Sakit sangat sakit
Itu yang aku rasakan pada bagian intim bawahku saat aku bangun dari tidurku yang entah kapan aku terlelap aku pun tidak ingat.
Ku pungut dan ku kenakan pakaianku yang berserakan kemudian pergi meninggalkan tempat itu. Aku harus pergi sejauh mungkin. Aku harus pergi hingga aku tidak mengingat jalan untuk kembali ke tempat ini.
Tertatih menahan perih, ku paksa terus berjalan. Aku tidak ingin mengingat apapun, tidak ingin melihat apapun dan tidak ingin mengetahui apapun walau kenyataan tidak bisa ku pungkiri.
Akan aku akhiri semuanya, aku bersumpah kehidupanku mati disini. Semua tentangku akan berakhir disini. Apapun itu, tujuanku hanyalah satu yaitu melupakan rasa sakit yang aku alami ditempat ini dan melupakan semuanya hingga suatu saat nanti jika pun aku kembali ke tempat ini aku hanya ingin agar aku tidak pernah merasa bahwa aku pernah berada disini.
Untukmu yang aku sayangi dan aku cintai maafkan aku karena tidak bisa menjaga diriku untukmu. Terlalu sakit yang aku rasakan saat ini hingga aku tidak ingin menambah kesakitanku lagi jika harus melihatmu menyesal dan kecewa. Ingatlah bahwa sampai kapanpun aku akan selalu mencintaimu.
*****
Arsyila Medina Rui, 24 tahun. Cantik, Sopan, dan kalem. Putri dari Nick Nazal Rui. Tinggal di London selama 4 tahun.
Julian Rahardi Dalas. 27 Tahun. Bijaksana dan kalem. CEO Dalas Group.
Bima Nazal Rui. 27 Tahun. CEO Rui Group. Baik, humoris, dan setia. Putra dari Nick Nazal Rui
Chritian Handika Dalas. 29 Tahun. Baik, penyayang dan setia. Seniman, Donatur Panti Sosial, Direktur Yayasan bidang Pendidikan.
Nick Nazal Rui, 54 Tahun. Blasteran Indonesia Jerman. Baik, tegas dan bijaksana (Tuan Besar Rui)
Marinka Rui. 49 Tahun. Baik, sopan dan lemah lembut. Istri dari Nick Nazal Rui (Nyonya Besar Rui)
Dania Dante. 26 Tahun. CEO Dans Advertising. Baik, supel dan mudah bergaul. Istri dari Bima Nazal Rui (Menantu keluarga Rui)
Rifki Pradikta. 28 Tahun. Asisten/Tangan Kanan Julian di Kota A
Ferdinand. 30 Tahun. Asisten/Tangan Kanan Julian di Kota S
Vela. 24 Tahun. Mantan sahabat Arsyila sekaligus mantan istri Christian
*****
Siang hari di sebuah restoran
"Aku tidak bermaksud menjodohkan, tapi aku tahu sifatmu dan kau pasti mengerti maksudku kan?"
"Ah Bima ini keterlaluan sekali"
"Ayolah tuan Dalas aku ingin kau mencobanya" sahut Bima sambil tertawa
"Aku belum memikirkan jodoh, yang aku butuhkan saat ini adalah seorang sekretaris"
"Ya ya ya to the point adalah sifatmu"
"Dan kau tahu jelas alasan ku mengajak mu makan siang"
"Tenanglah, aku belum amnesia tuan Julian"
"Aku butuh secepatnya dan kau juga tahu seperti apa kriteria yang ku inginkan bukan?!"
"Ya aku yang paling mengerti keinginan mu dulu maupun sekarang. Untuk itu aku juga mengutarakan keinginan ku sahabat ku. Aku ingin kau mempertimbangkannya" ujar Bima, Julian berpikir sejenak
"Sudah aku katakan, untuk saat ini aku belum memikirkannya. Aku masih sangat muda dan jangan mengatas namakan persahabatan untuk keinginan konyolmu itu" ucap Julian dengan nada mulai meninggi.
"Baiklah, artinya kau menolak" jawab Bima dengan nada datar sambil berdiri
"Hei sahabat ku Bima, ada apa dengan mu?" Julian merasa bingung dengan sikap Bima
"Aku harus pergi, masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan"
'Ada apa dengannya tidak biasanya bersikap serius selain berbincang mengenai bisnis' batin Julian
Julian hanya menatap punggung Bima yang sedang berjalan dan tiba-tiba berhenti tanpa berbalik.
"Sekretaris mu sedang dalam perjalanan, besok aku pastikan dia akan langsung bekerja".
Julian terdiam menatap ke depan dengan pandangan kosong sampai tersadar karena ponselnya berbunyi
tlilit tlilit tlilit tlilit
"Ada apa?"
"Ada File yang diantarkan oleh asisten tuan Bima bos" ucap di seberang
"Letakkan saja di mejaku" titah Julian
"Baik bos. Oh ya bos jadwal meeting hari ini setelah makan siang dengan perusaan Indo Corp"
"Baik siapkan semua dokumen aku akan sampai 30 menit lagi"
"Baik bos"
tbc
Bandara
"Kakak" Pekik Lala
"Hai Lala cantik! Bagaimana kabarmu?" Sapa Bima
"As you see" jawab Lala ceria sambil merentangkan kedua tangannya
'Aku pasti bisa' gumam Lala salam hatinya
"Wah Sepertinya Lala cantik sudah lebih ekspresif sekarang ya. Tingkat kecantikannya semakin bertambah" ucap Bima
"Kak Bima jangan menggoda ku"
"Tidak tidak aku berbicara fakta. Sekarang kau sudah pandai tersenyum walaupun kecut hahaha" ledek Bima lalu tertawa
"Mm kalau begitu terima kasih pujiannya kakak kesayangan" ucap Lala membalas perkataan Bima
"Wow panggilan baru?"
'Aku hanya tidak ingin mengecewakan kalian kakak, setelah semua yang telah kalian berikan' batin Lala
"Lala apa yang kau pikirkan?" ucap Bima sembari melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lala
"Apa kak?"
"Kau melamun Lala, apa yang kau pikirkan?" tanya Bima menatap Lala penuh selidik
"Tidak ada kak, aku hanya lelah. Aku tidak bisa tidur selama perjalanan"
"Baiklah, kalau begitu kita pulang"
"Iya kak"
Dalam perjalan pulang
"Oh ya Lala, aku rasa aku menyukai panggilan barumu untukku dan mulai sekarang aku harus mendengar itu setiap kali kita berbicara ya" ujar Bima memecahkan keheningan
"Tentu kakak" sahut Lala
"Apa sebenarnya yang kau pikirkan Lala. Belumkah kau melu-
" Kakak, belum beberapa jam aku sampai" potong Lala ketika Bima belum menyelesaikan kalimatnya
"Oke maafkan kakak ya Lala cantik"
"Sudahlah kak, lupakan saja" ucap Lala tanpa ekspresi
'Kau masih saja seperti itu Lala. Aku tahu kau memaksakan senyummu' batin Bima
Setelah perjalanan dari bandara akhirnya mobil Bima sampai di depan rumah
tin tin
Mendengar suara klakson, mang Toyib satpam rumah keluarga Rui pun langsung bergegas membuka gerbang.
"Sore tuan muda, tumben sekali pulangnya cepat"
"Sore mang, aku sengaja mau bikin kejutan buat mami"
Setelah memarkirkan mobil di garasi Bima dan Lala pun turun
"Siap memberi kejutan?"
"Sangat siap. Aku sudah tidak sabar kak. Aku sangat merindukan mereka"
"Baiklah. Ayo!"
Ceklek
Bima membuka knop pintu dan langsung masuk diikuti Lala.
"Jam segini pasti mami sedang masak untuk makan malam. Kamu di belakang kakak. Kalau sudah ketemu mami langsung kamu peluk dari belakang ya, seperti yang biasa kakak lakukan supaya mami kira itu kakak. Oke" dengan suara pelan
"Oke kak. Ayo"
Bima dan Lala pun berjalan mngendap-endap menuju dapur, ketika bibi melihat gerak gerik mereka Bima langsung menempelkan telunjuknya di bibir mengisyaratkan agar bibi tidak bersuara dan seketika Lala langsung memeluk mami dari belakang dan melatakkan dagunya di atas bahu mami. Bibi hanya tersenyum melihat mereka.
"Lagi masak ya mi" Bima membuka percakapan di belakang mami yang sedang memotong sayuran
"Seperti yang kamu lihat Bima. Lepaskan tanganmu" ucap mami tetap fokus pada sayurnya
"Tidak mau mi"
"Sudah Bima, kamu sudah beristri dan sebentar lagi akan menjadi ayah"
"Sebentar saja mi Bima masih kangen" ucap Bima dengan nada manja
"Jangan manja, zetiap hari juga bertemu"
Bima bergeser ke samping mami
"Sudah satu tahun loh mi, mami gak kangen ya?" tanya Bima
"Ada-ada saja kamu" jawab mami sambil melihat ke arah Bima
Bima tertawa kecil dan menaik turunkan alisnya. Mami terdiam dan melihat kearah tangan yang memeluknya kemudian menoleh
Langsung mami berbalik menghadap Lala
"Mami Lala kangen mami" Lala sambil tersenyum. Mami langsung menangis memeluk Lala erat
Mendengar maminya menangis Lala langsung melepaskan pelukannya
"Mami kok nangis? Gak kangen Lala ya?"
"Mami terharu Lala. Mami bahagia lihat senyum Lala. Lala cantik kalau tersenyum" ujar Mami dengan air mata masih menggenang di pelupuk matanya
"Apa kakak bilang kan mami juga bilang gitu"
"Iya kakak kesayangan" sahut Lala
"Apa mami ketinggalan?" tanya mami sambil tersenyum menatap Bima
"Sepertinya panggilan sayang itu mi. Mungkin saja sekarang Lala juga punya panggilan sayang lainnya untuk seseorang mi. Kapan dikenalin ya La?" celetuk Bima
"Kakak"
"Sudah jangan menggoda adikmu Bima. Pergilah mandi kita akan makan malam bersama sebentar lagi papi pulang" ujar mami
tbc
Tok tok tok
Ceklek
"Hai Adik Ipar bagaimana kabarmu?"
"Aku baik, apakah calon keponakan ku baik?" tanya Lala melihat ke arah perut buncit Dane
"Haha baiklah kau tidak menanyakan kabarku, keponakanmu baik-baik saja. Dia sangat sehat"
"Kelak dia akan menambahkan kehangatan dan keceriaan di rumah ini" sambung Dane sambil mengelus-elus perutnya.
Mendengar itu Lala hanya menatap perut Dane dengan pandangan kosong. Melihat Lala seperti itu Dane merasa tidak enak
"Maaf Lala aku tidak bermaksud menyinggungmu" ucap Dane merasa bersalah
"Sudahlah kak kau berkata benar"
"Lala"
"Apa papi sudah kembali?" tanya Lala mengalihkan pembicaraan
"Ah iya Lala semua sudah menunggu di meja makan"
Lala langsung menutup pintu kamarnya dan berjalan mendahului Dena.
"Sekali lagi maafkan aku ya" ucapnya dengan nada pelan
"Pikirkan saja kesehatan calon keponakanku" jawab Lala mempercepat langkahnya
Sesampainya di meja makan Lala duduk dengan ekspresi datarnya. Papi tampak kaget dengan kehadiran Lala.
"Loh Lala cantik apakah ini kejutan? Kapan sampainya? Apa Lala cantik akan menetap disini? papi sangat senang kita bisa berkumpul seperti ini" tanya papi bertubi-tubi penuh antusias
"Tanyanya satu-satu papi" protes mami
"Papi terlalu senang mi"
Bima tertawa kecil melihatnya, sedangkan Dane terlihat kikuk sejak tadi. Bima melihat Dane seperti memaksakan senyumnya.
"Pertama Lala kangen papi, kedua Lala sampai tadi sore di jemput Kakak kesayangan di bandara yang ketiga jika berjalan lancar Lala akan menetap seterusnya" Tutur Lala
"Ekhem siapa itu kakak kesayangan Lala cantik?" tanya papi tersipu
"Calon ayah papi. Sebaiknya kita makan dulu nanti cerita nya lanjut lagi. Bisa-bisa kita tidak jadi makan" Ujar mami. Papi malah tertawa karena senang.
Setelah makan malam mereka langsung menuju ruang keluarga melanjutkan perbincangan.
"Sepertinya Dane kurang enak badan sebaiknya langsung istirahat saja, Bima antar kekamar dulu"
Sesampai di kamar
"Ada apa Dane? Apa kau menyinggung perasaan Lala? Aku bisa melihat ekspresimu tapi tidak bisa membaca ekspresi Lala. Jalaskan padaku!"
Dane pun meminta maaf kepada Bima kemudian menceritakan semuanya.
"Apa kau sudah meminta maaf?"
"Sudah tapi dia menjawab pikirkan saja kesehatan calon keponakanku" Bima hanya tertawa melihat wajah murung istrinya
"Kenapa kau tertawa? apa ada yang lucu?" protes Dane sedikit kesal
"Kau lucu Dane" tetap tertawa
"Sudahlah jangan kau pikirkan lagi. Jika Lala bilang begitu maka kau harus begitu"
"Apa tidak apa-apa Bim?" sambil merebahkan badannya
"Tidak apa-apa, sebaiknya kau istirahat. Segeralah cuti, serahkan semua kepada asistenmu. Aku juga akan memantau sesekali" Bima kembali mengingatkan agar Dane fokus dengan kesehatannya menjelang kehamilannya yang memasuki bulan ke delapan
"Aku tahu kau orangnya tidak enakan. Pandai-pandai menggunakan kalimat saat bersama Lala. Kita tidak tahu apa isi hatinya karena dia tidak pernah berekspresi. besok kalau bertemu Lala sapa seperti biasa, semua akan baik-baik saja. Tidurlah!"
Bima menyelimuti istrinya dan kemudian mencium keningnya sebelum beranjak kembali ke ruang tamu.
"Jika Lala begitu menyukai pekerjaan disana apa yang membuat Lala kembali dan mau menetap disini?" tanya papi penasaran karena sebelumnya Lala selalu menolak jika diajak tinggal disini bersama mereka dengan alasan sangat menyukai pekerjaannya
"Papi tidak tahu saja bagaimana susahnya Bima meyakinkan Lala, papi harusnya bangga pada Bima" celetuk Bima baru saja bergabung dengan mereka
"Berlebihan" ucap Lala spontan. Bima hanya tersenyum
"Lala cantik ini sekarang sudah bisa tersenyum loh pi walaupun masih kecut" ujar Bima meledek. wajah Lala sedikit masam
"Benarkah?" tanya papi kaget dibuat-buat
"Hm" hanya itu yang terdengar dari bibir Lala
"epat atau lambat papi pasti akan menyaksikannya dan apa tujuanmu Bima?" papi langsung ke inti pembicaraan
"Besok Lala cantik akan langsung bekerja sebagai sekretaris CEO Dalas Group pi"
"Wah sepertinya perencanaan yang matang, memangnya Lala cantik bersedia?"
"Tentu saja papi, makanya Lala bersedia pulang" malah Bima yang menjawab
"Baiklah, papi tahu betul Julian seperti apa, sebaiknya Lala tidur lebih awal dan besok adalah hari pertama bekerja. Saran papi jangan sampai melakukan kesalahan. Lala kembalilah ke kamar. Kamu juga Bima. Mami juga pasti sudah menunggu papi, mau peregangan otot dulu" sambil tersenyum smirk
Lala pun tersenyum mendengarnya, melihat itu Papi pun ikut tersenyum sedangkan Bima hanya mendengus mendengar perkataan papinya.
tbc
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!