NovelToon NovelToon

Cintaku Yang Tak Di Restui

Bab. 1. Penolakan Bunda

Gilang adalah seorang Ceo muda dari sebuah perusahaan ternama dikotanya, putra semata wayang bunda Reni, sedangkan ayahnya meninggal saat dia masih anak-anak. Reni Baskara Grup adalah sebuah perusahaan turun temurun yang dirintis oleh pak Baskara yang merupakan mendiang kakek Gilang.

Kini Gilang yang memegang pucuk pimpinan tertinggi diperusahaan tersebut. Dalam perjalanannya Gilang jatuh cinta pada Sekar. Seorang gadis cantik dari keluarga broken home, putri seorang penjual sayur di sebuah pasar tradisional.

Hingga akhirnya mereka sepakat untuk menjalin hubungan yang serius dan berencana ingin meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

Namun cinta mereka tak mendapat restu dari sang bunda karena latar belakang Sekar yang berasal dari keluarga broken home dan srata sosial yang dianggap rendah oleh bunda Reni.

"Sudahlah Gilang jangan paksa Bunda untuk merestui hubunganmu dengan gadis itu. Sampai kapan pun restu bunda tak akan pernah ada untuk kalian," ucap Reni bundanya Gilang.

Mendengar ucapan bundanya yang biasa dipanggil bunda Reni. Gilangpun berusaha menjelaskan bahwa Gilang hanya mencintai Sekar, seluruh ruang dihatinya telah diisi oleh Sekar. Hanya Sekarlah wanita yang ingin dia nikahi, bukan wanita yang lain.

Bunda Reni pun memaparkan isi hatinya kalau seharus Gilang berfikir realistis. Karena hidup bukan sekedar untuk memikirkan cinta. Tapi harus memikirkan kelangsungan masa depannya dan perusahaan yang merupakan tempat bergantungnya ribuan karyawannya. Dan akan diwariskan kepada anak dan keturunan mereka.

Gilang hanya diam mendengar penuturan bundanya. Diapun berusaha mengingatkan bundanya jika harta kita merupakan ujian. Ujian tentang bagaimana kita menggunakan harta yang kita miliki, ujian agar kita tidak sombong dan memandang rendah orang lain.

Perdebatan antara Gilang dan Bunda Reni seperti tak ada ujung dan pangkalnya. Bunda Reni kekeh dengan pemikirannya yang lebih mengutamakan harta daripada cinta. Karena hidup perlu harta, cinta akan datang jika kita memiliki harta.

Sedangkan Gilang pun demikian. Cinta sebagai penyebab awal mula kita lahir kedunia. Cinta adalah harta yang tak ternilai. Dengan cinta hidup kita akan bahagia, karena cinta kita akan semangat berjuang untuk mendapatkan harta, mewujudkan mimpi menjadi nyata. Karena tak mendapatkan titik temu akhirnya Gilangpun memutuskan pergi ke kantor untuk bekerja dan meninggalkan bundanya yang sedang dilanda kekecewaan.

"Gilang berangkat dulu bunda, baik-baik di rumah ya bun,"

Gilang mencium punggung tangan bundanya sembari melangkah keluar rumah dan mengendarai mobil kesayangannya.

Sampai dikantor Gilang disambut oleh Resni sekertarinya. Pak Sekitar satu jam lagi ada rapat dengan beberapa klien," ujar Resni sambil menunduk hormat dan dibalas anggukan kepala oleh Gilang.

Usai memimpin rapat dengan beberapa klien dari perusahaan lain selama kurang lebih empat jam lamanya. Gilang lanjut memeriksa berkas dan membubuhkan tanda tangan disetiap berkas yang memang memerlukan tanda tangannya.

Makan siang dan istirahat Gilang sering dilakukan didalam ruangannya demi menghemat waktu karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini.

Tepat jam enam sore Gilang merapikan meja kerjanya dan beranjak pulang, sore ini rencananya Gilang ingin menemui Sekar kekasihnya. Sebelum menemui Sekar dia mampir dulu kemasjid yang terletak tidak jauh dari rumah Sekar untuk menunaikan shalat dan istirahat sejenak sembari menunggu azan magrib.

Saat bersantai diteras masjid dia melihat ayah Sekar tergopoh-gopoh menuju kemasjid dengan mengenakan peci berwarna hitam, baju koko berwarna putih yang terlihat menguning karena terlalu sering dipakai dan dicuci. Gilang segera menyongsong kedatangan pak Hadi ayah Sekar.

"Assalamu allaikum pak, bagaimana kabar bapak hari ini," sapa Gilang sambil mencium punggung tangan pak Hadi.

"Wa allaikum sallam, kabar baik nak Gilang, nak Gilang mau Shalat, sepertinya baru pulang kerja?"

Dengan penuh rasa canggung, pak Hadi pun menjawab pertanyaan Gilang bahwa Sekar ada dirumah sedang masak. kemudian mereka bersama-sama memasuki masjid untuk menunaikan ibadah shalat maggrib.

Selesai shalat magrib Gilang bergegas berjalan menuju mobilnya yang ada diarea parkir halaman masjid. Tidak lupa sebelum dia pergi terlebih dahulu dia menemui pak Hadi mengajaknya untuk ikut serta dengannya. Namun pak Hadi menolak karena takut menjadi gunjingan para tetangga.

Sebagai seorang duda beranak satu yang ditinggal istrinya pergi entah kemana, pak Hadi kerap dijadikan sorotan dan bahan gosip oleh para ibu-ibu rumah tangga disekitarnya. Untunglah hubungan Gilang dan Sekar tidak diketahui para tetangga, mereka tahunya Sekar dan Gilang hanya berteman biasa. Seandainya para biang gosip itu tahu ada hubungan antara Sekar dan Gilang, entah apa komentar mereka.

Terkadang pak Hadi sedih jika mengingat nasib Sekar, dia ditinggalkan oleh ibunya sejak masih kecil. Sesungguhnya pak Hadi telah mencari Asih istrinya yang pergi meninggalkannya entah kemana dan tanpa sebab apapun.

Dulu pak Hadi mencari Asih kesana kemari, bahkan semua tetangga sudah di tanyai, tak seorang pun ada yang tahu kemana perginya Asih. Pak Hadi sudah lapor polisi namun tak jua membuahkan hasil. Akhirnya diapun menyerah memilih pasrah pada takdirnya, merawat putrinya seorang diri tanpa didampingi oleh seorang istri. Beberapa temannya menyarankan agar dia menkah lagi.

Jujur dia sangat trauma dengan pernikahan, apa yang sudah diperbuat oleh Asih istrinya sungguh menorehkan luka yang teramat dalam. Luka yang terus menganga dan tak tahu kapan akan sembuh. Sekar adalah salah satu alasan kenapa pak Hadi tetap kuat menjalani hidup.

"Bapak sudah pulang, kenapa pulang dari masjid kok malah melamun disini. Bapak menangis?"

Sekar memang sangat peduli pada bapaknya. Mungkin karena bapaknya orang tua tunggal baginya, hanya kepada bapaknyalah Sekar berkeluh kesah tentang permasalahan cintanya pada Gilang yang tak mendapat restu dari sang bunda. Namun dengan penuh cinta dan kasih, pak Hadi terus membesarkan hati sekar agar menjadi pribadi yang kuat akan segala tempaan hidup. Mampu menerima takdir dengan ikhlas penuh rasa syukur. Karena diluar sana masih banyak anak yang nasibnya kurang beruntung.

"Tidak apa-apa, itu lihat ada nak Gilang datang, sekarang kamu sambut sana.

Pak Hadi sangat bersyukur karena diwaktu yang bersamaaan Gilang datang sehingga dia tidah perlu menjawab pertanyaan Sekar yang membuatnya pusing. Sekar kemudian berlari menyambut kedatangan Gilang kekasihnya.

"Apa kabar kak, bunda sehat," tanya Sekar sembari menyalami Gilang.

Dengan wajah yang begitu sedih, Gilang pun menggandeng tangan Sekar mengajaknya duduk diteras rumah pak Hadi. Dia menceritakan tentang perdebatannya dengan bunda tersayangnya yang tak juga mendapatkan titik terang untuk memperoleh restu sang bunda.

"Sudah kak, tidak usah memaksakan diri untuk meminta restu bunda. Sebagai anak kakak harus patuh pada bunda. Aku sadar diri kok siapa aku, aku bukanlah wanita yang pantas untuk menjadi pendamping hidup kakak, aku ikhlas seandainya kakak memutuskan hubungan ini demi baktimu pada bunda.

********

Bab. 2. Bertemu Bunda Reni

"Tidak Sekar aku tidak bisa menikah dengan wanita lain, aku tidak sanggup jika harus berpisah denganmu, aku sangat mencintaimu. Kita harus berjuang untuk dapat bersatu dan membina rumah tangga yang bahagia," ucap Gilang.

Sekar pun menegaskan kepada Gilang kalau dia bukanlah wanita yang layak diperjuangkan, karena dia hanyalah orang miskin, berasal dari keluarga broken home dan tidak mempunyai pendidikan yang tinggi yang pantas untuk dibanggakan. Sedangkan diluar sana masih banyak wanita-wanita cantik, baik, berpendidikan, yang sepandan dengan keluarga Gilang dan tentu saja bisa membuat bunda Reni bangga, dengan nada sedih Sekar mengatakan semua itu.

Menurut Gilang wanita cantik diluar sana memang banyak, mereka memang berpendidikan tapi Gilang tidak pernah mencintai mereka. Hanya Sekarlah hatinya mampu berlabuh dan hanya kerumah Sekarlah kelak dia ingin pulang dan hanya untuk keluarga kecilnya kelak Gilang mencari uang.

" Bagaimana kalau kita sama-sama menemui Bunda, mungkin dengan dia mengenalmu lebih dekat, bunda akan memberikan restunya untuk kita.

Gilang mencoba menerka-nerka mungkin bunda menolak Sekar karena belum mengenal Sekar, belum tahu bagaimana budi baiknya.

"Tapi aku takut kak, takut mengecewakanmu, takut bunda murka bila bertemu denganku," ucap Sekar sembari tertunduk.

Sekar merasa Khawatir kalau dikira wanita yang tidak tahu diri, Sekar terus menolak untuk bertemu bunda, namun dengan gigih Gilang terus menyakinkannya. Sampai pada akhirnya pak Hadi yang sejak tadi mendengarkan perdebatan mereka mencoba menengahi.

"Sekar sebaiknya kamu ikuti saja ajakan nak Gilang untuk bertemu dengan bundanya"

Pak Hadi pun menasehati Sekar bahwa cintanya harus diperjuangkan. Karena tidak ada kebahagiaan yang datang begitu saja, kebahagiaan harus diusahakan, kebahagiaan harus ciptakan dengan berbagai usaha. Pak Hadi juga berpesan pada putrinya seandainya nanti sudah bertemu bundanya Gilang dan bundanya Gilang tetap bersikeras menolaknya, maka dia harus berlapang dada, mungkin mereka tidak berjodoh.

"Bunda hari ini Gilang akan membawa Sekar untuk berkenalan dengan bunda. Mungkin bunda akan mempertimbangkan untuk menerima Sekar menjadi menantu bunda. Kapan bunda ada waktu," ucap Gilang sambil memeluk bundanya.

"Terserah kamu Gilang, bunda sudah bilang puluhan kali, kalo bunda tidak setuju kamu punya hubungan dengan gadis itu. Tapi kamu sungguh keras kepala"

Dengan wajah kesal bunda Reni menanggapi keinginan Gilang dan mengatakan Kalau Gilang mau membawa Sekar menemuinya, besok siang sekitar jam satu sampai sore bundanya ada waktu. Bunda Reni juga berpesan agar jangan menyalahkan bundanya kalau nanti keputusan yang bundanya ambil akan menyakitinya.

Keesokan harinya Gilang mengirim pesan kepada Sekar lewat aplikasi hijau bahwa bundanya bersedia bertemu dan berkenalan dengan Sekar setelah tengah hari nanti, Sekar pun menyetujuinya.

Tepat pukul satu siang mobil Gilang telah terparkir dihalaman rumah Sekar. Dengan menggunakan celana panjang kulot warna hitam dipadukan dengan batik bermotif bunga-bunga. Sekar dan Gilang akhirnya berangkat menuju kekediaman bunda Gilang.

"Siang ma, ucap Gilang sembari mencium punggung tangan bundanya. Kenalkan ma ini Sekar yang sering Gilang ceritakan,"

Sekarpun menyalami bunda Reni kemudian mencium punggung tangannya.

"Oh jadi kamu yang namanya Sekar sudah lama kenal Gilang"

Bunda Reni menyapa Sekar dengan tatapan dingin. Seketika nyali Sekar pun menciut menyaksikan tatapan bunda Reni yang begitu dingin dan datar.

"I...iya bunnda, sudah sekitar satu tahun saya mengenal kak Gilang," ucap Sekar dengan gugup.

"Bagaimana kabar bapak dan ibumu, mereka sehat,"

Bunda Reni bertanya dengan muka penuh selidik. Sekar pun menjawab kalau dia hanya tinggal dengan ayahnya. Sedangkan dia tidak tahu dimana keberadaan ibunya.

"Gilang bisakah kamu tinggalkan kami berdua, supaya kita bisa ngobrol lebih dekat sebagai sesama wanita.

Gilangpun menyetujuinya, kemudian dia berlalu pergi masuk kedalam kamarnya, setelah pamit kepada Sekar dan dibalas dengan anggukan kepala. Kini hanya tinggal bunda Reni dan Sekar yang ada diruang tamu.

"Kok ada yah, seorang ibu tega. meninggalkan anaknya yang masih kecil, ibu macam apa itu, benar-benar ibu yang tidak punya hati," ujar bunda Reni.

"Sekar kamu tahukan Gilang itu siapa?, dia itu CEO dari perusahaan Reni Baskara Grup. Dia lelaki yang terpandang dan berpendidikan, dia pewaris tunggal dikeluarga kami. Coba kamu bertanya pada dirimu sendiri, pantaskah wanita sepertimu mendampingi dia yang setiap hari harus bertemu dengan orang-orang penting, orang-orang dari kalangan atas. Bagaimana jika kamu tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan Gilang. Pikirkan baik-baik sebelum kamu memutuskan sesuatu. Gilang memerlukan seorang pendamping yang bisa diajak sharing saat dia punya masalah dengan profesinya sebagai seorang Ceo, dia juga perlu pendamping yang selalu siap memberikan masukan dan ide-ide cemerlang yang akan membesarkan perusahaannya. Apakah kamu mampu untuk itu, apakah kamu mengerti tentang seluk beluk sebuah perusahaan.

Bagaimana seandainya dia sakit dan tidak dapat melaksanakan tugasnya diperusahaan apakah kamu bisa menghandle tugas- tugas dia. Sekarang Gilang masih muda, dia baru saja mengenal yang namanya cinta, ambisinya untuk memilikimu begitu besar, bagaimana kalau disuatu hari nanti dia jenuh dengan semua aktifitasnya. Sedangkan kamu sebagai seorang istri yang seharusnya bisa memberikan saran dan masukan tidak mengerti tentang perusahaan," ucap bunda Reni.

Sejenak bunda Reni berhenti bicara, menarik nafas dalam-dalam dan menatap tajam kearah Sekar, membuat Sekar menjadi salah tingkah dan akhirnya menunduk.

Bunda Reni menatap dan mengingatkan Sekar bahwa menikah bukan cuma sebulan atau dua bulan, bukan pula setahun atau dua tahun. Akan ada banyak halangan dan rintangan yang hadir sebagai ujian pernikahan. Bagaimana kalau Sekar tidak mampu mendampingi Gilang dengan baik. Apa dia tidak takut kalau nasib rumah tangganya juga seperti rumah tangga orang tuanya. Sekar mencoba mencerna apa yang di ucapkan oleh bunda Reni.

"Sebagai orang tua, tentu aku menginginkan yang terbaik untuk putraku, untuk generasi penerusku yang akan melanjutkan dan membesarkan perusahaan yang telah orang tuaku bangun mulai dari nol. Untuk itu maka Gilang memerlukan seorang pendamping yang enggak kaleng-kaleng. Pikirkan kembali Sekar, karena aku menginginkan seorang menantu yang mempunyai dedikasi tinggi terhadap profesi suaminya," ucap bunda Reni kembali.

Sekar mencoba memahami maksud bunda Reni, dia akan menjauh dari Gilang, Sekar akan memutuskan hubungan mereka, karena Sekar tahu diri siapa dia. sekar merasa tidak pantas untuk menjadi istri Gilang, dengan suara yang pelan sembari menahan air matanya yang hampir jatuh dia ungkapan isi hatinya di depan bunda Gilang.

"Bagus, ternyata kamu wanita yang cukup cerdas"

Bunda meminta agar Sekar tidak memutuskan hubungan dulu, dia tidak mau melihat Gilang patah hati dan hancur. karena itu akan mengganggu kinerjanya dalam mengelola perusahaan. Jika kinerja Gilang menurun dan perusahaan terancam bangkrut yang kasian para karyawan, mereka otomatis akan kena PHK. Jadi Sekar harus faham kehidupan ribuan karyawan bergantung dipundak Gilang.

Bunda Reni memberi masukan jika Sekar ingin memutuskan hubungan dengan Gilang, putuskanlah secara diam-diam yaitu dengan cara pergi dari kota ini. Sekar bisa pergi jadi TKW ke Hongkong. Bunda Reni yang akan mengurus semuanya. Sedangkan Sekar tinggal berangkat saja.

Keluarga Gilang mempunyai rekan bisnis disana, dan Sekar akan dipekerjakan disana juga.

"Nanti kamu tiap bulan bisa kirim uang untuk bapakmu, biar bapakmu tidak perlu bekerja keras, kamu juga bisa menabung untuk masa depanmu. Bagamana?," ucap bunda Reni Setelah berfikir sejenak akhirnya Sekar pun menyetujui saran bunda Reni.

Mungkin ini lebih baik, untuk masa depan Sekar dan masa depan Gilang ucap Sekar dalam hati. Bunda Reni pun mengucapkan terima kasih atas pengertian Sekar.

"Ternyata tidak sulit mempengaruhi gadis bodoh ini," dalam hati bunda Reni.

*********

Bab. 3. Kepergian Sekar

Sepulang dari rumah bunda Reni, Sekar bersikap senormal mungkin, walaupun sesungguhnya hatinya sangat sakit meninggalkan kekasih yang teramat dicintainya.

Sesampainya dirumah Sekar menceritakan semuanya pada bapaknya. Juga tentang rencananya meninggalkan Gilang secara diam-diam untuk pergi menjadi TKW diHongkong mengikuti saran bundanya Gilang.

"Kamu yakin dengan rencanamu itu Sekar, apa kamu tidak kasian dengan nak Gilang. Dia sangat mencintaimu, dia pasti akan shock dan merasa sangat kehilanganmu nak,"ucap pak Hadi berusaha menyatakan pendapatnya.

Namun Sekar sudah memikirkan masak-masak, mungkin ini adalah keputusan terbaik untuk semuanya. Sekar merasa tidak mampu menjadi pendamping Gilang yang notabene seorang CEO dari sebuah perusahaan besar. Gilang memerlukan seorang istri yang memahami pekerjaannya, perusahaannya tidak akan berkembang jika Sekar yang menjadi istrinya karena dia tidak mengerti apa-apa tentang perusahaan, dia tidak bisa memberi saran dan masukan saat dia ada masalah dengan pekerjaannya. Sedangkan hidup ribuan karyawannya tergantung padanya. Sekar sependapat dengan apa yang diucapkan bunda Reni.

Sekar memaparkan pendapatnya dihadapan bapaknya kalau dia tetap bersikeras menikah dengan Gilang, maka bunda Reni pasti akan menggunakan berbagai cara untuk memisahkan mereka dengan menggunakan uang dan kekuasaanya, termasuk menculiknya, bahkan membunuh dia atau bapaknya. Pak Hadi hanya mengangguk-anggukan kepala saja menanggapi pemaparan Sekar.

Beberapa hari kemudian Sekar dihubungi Bunda Reni yang mengabarkan bahwa semua berkas dan keperluan menjadi TKW ke Hongkong sudah siap. Bahkan pekerjaan Sekar beserta tempat tinggalnya pun sudah disiapkan salah satu asisten bunda Reni.

Hari ini Gilang berencana datang kerumah Sekar, sudah seminggu mereka tidak bertemu.

Tok...

Tok..

Tok...

"Assalamu allaikum pak, Sekarnya ada," ucap Gilang sembari menyalami dan mencium punggung tangan pak Hadi.

"Maaf nak Gilang, apa Sekar tidak memberi kabar kalau dia pergi ke Desa, kangen sama budenya"

Pak Hadi berbohong akan keberadaan Sekar. Lalu Gilang pun pulang dengan rasa kecewa karena tidak bisa bertemu dengan tambatan hatinya yang sudah seminggu ini dia rindukan. Gilang mencoba menghubungi Sekar tapi tak diangkat, dia mengirim pesan tapi hanya di read saja. akhirnya Gilang mengatasi rasa kangennya pada Sekar dengan cara kerja dan kerja.

Sudah satu bulan Sekar pergi kedesa, satu kalipun dia tidak pernah memberi kabar, pesan pun tak dibalas. Bahkan sudah beberapa hari ini nomornya tidak aktif, membuat Gilang merasakan adanya kejanggalan

Hari ini Gilang pergi menuju rumah pak Hadi, rencananya dia akan meminta alamat budenya Sekar dikampung. Dia akan menyusul Sekar kekampungnya. Rindunya pada Sekar sudah tak dapat dia tahan lagi.

Saat sampai dirumah pak Hadi, Gilang mengetok pintu rumah pak Hadi, ternyata yang keluar adalah seorang ibu-ibu berambut ikal.

"Bapak cari siapa ya, maaf saya penghuni baru disini," ucap wanita itu.

"Saya mencari pak Hadi pemilik rumah ini, dimana ya dia," ucap Gilang penasaran.

Wanita berambut.ikal itu pun menjelaskan kalau dia baru saja membeli rumah itu dari pak Hadi. Sedangkan pak Hadi sudah pergi keluar pulau. Penuturan ibu-ibu berambut ikal tersebut sontak membuat Gilang terkejut.

"Apa ibu tahu alamat pak Hadi yang baru," ucap Gilang bertanya lagi. Ibu-ibu itu hanya menggeleng.

Akhirnya Gilang pulang dengan rasa kecewa, hatinya sangat penasaran apakah yang sebenarnya terjadi.

Dalam perjalanan pulang, Gilang terus berfikir, mungkinkah Sekar dan bapaknya sengaja menghindarinya. Tapi apa tujuan mereka melakukan semua ini.

Sampai dirumah Gilang langsung masuk kekamar, sapaan sang bunda pun tak ia hiraukan. Isi kepalanya hanya dipenuhi Sekar. Sekar Dan Sekar.

Gilang berfikir keras untuk mengungkap misteri kepergian Sekar. Semua harus diselidiki siapa dalang dibalik semua ini. Beberapa hari ini Gilang tidak masuk kantor, bahkan untuk sekedar keluar rumahpun dia enggan.

Akhirnya bunda Reni pun menegur Gilang karena sekertarisnya memberitahu bundanya bahwa Gilang tidak masuk kerja selama beberapa hari ini. Bundanya juga menyarankan agar Gilang mengikhlaskan dan tidak perlu memikirkan kepergian Sekar. Mungkin Sekar bukan jodohnya. Bunda Reni akan mencarikan wanita yang lebih cantik dari Sekar.

Dahi Gilang mengernyit. Mendengar semua penuturan bundanya yang membuat dia curiga.

"Apa bunda yang sudah menyebabkan Sekar pergi," ucap Gilang to the point.

"Ke...kenapa kamu bisa berfikir seperti itu, untuk apa, bagaimana mungkin bunda menyebabkan Sekar pergi. Sekar pergi atas keinginan sendiri. Bukan karena bunda, kamu jangan seenaknya menuduh bunda," ucap bunda Reni.

Daripada terus berdebat gara-gara Sekar bunda Reni pun menyuruh Gilang pergi kekantor, kalau kerjaan Gilang terbengkalai perusahaan bisa bangkrut, kasian karyawannya itulah yang selalu difikirkan bunda Reni.

Akhirnya Gilang membenarkan apa kata bundanya. Kebih baik dia bekerja, kasian Resni beberapa hari menghandle pekerjaannya. Gilang benar-benar curiga sama bundanya, bagaimanapun kepergian Sekar terjadi beberapa hari setelah Sekar bertemu bunda. Gilang pun menggunakan beberapa orang detektif untuk menyelidiki keberadaan Sekar.

Keesokkan hari ini Gilang masuk kantor seperti biasa.

"Bapak, bapak kemana saja tidak masuk kantor, banyak berkas yang menunggu tanda tangan bapak, banyak juga klein yang ingin bertemu bapak untuk menjalin kerja sama," ucap Resni sekertaris Gilang.

Untuk berkas yang menunggu tanda tangan Gilang, Gilang langsung mempelajari dan menanda tangani berkas tersebut. Sedangkan klein yang ingin bertemu dengannya, Gilang segera meminta Resni untuk bikin janji dan atur jadwal pertemuannya. Gilang pun berlalu pergi masuk kedalam ruangannya. Sampai didalam ruangan Gilang langsung mengambil ponsel dan segera menelpon beberapa detektif untuk melakukan penyelidikan mengenai kepergian Sekar dan pak Hadi.

Sambil menunggu informasi dari orang bayarannya gilang terus berjibaku dengan setumpuk berkas yang menunggu untuk dikoreksi dan ditanda tangani.

Kring...

kring...

Gilang yang sedang melangkah gontai menuju keparkiran dikejutkan oleh bunyi ponsel yang ada didalam tas kerjanya.

"Halo Roy, "suara Gilang dengan penuh semangat mengangkat telepon dari orang kepercayaannya.

"Bos sekarang posisi saya ada dikampung Gadung, Kampung dimana Sekar dan pak Hadi berasal.

Sang derektif sudah bertemu dengan bude nya Sekar tapi ternyata Sekar tidak pernah pulang ke desanya, begitu juga dengan pak Hadi. Menurut bude Sekar sekarang pak Hadi masih dikota, dia sekarang membeli rumah sekitar beberapa ratus meter dari rumahnya yang dulu,

"Roy sekarang kamu selidiki keberadaan Sekar, sepertinya pak Hadi mengetahui rahasia dibalik menghilangnya Sekar!!," ucap Gilang kemudian.

Batin Gilang bertanya-tanya Sekar ada apa sebenarnya, kenapa Sekar tega pergi meninggalkannya. apakah Bunda adalah dalang dibalik semua ini.

Hari ini setelah pulang kerja, Gilang langsung pergi kerumah pak Hadi. kemarin dia sudah mendapatkan alamat pak Hadi dari Roy. Setelah sampai dialamat tersebut, Gilang langsung menyapukan pandangan sekeliling rumah tersebut. Ternyata rumah pak Hadi yang baru di beli lebih besar dari rumah yang sebelumnya.

"Assalamualaikum," ucap Gilang, tangannya mengetuk-ngetuk Daun pintu beberapa kali.

Sepi.. tak ada jawaban dari dalam rumah. Namun Gilang terus mengetuk tanpa kenal lelah, tak peduli beberapa tetangga memperhatikan apa yang sedang dilakukannya.

Setelah sekitar setengah jam Gilang Mengetuk pintu, akhirnya terdengar suara langkah kaki manusia menuju kearah pintu.

Cekreek...

krieeeet....

Pak Hadi muncul dari balik daun pintu, wajahnya nampak tegang.

"Gi. .. Gilang...maaf saya baru bangun tidur, tidak mendengar nak Gilang mengetuk pintu,"ucapnya beliau Gugup.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!