NovelToon NovelToon

Aku Menikah Karena Hutang

Episode1

" Kau harus menikahkan anakmu dengan anakku." Kata Tuan David.

Bram begitu sangat terkejut. Mendengar apa yang di katakan David padanya. Ia tidak menyangka kalau tuan David mengatakan hal tersebut. Wajah Bram tiba-tiba berubah menjadi pucat pasi. Jantungnya berdetak kencang. Tangannya gemetar. Hal tersebut membuatnya gugup dan bingung apa yang harus ia jawab kepada tuan David. Sementara ia tau ia tidak mungkin menikahkan putrinya yang masih sangat muda apa lagi dengan tuan muda Andrew yang usianya terpaut delapan tahun dengan putrinya. Terlebih lagi Bram tahu siapa Andrew. Bram sepertinya menjatuhkan putrinya ke lubang yang sangat dalam kalau menikah dengan Andrew. Akan tetapi ia tidak mampu melakukan apapun. Karena itu sudah menjadi permintaan Tuan David. Ia begitu membutuhkan bantuan tuan David

Dengan gugup dan berusaha ia mengendalikan dirinya.

" M...maksud Tuan anak saya dan Tuan muda Andrew?" Jawab Bram sedikit terkejut.

" Ya Bram aku ingin anakmu menikah dengan anakku." Kata David.

Bram tampak berfikir. Entah apa yang ada dalam benaknya. Pikirannya berkelana ke dunia luar. Ia mulai memikirkan apa akibat jika putrinya menikah dengan tuan muda yang terkenal kejam dan suka mempermainkan wanita. Dan apa juga akibatnya bila ia menolak permintaan Tuan david. ia akan kehilangan perusahaan dan segala kemewahan yang ia punya. Ingin rasanya ia membenturkan kepalanya agar bisa memecahkan masalah ini.

" Bagaimana Bram apa kau mau menikahkan anakmu dengan anakku?" Tanya David lagi. Yang mengejutkan Bram.

Bram menarik nafas panjang. Lalu memberanikan diri menatap Tuan David dengan tatapan yang penuh harapan.

" Apa..Tuan mau memberikan saya kesempatan untuk membicarakannya dengan Serly anak saya?" Kata Bram berharap David mau memberikan kesempatan untuknya membicarakan hal tersebut dengan Serly dan Dina istrinya. Bagaimanapun ia tidak bisa memutuskan sendiri hal seperti ini.

Mendengar apa yang di katakan Bram wajah David berubah. Ia mengerutkan kedua alisnya.

" Kesempatan apa yang anda minta bram. Aku sudah berbaik hati padamu. Memberikan tawaran yang luar biasa untuk melunasi hutangmu padaku. Bukan hanya itu aku pasti akan membantu perusahaan mu keluar dari masalah asal anda mau menikahkan anak anda dengan putra ku." Kata David dengan tegas.

" Tapi..tuan...." Kata Bram terpotong. Ia berusaha memohon kepada Tuan David.

" Bram.. aku memberikan anda jalan mudah untuk melunasi hutangmu. Apa lagi yang anda pikirkan. Kalau anda tidak menerima tawaran ini besok perusahaan yang kau bangun dengan susah payah itu hanya tinggal nama saja." Ancam David yang membuat wajah Bram memucat.

Bram hanya bisa pasrah dengan apa yang di inginkan Tuan David. Ia sekali lagi tidak bisa menolak. Hatinya semakin berkecamuk dalam pikirannya menimang antara keluarga dan perusahaannya. Pilihan yang sangat berat buatnya.

Ia tidak ingin hal yang buruk terjadi pada anak gadisnya dan juga perusahaannya. Akan tetapi ia tidak bisa mengambil keputusan dalam hal ini.bkeputusan yang sulit ia putuskan. Sementara Tuan David tidak memberikan kesempatan untuk menimang dan memikirkannya.

Namun tanpa di sangka.

David menarik nafas panjang. " Baiklah aku akan berikan waktu untuk anda 2 hari, beri aku jawaban dua hari lagi. Nasib perusahaan mu tergantung pada jawabanmu Bram." Kata David dengan tegas dan keputusannya tidak bisa di ganggu gugat lagi.

Bram berjalan keluar dari kantor mewah tersebut. Wajahnya tampak bimbang dan kebingungan.

" Apa yang harus aku lakukan." Gumamnya dalam hati setelah mobilnya melaju meninggalkan perusahaan Bastian corporation.Ingin rasanya ia berteriak dan memaki pada dirinya yang sudah tidak bisa menjaga keluarga dan perusahaanya. Ia merasa seperti pengecut sebagai seorang laki-laki dan seorang ayah. Ia merasa menjadi gagal sebagai manusia.

Akhirnya perasaan egois dan arogannya pun menang dalam pertarungan batinnya.

Karena sikap itu selalu ia pertahankan selama memimpin perusahaan tersebut. Bahkan Bram melakukan berbagai cara untuk memenangkan sebuah tender atau proyek. Bram adalah pria yang egois dan mau menang sendiri. Ia tidak pernah memikirkan perasaan orang lain.

" Aku tidak ingin kehilangan perusahan ku. Aku harus menikahkan Sherly dengan tuan muda Andrew hanya itu jalan satu-satunya untuk menyelamatkan perusahaan ku." Sambungnya dalam hati. Keputusan itu yang akhirnya ia ambil. Ia lebih memilih amankan perusahaannya dari pada masa depan putrinya.

Bram meminta supirnya untuk pergi kerumah. Karena hari ini ia tidak ingin pergi ke perusahaan untuk bekerja. Ia ingin langsung mengatakan hal ini kepada Sherly dan juga Dina.ia yakin Sherly tidak akan menolaknya. Karena selama ini ia telah menjadi ayah yang baik buatnya bahkan ia begitu memanjakan gadis cantik itu. Segala keinginan sherly selalu ia penuhi. Dan ia juga tahu seperti apa sifat Sherly. Selain cantik dan pintar di gadis yang pengertian dan penuh kasih sayang. Bram yakin Serly tidak akan mengecewakannya.

🌷🌷

Mobil Bram telah sampai di rumah bercat putih dengan gaya modern.

Dina yang sedang berada di halaman menyiram tanaman kesayangannya menoleh ke arah suaminya yang tidak biasanya pulang cepat. Apalagi dengan keadaan perusahaan yang seperti sekarang ini.

Dina menyapa suaminya yang sudah datang akan tetapi Bram sama sekali tidak ia dengarkan. Yang hanya ada di pikirannya adalah bagaimana menyelamatkan perusahaan yang sudah lama ia bangun dengan susah payah.

Wajah Bram tampak tegang dan kebingungan. Ia tidak menjawab pertanyaan istrinya yang menyambutnya datang. Dina diam dan berusaha tersenyum agar suasana hati suaminya tidak ikut rusak.

Bram berjalan cepat menuju ruang kerjanya seraya berkata.

" Minta Sherly menemui ku segera." Jawab Bram dan melangkah pergi.

Dina sedikit bingung kenapa suaminya pulang lebih awal dan meminta Sherly untuk menemuinya. Ingin rasanya ia bertanya kepada suaminya tentang apa yang terjadi.

Dina yakin sesuatu telah terjadi. Ada perasaan yang tidak enak mengganjal dalam hatinya. Namun Dina berusaha menepisnya. Ia tidak ingin suaminya semakin tertekan dengan keadaannya sekarang.

Dina memilih untuk menyusul suaminya sebelumnya Dina pergi ke dapur untuk membuatkan secangkir kopi untuk Bram setelah siap ia melangkah menuju ruang kerja Bram dan sesampainya di depan pintu ruang kerja suami nya ia mengetuk pintu.

Tokk...tokkk.tokk...!!

" Apa aku boleh masuk Bram?" Tanya Dina dari balik pintu.

" Masuklah " jawab Bram dari dalam.

Dina berlahan membuka pintu ruang kerja Bram dan melangkah masuk. Dina tersenyum manis saat melihat suaminya yang sedang duduk di meja kerjanya meskipun Bram tidak memperhatikannya.

Dina melangkah mendekati meja suaminya dimana suaminya duduk. Bram tertunduk seraya memijat pelipisnya dengan salah satu tangannya. Tergambar jelas dalam mimik wajahnya kalau Bram sedang dalam keadaan yang tidak baik dan ia terlihat begitu tertekan.

Dina berusaha menghibur suaminya ia tetap memasang wajah penuh senyum manis di wajahnya. Lalu ia melangkah kebelakang Bram yang sebelumnya meletakkan secangkir kopi yang ia buat dan memijat bahu suaminya dengan penuh kasih sayang.

Dina berusaha menanyakan kepada suaminya. Tentang prihal ia pulang cepat dan bagaimana keadaan perusahaan. Dina berusaha menghibur Bram yang tampak sangat tertekan. Selain itu Dina merasa penasaran mengapa suaminya meminta Serly untuk bicara dengan Bram segera. Dina berfikir kalau telah terjadi sesuatu.

Bram mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Dina yang sedang memijat bahunya dengan lembut. Ia menatap lekat wajah cantik Dina.

Bram hanya menjawab dengan singkat. Ia tetap menanyakan keberadaan Sherly kepada Dina. Hal tersebut semakin membuat Dina yakin telah terjadi sesuatu pada suaminya.

Dina semakin bingung kenapa suaminya begitu terus menanyakan keberadaan Sherly putrinya. Ada perasaan takut yang menyelimuti hati Dina.

Dengan wajah yang tetap tersenyum dan lembut Dina mengatakan kepada suaminya kalau Sherly sedang tidak ada di rumah. Sherly sedang kuliah dan belum pulang. Jadi Dina meminta Bram untuk menunggu sebentar lagi. Karena Dina tahu kalau Sherly akan pulang sebentar lagi.

Perasaan itu semakin kentara saat melihat Bram yang tampak bingung. Ada sesuatu yang penting sehingga ia harus bertemu dan ingin segera bicara dengan Sherly.

Dina mengangkat kedua alisnya. Tidak biasanya Bram pulang cepat hanya untuk bicara dengan putrinya. Dina kembali kepikiran buruknya kalau telah terjadi sesuatu dengan putrinya

" Ada hal penting apa yang ingin kau bicarakan dengan Sherly Bram?" Tanya Dina yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ia sedikit takut menanyakan hal-hal penting pada Bram. Namun ia memberanikan diri bertanya karena ini menyangkut Sherly putri semata wayangnya.

Bram sama sekali tidak mengindahkan apa yang di tanyakan Dina.

Pikirannya hanya fokus bahwa ia harus segera bicara dengan anak gadisnya prihal apa yang diinginkan Tuan David.

Akhirnya Dina memilih diam dan tidak lagi menanyakan hal yang membuatnya merasa penasaran.

Dina tidak ingin memaksa Bram untuk mengatakannya ia bisa tahu kalau ada hal penting yang ingin segera ia bicarakan dengan putrinya.

Dina yang memijat pundak suaminya ia tahu Bram begitu sangat stres dan tertekan dengan keadaan perusahaan miliknya. Akan tetapi Dina sama sekali tidak bisa membantu apapun karena ia tidak begitu paham dengan urusan bisnis dan sejenisnya. Yang bisa ia lakukan hanyalah memberikan perhatian khusus untuk suaminya. Hanya rasa sayang dan nyaman yang bisa ia berikan untuk suaminya.

Dina berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia tidak lagi bertanya tentang suaminya yang ingin membicarakan hal penting dengan putrinya.

" Bram apa kau jadi menemui Tuan David?" Tanya Dina memulai pembicaraan dengan Bram.

" Emmm... " Jawab Bram

" Lalu...?" Dina penasaran hal apa yang sudah diputuskan antara Bram dan David.

Ia berharap ada hal yang baik setelah pertemuan mereka.

" Tunggu Sherly kembali kau pasti akan tau" jawab Bram yang membuat Dina kembali kecewa dan penasaran dengan apa yang akan Bram bicarakan dengan Sherly. Dina yakin kalau hal itu pasti berhubungan dengan pertemuan suaminya dan Tuan David hari ini. Namun ia kembali berharap kalau itu adalah berita yang baik dan bahagia.

🌷🌷🌷

Sherly yang baru saja memasuki rumahnya dan sedikit berteriak mencari keberadaan mamanya, karena kebiasaanya pulang kuliah Dina akan menyambutnya dan menanyakan bagaimana ia di kampus. Ia melangkah masuk dan ingin segera menemui Dina.

Karena Sherly akan berlari ke pelukan Dina dan memberikan sebuah ciuman yang penuh kasih sayang kepada orang yang paling berharga dalam hidupnya.

Ia mencari sosok Dina yang biasanya pasti akan menyambutnya bila ia pulang. Namun ia melihat tidak ada sosok yang ia cari

Sherly yang tidak menemukan sosok Dina karena tidak biasanya Dina tidak menyambutnya. Sherly sedikit khawatir namun segera ia tepis pikiran tersebut.

Sherly mulai berfikir positif kalau mungkin Dina sedang keluar dan tidak ada di rumah.

Sherly menghempaskan tubuhnya yang lelah setelah mengikuti perkuliahan di ruang tamu.

Ia berlahan menutup matanya.

Namun beberapa saat kemudian muncul Dina dan mendapati anak gadisnya sudah ada dirumah. Dengan segera Dina mendekati Sherly dan memberikan sebuah senyuman yang hangat kepada putri cantiknya itu. Melihat siapa yang datang Sherly begitu senang.

" Ah . Mama dari mana aja sih.. Sherly cariin dari tadi." Kata Sherly dengan manja. Lalu ia bangkit dan berlari untuk memeluk Dina.

Begitupun Dina yang segera menyambut pelukan anak gadisnya yang paling ia sayangi.

Dina tersenyum dan mencium lembut pucuk kepala putrinya.

Setelah itu mereka melangkah dan duduk di sofa. Serly menanyakan keberadaan Dina yang tidak biasanya tidak menyambutnya saat ia datang. Dina tersenyum ia mengatakan kalau ia sedang berada di ruang kerja Bram. Dan tidak mengetahui kedatangan Sherly. Dina meminta maaf kepada putrinya karena ia tidak datang menyambutnya. Dina paling tahu kebiasaan Sherly yang pulang dari bepergian ia akan bersikap begitu manja padanya.

Sherly menoleh bingung karena ia merasa aneh kalau Bram sudah pulang. Ada perasaan khawatir dalam hatinya karena tidak biasanya Bram akan pulang cepat. Ia segera menanyakan keadaan Bram yang baginya tidak wajar kalau jam seperti ini Bram sudah dirumah. Bram selaku pulang larut. Bahkan tidak pulang. Ia lebih banyak menghabiskan waktu nya di kantor untuk bekerja ketimbang berada di rumah.

Dina tersenyum hangat. Dina tahu apa yang ada dalam pikiran Sherly saat ia tahu Bram sudah ada dirumah. Lalu ia mengatakan pada putrinya kalau Bram dalam keadaan baik-baik saja. Dan Dina juga mengatakan kalau Bram ingin bicara penting dengannya.

" Bicara apa ma?" Jawab Sherly dengan penasaran dan sekaligus bingung. Karena biasanya Bram akan mengajak mereka bicara saat sedang berada di meja makan. Dan ini hal yang aneh buat Sherly karena ayahnya memintanya datang keruang kerjanya. Dan ditambah ada hal penting yang dibicarakan dengannya.

Dina menggelengkan kepalanya. Ia juga tidak bisa menjawab pertanyaan Sherly karena ia sama sekali tidak tahu apa yang akan di bicarakan Bram pada Sherly.

" Entahlah.. papa bilang hanya ingin bicara dengan mu." Jawab Dina yang membuat Sherly ikut penasaran dengan apa yang akan dikatakan Bram padanya.

Sherly bisa menebak kalau apa yang akan dikatakan Bram padanya pastilah sangat penting. Tapi Sherly tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Bram padanya. Karena tidak biasanya Bram akan mengajaknya bicara di ruang kerja. Sherly sedikit khawatir dengan apa yang akan dibicarakan Bram padanya ia juga bisa menduga kalau hal uang ingin dibicarakan Bram padanya pasti mengenai perusahaan dan sejenisnya.

" Udah... Temui papamu di ruang kerjanya papamu sudah menunggu mu sedari tadi." Kata Dina kepada Sherly. Yang bisa membaca pikiran gadis tersebut terlihat dari raut wajahnya.

Tanpa menunggu lama Sherly segera bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ruang kerja Bram.

Sesampainya di depan pintu ruang kerja Bram Serly berhenti dan menarik nafas panjang sebelum Serly mengetuk pintu dan memasuki ruangan tersebut.

TOK..TOKK.

" Pa. Ini Sherly " kata Sherly dari balik pintu.

Kemudian Bram mempersilahkan sherly untuk masuk. Dengan senyum manis yang tersungging di bibirnya ia memasuki ruang kerja Bram.

Sherly semakin penasaran dengan ap yang di bicarakan Bram padanya. Sherly mendekati Bram dan menanyakan apakah yang dikatakan Dina benar bila Bram ingin bicara dengannya. Bram mengiyakan apa yang dikatakan Sherly padanya. Memang benar ada hal penting yang harus ia segera bicarakan dengan Sherly. Karena ini menyangkut masa depannya kelak dan kelangsungan hidup keluarga dan martabatnya sebagai pengusaha.

" Iya... Ada hal yang ingin papa bicarakan denganmu." Kata Bram yang mengangkat kepalnya dan menatap penuh kasih kepada Sherly.

Sherly sudah menduga kalau hal tersebut sangatlah penting Sherly duduk di depan Bram dan siap mendengarkan apa yang ingin Brama bicarakan padannya

Bram menarik nafas panjang sebelum ia mulai bicara. Ia tidak ingin membuat Sherly terkejut. Ia mulai bicara dengan nada lembut.

Sebelum mulai ke inti pembicaraan Bram menjelaskan dan memberi sedikit penjelasan kepada Sherly tentang keadaan perusahaanya. Berharap Sherly akan meras khawatir dan dengan cara itu Bram berfikir kalau Sherly akan menyetujui permintaanya. Bram mulai bercerita panjang lebar tentang perusahaannya yang sedang berada di ujung tanduk.

Sherly menganggukkan kepalanya. Mendengarkan apa yang diceritakan Bram padannya tentang keadaan perusahaan. Ada raut yang khawatir terpancar dari wajah cantik itu. Hati Bram sangat senang. Karena ia yakin kalau Sherly tidak akan mengecewakannya. Kemudian ia semakin memasang wajah yang penuh dengan tekanan sehingga membuat Sherly semakin khawatir dengan keadaan Bram dan perusahaan.

" Papa berharap besar padamu Sherly." Kata Bram dengan penuh penekanan dan harapan.

" Katakan pa.. apa yang bisa Serly bantu. Serly pasti akan sangat senang sekali bisa bantu papa." Jawab Serly dengan senyum manis menghiasi bibirnya

Bram menarik nafas panjang sebelum akhirnya ia bicara dan mengutarakan keinginannya. Meskipun ada setitik perasaan yang tidak tega dengan putri yang sudah ia besarkan dengan penuh kasih sayang ini. Namun kembali lagi perasaan egois kembali memenuhi hati nya. Membuat ia menjadi orang tua yang arogan dan tidak peduli dengan perasaan Sherly yang merupakan keluarganya. Dengan penuh keyakinan Bram mengutarakan maksudnya ingin bicara dengan Sherly. Dan ia juga yakin seribu persen kalau Sherly tidak akan mengecewakannya.

" Papa minta kamu menikahi Tuan muda Andrew." Kata Bram.

Duaarrrr.....!!!!!!

Mendengar apa yang dikatakan Papanya Sherly begitu terkejut. Bagaikan petir yang menyambar hati Sherly. Sherly tidak menyangka Papanya meminta hal tersebut padanya. Sementara Papanya tahu kalau ia masih sangat muda untuk menikah. Ia hanya ingin fokus pada kuliahnya dan ia ingin menyelesaikan pendidikannya untuk bisa menjadi desainer terkenal. Wajah Sherly sedikit kecewa dengan permintaan Bram.

Sherly menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Bram.

Sherly menolak tegas apa yang jadi keinginan Bram. Sherly tidak ingin menikah muda dan mengorbankan cita-citanya. Sherly bersikeras menolaknya. Akan tetapi Bram tidak mau mengalah ia tetap meminta Sherly untuk menikah. Ia bersikeras untuk tetap menikahkan Sherly dengan Andrew. Bram sudah tidak peduli lagi dengan masa depan putrinya saat ini. Baginya cinta akan datang dengan sedirinya seiring waktu berjalan. Bram semakin murka dan marah karena Sherly tetap tidak mau menyetujui pernikahan tersebut. Meskipun Bram beralasan ini karena. Keadaanya.meskipun Sherly sudah menangis dan memohon pada Bram untuk membatalkan niatnya untuk menikahkannya.

Sherly menangis menjadi-jadi ia benar-benar tidak menyangka kalau Bram tega melakukan hal tersebut padanya.

Sherly berfikir kalau Bram telah menjual nya kepada tuan David demi menyelamatkan perusahaan nya sendiri.

Ribuan jarum menusuk hati Sherly. Permohonan Bram sama sekali tidak bisa ia penuhi. Serly sangat kecewa. Sherly berfikir Bram sudah mendorongnya ke jurang yang dalam.

" Bukan menjual nak..tapi membantu papa, hanya itu satu-satunya cara untuk bisa menyelamatkan perusahaan papa. Papa minta sama kamu Sherly jangan menolak nya akibatnya akan fatal." Kata Bram dengan tegas. Bram sudah di kuasai rasa egois dan arogannya. Ia sudah tidak peduli dengan hati gadis di depannya yang sudah menangis. Ia tidak peduli lagi bagaimana nanti kalau Sherly menikah di usia yang masih sangat muda.

Sherly menundukkan kepalanya cairan bening itu sakin deras membasahi pipi putih miliknya. Hatinya sakit seperti ribuan pedang menyayat hatinya. Dadanya terasa sesak. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dipikirkan oleh Bram. Seorang ayah akan melakukan hal yang baik untuk melindungi putrinya tidak menjerumuskannya demi egonya.

" Sherly nggak mau pa.. serly tidak kenal dengan anak Tuan David." Kata Sherly lirih. Ia takut karena orang yang akan menjadi suaminya sama sekali tidak ia cinta atau pun mengenalnya. Bagaimana kehidupannya nanti setelah ia menjadi istri orang asing.

Bram semakin murka. Ia mulai marah dan kesal karena Sherly menolak keinginannya. Awalnya ia sangat yakin kalau Sherly anak yang akan berbakti pada orang tuanya dan Sherly tidak akan mengecewakannya namun semuanya hanya imajinasinya dan kini Sherly menolak keinginannya. Bram sangat marah sehingga membuatnya naik pitam.

Bram seperti gunung api yang siap meledak. Nafasnya memburu cepat karena marah.

" Masalah saling kenal bisa kamu lakukan nanti setelah menikah." Ujar Bram kesal dengan nada tinggi, yang ia inginkan hanyalah Sherly menyetujui permintaanya dan perusahaanya akan aman dan jauh dari kebangkrutan. Ia tidak ingin kehilangan kemewahan yang telah susah payah ia gapai.

Serly semakin terisak ia tetap dengan pendiriannya. Ia berfikir kenapa orang tuanya sendiri tega melakukan hal sekejam itu.

Padahal Bram tahu seperti apa keinginan Sherly. Ia sangat ingin menjadi orang yang bisa di banggakan dengan cara meraih cita-cita yang sudah lama ia inginkan.

Makanya Sherly berusaha keras untuk belajar dan selalu menjadi yang pertama.

Bram terdiam dan menahan rasa marahnya karena penolakan Sherly. Matanya semakin menatap tajam Sherly yang sudah menangis.

Bram sudah di penuhi dengan api amarah yang telah membara hebat dalam dirinya ia tidak lagi peduli hal lain apalagi perasaan Sherly. Kini yang penting buatnya hanyalah keselamatan perusahaan dari kebangkrutan dan membuatnya jatuh miskin.

Sherly semakin tidak bisa menahan perasaannya yang kecewa dan sakit. Ia trus menolak bahkan ia mengatakan lebih baik hidup susah nantinya daripada harus menikah di usia yang sangat muda dan dengan orang yang sama sekali tidak Sherly kenal dan apa lagi mempunyai perasaan seperti cinta.

Bram terus memaksa Sherly dan menjelaskan kepada Sherly kalau semua yang ia lakukan semata-mata untuk kepentingan bersama. Padahal dalam hatinya sudah buta oleh kekuasaan dan kemewahan

Sherly menangis sejadi-jadinya. Ia tidak mau menuruti keinginan Bram yang baginya tidak masuk akal.

" Papa tahu Sherly masih kuliah umur serly baru 18 THN bagaimana papa bisa meminta Sherly menikahi pria yang serly nggak kenal. Apa karena dia anak orang kaya pa?" Teriak Sherly di sela tangisannya.

" Jaga bicaramu Sherly" bentak Bram semakin marah

" Lalu apa pa..kalau papa sayang anak papa nggak mungkin lebih memilih perusahaan dan mengorbankan anak papa sendiri" teriak sherly pilu

Plakk....

Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Sherly.

Pipi mulus itu berubah merah karena tamparan itu. Sherly terdiam rasa sesak dalam. Hatinya semakin membuatnya tidak bisa bernafas. Namun Bram tidak berhenti dan tidak menaruh rasa belas kasihan padanya ia tetap dengan pendiriannya.

" Ini papa lakukan demi kamu Dan mama mu demi kita semua. Apa kau tidak mau berkorban demi keluarga setelah apa yang aku lakukan untuk mu dan mama mu aghh...." Hardik Bram semakin marah.

Sherly memegang pipinya yang memerah. Ini pertama kalinya Bram menamparnya.

" Papa jahat..!" Teriak Sherly dan berlari keluar meninggalkan Bram dengan amarahnya.

Sherly berlari dengan berlinang air mata dan pipi merah bekas tamparan Bram di wajahnya.

Dina yang mendengar keributan segera menghampiri Bram di pintu . Dina hendak membuka pintu ruang kerja Bram namun sudah dibuka lebih dulu oleh Sherly yang sudah menangis. Dina terkejut melihat putrinya seperti itu. Kemudian Sherly melangkah pergi meninggalkan Dina yang mematung.

Dina melangkah masuk mendekati Bram. Dina sudah tidak bisa menahan rasa penasaran dengan apa yang terjadi antara Bram dan Sherly. Ini pertama kalinya Dina melihat kedua ayah dan anak itu bertengkar. Entah apa yang sedang di bahas sehingga mereka seperti itu. Dina sama sekali tidak tahu.

Dina berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka berdua. Namun bukan jawaban yang ia dapat melainkan tatapan membunuh yang terpancar jelas dari mata Bram yang sudah merah karena saking kesalnya. Bram meminta Dina untuk mengajari Sherly bagaimana cara balas Budi kepada orang yang telah merawat dan membesarkannya. Apa lagi Sherly selalu di manja oleh Bram. Ia di berikan kehidupan yang mewah dan nyaman sejak kecil.

Mendengar itu Dina begitu terkejut ia tidak menyangka kalau Bram akan mengatakan hal tersebut kepadanya tenteng putrinya. Dina tidak menyangka kalau Bram akan menuntut balas Budi atas apa yang telah ia lakukan padanya dan putrinya.

Tetes air mata mulai keluar dengan tenang membasahi pipi Dina. Hatinya begitu terluka mendengar semua dari mulut suami yang selama ini mendampinginya dan menerima segala nya yang ada di dirinya. Rasa arogan menguasai benak pikiran Bram saat ini sehingga kata-kata pedas dan menyakiti hati terlontar dari mulut Bram.

Dina masih tidak mengerti apa penyebab Bram sampai berkata sekejam itu kepadanya tentang Serly. Dina berusaha bertanya pada Bram dan berusaha mencari penyebabnya.

" Aku ingin Serly menikahi anak Tuan David." Jawab Bram lantang tanpa beban. Ia sudah tidak memikirkan hati dan perasaan Dina setelah mengatakan ini. Yang ada dipikirannya hanyalah perusahaan. Dan bagaiman caranya keluar dari masalah ini.

" Apa...!!!? Bram Sherly masih muda dan baru kuliah. Apa kau gila." Dina mulai kesal dan kecewa mendengar apa yang di katakan Bram.

" Aku lakukan ini demi kita semua Dina!" Bentak Bram murka

Dina tidak menyangka laki-laki yang sudah lama menjadi suaminya akan tega melakukan hal sekecil ini demi harta dan perusahaan.

Yang lebih tidak Dina sangka Bram sudah mengungkit masa lalu yang sudah lam Dina sembunyikan. Kebenaran yang tidak pernah Sherly ketahui. Sakitnya hati Dina saat Bram menuntut anak gadisnya untuk berbalas Budi. Yang selam ini Dina tau Bram pria yang baik dan begitu sayang kepada Sherly. Namun saat seperti ini ia lebih memilih perusahaan dari pad anak nya.

Dina semakin yakin kalau apa yang Bram lakukan ini bukanlah semata-mata demi dirinya dan Sherly akan tetapi demi keutuhan perusahaan yang hampir bangkrut. Bram laki-laki yang egois dan arogan. Setelah mengetahui semuanya Dina menolak dan tidak mendukung apa yang ingin Bram lakukan. Karena itu adalah perbuatan yang salah. Ia bukan menyelamatkan keluarga seperti katanya namun malah mengorbankan keluarganya. Dian berusaha menjelaskan semuanya namun tidak pernah didengarkan oleh Bram yang sudah dikuasai amarah dan sifat arogannya.

Bram kesal karena Dina juga tidak mau mendukung dan mengerti akan dirinya

" Yaa... Ya ... Benar ini egoku. Karan aku takut kehilangan perusahaan dan semua yang sudah aku miliki dan kau nikmati bersama Sherly." Jawab Bram yang membuat Dina seperti di tembak ribuan panah.

Dina begitu terkejut dengan apa yang dikatakan Bram suaminya setelah 19 THN menikah ini pertama kalinya Bram mengatakan hal itu kepadanya. Kemana perginya Bram pria baik yang menikahinya dengan penuh kasih sayang. Pria yang selalu menyayangi keluarganya. Pria yang mencintai anak dan istrinya.

Semuanya hilang karena perusahaan dan harta

Episode 2

" David yang baru saja menginjakkan kakinya di sebuah rumah mewah bak istana itu. David menanyakan keberadaan Andrew kepada Budi sopir pribadinya.

Budi mengatakan kalau Andrew kebetulan ada dirumah dan ia sedang berada di kamarnya untuk istirahat. Kemudian David meminta Budi untuk memberitahukan Andrew kalau David ingin bicara dan menunggunya di ruang kerjanya.

Budi bergegas menuju kamar pribadi Andrew karena ia tadi melihat Andrew ada di rumah dan ia paling tahu kalau tuan mudanya ada di rumah pasti ia kan berada di kamarnya untuk istirahat.

Orang tua dan anak ini jarang bertemu karena mereka sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing. Meskipun mereka mengelola perusahaan yang sama namun Andrew diberi kesempatan untuk memegang salah satu anak perusahaan Bastian corporation.

Setelah berada di depan kamar tuan mudanya Budi mengetuk pintu. Ia mulai bicara setelah mendapat jawaban dari dalam. Budi segera mengatakan kalau tuan David ingin bicara dengan Andrew dan beliau sudah menunggunya di ruang kerja.

Setelah menyampaikan pesan David Budi meninggalkan kamar tersebut dan menuju dapur untuk membuat kopi. Ia tinggal menunggu perintah tuan nya dan sambil menunggu ia memutuskan untuk istirahat.

🌷🌷🌷🌷

David ingin segera mengatakan hal ini pada Andrew karena ia tahu ia pasti akan sulit untuk membujuk putra bandelnya itu. Ia akan melakukan berbagai cara untuk membuat Andrew menyetujui permintaanya. David ingin Andrew mulai bertanggungjawab dengan hidupnya dan berhenti bermain-main.

Sementara itu Andrew melangkah keluar kamarnya ia menuju ruang kerjanya. Andrew merasa sedikit aneh karena tidak biasanya ayahnya mengajaknya bicara di rumah. Ia yakin hal tersebut pasti sangatlah penting pikirnya. Karena ia tahu ayahnya tidak akan membicarakan masalah pekerjaan di rumah. Andrew tidak bisa menebak apa yang akan ayahnya bicarakan ia yakin juga ini pasti masalah di luar pekerjaan. Dengan rasa penasaran Andrew melangkah menuju ruang kerja ayahnya tersebut.

🌷🌷🌷

" Kenapa papa mencari ku." kata Andrew yang sudah berada di ruang kerja Papanya.

Andrew melangkah masuk mendekati ayahnya yang sudah menunggunya di ruang kerjanya. Degan gaya arogannya ia duduk tepat di depan ayahnya. Ia sudah tidak sabar mendengar apa yang akan di bicarakan ayahnya padanya.

Melihat Andrew datang David mengangkat wajahnya dan menatap datar putranya yang sudah duduk di hadapannya. Tanpa banyak basa basi David langsung ke inti pembicaraan.

" What.... papa serius.." jawab Andrew dengan mata terbuka lebar dan sedikit tertawa kecil tanda menyepelekan apa yang dikatakan ayahnya padanya.

David ikut tertawa kecil ia paling paham dengan sifat Andrew dan ia tahu Andrew sangat bisa ia kendalikan. Meskipun Andrew laki-laki yang arogan, dingin dan cuek akan tetapi bila menyangkut David Andrew akan menurut seperti anak bayi. David kembali mengatakan sekali lagi dengan tegas apa yang jadi tujuannya ingin menemui Andrew. David bukan tipe ayah yang akan bicara kalau tidak ada perlu. Tatapan David berubah saat Andrew kembali menanyakan keinginannya untuk menikahkannya dengan anak ingusan. Sementara David tahu seperti apa putranya ia pasti tidak ingin menikah dan menjalin sebuah hubungan yang serius.

David menganggukkan kepalanya. Ia menatap serius kearah Andrew. David sama sekali tidak main-main dengan apa yang di katanya.

Andrew tertawa kecil. Melihat ekspresi wajah David yang serius. Andrew tahu betul kalau ayahnya tidak akan memintanya untuk menikah. Karena Andrew tahu betul David tahu alasannya.

" Are you crazy pa... bagaimana papa bisa memintaku menikahi anak ingusan. Dan papa tahu aku tidak akan menikah." jawab Andrew masih dengan wajah bercandanya. Namun tetap dengan gaya cool nya.

David serius dan memasang wajah datar. Ia menarik nafas panjang. David berusaha sabar dan memberi pengertian kepada putranya itu ,Namun Andrew sama sekali tidak peduli dengan apa yang diinginkan ayahnya. Ia bersikeras dengan keinginannya yang tidak akan menikah. Meskipun umurnya kini telah menginjak 26tahun umur yang mungkin boleh dikatakan matang untuk menikah. Sementara David menginginkan anaknya menikah dan segera memberikan cucu untuknya.

Di umurnya yang sudah tidak muda lagi bahkan dikatakan tua ia ingin menikmati bermain bersama seorang cucu. Maka dari itu David sangat menginginkan Andrew segera menikah dan memiliki anak. Itu akan membuat hidup David sedikit memiliki cahaya dan warna dalam hidupnya yang datar.

Meskipun ia seorang yang sukses bahkan sangat kaya raya. Ia selalu kesepian dan merasa seorang diri. David hanya memiliki Andrew dalam hidupnya.

" Lalu kenapa papa memintaku menikah.. apa lagi dengan gadis ingusan seperti anak Bram." Potong Andrew dan tidak menyangka dengan permintaan Papanya yang di luar logika buatnya.

Andrew sama sekali tidak suka dengan ide ayahnya.

David bersikeras meminta Andrew untuk tetap menikah. Meskipun Andrew menolak dengan cara apapun. David akan melakukan apapun demi Andrew menyetujui pernikahan yang telah ia rencanakan. David tidak ingin anaknya terus seperti ini. Dan ia ingin melihat Andrew bahagia. Keinginannya di usia tuanya tidak lain adalah bahagia bersama cucunya.

David tidak ingin Andrew menghabiskan waktu dengan tetap bermain-main dengan wanita yang tidak jelas.

David berusaha kembali meyakinkan Andrew bahwa pernikahan tidak seperti yang ia pikirkan. David ingin merubah pikiran yang sudah lama membuat Andrew berubah jadi seorang pria yang kejam dan tidak percaya akan cinta dan pernikahan.

Sebenarnya Andrew adalah pria yang baik dan penuh kasih sayang karena sesuatu di masa lalu ia tumbuh menjadi ceria yang dingin dan tak percaya dengan hubungan serius seperti pernikahan.

Andrew semakin kesal karena paksaan David dan berusaha merubah pikirannya. Andrew tidak suka David memaksanya untuk menerima hubungan yang selama ini m membuatnya sedih dan terpuruk. Andrew tetap bersikeras untuk menolak keinginan David. Dan menjelaskan kalau ia tidak ingin menjalin hubungan yang serius karena hubungan seperti sebuah pernikahan akan membuat nya sengsara dan sedih.

" Andrew cukup... cukup dengan semua permainan gila mu dan cukup sudah kau bermain dengan wanita di luar sana.

"Hentikan !" Jawab David mulai kesal dan marah dengan sikap keras kepala Andrew.

" Tidak pa.... Aku akan tetap dengan keputusanku. siapapun tidak bisa merubahnya." Ucap Andrew tetap dengan pendirian dan keteguhan hatinya.

David semakin marah dan kesal ia meninggikan suaranya dan mengatakan kalau Andrew harus tetap menikah. Pada akhirnya David mengeluarkan senjata pungkasnya untuk mengancam Andrew. Yaitu menarik semua pasilitas yang ia berikan bahkan perusahaan yang ia pegang. Dengan cara seperti ia bisa menaklukan Andrew yang luar biasa keras kepala.

David tersenyum menang. Ia yakin Andrew akan mengalah dan menuruti keinginannya.

" wah... pa...! apa papa serius.." kata Andrew tidak percaya dengan keputusan papanya.

Andrew merasa frustasi karena keinginan ayahnya terlebih lagi ayahnya sudah mengeluarkan jurus terakhirnya yang membuatnya tidak bisa berkutik lagi.

Ayah dan anak itu sama-sama keras kepala tidak ada yang mau mengalah dalam hal membuat keputusan.

" Pikirkan itu Andrew." jawab David tegas

Namun dalam hatinya ia tersenyum menang lalu meninggalkan Andrew yang mematung dan diam. Wajahnya tampak kesal dan frustasi dengan apa yang ia katakan. David tahu betul Andrew meskipun demikian ia tetap sangat menyayangi Andrew.

David sangat mengenal anak semata wayangnya. Meskipun ia begitu nakal diluar sana akan tetapi ia tahu kalau Andrew tidak akan membuatnya kecewa.

David tau cara mengendalikan Andrew. Ia tidak bisa hidup tanpa kemewahan. Karena dengan kemewahan yang ia punya ia bisa bermain dengan banyak wanita diluar sana.

Andrew begitu kesal dengan apa yang dikatakan Papanya. Ia tidak menyangka kalau papanya akan memaksanya untuk menikah sementara itu papanya tau betul kenapa Andrew tidak ingin menikah dan sangat membenci cinta.

🌷🌷🌷

Dengan langkah kesal ia melangkah masuk kedalam kamarnya ia masih tidak percaya dengan apa yang jadi keinginan ayahnya itu. Baginya itu benar-benar ide yang gila. Entah bagaimana kehidupannya nanti setelah memiliki seorang istri.

Akan tetapi ia berusaha menghibur dirinya kali istri ingusannya nanti tidak akan bisa mengendalikan nya apa lagi melarangnya untuk melakukan apapun. Andrew tersenyum jahat. Menikah bukan berarti semuanya berakhir. tidak bagi Andrew.

Namun ia kembali mengingat kalau image nya sebagai sang Casanova akan lenyap begitu saja. Statusnya pasti akan berubah menjadi pria beristri.

Ahhh... Andrew semakin dibuat sakit kepala memikirkan hal tersebut ia seperti akan terjun dari ketinggian ribuan meter. Dan akhirnya akan mati di bawah sana. Ia tidak ingin merubah statusnya itu akan membuatnya menjatuhkan harga diri dan menelan ludahnya sendiri. Karena tiap kali ada wanita yang ingin mendekat dan menjadi istrinya ia kan mengatakan kalau menikah akan membuang waktu dan tidak berguna. Namun kenyataanya ayahnya kini memaksanya menikah dan melanggar janji hatinya.

" Stev... cari tau anak Bram dan temukan aku dengannya." kata Andrew dengan Steven sabat sekaligus asistennya di kantor.

Wajah Andrew tampak kesal dan sedang menahan marah karena apa yang akan terjadi padanya selanjutnya padanya setelah apa yang jadi keinginan ayahnya tersebut.

(" Wee... ketemu barang baru lagi broo" kata Steven dari seberang sana) Steven tersenyum miring melihat apa yang dipikirkan tentang Andrew. Ia sangat mengenal sahabat sekaligus boss nya ini. Apabila sedang kesal ia akan mencari wanita untuk melampiaskannya.

" Bukan urusan Lo. Cari tau dan bawa padaku segera. Ato Lo mau Gue pindahkan kerja di kutub Utara bareng para beruang aghh...!!!" perintah Andrew yang sedikit kesal dengan apa yang dikatakan Steven.

( " Siap pak boss") jawab Steven yang pasrah dengan perintah Andrew yang tak akan bisa ia tolak. Kalau ia sampai tidak menuruti keinginan Andrew ia pasti akan celaka dan ancaman Andrew tidak pernah main-main.

Andrew mengakhiri pembicaraan di telefon. Ia melempar begitu saja handphone di sembarang tempat karena kesalnya. Ia teringat akan apa yang dikatakan David. Permintaan yang begitu sulit buatnya. Sebuah kenangan yang membuatnya membenci cinta dan hubungan serius.

Dengan senyum jahatnya ia mulai menyusun rencana untuk bisa membatalkan keinginan David. Mungkin dirinya sendiri tidak bisa tapi bukan Andrew namanya kalau sampai tidak bisa melarikan diri dari masalah yang buatnya sangat tidak masuk akal.

Andrew berencana akan bicara dengan Sherly. Ia akan melakukan berbagai cara untuk membuat Sherly menjauh dan membatalkan pernikahan ini. Karena menikah butuh persetujuan dua pasang manusia kalau salah satunya menolak dengan sangat dipastikan pernikahan akan batal. Andrew tersenyum senang bila mengingat rencananya yang ia yakini pasti akan sangat berhasil.

Ia akan membuat Sherly menyerah akan pernikahan ini. Dan akan membuatnya takut untuk menikah dengannya.

Andrew merasa sedikit ada cahaya terang. Ia yakin ia kan. Isa membuat Sherly menyerah kan pernikahan ini. David tidak akan Bisa melakukan apapun kalau Serly membatalkan dan menolak pernikahan ini

" Siap-siap gadis ingusan." gumam Andrew dengan senyum jahatnya. Ia merasa sangat senang saat memikirkan apa yang akan ia lakukan pada Sherly.

" Mulailah bermain Andrew" batinnya senang.

🌷🌷🌷

Keesokan harinya...

Di sebuah kampus ternama. Sherly sedang asik dengan buku-buku dihadapannya. Ia berusaha melupakan apa yang terjadi semalam.

Tentang permintaan Bram. Dalam pikirannya masih ada sesuatu yang mengganjal.

Tentang sebuah balas Budi. Apakah seorang ayah akan menuntut balas Budi pada anaknya sendiri. Sherly sama sekali tidak bisa mengerti dengan maksud Bram.

Sherly kembali berusaha membuang jauh-jauh tentang pikiran yang membuatnya bertengkar dengan Bram untuk pertama kalinya.

Dan untuk pertama kalinya juga Bram menampar Sherly. Bram bersikap begitu kesal padanya.

Sherly begitu sedih bila mengingat itu semua. Kemudian salah satu temannya memberitahukan kalau ada yang mencarinya dua pria dengan setelan jas lengkap. Sherly tampak bingung siapa yang mencarinya.

Ia bertanya kepada Sandra tentang siapa yang mencarinya. Sandra menggelengkan kepalanya. Ia sendiri tidak tahu siapa yang mencari Sherly. Karena saat hendak menuju kelasnya ia di hadang dua orang berpakaian jas hitam lengkap menanyakan keberadaan Sherly yang kebetulan adalah sahabatnya sendiri. Sandra berusaha bertanya ada keperluan apa mereka mencari Sherly. Namun dua orang tersebut tidak mau memberitahunya. Mereka hanya mengatakan untuk bertemu Sherly dan itu sangat penting.

Sandra sedikit menaruh rasa curiga sehingga ia buru-buru mencari Sherly.

Tanpa menunggu lama serli segera keluar dari kelasnya ia melangkah menuju parkiran kampus. Suasana kampus sangat ramai banyak mahasiswa yang berlaku lalang Disana. Banyak mata juga yang memandangnya. Terutama kaum hawa. Yang begitu mengagumi sosok Sherly yang cantik dan manis.

Namun Sherly sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya . Ia hanya fokus mencari orang yang ingin bertemu dengannya . Sampailah ia di parkiran kampus. Disana sudah terparkir mobil mewah hitam. Sherly mengerutkan keningnya ia sama sekali tidak mengenal dua orang yang sedang berdiri Disana. Untuk menghilangkan rasa penasarannya ia mendekati dua pria tersebut dengan perasaan yang sedikit takut.

" Nona Sherly?" tanya seorang pria dengan setelan jas hitam saat melihat gadis sedang berjalan mendekati mereka.

" Iya saya sendiri. Anda siapa ya?" Jawab Sherly sedikit ragu. Ia sama sekali tidak mengenal siapa mereka dan mengapa mereka ingin menemuinya.

Salah satu pria tersebut meminta serli untuk ikut dengannya dan mempersilahkan Sherly untuk masuk kedalam mobil yang ada di depannya tersebut. Sherly melangkah mundur ia menarik nafas agar kembali tenang.

Jantungnya berdetak kencang ia sedikit takut kalau dia orang ini akan berbuat jahat padanya. Namun ia kembali berfikir andai orang ini jahat ia pasti akan langsung memaksa Sherly untuk masuk dan ikut dengan mereka tapi dari cara mereka yang sopan mereka bukan orang yang jahat. pikiran nya berdebat dengan hebat di dalam otaknya. Akan tetapi Sherly tidak boleh gegabah. Ia harus tenang dan waspada dengan keadaan saat ini.

" Kemana?" Sherly sedikit takut karena ia tidak tau siapa dia pria ini. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya.

Namun pria tersebut kembali meminta Sherly dengan sopan bahwa mereka hanya menjalankan tugas dari seseorang. Dan tidak akan berbuat yang macam-macam pada Sherly. Ada rasa lega yang tersirat di hatinya. Ia meyakinkan dirinya bahwa dua pria ini tidak akan berbuat macam-macam pada dirinya.

( " Siapa mereka. Apa mereka orang suruhan Papa?" ) gumamnya dalam hati. Ia merasa sedikit aneh dengan kedatangan dua orang yang tiba-tiba,akan tetapi ia kembali teringat akan kejadian semalam. Sherly berfikir kalau Bram yang mengirim mereka. Serli pikir Bram merasa bersalah dan akan memintanya datang menemuinya. Sherly tersenyum dalam hati.

Dua pria tersebut menatap Sherly yang sedikit bingung karena Sherly hanya diam tidak mau masuk kedalam mobil tersebut seperti permintaan mereka.

" Nona bisa ikut kami. Kami tidak akan berbuat jahat kepada Nona kami hanya menjalankan perintah dari Tuan." kata pria berjas hitam dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.

Dua pria tersebut berusaha untuk meyakinkan Sherly bahwa mereka bukan orang jahat.

Sherly menarik nafas dalam-dalam. Ia hanya akan bisa menurutinya. Ia juga tidak akan terus-menerus marah pada Bram yang notabene adalah orang tua yang sangat menyayangi nya.

( " Ini pasti ulah papa) batinnya kembali meyakinkan dirinya.

" Baiklah.. aku tidak akan menyulitkan kalian. Aku akan ikut dengan kalian." jawab Sherly. Dan menuruti dua orang pria tersebut dan masuk kedalam mobil.

Kemudian kedua pria tersebut mempersilahkan Sherly masuk ke dalam mobil. Lalu mereka berdua masuk kedalam mobil.

Dan mobil tersebut mulai melaju menembus jalanan yang padat akan kendaraan.

🌷🌷🌷🌷

Di perjalan...

Sherly sama sekali tidak mengatakan apapun di dalam mobil. Matanya menatap luar jendela mobil. Ia mulai memikirkan hal yang terjadi kemarin. Ini pertama kalinya Sherly melawan dan berdebat dengan Bram. Apalagi Bram sampai menamparnya. Kali ini ia mau datang menemui Bram. Itu bukan berarti ia mau menerima keputusan Bram ia berharap Bram berubah pikiran.

Sherly masih tidak mau menerima permintaan Papanya untuk menikahi anak Tuan David.

Ia tidak kan menyia-nyiakan waktu untuk mengejar cita-cita nya.bkarena itu adalah hal yang paling ia inginkan dalam hidupnya. Ia ingin menjadi orang yang berguna buat keluarganya. Dengan cara itu ia ingin membahagiakan kedua orang tuannya.

🌷🌷🌷🌷

Beberapa saat kemudian ia sudah sampai di sebuah hotel mewah berbintang 5. Suasana parkiran sangat ramai oleh pengunjung hotel. Dua orang tersebut mempersilahkan Sherly untuk turun dan mengikuti nya. Sherly berfikir..

( " Kenapa Papa ingin menemui ku di hotel. ohhh.. mungkin papa habis ketemu kliennya dan sekalian ingin makan siang denganku.) batinnya senang.

Ia berharap Papanya menyerah dengan keinginannya. Bagaimana pun Papanya begitu sangat menyayangi nya.

Dengan perasan bahagia Sherly berjalan mengikuti dua orang tersebut. Ia bahagia dengan pikirannya sendiri.

Selama perjalanan menuju lobi hotel banyak mata yang melihat Sherly mereka begitu kagum dengan kecantikan gadis tersebut. Banyak juga yang iri dengan kecantikan Sherly dan parasnya yang ayu. Namun Sherly sama sekali tidak peduli ia sudah terbiasa dengan semua itu. Kemanapun ia pergi ia selalu menjadi pusat perhatian banyak orang.

Sherly di pandu oleh kedua bodyguard tersebut memasuki sebuah ruangan besar yang seperti restoran. Matanya mulai mencari sosok Papanya.

🌷🌷🌷🌷

Di sebuah meja besar tampak dua pria sedang duduk. Suasananya sangat tenang. Karena tidak ada pembicaraan antara mereka berdua. Senyum Bram terbit saat melihat sosok Sherly datang mendekatinya

Sherly akhirnya diantar ke tempat dua pria tersebut. Yang salah satunya adalah Papanya. Sherly tersenyum manis pada papanya. Namun tiba-tiba senyumnya hilang saat melihat seorang pria paruh baya juga duduk Disana dengan ayahnya. Ada perasaan yang tidak enak menyelimuti hatinya. Akan tetapi ria tersebut malah tersenyum ramah padanya.

" Selamat datang cantik." Sapa seorang pria paruh baya yang meski terlihat sudah berumur namun masih tetap tampan. Ia sangat senang dengan kehadiran Sherly yang sedari tadi sudah dinantinya.

Sherly mengangguk. Dan ia melirik Papanya yang tidak mengatakan apapun. Bram hanya tertunduk ia berharap Sherly tidak akan mengatakan apapun apalagi sampai menolak apa yang akan dikatakan David. Itu akan membuatnya celaka.

David tersenyum manis dan ramah ia mengulurkan tangan kepada Sehrly. Kemudian David memperkenalkan siapa dirinya kepada Sherly.

Sherly yang membulatkan kedua matanya ia terkejut saat tahu yang ada di hadapannya adalah Tuan muda David. Sherly berusaha tenang dan mengendalikan dirinya agar tidak terlalu terlihat gugup.ia hanya bisa mengangguk kaku saat Tuan David memperkenalkan dirinya dan mengulurkan tangan padanya. Sherly dengan tangan yang dingin menyambut uluran tangan David. Yang membuat David semakin tersenyum padanya. Pria yang ramah dan baik hati.

" S..s.saya Sherly Tuan." Jawab Sherly gugup.

David tersenyum senang. Dalam pikirannya ia begitu bahagia melihat Sherly yang ternyata sangat cantik dan lembut. Lebih cantik dari foto yang ia lihat tempo hari.

Sherly melirik Bram yang masih diam tidak mengucapkan sepatah kata pun.

( " Ternyata aku salah. Aku kira Papa akan berubah pikiran ternyata tidak.) batin Sherly kecewa.

Ekspetasi nya salah kenyatannya tidak seperti yang ia pikirkan. Bram yang menangkap sekelebat ekspresi terkejut dari wajah Sherly segera meminta Sherly untuk duduk.

Sherly menuruti perintah Bram dan duduk di sebelahnya. Sherly mulai gugup tentang apa yang akan mereka bicarakan ia sudah menduga ini pasti mengenai pernikahan yang Bram bicarakan dengannya semalam yang membuatnya harus bertengkar dengan Bram.

David membuat Sherly mengalihkan pikirannya.

" Sherly aku senang kau mau datang. Aku harap kelak kau akan menjadi menantu dan istri yang baik buat keluargaku." kata David dengan senyuman lebar tersungging di bibirnya.

Namun Sherly menundukkan kepalanya ia tidak berani menatap wajah David yang terus tersenyum ramah padanya.

Sherly meminta penjelasan Bram tentang apa yang terjadi. Semalam sudah sangat jelas kalau ia menolak keinginan Bram untuk menikahkannya. Namun sekarang dihadapannya sudah ada David yang sepertinya sangat senang. Sherly yakin Bram pasti sudah membuat keputusan dan David menyetujuinya tanpa mempertimbangkan perasaan Sherly. Rasa kecewa itu kembali menyelimuti hatinya.

" Jangan banyak bicara. setujui saja apa yang Tuan David katakan. Jangan bikin Papamu malu." bisik Bram kepada Sherly yang membuat gadis itu semakin tidak senang. Ia sudah dapat menduga dengan apa yang akan Tuan David katakan padanya.

Beberapa jam yang lalu.

flash on

" Selamat datang Tuan David." kata Bram yang sudah berdiri dari duduknya. Yang sudah hampir 30 menit menanti kedatangan David.

" Langsung saja Bram. Aku tidak punya banyak waktu. Apa yang membuatmu ingin menemui ku. Apa kau sudah memutuskan tawaranku?" Tanya David tanpa basa basi.

" Sudah tuan. aku akan menikahkan putrimu dengan Tuan Muda." Jawab Bram dengan yakin.

David tersenyum puas.

" Bagus kau mengambil kesempatan yang bagus. Kita akan bicarakan pertunangan terlebih dahulu. Aku akan menandatangani kontrak kerja denganmu dan menganggap hutang mu lunas setelah kedua anak kita menikah nantinya." Jawab David senang.

" Bagaimana dengan Tuan Muda apakah beliau menyetujui pernikahan ini?" Tanya Bram penasaran.

" Bram kau tidak usah memikirkan hal lain. putra ku pasti tidak akan mengecewakan ku. kata David yakin.

" Baiklah tuan." Bram setuju dan menuruti apapun itu perintah David. Ia ingin segera keluar dari masalah yang membuatnya stress dan tertekan.

flash off

Sherly menatap lekat wajah Papanya.

( " Akhirnya aku di jual papaku sendiri") batin Serly sedih dan kecewa.

Ada sekelebat harapan Bram akan berubah pikiran namun ternyata itu salah.

Ia sama sekali tidak bisa mengatakan apapun lagi.

Namun bukan Sherly kalau tidak menolak permintaan ini. Gadis yang keras kepala dan teguh pendirian.

( " Apa aku harus menolaknya dan mengatakan langsung kepada Tuan David kalau aku tidak ingin menikah.") Batin Sherly lagi.

Sherly berusaha tenang dan ia menarik nafas sebelum bicara dan mengutarakan keinginannya. Setidaknya dengan berterus terang Sherly berharap David akan mengerti dengan keadaan Sherly.

Bram menatap tajam kearah Sherly. Ia tau apa yang akan Sherly katakan.

Sherly tidak mempedulikan apa yang di katakan Bram. Sebelumnya ia meminta ijin dengan sopan kepada David untuk membicarakan sesuatu. Dengan tatapan hangat dan senyum ramah David mempersilahkan Sherly untuk bicara. Tanpa menunggu waktu dan sery sudah tidak sungkan lagi ia langsung ke inti pembicaraan kalau ia menolak pernikahan ini.

Karena usianya yang masih sangat muda dan ia ingin mengejar cita-cita yang sudah lama ia impikan.

Mendengar apa yang dikatakan Sherly Bram begitu marah dan membentak Sherly dengan nada tinggi. Nafasnya naik turun karena menahan marah. Ia tidak mengira kalau Sherly akan mengatakan hal tersebut di depan David. Itu Kana menghancurkan rencananya.

" Tidak Papa aku harus bicara sekarang juga. Aku akan katakan sebenarnya." jawab Sherly. Dengan tegas. Tanpa mau mendengarkan permintaan Bram. Ia ingin semuanya jelas dan tidak ada paksaan. Ia tidak ingin menikah tanpa cinta dan paksaan.

Bram semakin murka dan menahan marahnya .ia ingin menghentikan Sherly namun hasilnya nihil. Gadis keras kepala itu akan tetap dengan pendiriannya. Sherly berharap David akan memahaminya dari sudut pandang sebagai seorang ayah.

Sementara Bram sudah berusaha keras menahan Sherly untuk tidak melanjutkan perkataannya. Namun nasi sudah menjadi bubur. Dugaan Sherly salah besar. David yang tadinya terlihat ramah langsung merubah mimik wajahnya menjadi dingin dan datar. Wajah yang tadi hilang bagaikan asap yang terbang dan menghilang tertiup angin.

David yang mendengar hal itu begitu kesal. Wajah ramahnya seketika menghilang.

David berdiri dari duduknya dan meminta kejelasan tentang apa yang di katakan Sherly padanya. David tidak menyangka kalau Bram telah membohonginya. Awalnya ia sudah merasa senang karena rencananya sudah berhasil dan kesepakan telah di sepakati.

Bram mengatakan kalau Bram telah membuat Sherly menyetujui pernikahan ini.Kenyataanya berbeda.

" Maafkan aku Tuan. Sherly masih terlalu muda untuk memahaminya. Perjanjian masih tetap terjadi tidak ada yang berubah." pinta Bram yang memohon kepada David untuk mengerti.

" Tidak Papa aku..."ucapan Sherly terhenti saat mendengar teriakan Bram yang marah.

" Hentikan Sherly semuanya tetap seperti sebelumnya kau harus menikah dengan Tuan Muda." potong Bram dengan tatapan mata tajam.

Sherly semakin sedih. Kenapa ayahnya begitu tega pada dirinya. Hatinya semakin hancur lebur. Bagaikan abu.

David menarik nafas dalam-dalam. Dan bangkit dari duduknya kemudian melangkah pergi.seraya berkata.

" Bram selesaikan ini. Aku tunggu kau besok. kalau tidak semuanya akan tinggal nama seperti kataku." kata David dengan tegas dan menatap tajam ke arah Bram.

Melihat Tuan David pergi dengan marah. Bram semakin kesal. ada rasa takut dan khawatir bila David berubah pikiran dan itu tandanya kehancuran sudah di depan mata.

" Apa kau puas sekarang aghh? Apa kau ingin aku bangkrut.? dasar anak tidak tau balas Budi." hardik Bram begitu murka.

" Pa.. aku hanya tidak ingin masa depanku hancur karena aku menikah dengan pria yang tidak aku cintai" Isak Sherly.

" Dengar Sherly. Papa melakukan ini semua demi kau dan ibumu." Bentak Bram kepada Serly yang sudah duduk lemas dan menangis.

"Tidak... ini demi ego Papa." Kata Serly pilu.

" DIAM.... KAU ANAK TIDAK TAU BALAS BUDI 18 TAHUN AKU MEMBESARKAN MU SEBAGAI ANAKKU BAHKAN AKU MENGANGGAP MU SEBAGAI ANAK KANDUNGKU. HARI INI AKU MEMINTA BANTUAN MU KAU MENOLAKNYA." Hardik Bram dengan begitu kesal

mendengar itu semua Sherly begitu terkejut.Apa yang Bram katakan. Ia benar-benar hancur mendengar apa yang dikatakan Bram padanya. Kenyataan pahit itu membuat Sherly terdiam seribu bahasa. Dengan sekuat tenaga ia kembali mengendalikan dirinya agar tidak jatuh. Ia berusaha mencerna dengan baik kata Bram tadi.

Sherly kembali meminta penjelasan dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia berharap apa yang di dengarnya salah. Sherly menangis dan berteriak kalau itu semua tidak benar. Ia meminta ayahnya untuk menarik kata-kata yang begitu menyakiti hatinya tersebut.

" YA... KAU BUKAN ANAK KANDUNGKU." Teriak Bram begitu marah nafasnya naik turun dan....

Bugg.....!!!

Bram tersungkur di lantai.

Suasana tiba-tiba berubah menjadi hening. Bola mata Sherly membulat sempurna saat melihat Bram sudah tersungkur di lantai.

Serly yang melihat Bram tiba-tiba pingsan begitu panik. Ia seperti kehilangan nyawanya.

" Papa...." teriak Sherly dengan air mata yang mengalir deras...

Episode 3

Akhirnya Bram dilarikan kerumah sakit karena tidak sadarkan diri. Sherly yang begitu sedih memberi tau Mamanya tentang keadaan Bram.

Suasana sirine dan orang berpakaian putih-putih berlalu lalang di rumah sakit. Kepanikan semakin menyelimuti hatinya. Ia terduduk lemas di sudut ruang tunggu depan ICCU Dokter dan perawat sudah menangani Bram sejak 1jam lalu. Sherly semakin khawatir dengan keadaan Bram. Ia merasa bersalah karenanya Bram harus seperti ini. Sherly merasa seperti terintimidasi oleh keadaannya sendiri.

Dina menanyakan keadaan suaminya kepada Sherly dengan perasaan khawatir dan cemas. Terpancar jelas dari wajah cantiknya itu.

" Papa terkena serangan jantung Ma.." tangisan Sherly pun pecah. Sherly memeluk erat-erat tubuh Dina.

Dina terkejut mendengar semua. Bagaikan tersambar petir, hati Dina sakit dan takut akan berita yang baru saja Sherly sampaikan padanya. Ia hampir tidak bisa berdiri dengan tegak. Tubuhnya hampir ambruk.

" Mama kenapa?" Sherly memegangi tubuh Dina yang hampir terjatuh. Wajah Dina pucat pasi. Air matanya menetes di pipi mulusnya.

Sherly merasa semua ini adalah salahnya. Ia telah membuat orang-orang yang ia sayangi terluka. Sherly meminta maaf kepada Dina karena membuatnya sedih dan terluka.

" Tidak nak.. ini bukan salahmu." Jawab Dina lemah. Dina berusaha menenangkan diri sendiri dan juga Sherly yang terlihat sangat terpukul dengan keadaan Bram..

" Andai aku menyetujui pernikahan itu dan tidak menolaknya di depan tuan David Papa tidak akan seperti ini." Jawab Serly pilu.

Menyesali apa yang telah ia lakukan.

Dina menenangkan hati Sherly. Ia tidak ingin menyalahkan siapapun dalam hal ini. Dan ia juga tidak ingin Sherly tertekan dan merasa bersalah karenanya. Yang bisa ia lakukan adalah bersabar dan berdoa agar keadaan Bram baik-baik saja dan kembali pulih seperti sedia kala.

🌷🌷🌷

Waktu berlalu dengan cepat. Jam menunjukkan pukul 8 malam. Sherly mendekati mamanya yang sedang berada di sebelah ranjang Papanya. Kini Bram sudah bisa di jenguk. Terdengar suara alat-alat medis di ruangan tersebut. Bram yang masih belum membuka matanya.

Sedangkan Dina hanya diam seribu bahasa memperhatikan Bram yang belum juga sadar dari pingsannya. Sherly benar-benar prihatin dan bersalah dengan Dina. Penyesalan semakin menyiksanya.

Sherly menghampiri Dina yang sedari tadi ada di sebelah ranjang rawat bram. Sherly membujuk Dina untuk makan karena Sherly tahu Dina belum makan apapun dari tadi siang sejak kejadian ini. Namun Dina menolak permintaan Sherly ia beralasan kalau belum lapar. Dina masih tetap menatap wajah Bram yang pucat. ia balik meminta Sherly untuk makan terlebih dahulu.

Sherly tetap memaksa Dina untuk makan akhirnya Dina menyetujuinya karena tidak ada gunanya Dina terus berdebat dengan Sherly yang sangat keras kepala. Ia tahu Sherly pasti akan terus memaksanya.

Sherly membantu mamanya membuka bungkus makanan yang ia beli tadi. Dengan telaten Sherly menyuapi makanan tersebut ke dalam mulut Dina. Air mata yang susah payah ia tahan akhirnya keluar dengan damai mengalir pelan di pipi mulus miliknya.

Sherly kembali meminta maaf padanya Dina.

Dina menarik nafas dalam-dalam.

" Serly mama mohon terima pernikahan itu. Ini demi kebaikan papa dan juga keluarga kita. " Pinta Dina dengan penuh harapan. Ia memohon dari tatapan matanya.

Serly menundukkan kepalanya. Ia mengumpulkan keberanian dan meyakinkan dirinya. Keputusan yang akan ia ambil akan sangat berat. Tapi apa boleh buat ia tidak memiliki pilihan lain selain menerimanya.

Sesuatu yang indah pasti memerlukan pengorbanan. Karena sebuah pengorbanan tidak akan mengkhianati kenyataan yang ada.

Serly menarik nafas dalam-dalam.

" Baik ma. Aku tahu aku sudah memikirkannya. Aku tidak seharusnya menolak keinginan papa karena beliau telah membesarkan ku dan aku seharunya patuh dan membalas Budi kepada papa. " Kata Sherly dan cairan bening mengalir dari matanya.

Dina sedikit terkejut dengan apa yang Sherly katakan.

" Apa Bram sudah mengatakan semuanya." Tanya Dina yang berusaha menguasai emosinya agar tidak membuat Serly sedih dan terluka karena kenyataan yang baru saja ia ketahui.

Sherly menganggukkan kepalanya. Mengiyakan apa yang di katakan Dina.

Dina tertunduk ia merasa bersalah karena telah menutupi kenyataan yang sebenarnya kepada Sherly. Yang pada akhirnya itu seperti bom waktu yang siap meledak kapanpun.

" Maafkan mama sayang. Harusnya mama yang menceritakan hal ini dan mengatakan semuanya." Kata Dina sedih. Ia tahu Sherly yang lebih terluka darinya.

Sherly pasti syok berat mengetahui bahwa Bram bukan ayah kandungnya.

Sherly mengerti arti tatapan Dina. Ia tidak ingin Dina semakin tertekan karena ia menuntut kejelasan tentang kenyataan yang baru saja ia ketahui. Sherly hanya ingin semua baik-baik saja. Kenyataan tetaplah kenyataan ia tidak bisa merubahnya. Awalnya ia berharap apa yang terjadi hanyalah mimpi. Dan ia ingin segera bangun.

Namun ia salah ini memang nyata. Sherly berusaha menerima dengan lapangan dada. Meskipun itu terasa sangat menyakitkan bagaikan tertusuk ribuan jarum.

Sherly menenangkan Dina ia mengatakan akan menemui David besok. Dan meminta maaf. Ia akan menerima pernikahan tersebut.

Dina akhirnya menangis. Ia benar-benar merasa bersalah dengan Sherly. Ia harusnya memberi tahu Sherly tentang kebenarannya sedari dulu.

Namun rasa yg takut membuatnya untuk tetap menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya rasa yg takut kehilangan yang membuat Dina dan Bram menutupi kenyataan yang sebenarnya.

Sherly mengelus lengan Dina. Ia mengusap air mata yang menetes dari pipi putih dina.

" Satu hal yang Sherly minta, suatu saat nanti ceritakan kepada Sherly semuanya ma. Dan katakan siapa ayah kandung Sherly." Kata Sherly.

" Itu pasti sayang. Kau akan tau semuanya."

🌷🌷🌷🌷

Malam hari pun tiba.

Sherly duduk seorang diri di kamarnya. Ia menangis menjadi-jadi. Besok ia akan menemui Tuan David dan menyetujui pernikahan itu demi membalas Budi Bram . Dalam hidupnya ia tidak menyangka akan seperti ini. Ia akan menikah di Usinya yang masih sangat muda.

Pernikahan dini yang harusnya tidak terjadi dan terencana dalam hidupnya. Ia berusaha menata hatinya yang hancur dan menyimpan impiannya rapat-rapat, cita-citanya yang entah kapan akan bisa ia gapai segalanya berlahan memudar dan akan menghilang seiring waktu.

Namun hatinya tidak ingin cita-citanya hancur. Karena kenyataan begitu sangat kejam.

Setelah menikah ia tidak akan mempunyai kebebasan seperti sekarang ini. Banyak tanggung jawab yang ia harus penuhi. Mulai merawat suami, mertua bahkan mempersiapkan segalanya untuk suaminya nanti.

Sherly menangis seorang diri di kamar yang sepi dan gelap ia menangis untuk melepaskan sesak di dadanya yang begitu menghimpitnya. Setalah menangis ia akan merasa lebih baik dan mulai menerima semuanya. Impian tetaplah impian yang tidak akan mudah untuk di raih.

Sherly menarik nafas dalam-dalam.

" Ok Sherly kamu pasti bisa. Tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anak nya sekalipun itu bukan darah dagingnya." gumam Sherly memberi semangat pada dirinya sendiri.

Sherly berusaha bangkit dari keterpurukan dalam hidupnya.

Namun air matanya tidak mau berhenti. Hatinya pilu dan begitu sakit. Mengingat akan nasibnya. Diusianya yang begitu muda ia harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia ketahui.

Sherly menangis hingga larut dan akhirnya ia tertidur karena lelah menangis.

Keesokan harinya...

Matahari bersinar dengan sangat cantik. Burung bernyanyi dengan merdunya. wajah cantik itu berlahan membuka matanya. badannya seperti tertindih ribuan ton beton. Namun ia tetap berusaha untuk bangun. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hatinya terus memberi semangat untuk tetap tegar.

Setelah itu ia berpakaian dengan rapi dan memoles make up tipis di wajahnya yang tampak sembab karena semalam menangis.

Cantik...!!

Kata itu yang sangat pantas untuknya namun dalam hatinya hancur dan sedih. Sherly menutup ceritanya sejak saat ini dan memulainya dengan yang baru. Ia ingin seperti air mengalir berjalan seiring waktu. Kemanapun nasib akan membawanya.

🌷🌷🌷

Setelah siap ia meminta pak Budi untuk mengantarnya menemui Tuan David di kantornya.

selama perjalanan Sherly melihat keluar jendela pandangannya kosong. Entah kemana. Bayangan indah yang telah lalu terbesit dalam benaknya. Ia rindu masa itu. Ia ingin kembali ke masa dimana ia bahagia bersama Bram dan Dina. Namun kini ia tumbuh menjadi besar dan harus menghadapi kenyataan hidup yang tak bisa ia hindari.

Tak terasa mobil miliknya sudah sampai di depan sebuah gedung mewah yang menjulang tinggi. ya... Bastian corporation tempat Tuan David bekerja.

Sherly keluar dari mobilnya dan menuju meja resepsionis. Ia mengatakan akan bertemu dengan Tuan David. Akan tetapi ia tidak bisa menemui Tuan David karena ia tidak membuat janji dengannya. Dan hari itu Tuan David sedang meeting di luar kantor. Sherly semakin bingung apa yang harus ia lakukan.

Takutnya ia harus bertemu dengan David dan meminta belas kasihnya.

Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu Tuan David. Banyak mata yang menatapnya takjub dengan wajah cantiknya penampilan yang sederhana namun tetap modis.

Sherly tidak peduli dengan hal tersebut. Pikirannya masih melayang dan memikirkan cara agar ia bisa menemui David hari ini.

Sherly ingin mengakhiri segalanya dan ia berlahan menerima kenyataan yang sudah tidak bisa ia hindari lagi.

Sherly duduk di sofa di lobi kantor berharap bisa bertemu dengan Tuan David.

Dari balik pintu lobi kantor terdengar beberapa orang datang. Serli masih tidak bergeming ia hanya diam seribu bahasa sabar menanti.

" Selamat datang Tuan David." sapa seseorang dari pintu masuk lobi kantor tersebut.

Serly menoleh dan alangkah senangnya dia, wajahnya berubah senang seperti anak kecil yang bertemu dengan orang tuanya setelah ditinggal pergi. akhirnya ia bisa bertemu dengan Tuan David. Dengan langkah cepat ia menghampiri pria paruh baya tersebut.

" Permisi Tuan. Apakah saya bisa bicara dengan anda?" kata Serly tanpa menunda waktu lagi.

David tampak terkejut melihat Sherly sudah ada di hadapannya. David sedikit tercengang dengan kedatangan gadis itu yang sudah ada di hadapannya.

" Sherly untuk apa kau datang bukannya kemarin kau....." Kata David Serly segera memotong perkataan David dan kembali meminta maaf kepada David. Ia. Beralasan kalau ia masih terkejut dan semuanya begitu tiba-tiba baginya.

David menautkan kedua alisnya. David tidak paham dengan apa yang dikatakan Sherly. Setahunya Bram berkata telah memberi tahu Serly tentang pernikahan anak-anak mereka.

" Iya Tuan. Papa pernah membicarakan ini tapi saya tidak menyangka akan secepat ini.

Semalam saya baru sadar dan saya tahu saya salah." kata Sherly berusaha menyimpan rasa sakit dalam hatinya. Ia mati-matian menahan air matanya agar tidak tumpah.

Hatinya begitu perih dan sakit bagaikan tersayat pisau tajam yang menghujani hatinya.

David tersenyum senang. Ia merasa bahagia akhirnya keinginannya terpenuhi.

Dengan ramah ia mempersilahkan Sherly untuk ikut masuk dengannya. Ia ingin berbicara lebih banyak dan lebih mengenal gadis cantik ini.

(" Aku yakin Andrew akan menyukainya. Dia gadis yang baik dan berbakti") batin David senang dan bahaga.

Di kantor pribadi milik David.

" Aku senang akhirnya kau sadar siapa kamu Sherly. Kau tidak punya pilihan lain selain menikahi putra ku untuk menyelamatkan perusahaan Papamu." kata David yang membuat Sherly merasa begitu rendah bahkan tidak memiliki harga diri sedikitpun. Namun Serly berusaha tetap tenang dan tersenyum.

Sherly hanya bisa mengatakan maaf atas apa yang ia lakukan kemarin kepada David Sherly hanya bisa. Pasrah dan menahan sakit di hatinya . Sherly menundukkan kepala dan menutupi rasa kecewa dan sakit di hatinya dengan seutas senyum di bibir manisnya.

David. tertawa kecil.

" Sudahlah.. aku mengerti karena jiwa mu masih sangat muda untuk memahami semua ini. Tapi aku senang kau mau menerima pernikahan ini jadi aku dan Papamu sama-sama mendapatkan keuntungan dari perjanjian ini." kata David dengan bangganya.

" Iya Tuan.. Tapi apa boleh saya mengajukan satu permintaan Tuan?" kata Sherly memberanikan diri setelah ia kumpulkan dengan susah payah.

David kembali mengijinkan Sherly untuk mengajukan sebuah permintaan baginya yang terpenting adalah Sherly sudah menyetujui pernikahan tersebut. Tidak peduli Sherly akan meminta apa padanya.

" Setelah menikah dengan Tuan muda apa saya masih boleh melanjutkan kuliah saya Tuan?" kata Sherly. Sedikit takut ini akan membuat David marah.

" ohhhh... Tentu saja. Aku tidak suka kalau menantuku hanya berada di rumah. Apalagi kau adalah menantuku kau harus punya pendidikan yang tinggi. Karena kelak kau akan membantu Putra ku meneruskan perusahaan ini." kata David yang membuat Sherly bahagia.

Awalnya ia tidak yakin dengan apa yang dimintanya. Ternyata Tuan David pria yang baik hati dan lembut meskipun ia terlihat sangat kejam. Dan dingin bila sedang marah.

Sherly senang. Ada sedikit air kebaikan yang menyirami hatinya yang sudah kering. Ia berterima kasih kepada David karena tidak menolak keinginannya

Namun tiba-tiba....

" Tunggu Papa...!!!" kata seorang pria yang baru saja masuk.

Ia terlihat begitu tampan dan gagah akan tetapi tatapan matanya begitu dingin dan kejam. Pria yang berkharisma penuh dengan pesona. Sosok tegas dan berwibawa.

Ya.... !!

Dia lah Andrew Bastian pewaris tunggal Bastian corporation.

Sherly begitu terkesima dengan wajah tampan tersebut untuk beberapa saat. Matanya tak berkedip memandang wajah tampan itu. Meskipun tatapan mata itu begitu dingin bagaikan bongkahan es yang kokoh.

Akan tetapi anehnya Sherly bisa melihat ada sisi yang berusaha ia tutupi dengan sikapnya saat mata Meraka bertemu. Sorot mata elang yang terlihat teduh dan hangat.

Jantung Sherly berdetak kencang. Rasanya ingin keluar dari tempatnya. Beberapa saat kemudian ia kembali mengendalikan dirinya.

Andrew yang melihatnya sedikit merasa senang. Ada sebuah getaran aneh yang bisa ia rasakan saat pertama melihat wajah cantik itu.

Namun berusaha ia tepis. Ia tutupi dengan egonya yang sudah mendarah daging dalam dirinya.

( " Siapa dia.. wait pria ini memangil Tuan David dengan sebutan Papa. Apa dia adalah tuan muda") batin Sherly dan menutup mulutnya.

Inilah pertemuan pertama mereka.🌷

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!