan kuno deh!" kata Faaz sambil menatap hangat kearah wajah sang kekasih yang basah kuyup.
"Enggak kok! Malah aku mau ajak kamu masuk aja ke dalam sambil nunggu hujan nya berhenti! Soal nya aku dingin banget mas dari tadi" kata Izora sedikit menggigil.
Faaz menatap kasihan kearah sang kekasih yang memang telah basah kuyup dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Merasa tak tega melihat kondisi Izora membuat Faaz pun langsung membawa Izora masuk ke dalam
Faaz membawa Izora untuk duduk di sebuah sofa tua berwarna coklat yang sudah usang dan berdebu karna sudah lama terbengkalai.
" Zora! Kamu mau kemana? Ngapain masuk ke dalam situ? Di sini aja!" Faaz sedikit meneriaki Zora yang berjalan masuk ke dalam sebuag ruangan yang seperti nya itu adalah ruang periksa atau ruangan penangan pasien dulu.
Zora tak menghiraukan perkataan Faaz, kaki nya terus melangkah masuk ke dalam ruangan itu tanpa ragu. Zora masuk ke dalam ruangan itu dan ia langsung merebahkan tubuh mungil nya yang basah keatas sebuah kasur yang ada di dalam ruangan itu.
"Zor kamu kenapa? Kok tidur di situ? Kamu baik-baik aja kan?" tanya Faaz mengkhawatirkan kekasih hati nya.
"Mas sini deh! Baring di samping aku, aku dingin banget mas! Nggak kuat deh aku mas!"kata Izora lirih memanggil Faaz agar segera menyusul nya berbaring.
Sedikit ragu-ragu namun meski dengan langkah kaki perlahan, Faaz berjalan menghampiri Zora yang sudah terlihat terkulai tak berdaya menahan rasa dingin di tubuh nya.
Faaz menatap kearaj Izora, tanpa berkata apa-apa Faaz langsung membuka satu persatu kancing baju kemeja putih yang di gunakan nya hingga terlihatlah dada nya kotak-kotak dan sedikit berbulu tipis.
Sayup-sayup Izora melihat Faaz yang sudah bertelanjang dada dihadapan nya. Alih-alih terkejut atau merasa malu, Izora malah tersenyum tipis sambil mengulurkan tangan nya sebagai isyarat bahwa ia meminta Faaz segera memeluk tubuh nya.
Faaz pun langsung menuruti permintaan Izora. Faaz berbating disamping Izora, ia meletakan kepala Izora di lengan kanan nya dan memeluk Izora dengan erat dalam pelukan dada nya yang hangat.
"Apa sekarang masi dingin?" tanya Faaz sambil memeluk erat tubuh Izora.
"Hhmmmm.... Iya masih dingin mas" jawab Izora lirih.
Perlahan Izorapun melepaskan kancing-kancing kemeja yang digunakannya hingga terlihat sebuah Bra berwarna pink membungkus dua gunung yang terlihat putih dan kenyal.
"Kenapa di buka? Kata nya dingin?" tanya Faaz yang gugup melihat aksi yang dilakukan kekasih nya itu.
Tidak menjawab apa-apa Izora langsung menempelkan badan nya yang kini tak lagi berbaju kedada Faaz yang lebar dan berbidang.
"kalau begini baru hangat mas! Kamu peluk nya yang kuat dong mas, biar semakin hangat aku!" kata Izora lirih sambil memeluk erat Faaz yang terdiam kaku seketika.
Gemuruh hujan turun semakin deras diiringi dengan hembusan angin yang kencang membuat suasana diantara Faaz dan Izora semakin menjadi-jadi.
Tidak ada sepetah kata pun yang keluar dari mulut kedua nya. Izora begitu menikmati kebersamaan nya dengan Faaz. Izora terus mencumbui dada Faaz yang kekar dan berbulu tipis.
Jari-jari lentik nya terus menggeliat di tubuh Faaz. Faaz yang terbawa suasana tak mampu berkata-kata, ia terhanyut oleh suasana yang tercipta.
Tak kuasa menahan serangan dari Izora Faaz menarik sehelai seprai putih yang ada di samping tubuh Izora dan langsung menutupi tubuh mereka dengan seprai berwarna putih itu.
Faaz membalas yang dilakukan Izora dengan mengecup hangat kening Izora. Kedua nya semakin hanyut oleh suasana hangat yang tercipta.
Baik Faaz atau Izora kini hanya tersisa pakaian dalam yang masih menempel di tubuh mereka masing-masing. Alih-alih kedingin kini kedua nya merasakan kehangatan yang maha dahsyat.
Faaz terus mencumbui bibir tipis Izora yang berwarna pink. Izora tak kuasa menahan serangan balik dari Faaz, Izora begitu menikmati setiap sentuhan yang diberikan Faaz kepada tubuh nya.
Seolah siap menyerahkan segala nya Izora memejamkan kedua mata nya dan hanya diam menikmati nikmatnya sentuhan dari kumis tipis Faaz yang menyentuh leher nya dengan lembut.
Kini birahi Faaz semakin menjadi seakan sudah tak lagi tertahan.Faaz mulai melepaskan Bra yang masih lengket menutupi gunung indah milik Izora. Izora semakin senang dan tersenyum kepada Faaz yang sudah terbakar birahi nya.
"Aku sayang banget sama kamu mas! Ayo mas kita satukan cinta kita agar semakin dalam hingga tak ada satu orang pun yang mampu memisahkan kita mas!" bisik Izora ditelinga Faaz.
Kini Izora tak mampu menahan kenikmatan yang dirasakan nya ketika Faaz mulai menyentuh uting dari kedua dada nya dengan bibir nya. Faaz kini menjelma menjadi seeokor singa jantan yang tengah kehausan dibawaha deraian huja deras.
Izora merasa sudah cukup bermain-mainnya dan kini ia menginginkan kenikmatan yang sesungguh nya dari Faaz.
"Ayo mas lakukan! Kamu tunggu apa lagi? Aku sudah siap sejak lama!" bisik Izora dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal karna diri nya kini merasa sedang terbang melayang.
Mendengan perkataan Izora, Faaz langsung menghentikan apa yang dilakukan nya. Faaz menjatuhkan tubuh nya di samping tubuh Izora.
Faaz terdiam sambil menatap langit-langit rumah tempat ia dan Izora berada saat itu. Izora menjadi heran melihat perubahan sikap Faaz yang begitu tiba-tiba. Izora memeluk tubuh Faaz dan menyandarkan kepala nya ke atas bahu Faaz.
"Ada apa mas? Kenapa berhenti? Apa aku ada salah bicara tadi?" tanya Izora penasaran.
"Bukan! Hanya saja kita salah Zor! Apa yang kita lakukan ini salah! Harus nya kita tidak berbuat sejauh ini!" kata Faaz dengan raut wajah yang berubah penuh rasa bersalah.
"Salah mas? apa nya yang salah? Aku cinta kamu dan begitu pula kamu sebalik nya kan? Terus dimana letak salah nya mas?" tanya Izora dengan nada bicara yang terdengar sedikit kesal.
"Iya justru itu Ra! Kita saling mencintai dan kita nggak boleh melakukan itu semua sebelum kita menjadikan hungungan kita halal dimata Allah Ra! Karna itu akan menjadi penghinaan untuk cinta kita yang suci Ra" jawab Faaz menjelaskan atas sikap nya kepada Izora.
Suasana diantara nya seketika menjadi hening tanpa suara. Hanya suara deras nya hujan yang terdengar di dalam ruangan yang mereka tempati saat itu.
"Ada apa?" Tanya Faaz yang terkejut melihat Zora bangun dari posisi tidur nya.
Zora langsung bergegas bangun dan menggunakan kembali pakaian nya. Tanpa berkata sepatah katapun Zora langsung berjalan ke luar ruangan dan meninggalkan Faaz seorang diri di sana.
Faaz terkejut dengan sikap Zora. Faaz langsung bergegas menggunakan pakaian nya dan langsung berlari keluar menyusul Zora.
"Zora! Hey! Tunggu aku! Kamu mau kemana? Hujan nya masih sangat deras!" Teriak Faaz dari teras rumah kosong itu melihat Zora yang berjalan di tengah deras nya hujan yang turun.
Zora tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh Faaz. Zora bahkan tidak berpaling ke arah belakang untuk melihat Faaz yang terus-menerus meneriaki nama nya.
Merasa dirinya tak dihiraukan oleh Zora, Faaz langsung memutuskan untuk menyusul sang kekasih. Faaz segara menghidupkan sepeda motor nya untuk menyusul Zora yang sudah terlihat jauh berjalan.
Faaz mencapai Zora yang sedang berjalan dengan langkah seribu nya. Zora telah basah kuyup, namun kelopak mata nya terlihat memerah dan air mata nya berderai seakan ingin mengalahkan deras nya guyuran hujan turun saat itu.
Merasa dirinya tak di gubris sama sekali oleh Zora, akhir nya Faaz turun dari sepeda motor nya dan langsung menarik lengan Zora untuk menghentikan langkah nya.
"Hey! Ada apa? Bicara sama aku! Kenapa kamu tiba-tiba seperti semarah ini Ra?" Tanya Faaz kepada Zora.
"Kamu nanya sama aku mas? Kamu nanya ada apa? Bukan nya tadi kamu sendiri yang bilang mas kalau aku udah menghina hubungan kita karna apa yang udah aku minta lakuin tadi?" Kata Zora berteriak kepada Faaz ditengah deras nya hujan.
"Iya memang aku bilang begitu tadi, tapi maksut ku adalah aku nggak mau menikmati apa yang seharus belum menjadi hak ku, aku mencintai kamu dan aku nggak mau melakukan sesuatu yang akan merugikan mu suatu saat nanti" jawab Faaz mencoba memberikan penjelasan kepada Zora.
"Halah bulsyit!! Omong kosong mas! Aku muak sama semua ini, aku muak sama keadaan hubungan kita! Aku muak sama mami ku yang sampai detik ini masih kekeh nggak menginzinkan kita menikah, ntah apa alasan nya! Dan yang paling buat aku muak adalah sikap kamu yang terlalu lurus dan pasrah! Kamu nggak berani memperjuangkan aku, memperjuangkan hubungan kita!" Cecar Zora lagi dengan emosi nya yang semakin berapi-api.
"Aku kurang berjuang apa buat kamu Ra? Kurang apa aku buat kita? Buat hubungan kita? Aku selalu saja mendatangi mami mu untuk berusaha dan memohon agar dia bisa mengizinkan kita menikah! Tapi kalau sampai saat ini mami mu masi tidak merubah keputusan nya, apa itu salah ku? Aku harus bagaimana lagi Ra baru kamu percaya dengan kesungguhan ku?!" Jawab Faaz dengan air mata yang mulai jatuh dari sudut kelopak mata nya yang sipit.
"Bener kamu nanya mas? Bener? Kalau gitu kamu dengar ya jawaban ku! Jawaban aku masi sama, aku minta kamu hamilin aku agar mau nggak mau, mami nggak punya jalan lain selain menikahkan kita! Gimana? Bisa kamu mas ngelakuin itu untuk aku?" Kata Zora dengan nada bicara yang ketus dan tatapan mata yang begitu tajam.
Bagaikan suara petir yang menggelegar, mendengar apa yang dikatakan Zora membuat Faaz terdiam tanpa kata. Faaz benar-benar tidak menyangka dengan apa yang akan dikatakan Zora.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!