NovelToon NovelToon

Trouble Maker

Bab 1

"Saya terima nikahnya Rostina Pratiwi binti Muhammad Rasyid dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" Yanto menjawab dengan mantap sambil menjabat tangan penghulu. Saat saksi berkata sah, saat itu juga Yanto dan Tina sudah resmi sebagai pasangan suami istri. Terlihat raut wajah keduanya, sepanjang hari itu tersenyum semringah.

Seminggu yang lalu, Tina sempat cekcok sedikit dengan keluarganya. Lantaran keluarga Tina tidak merestui pernikahannya dengan Yanto dan terancam batal nikah. Tina berusaha semampunya untuk meyakinkan semua keluarganya kalau Yanto adalah pria yang benar-benar tepat untuknya. Namun semua keluarganya, termasuk ibunya juga tetap pada pendiriannya. Saat itu, Tina sudah pasrah kalau pernikahannya itu batal diselenggarakan, karena Tina tidak mungkin melangsungkan pernikahan tanpa ada restu dari keluarganya, terutama ibunya. Tina tidak berhenti memanjatkan do'a pada Allah SWT agar dimudahkan jalannya untuk melaksanakan salah satu ibadah yang disunnahkan dalam syariat Islam. Tina percaya, kalau memang Yanto adalah jodohnya, maka ada saja jalannya agar mereka dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Namun, tiga hari sebelum pernikahannya, ibunya dan semua keluarga yang menentangnya dan tidak memberinya restu, justru berbalik memberi restu sepenuhnya dan menyetujui pernikahan itu. Tina terkejut sekaligus senang mendengarnya.

Kini, Tina dan Yanto sudah resmi jadi pasangan suami istri.

"Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengabulkan doa hamba ini, sehingga pernikahan ini bisa dilangsungkan atas izin-MU. Semoga ini menjadi pernikahan yang pertama dan terakhir untuk hamba" Tina memanjatkan doa dalam hati.

"Sayang, kamu kenapa? Sakit?" Tanya Yanto perhatian. Tina menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Hei, pak Yanto dan ibu Tina, selamat yah atas pernikahan kalian, semoga jadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah" salah satu rekan bisnis Yanto, menyalaminya.

"Amiiin... Makasih yah, pak Jodi, sudah menyempatkan diri untuk hadir" Yanto menjabat tangan rekan bisnisnya tersebut. Beberapa rekan bisnis Yanto, teman-teman SMA Yanto dan juga Tina turut hadir turut hadir di acara pernikahan mereka dan semuanya berbahagia melihat Yanto dan Tina akhirnya menikah. Namun, diantara para tamu undangan yang datang, ada yang tidak senang dengan kebahagiaan mereka tersebut, yaitu, Hanun dan Yeni. Sejak awal, kedua adik Yanto tersebut tidak pernah mendukung Yanto untuk menikahi Tina, karena dianggap tidak sepadan dengan Yanto.

"Aku gak abis pikir deh, Yen, kenapa mas Yanto memilih si wanita itu, apa coba istimewanya dia' kata Hanun.

"Iya, Nun, aku juga gak suka sama dia, kenapa bukan mbak Andini, dia itu kan pebisnis yang sudah cukup sukses, sama seperti mas Yanto dan sepadan juga dengan mas Yanto, bukan seperti si Tina itu, yang hanya bekerja sebagai cleaning service, gak selevel sama kita" Yeni menimpali.

"Hei, kalian, Hanun dan Yeni kan? Adik-adiknya Yanto?" Seseorang berdiri di hadapan Hanun dan Yeni dan bertanya pada keduanya.

"Eh... Mbak Andini" Hanun menoleh dan tersenyum padanya.

"Duduk sini, mbak, udah lama kita gak ngobrol-ngobrol" Yeni memberi isyarat agar Andini duduk disampingnya.

"Aku senang banget deh, bisa ketemu kalian lagi" Andini tersenyum. Hanun dan Yeni pun tersenyum, terlihat senang bertemu dengan Andini. Mereka mengobrol dengan asiknya. Mulai dari ngobrol soal kegiatan masing-masing, soal perkembangan bisnis di bidang fashion yang digeluti Andini, sampai soal kehidupan pribadi masing-masing. Yanto melihat dari atas pelaminan, melihat kedua adiknya itu begitu akrab dengan Andini. Yanto hanya berharap kedua adiknya bisa seakrab itu juga dengan Tina. Meskipun kedua adiknya itu cenderung tidak menyukai Tina. Namun, seiring berjalannya waktu, kelak itu semua akan berubah.

"Oh iya, Nun, Yen, kan kakak kalian udah nikah hari ini, pasti kalian bakal makin akrab dong sama kakak ipar kalian, secara sekarang dia udah jadi bagian dari keluarga kalian" Andini menatap Hanun dan Yeni.

"Gak! Gak bakal deh, akrab sama dia, gak sudi aku, mbak" kata Hanun.

"Iya, gak selevel tahu gak!" Yeni menimpali.

"Hah! Gak selevel gimana maksudnya" Andini tampak terlihat bingung.

"Ya iyalah, mbak, dia itu cuma seorang cleaning service sedangkan keluarga kita kan kalangan orang berada, apa kata orang kalau istri mas Yanto itu cuma seorang cleaning service aja, bikin malu keluarga kita" Yeni menjelaskan maksudnya. Andini mengangguk dan sudah mengerti maksud perkataan Yeni.

"Tadinya aku berharap, kalau mbak Andini yang jadi istrinya mas Yanto, bukannya si Tina itu" kata Hanun.

"Eh... Gimana kalau kita bertiga foto diatas pelaminan bareng sama pengantinnya, terus mbak Andini berdiri disampingnya mas Yanto terus gandeng tangannya, biar si Tina itu cemburu" tiba-tiba ide liat Yeni muncul.

"Kalau perlu, pas salaman sama mas Yanto, mbak Andini cipika cipiki gitu, biar makin seru" Hanun menambahkan. Setelah selesai, mereka bertiga baik ke pelaminan dan hendak berfoto dengan kedua mempelai. Saat naik ke pelaminan, Andini melakukan hal yang sama persis dengan ucapan Hanun tadi. Hanun dan Yeni yang melihatnya, saling pandang dan tersenyum. Andini dikejutkan saat akan menyalami mempelai wanita yang bersanding dengan Yanto. Ternyata dia adalah cleaning service yang bertugas di butik pilihannya.

"Kamu toh ternyata, istrinya Yanto, beruntung kamu, Tina" Andini menatap Tina sambil tersenyum. Namun, dibalik senyuman Andini tersebut, tersimpan rasa sakit hati, karena hubungannya dengan Yanto berakhir dan setelah itu, Yanto mulai menjalin hubungan dengan Tina sampai pada akhirnya mereka menikah.

"Terima kasih, bu, sudah menyempatkan diri untuk hadir di pesta pernikahan kita berdua" Tina tersenyum semringah.

"Aku kan datang kesini karena Yanto juga yang undang, jadi, aku datang untuk menghargai Yanto, bukan kamu, gak usah ge-er deh" Andini sedikit ketus. Hanun dan Yeni tertawa kecil mendengarnya. Perkataan Andini tadi membuat hati Tina seolah tertusuk dan terasa sakit.

"Kamu jangan senang dulu, jangan kamu pikir, kamu sudah menang karena telah menikah dengan Yanto, kita akan lihat sejauh mana Yanto akan menahan rasa malu karena menikahi seorang cleaning service" Andini berbisik di telinga Tina. Andini yang tadinya hanya ingin mengikuti permainan Hanun dan Yeni untuk membuat Tina cemburu, justru sekarang, dia ingin mempermalukan Tina di hadapan para tamu undangan, untuk langkah awalnya, Andini memberikan sehelai tissue pada Tina dan menyuruhnya untuk membersihkan sepatunya yang terkena debu. Tina tadinya tidak ingin melakukannya, tapi, Andini mengancam Tina, kalau dia akan memutus hubungan bisnis dengan perusahaan Yanto dan tentu Tina tidak menginginkan hal itu terjadi. Dengan enggan, Tina pun melakukannya.

"Maaf yah, buat semua tamu undangan, atas pemandangan yang tidak menyenangkan ini, tapi, ini dia sendiri loh yang mau, mungkin sebagai bentuk hormatnya dia pada atasannya, dia kan cleaning service di butik aku" Andini berbicara lantang pada semua tamu yang hadir. Yanto tidak tahan Tina diperlakukan seperti itu, memintanya untuk berdiri kembali. Hanun dan Yeni mengacungkan jempolnya saat Andini menatap kearah keduanya.

Bab 2

Yanto menatap Andini dengan perasaan marah karena telah mempermalukan istrinya di hadapan semua rekan bisnisnya yang hadir dalam pesta itu. Yanto tidak menyangka kalau Andini akan melakukan hal tersebut. Sedangkan Andini bersikap biasa saja dan seolah tidak terjadi apa-apa.

"Aku yakin, Yanto pasti malu banget dengan adanya kejadian tadi dan bakal jadi bahan cemoohan rekan-rekan bisnisnya" batin Andini. Beberapa rekan bisnis Yanto berbisik-bisik dan membicarakan soal kejadian yang baru saja mereka lihat. Ada yang mencemooh Yanto dan mengatakan kalau Yanto bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari Tina. Ada juga yang tetap berpikir positif dan berkata kalau sudah jodohnya, pasti akan dipersatukan apapun caranya.

"Mbak, apa yang mbak lakukan tadi itu benar-benar hebat, aku gak kebayang gimana raut wajahnya Tina, waktu mbak Andini nyuruh dia bersihkan sepatu mbak" Hanun mengacungkan jempol, melihat aksi Andini.

"Itu sebenarnya diluar rencana awal kita, tapi, apa yang terjadi tadi, aku cukup senang lihat hal itu" Yeni menambahkan.

"Aku cuma gak terima aja, cewek kayak si Tina itu bahagia dan selalu aja melebihi aku dalam hal asmara" kata Andini dengan perasaan geram.

"Tapi, lihat saja nanti, akan aku pastikan dia tidak akan hidup bahagia dengan Yanto, bahkan akan hidup sengsara, mbak Andini tenang aja, aku ada ide supaya dia tidak nyaman tinggal dirumah kita" Hanun sepertinya akan menyusun rencana baru untuk membuat Tina tidak nyaman tinggal dirumahnya.

"Ya udah kalau gitu, aku pamit yah, masih ada urusan yang harus aku selesaikan, see you" Andini beranjak pergi dari hadapan Hanun dan Yeni.

Sekitar jam 3 sore, pesta pernikahan Yanto dan Tina selesai. Satu persatu tamu undangan beranjak pergi. Tinggal keluarga dari kedua mempelai yang masih ada di tempat tersebut, menunggu Yanto dan Tina ganti pakaian, lalu mengantarnya ke rumah Yanto. Selang satu jam kemudian, mereka semua sampai di rumah Yanto, berbasa-basi sebentar dengannya dan berpamitan pada Yanto. Yanto menawarkan pada keluarga Tina untuk menginap dirumahnya malam ini. Hanun dan Yeni terbelalak, terkejut mendengar perkataan kakaknya tersebut dan cenderung tidak setuju dengan hal tersebut. Namun, keluarga Tina menolak tawaran itu dan memilih kembali kerumahnya sendiri, yang berjarak 20 KM dari rumah Yanto.

"Kalian hati-hati dijalan yah, nanti kalau ada waktu luang, kita main kerumah ibu" kata Yanto. Mobil yang ditumpangi pun beranjak pergi dan perlahan menghilang dari kelokan jalan.

"Nah... Sayang, selamat datang dirumahku, kamu anggap seperti rumah sendiri yah, kan kamu sekarang sudah jadi istri aku, jadi, kamu bebas mau ngapain aja" kata Yanto. Tina hanya menganggukkan kepalanya.

"Kalau misalkan kamu butuh apa-apa, kamu bilang aja ke Hanun atau Yeni, nanti biar mereka yang bantu kamu" lanjut Yanto. Yanto beranjak menuju kamarnya, hendak bersih-bersih badan. Saat Yanto sudah masuk ke kamar, Hanun menarik tangan Tina dengan kasar dan menatapnya tajam.

"Kamu dengar baik-baik, jangan kamu pikir, kamu sudah jadi istri mas Yanto kamu bisa jadi nyonya di rumah ini, kamu itu gak selevel sama kita" kata Hanun.

"Disini gak ada ART, jadi, semua pekerjaan rumah, kamu yang kerjakan, ngerti!" Yeni memelototi Tina. Tina bisa merasakan kalau Hanun dan Yeni tidak menyukainya dan tidak menginginkan dirinya tinggal dirumahnya tersebut. Namun, Tina akan mencoba bersabar menghadapi kedua adik iparnya itu dan melakukan pendekatan dengan mereka. Hari demi hari, Tina berusaha mengambil hati Hanun dan Yeni, agar mereka mau menerimanya di rumah ini. Tapi, sejauh ini belum mengubah keadaan dan seolah membuat Tina kehabisan akal. Bahkan makin parah, Tina cendrung seperti ART dirumah itu. Semua pekerjaan rumah mulai menyapu halaman, membersihkan semua kamar termasuk kamar Hanun dan Yeni, mencuci, mengepel, memasak dan sebagainya. Tina mencoba untuk terus bertahan dengan keadaan seperti ini, walaupun harus setiap hari bekerja sampai badannya lelah dan membuatnya selalu tidur awal dan tidak sempat untuk menyiapkan makan malam untuk Yanto, menyambutnya di pintu ketika Yanto pulang kerja. Yanto mulai curiga, pasti ada sesuatu yang terjadi dirumah ini, yang tidak dia ketahui selama seminggu belakangan ini. Yanto pernah menanyakannya pada Tina, Tapi, Tina hanya menjawab seadanya dan membuat Yanto tidak puas dengan jawaban Tina.

"Loh... Mas, kok makan sendirian? Mbak Tina mana? Kok gak temani mas Yanto makan sih" Hanun bertanya-tanya.

"Apa dia udah tidur, seperti kemarin-kemarin lagi" Hanun menerka.

"Iya, Nun, tadi waktu mas ke kamar, mbak Tina emang udah tidur" jawab Yanto.

"Istri macam apa itu, suami pulang kerja bukannya disambut dan siapkan makan malam, dilayani, eh... Dianya malah tidur, alasan capek lah, apalah, kalau malas mah, malas aja, gak usah banyak alasan" kata Hanun dengan nada sinis.

"Kamu gak boleh ngomong gitu, Nun, kamu harus maklum, mbak Tina itu kan juga kerja di butiknya Andini, jadi, pasti capek banget" Yanto membela istrinya.

"Tapi, aku udah minta Tina untuk resign dan katanya dia udah ajukan, mungkin sekitar seminggu atau dua minggu lagi dia kerja disana, karena harus dicarikan penggantinya" lanjut Yanto.

"Dia bakal jadi beban deh buat mas Yanto, harus penuhi semua kebutuhannya, enak banget dia,numpang hidup sama mas Yanto, dasar orang miskin" kata Hanun dengan tersenyum sinis.

"Kamu tuh kenapa sih, Nun, kayak gak suka banget sama istri mas, dia itu selalu baik sama kamu, tapi, kenapa kamu tidak bisa sedikit saja baik sama dia" Yanto kesal dengan sikap Hanun terhadap Tina.

"Apa karena status Sosila keluarga kita dan keluarga Tina berbeda? Itu alasan kamu, Hanun!" Yanto seolah bisa menebak.

"Nah... Itu mas udah tahu jawabannya" jawab Hanun dengan sedikit ketus.

"Udah ah, malas kalau harus bahas dia terus, mending tidur di kamar" Hanum beranjak menuju kamarnya. Yanto menggelengkan kepalanya melihat sikap Hanun. Dia tidak menyangka kalau adiknya itu melihat seseorang dari status sosialnya. Hanun hanya ingin berhubungan baik dengan seseorang yang memiliki status sosial yang setara dengannya. Itulah sebabnya kenapa Hanun lebih mengakrabkan diri dengan Andini dibanding dengan Tina, kakak iparnya sendiri.

Keesokan harinya, Yanto ingin mencari tahu apa yang terjadi saat dirinya berangkat kerja,apa yang dilakukan kedua adiknya pada Tina. Yanto berpura-pura akan berangkat kerja seperti biasanya. Hari ini Yanto tidak ke kantornya. Dia hanya akan mendelegasikan tugasnya pada orang kepercayaannya dan kebetulan juga tidak ada jadwal meeting dengan klien, hanya beberapa berkas yang harus di tandatangani. Yanto segera berbalik arah kembali ke rumahnya. Yanto ingin membuktikan kecurigaannya pada kedua adiknya. Yanto berjalan perlahan menuju pintu samping, yang langsung menghubungkan dengan ruang tengah. Ternyata dugaan Yanto benar. Hanun dan Yeni tampak menyuruh-nyuruh Tina, mengerjakan apapun yang dikatakan oleh keduanya.

"Aku benar-benar gak nyangka, Hanun dan Yeni memperlakukan Tina seperti pembantu dan tidak menghargainya sebagai kakak ipar" Yanto menggelengkan kepala dan seolah tidak percaya dengan yang dilihatnya.

"Jadi begini kelakuan kalian berdua kalau aku gak ada di rumah" suara Yanto, seketika mengejutkan Hanun dan Yeni serta Tina yang tengah mengerjakan yang disuruh oleh mereka berdua.

Bab 3

Hanun dan Yeni sudah tertangkap basah menyuruh-nyuruh Tina seperti seorang pembantu. Keduanya terlihat tidak tahu harus berkata apa dan raut wajah mereka terlihat begitu ketakutan.

"Ma... Mas Yanto, k..kok balik lagi" Hanun terbata-bata dan takut kakaknya akan marah padanya karena hal ini.

"Gak nyangka aku, tega kalian berdua lakukan ini terhadap kakak ipar kalian, apa salah Tina pada kalian!" Yanto menatap Hanun dan Yeni dengan tatapan marah.

"Kalau kalian seperti ini terus, dengan terpaksa aku usir kalian berdua dari rumah ini, aku berhak lakukan apapun di rumah ini, aku kepala keluarga" Yanto berkata dengan tegas.

"Mas Yanto, udah, jangan kamu lakukan itu sama adik-adik kamu, kamu harus ingat pesan mendiang ibu kamu" Tina mencoba melerai pertengkaran kakak beradik itu.

"Lagipula tadi itu, aku sendiri kok yang mau kerjakan ini semua, Hanun sama Yeni cuma memberi tahu aja, bukan mereka yang nyuruh kok" Tina melakukan pembelaan terhadap Hanun dan Yeni. Yanto tahu kalau Tina sedang menutupi kejadian yang sebenarnya dan seolah membela orang yang memperlakukannya dengan tidak baik dirumah ini. Sifat Tina yang baik hati itu, yang membuat amarah Yanto perlahan mulai mereda. Setelah amarahnya mereda sepenuhnya, Yanto berpamitan pada istri dan kedua adiknya akan berangkat kerja.

"Heh! Jangan kamu pikir, aku dan Yeni senang dengan pembelaan kamu di hadapan mas Yanto dan mengucapkan terima kasih, jangan mimpi!" Hanun memelototi Tina, setelah mereka tinggal bertiga saja.

"Iya, kamu pasti cuma cari muka aja kan di depan mas Yanto, biar dibilang baik" Yeni menimpali.

"Aku lakukan itu mencegah kalian bertengkar keras dengan mas Yanto, biar tidak didengar tetangga, bukan berniat untuk cari muka atau apapun" Tina mengutarakan alasannya.

"Halah! Gak usah naif deh, aku tahu isi hati kamu itu apa" Hanun menganggap seolah Tina berdusta dan tidak percaya sedikitpun. Hanun dan Yeni beranjak pergi dari hadapan Tina.

"Sampai kapan aku terus bersabar, menghadapi kedua adik ipar aku, yang sangat tidak menyukaiku, aku capek tiap hari berantem terus sama mereka" Tina seolah lelah menghadapi sikap kedua adik iparnya, yang cenderung bersikap bermusuhan padanya. Di dalam kamarnya, Hanun dan Yeni tengah merencanakan sesuatu untuk membuat Tina semakin tidak nyaman di rumah. Tapi, semua yang direncanakannya, selalu saja gagal dan membuat keduanya seolah frustasi.

"Apa lagi yang harus kita lakukan sekarang, Yen? Aku udah kehabisan ide" kata Hanun yang terlihat pusing.

"Kalau kita gak bisa bikin Tina out dari rumah ini, gimana kalau kita bikin renggang aja rumah tangga mas Yanto dengan Tina" Yeni melontarkan idenya.

"Kalau perlu sampai mereka bercerai, dengan begitu, kita kan lebih mudah mengusir dia" lanjut Yeni.

"Wahh..... Itu ide yang cemerlang banget, Yen, aku setuju dengan ide kamu itu" Hanun menyetujui ide Yeni tersebut.

"Oke, begini idenya" Yeni membisikkan idenya tersebut ke telinga Hanun. Hanun tersenyum saat mendengarnya dan tampaknya cukup yakin kalau rencana mereka kali ini akan berhasil.

"Gimana menurut kamu?" Yeni meminta pendapat Hanun.

"Itu rencana yang bagus banget" Hanun mengacungkan jempolnya.

"Aku juga sudah minta seseorang untuk membantu kita" kata Yeni.

"Siapa, Yen?" Tanya Hanun penasaran.

"Nanti juga kamu bakal tahu sendiri" jawab Yeni, sambil tersenyum penuh arti. Yeni telah membuat janji untuk bertemu dengan seseorang yang dimaksudnya. Mereka janjian bertemu di sebuah cafe yang ada dalam mall.

Selang satu jam kemudian, Yeni yang datang bersama Hanun dan seseorang tersebut pun bertemu.

"Kamu Kino kan?" Tanya Yeni, saat menghampiri seseorang.

"Yeni yah?" Pria itu berbalik bertanya. Yeni mengangguk dan langsung duduk di hadapannya.

"Oh iya, kenalkan ini adik aku, Hanun" Yeni memperkenalkan Hanun pada pria tersebut. Mereka pun berjabat tangan sambil mengangguk pelan.

"Oke, kita langsung saja, kamu bilang sama aku, kalau kamu kenal dekat dengan Tina" kata Yeni.

"Iya, itu benar banget, aku kenal dekat dengan Tina, bahkan pernah pacaran, beberapa bulan yang lalu sebelum dia memutuskan untuk menikah dengan pria kaya raya itu" jelas Kino.

"Pria kaya raya itu kakak kita berdua" celetuk Hanun. Mata Kino terbelalak, terkejut mendengar pernyataan Hanun. Yeni menganggukkan kepalanya, untuk menegaskan pernyataan tersebut.

"Tunggu bentar, tadi kamu bilang, kamu pernah pacaran sama Tina?" Tanya Hanun pada Kino. Kino hanya menganggukkan kepala. Hanun melirik kearah Yeni sambil tersenyum dan seolah tahu rencana Yeni tersebut. Yeni menaikkan alisnya sebagai isyarat.

"Kino, kamu masih cinta kan sama Tina?" Tanya Yeni.

"Kalau itu sih gak usah ditanya lagi, jawabannya pasti iya" jawab Kino.

"Kamu bisa kok dapatkan dia kembali, asalkan kamu ikuti semua yang aku katakan" kata Yeni.

"Kita berdua akan berikan imbalan yang setimpal kalau kamu berhasil" Hanun menimpali.

"Apapun akan aku lakukan, asal aku bisa bersama Tina lagi" Kino bersedia melakukannya, meskipun dia belum tahu rencana Yeni. Yeni mengangguk-angguk sambil tersenyum. Yeni pun memberitahu soal rencana tersebut. Kino mendengarkan setiap kata yang diucapkan Yeni dengan baik. Kino terkejut mendengar ide yang benar-benar gila dan diluar dugaannya. Namun, demi mendapatkan pujaan hatinya, dia siap untuk melakukannya.

"Gimana, kamu sudah ngerti kan?" Tanya Yeni. Kino mengangguk-angguk tanda dia sudah mengerti dengan semua yang diucapkan Yeni tadi.

"Oke kalau seperti itu, malam ini kita mulai jalankan rencana kita" kata Yeni.

"Terus ini bayaran kamu, aku bayar setengah dulu, nanti sisanya setelah kerjaan kamu selesai" Yeni memberikan amplop berisi sejumlah uang, separuh dari jumlah yang disepakatinya dengan Kino. Kino menerimanya dan siap untuk segera menjalankan tugasnya tersebut.

"Oke, aku rasa sudah cukup dan semuanya juga sudah jelas, kalau begitu aku dan Hanun pamit yah" Yeni bangkit dari duduknya, Hanun mengikuti.

"Ingat yah, malam ini kita jalankan rencana itu, jangan lupa" Yeni mengingatkan, lalu setelah itu beranjak pergi dari hadapan Kino. Hanun mengikuti langkah Yeni.

"Tina, tidak lama lagi aku akan mendapatkan kamu kembali, ini tinggal menunggu waktu aja" batin Kino dengan penuh keyakinan. Entah apa yang ada dalam benak Kino saat itu, sampai-sampai dia bertekad untuk merusak rumah tangga Tina dan Yanto. Hatinya benar-benar dibutakan oleh cinta. Kino seolah masih belum bisa menerima kenyataan, bahwa Tina sudah tidak bisa lagi menjadi miliknya. Namun, dia rela melakukan apapun demi untuk mendapatkan pujaan hatinya itu. Dia tetap saja tidak rela, meskipun dimulutnya berkata mau menerima dengan ikhlas keputusan Tina saat itu, tapi, dihatinya justru sebaliknya, dia tidak terima diputuskan begitu saja oleh Tina. Makanya itu dia bersedia membantu Hanun dan Yeni menjalankan rencananya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!