NovelToon NovelToon

Dijodohkan Dengan Senior Kejam?

Eps 1. Pertemuan Pertama

Hi! Aku Rin Ayu Pramana, dulunya aku adalah seorang anak CEO kaya dari Bogor... Ya dulu, sekarang perusahaan papaku sudah gulung tikar, hingga kami harus pindah ke Jakarta.

Kata papaku di Jakarta ada seorang Pengusaha yang mau memberikan dana usaha untuk menghidupkan kembali perusahan keluarga kami, tapi aku tak tau siapa dia, lalu apakah mungkin dia mau memberikan nya dengan percuma?

Sekarang aku dan keluargaku sudah tinggal di Jakarta, setelah lulus SMA aku pun terpaksa untuk kuliah disini, padahal aku sudah sepakat dengan sahabat-sahabatku untuk kuliah di tempat yang sama.

Berbaur dengan tempat yang baru bukanlah hal sulit untuk ku, aku dapat berbaur dengan mudah, bahkan dimana pun itu. Hanya saja aku takut jika mendapatkan dosen, atau senior yang menjengkelkan di universitas baru ku nanti, terlebih lagi aku tidak akan langsung memiliki teman disana bukan?

......................

"Rin maafkan papa ya, kamu harus kuliah di tempat yang tidak kamu inginkan," ucap pak Pramana ayah Rin.

"Ya tidak apa-apa pa, tapi sebenarnya siapa sih orang yang katanya mau memberikan dana usaha ke kita? Apakah dia memberikan sebuah syarat?" ucap Rin yang masih penasaran

"Ada sayang, tapi sebaiknya kamu tidak perlu tau dulu ya, nanti kamu pasti akan tau juga," balas Pak Pramana.

Rin yang masih penasaran itu pun terpaksa memendam rasa penasarannya, kemudian dia melanjutkan sarapan nya, dan karena ini adalah hari pertama dia kuliah, setelah selesai sarapan Rin langsung bergegas untuk berangkat ke universitas nya agar tidak terlambat.

Sebenarnya Rin masuk kuliah sedikit terlambat dari hari yang seharusnya, itu semua karena masih banyaknya urusan yang harus dia selesaikan di Bogor.

Rin telat masuk beberapa hari hingga akhirnya dia tidak mengikuti Ospek di kuliah nya tersebut, hal ini membuat salah satu panitia penyelenggara Ospek kesal, karena Rin tidak masuk di hari pertama bahkan sampai ospek selesai.

......................

Rin menyelesaikan kelas nya dengan baik-baik saja, bahkan keahlian berkomunikasinya yang baik itu membuat Rin sudah memiliki teman walau belum terlalu dekat.

Lalu saat Rin ingin pergi ke kantin ada segerombolan pria dengan satu wanita diantara mereka menghadang jalan Rin.

"Maaf ada apa ya?" tanya Rin sopan karena dia tau sebagai mahasiswi baru dia harus bisa menjaga sikap, apalagi jika itu adalah seniornya.

"Loh gk tau siapa kita? Ya jelaslah! Loh mahasiswi baru yang gak masuk di hari pertama itu kan? Bahkan loh gak ikut ospek sama sekali," ucap seorang wanita yang ada di gerombolan pria itu.

Dengan suara cempreng dan gaya mentel nya, sebenarnya Rin ingin tertawa dan mengatakan "Dasar pick me," tapi dari kata-kata si wanita itu Rin tau bahwa dia adalah seniornya, sehingga Rin menahan dirinya untuk mengatakan hal tersebut.

"Maaf kak, saya waktu itu tidak masuk karena masih ada urusan di Bogor. Saya juga sudah izin secara resmi ke kampus ini, kampus ini mengizinkan saya, dan kampus ini pun mengatakan saya tidak perlu mengikuti Ospek ulang," balas Rin masih secara sopan.

Wanita tersebut diam, tapi salah seorang pria yang ada disampingnya membuka suara. Jujur, wajah pria itu adalah tipe ideal Rin.

"Luh baru izin sama universitas, belum ke gue. Jadi gue mau luh patuhi perintah gue!" ucap cowok itu datar, tapi terdengar cool dan tegas

"Maaf tapi kakak siapa ya? Emangnya kakak ada hak apa buat memerintah aku?" balas Rin yang mulai kesal.

"Rin jaga mulut loh!" ucap seorang wanita secara tiba-tiba yang kemudian dia langsung menarik tangan Rin untuk menjauh dari para senior itu.

Dan ternyata wanita itu adalah Gita, teman satu jurusan nya Rin yang baru saja dia kenal hari ini.

"Emangnya dia siapa sih Git? Kok dia mau semena-mena gitu sama gue? Dia pikir gue gk bakal ngelawan gitu?" ucap Rin dengan kesal

"Gue yakin kalau luh tau siapa dia luh gk bakal mau ngelawan dia!" balas Gita dan membuat Rin semakin bingung.

"Dia itu kak Raditya Angga Surya, anak dari Pak Surya pemilik saham terbesar di Universitas ini, dan kalau loh cari masalah sama kak Radit, loh sama aja cari masalah sama satu sekolah ini, bahkan termasuk dosen yang ada disini! Dan kalau itu semua udah terjadi gue jamin masa-masa indah loh di kuliah akan pudar," lanjut Gita menjelaskan.

"Apa?! Jadi sekarang nasib gue gimana Git?" ucap Rin dengan wajah yang mulai panik.

"Saran gue sih sebaiknya loh minta maaf sama kak Radit, terus luh turutin aja kemauannya," jawab Gita

"Tapi kalau gue malah di bully gimana dong? Temenin gue ya Gita buat minta maaf," ucap Rin memelas dengan muka sok polosnya

"Aduh Rin, maaf banget nih. Kalau masalah lain sih gue bisa bantu, apalagi luh teman baru gue, tapi kalau ini? Aduh Rin sorry gue juga takut," balas Gita lalu berlalu pergi meninggalkan Rin

Saat Rin yang ditinggalkan Gita masih bingung dan termenung, tiba-tiba suara datar yang pernah dia dengar sebelumnya kembali berbicara.

"Udah cukup diskusinya?" Ucap suara itu. Rin yang terkejut pun langsung berbalik dan melihat bahwa Radit lah yang berada di belakangnya, tapi kali ini Radit sendiri.

"Ahhh... I–itu, a–anu kak," ucap Rin yang panik dengan nada bicara yang sudah gugup.

"Kak Radit aku benar-benar minta maaf karena gk tau siapa kakak, dan bahkan aku sempat ngelawan kakak, aku bener-bener gk tau kak, a-aku mau kok nurutin perintah kakak selagi itu masih bisa aku lakuin." Rin berbicara dengan cepat dan bergetar, bahkan dia tak berani untuk menatap Radit sama sekali.

"Luh udah tau nama gue? Dari siapa?"

"Teman kak..."

"Hmm... Oke, gue bakal maafin luh, tapi setelah luh jadi babu gue selama seminggu ini, luh harus ikutin semua hal yang gue suruh apapun itu! Sebelum, dan sesudah kelas di mulai loh harus temui gue!" Ucap Radit dengan dinginnya.

"Seminggu kak? Tapi bukannya Ospek cuma 2 hari ya? Kok saya dihukum seminggu?" Balas Rin dengan sedikit kesal.

"Luh mau ngelawan? Ingat luh dihukum bukan di Ospek! Kalau luh gk setuju gue bakal—" Ucapan Radit langsung terpotong oleh Rin yang dengan cepat mengatakan setuju, karena Rin takut jika kata-kata yang tak menyenangkan keluar lagi dari mulut si senior kejam itu.

Setelah itu Radit pun pergi meninggalkan Rin, segera Rin kembali ke kelasnya karena pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. Sesampainya di kelas, Gita langsung menanyakan kepada Rin tentang kelanjutan masalahnya.

"Jadi gimana Rin nasib loh sama kak Radit?" tanya Gita menghampiri dengan wajah penasaran nya.

"Luh tega ya Gita tinggalin gue sendiri! Luh tahu nggak tadi gue udah panas dingin banget ngomong sama Kak Radit, coba aja ya gue bisa ngelawan udah gue penyek-penyek in itu mukanya," balas Rin yang sangat kesal.

"Hehe sorry ... Udah deh luh jangan ngedumel lagi, nanti ada yang cepu loh!" ucap Gita menakut-nakuti, Rin yang mendengar itu pun langsung terdiam karena takut terkena masalah yang lebih besar lagi.

Hari pertama kuliah Rin pun dilewati dengan cukup tidak menyenangkan, terlebih lagi besok dia harus siap untuk menjadi babu sih senior kejamnya itu.

Sesampainya di rumah Rin menceritakan hal yang tak menyenangkan ini kepada papanya, namun ketika mendengar nama Raditya Angga Surya sedikit senyum melintas di wajah papa Rin, ada apa sebenarnya?

Eps 2. Waktu Hukuman

Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela Rin segera membangunkan Rin dari mimpi indahnya. Rin merenggangkan kedua tangannya lalu berlalu pergi ke kamar mandi.

Semalaman Rin sudah memikirkan tentang hari ini, tentang hal tidak menyenangkan apa yang akan dia lakukan untuk melayani senior yang dia tak sukai itu.

Rin mempersiapkan dirinya dengan wajah yang murung, bahkan di meja makan pun dia sering melamun.

Setelah sarapan Rin bergegas untuk berangkat kuliah, mulai hari ini dan seminggu ke depan Rin memang harus datang lebih awal, karena Radit akan memanggil, dan menyuruh nya sebelum dan sesudah mata kuliah selesai.

...*Di Kuliahan*...

Saat Rin turun dari mobilnya, Rin melihat ada banyak mahasiswi yang mengelilingi sebuah mobil Lamborghini yang berada di depan mobilnya. Rin pun ikut melihat siapa yang akan keluar dari mobil mewah itu.

Betapa terkejutnya Rin saat tau yang keluar dari mobil itu adalah Radit, orang yang tak ingin Rin jumpai secepat ini. Tanpa sadar, sorot mata Radit yang tajam menangkap keberadaan Rin.

"Cepat bawain tas gue!" titah Radit yang langsung membuat Rin sadar bahwa perkataan itu untuk dirinya, secara reflek Rin segera menghampiri Radit dan mengambil tas yang ada ditangan Radit.

Radit pun berjalan melewati kerumunan tersebut menuju ke kelasnya, sayup-sayup Rin mendengar bisikan mahasiswi-mahasiswi di sekitar mereka itu tentang dirinya.

"Dia siapa? Kok dekat banget sama kak Radit!"

"Dia anak baru yang jadi babu nya kak radit ya?"

Ya begitulah kira-kira bisikan mereka, mahasiswi yang sudah tau tentang masalah Rin dengan Radit bersikap biasa saja, justru mereka senang melihat Rin menjadi bawahan Radit. Namun lain halnya dengan mereka yang belum tau, mereka malah cemburu karena Rin bisa sedekat itu dengan pria idaman mereka semua.

Tapi Rin tidak peduli dengan apa kata orang-orang di sekitarnya tersebut, karena saat ini satu-satunya orang yang harus dia khawatirkan adalah dirinya sendiri.

Radit berjalan menuju ke kelasnya sementara Rin mengikuti dari belakang, jujur Rin sangat kesal karena tas milik Radit sangat berat. Tapi ya dia tak bisa melakukan apapun.

Sesampainya di kelas Radit, seorang wanita yang pernah Rin temui menghampiri Radit dan langsung menggandeng tangannya.

"Ayanggg.. kok kamu deket-deket sama anak baru ini sih? Terus ngapain dia pegang-pegang tas kamu?!" ucap wanita itu dengan manja.

"Maaf kak, bukan saya yang mau, tapi kak Radit sendiri yang nyuruh saya buat ngebawain tasnya," sahut Rin dengan kalem, tapi dalam hatinya Rin benar-benar sudah jijik melihat wanita di depannya itu, jangankan untuk melihatnya, mendengar suara nya yang cempreng saja Rin sudah malas.

"Ada 2 hal yang harus luh tau. Pertama, apa yang dikatakan Rin itu benar, gue yang nyuruh dia. Kedua, stop manggil gue ayang! Kita gk ada hubungan sama sekali!" Balas Radit kesal, tapi ya dengan wajah datarnya itu agak sulit terlihat, Radit pun melepaskan genggaman si wanita itu.

"Ihhh ayang kok kamu tega gituin aku sih? Yaudah aku tau kamu pasti masih malu-malu kan? Oke deh kalau gitu, aku pergi dulu, bye ayang!" ucap wanita tersebut masih dengan lebay nya, kemudian dia pun berlalu pergi.

Melihat tingkah wanita itu, dan wajah Radit yang terkadang terlihat jijik membuat Rin tertawa kecil, Radit yang mendengar tawa itu langsung menatap Rin dengan tajam.

"Peraturan pertama, saat luh di dekat gue, luh cuma boleh ngelakuin hal yang gue suruh, kalau gue gk nyuruh itu berarti luh gk boleh ngelakuin hal tersebut, termasuk berbicara ataupun tertawa!" ucap Radit dengan tatapan tajamnya.

Lagi-lagi Rin ingin melawan, tapi pikiran nya selalu mengatakan untuk jangan pernah mencari masalah lagi.

......................

Kelas Rin pun akan segera dimulai dalam beberapa menit lagi, Rin segera meletakkan tas Radit di mejanya kemudian izin untuk pergi ke kelasnya.

Dikelas Rin berusaha untuk fokus ke pelajaran agar dia bisa melupakan kekesalannya, karena ulah Radit dan wanita yang masih tak dia ketahui namanya itu.

Tapi naasnya mata kuliah yang satu ini adalah mata kuliah yang paling Rin tak sukai, hingga dia terus gagal fokus dan kembali memikirkan nasibnya yang malang tersebut.

Setelah 3 jam berlalu akhirnya kelas Rin selesai, Rin ingin segera kabur ke toilet agar tak perlu bertemu Radit, tapi ternyata Radit sudah menunggu dengan manis di bangku koridor depan ruangan Rin.

Suara Radit yang muncul tiba-tiba pun langsung mengangetkan Rin, "Sekarang loh ikut gue ke kantin."

"Loh kak? Sejak kapan disitu?" ucap Rin kaget.

"Gue ada nyuruh luh ngomong? Gue cuma nyuruh luh buat ikut gue ke kantin!" balas Radit dengan judes kemudian berlalu menuju kantin dan meninggalkan Rin dibelakangnya. Rin pun mengikuti Radit dengan terpaksa.

Sesampainya di kantin Radit langsung duduk di bangku kosong, melihat dari bentuk meja dan bangku itu Rin langsung tau kalau sepertinya itu adalah tempat khusus untuk Radit, maklum Radit adalah orang paling kaya disekolah itu.

Radit pun menyuruh Rin untuk duduk disampingnya, lalu kemudian dia menyuruh Rin untuk memesan makanan dari menu yang ada, tapi Rin tak melakukannya.

"Luh boleh bicara sekarang," ucap Radit karena melihat raut wajah Rin yang sudah ingin bersuara dari tadi.

"Huft ... Kak ini maksudnya apa sih? Tadi kak Radit tuh nyebelin banget tau, nyuruh aku bawa tas, perintah-perintah gk jelas. Lah sekarang kenapa tiba-tiba jadi baik?" ucap Rin yang akhirnya mengeluarkan kekesalan nya.

"Gk usah geer deh luh! Gue cuma gk mau lu sampai gk ada tenaga kalau gue perintah ini itu nanti, jadi lebih baik luh makan sekarang!" titah Radit yang langsung membuat Rin terdiam dan sedikit kecewa.

"Gue pikir ada sifat romantis nya nih orang, ternyata senior satu ini 100% kejam yaaa!" gumam Rin dalam hatinya.

Rin pun memilih salah satu makanan yang ada di daftar menu tersebut, Rin memilih menu yang paling murah karena setelah keluarga nya bangkrut dia tau kalau dia harus berhemat. Lain halnya dengan Rin, Radit justru memilih banyak menu makanan yang harganya sangat mahal.

Beberapa saat kemudian pesanan mereka pun datang, Rin segera menyantap makanannya, sementara Radit hanya terdiam dan entah apa yang dia lihat.

"Kak, dimakan dong makanannya, kasian tau makanannya kalau sampai dibuang, malah pesannya banyak banget lagi," ucap Rin yang memperhatikan Radit dari tadi.

Radit hanya terdiam dan bahkan tak menyahuti perkataan Rin. Rin yang bingung kemudian menghentikan makannya dan menatap Radit.

"Kak, kakak sakit?" tanya Rin mulai panik setelah memperhatikan wajah Radit yang terlihat pucat.

Radit masih terdiam, tatapan matanya kosong, wajahnya pucat, bibirnya sedikit kering, dan tangannya terlihat sedikit gemetar.

Rin yang panik pun segera mendekatkan dirinya ke Radit, dan tiba-tiba saja Radit pingsan kepangkuan Rin. Sontak Rin segera meminta bantuan yang lain untuk membawa Radit ke UKS.

Karena kelas sudah mau di mulai Rin memutuskan untuk kembali ke kelasnya, dan dia meminta kepada suster yang bertugas di UKS tersebut agar menjaga Radit.

Eps 3. Apa Yang Terjadi?

4 jam berlalu dan kelas terakhir Rin hari ini telah usai. Rin pun segera memutuskan untuk ke UKS dan melihat Radit.

Rin berpikir bahwa saat dia ke UKS akan ada banyak orang di sana, karena yang Rin tau Radit adalah orang yang populer.

Tapi sesampainya di UKS Rin tidak menemukan siapapun, bahkan suster yang Rin minta untuk menjaga Radit sudah tidak ada di sana.

"Kak, udah mendingan?" sapa Rin sembari berjalan pelan ke arah ranjang Radit. Dengan lemas Radit langsung menyuruh Rin untuk duduk disampingnya.

"Kak aku boleh tanya? Kok teman-teman kakak gk ada disini, juga sih cewek itu," tanya Rin yang bingung.

"Mereka udah kesini tadi, tapi gue udah usir mereka," jawab Radit dingin tanpa melihat Rin.

"Kok gitu sih kak? Kak kita itu manusia, makhluk sosial! Kita gk bisa hidup tanpa orang lain, jadi kak Radit gk boleh kayak gitu!" Ucap Rin dengan nada kesal.

"Sekarang loh nasehatin gue? Loh gk tau apa-apa Rin, jadi lebih baik loh diam! Atau mendingan sekarang loh pergi dari sini!" bentak Radit dan membuat Rin kaget.

"Oke aku memang nggak tahu apa-apa Kak, kakak juga nggak pernah cerita kan, terus aku salahnya di mana? Kak Radit yang egois tapi malah nyalahin orang lain!" balas Rin dengan nada yang sama tingginya.

Dengan sangat kesal Rin pun keluar dari UKS tersebut, dan meninggalkan Radit sendiri. Lalu Rin memutuskan untuk langsung pulang kerumahnya. Dia sudah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi dengan Radit lagi.

Sesampainya di rumah, Pramana langsung menyambut anaknya itu. Melihat wajah Rin yang kesal, dengan penasaran Pramana menanyakan apa yang terjadi. Rin pun menceritakan tentang kejadian di UKS tadi.

Setelah mendengar cerita Rin seketika Pramana kaget. Dia pun mengambil ponselnya dan segera menghubungi seseorang. Tak banyak yang dibicarakan di telpon. Tapi Rin tau bahwa orang dibalik telpon itu adalah seseorang yang mengenal Radit, karena orang tersebut terdengar panik ketika mendengar Radit pingsan.

"Sayang, kamu tetap dirumah saja ya, papa ada urusan," ucap Pramana setelah memutuskan telponnya, tanpa berkata lagi Pramana pun segera pergi.

Rin yang bingung dengan apa yang terjadi memutuskan untuk mengikuti Pramana secara diam-diam, karena Rin adalah tipe orang yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Sebenarnya papa mau kemana sih? Kok ini kayak ke arah kampus gue ya?" ucap Rin sambil terus mengendarai mobilnya. Rin terus menjaga jarak aman antara mobilnya dengan mobil Pramana, sehingga Pramana tidak menyadari bahwa anaknya itu mengikuti dirinya.

Benar saja dugaan Rin, mobil papanya berhenti tepat di parkiran kampusnya. Rin yang melihat papanya turun, dan pergi menuju ke dalam kampus langsung mengikuti papanya secara diam-diam.

Namun saat Rin memasuki kampus nya tersebut, dia malah sudah kehilangan jejak papanya itu.

"Duh kok papa hilang? Sekarang gue harus gimana dong," gumam Rin yang bingung.

Tiba-tiba saja seseorang mengejutkan Rin, dan Rin panik setelah tau kalau itu ternyata adalah papanya.

"Papa? I–itu ...," ucap Rin gugup

"Udah, karena kamu sudah terlanjur ada disini, jadi ayo sekalian ikut papa," balas Pramana, lalu setelah itu dia menarik tangan Rin.

"Pak Pramana!" Panggil seseorang dari arah belakang Rin dan papanya, seketika orang yang dipanggil pun berbalik badan.

"Ahh Pak Surya!" balas papa Rin.

Mendengar kata Surya seketika saja rasa bingung Rin bertambah, bukankah itu nama keluarga Radit? Sebenarnya apa yang terjadi?

Tapi Rin memutuskan untuk mengamati terlebih dahulu, dia pun mengikuti papanya sampai akhirnya tiba di depan UKS.

Seseorang yang papa Rin sebut dengan nama Pak Surya itu dengan panik langsung masuk ke dalam UKS.

Setelah masuk ke dalam UKS bukan hanya Surya yang kaget, bahkan Rin juga. Dia melihat Radit dengan wajahnya yang lebih pucat dari sebelumnya sedang tidak sadarkan diri.

"Pa sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dengan kak Radit?" tanya Rin dengan sangat panik.

"Udah sekarang kita bawa saja dulu Radit ke RS," jawab Pramana, lalu dia membantu Surya untuk membawa Radit.

...*Di rumah sakit*...

"Rin kenalin, dia Pak Surya, ayah dari Raditya," ucap Pramana yang memperkenalkan putrinya kepada Surya

"Papa kak Radit?" balas Rin lagi yang masih bingung.

"Iya benar, terimakasih ya Rin karena kamu saya tau kalau anak saya sedang ada di UKS, jika tidak mungkin sampai sekarang Radit masih ada disana," sahut Pak Surya.

"Maaf om, sebenarnya ada apa ya? Kok kak Radit bisa sampai kayak gitu? Padahal sebelum Rin pergi kak Radit udah mendingan," tanya Rin lagi.

"Gk ada apa-apa kok, Radit cuma memang lagi gk enak badan aja," jawab Surya dengan senyumnya.

Sebenarnya Rin merasakan ada yang disembunyikan, tapi dia tak punya hak untuk terus bertanya.

Beberapa saat kemudian dokter yang menangani Radit pun keluar dan mempersilahkan mereka untuk masuk.

Rin yang melihat Radit di infus sedikit tidak tega. Mungkin jika Rin tau akan terjadi hal seperti ini, dia tidak akan meninggalkan Radit sendirian di UKS.

Radit terlihat masih tidak sadarkan diri, karena azan magrib sudah berkumandang Pramana dan Surya pergi untuk sholat berjamaah di Masjid, sementara itu kini hanya Rin yang menemani Radit.

Rin hanya terdiam duduk di samping ranjang Radit, sesekali Rin melihat Radit dan berharap agar dia cepat bangun.

"Kak bangun dong, aku capek nih ngejaga in kakak," ucap Rin pelan.

Selang beberapa menit setelah Rin mengatakan hal itu, perlahan Radit pun terbangun, tangannya sedikit bergerak, matanya perlahan terbuka, Rin yang melihatnya pun tersenyum kecil.

"Kak udah baik-baik aja? Atau aku perlu panggilkan dokter?" ucap Rin dengan cepat saat Radit sudah sepenuhnya membuka matanya.

"Gue udah baik-baik aja" balas Radit lemas. Perlahan Radit melirik Rin, melihat wanita yang tadinya meninggalkan dia, kini malah ada di depannya, "Kok luh balik lagi?" tanya Radit.

"Hmm ... Aku tadi iseng aja ngikutin papa, eh ternyata papa kenal sama papanya Kak Radit, dan datang ke kampus buat bawak kak Radit ke Rumah Sakit," jawab Rin sambil menunduk.

"Makasih." Suara yang amat pelan keluar dari mulut Radit, namun telinga Rin yang tajam dengan muda menangkap nya.

"Makasih? Kak Radit bilang makasih ke aku?" ucap Rin dengan antusias. Tapi Radit tak menjawab dan hanya terdiam.

"Ya udah deh gak apa-apa, oh ya kak aku juga minta maaf ya, coba tadi aku gk ninggalin kak Radit, mungkin kak Radit gk bakal sampai pingsan gini," ucap Rin dengan penuh penyesalan. Radit membalas dengan mengangguk pelan.

"Radit kamu udah sadar nak?" Suara Pak Surya yang tiba-tiba masuk sedikit mengangetkan mereka berdua.

"Udah pa,"

"Syukurlah!"

Keluarga Radit dan Rin pun berbincang-bincang sebentar, lalu setelah itu Rin dan papanya pamit untuk Pulang karena hari sudah malam.

"Pa, ada yang papa rahasiakan dari Rin?" tanya Rin setibanya dirumah, namun pak Pramana menjawab tidak ada.

"Lalu bagaimana papa bisa kenal dengan orang tuanya Radit?" tanya Rin lagi

"Sayang, dulu papa dan papanya Radit teman semasa SMA, saat kamu menceritakan tentang senior kejam kamu di hari pertama kamu kuliah, dengan mendengar nama Surya saja papa tau bahwa dia anaknya pak Surya. Jadi tadi ketika kamu bercerita lagi bahwa Radit sedang sakit, papa langsung menghubungi pak Surya, hanya itu saja," jelas Pramana dan kemudian langsung menuju ke kamarnya.

Jujur Rin masih bingung saat ini, bagaimana tidak, dalam satu hari banyak hal yang terjadi, mulai dari Radit yang tiba-tiba pingsan sampai kenyataan bahwa papanya mengenal Pak Surya, pemilik saham terbesar di kampusnya.

Tapi akhirnya Rin tak ingin ambil pusing, dia mencoba membuat semuanya masuk akal dan berhenti memikirkan konspirasi aneh yang ada di otaknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!