NovelToon NovelToon

Zylvanca

Bab 1

2018

"MAMA!!!!"

Teriak seorang gadis di kegelapan malam yang menyaksikan kematian ibunya dengan mata kepalanya sendiri.

"Mamaa, bangun Mamaa... jangan tinggalin Zylva mamaa" Gadis yang baru menginjak usia remaja tersebut menangis meraung-raung meratapi kepergian ibunya.

Gadis berusia 13 tahun itu harus merasakan kepedihan ditinggalkan keluarga tersayangnya untuk pertama kali. Mata indah gadis itu menatap orang yang membunuh ibunya tersebut. Cowok yang membunuh ibunya itu sepantaran dengannya. Benar-benar diluar nalar, cowok usia 13 tahun sudah membunuh seseorang?

Dari sudut pandang Zylvanca cowok itu menatapnya dengan angkuh sambil memegang sebuah pisau berlumuran darah yang digunakan untuk menikam ibunya beberapa saat lalu. Setelah puas melihat Zylvanca yang menangis tanpa rasa bersalah dia pergi dari sana. Misi pertamanya telah selesai untuk membunuh istri tercinta Mahendra Jjoxaviel yaitu Kayvara Queenza Gracella dengan meninggalkan 4 orang anak. Matthew Key Jjoxaviel, Zylvanca Jjoxaviel Keyvara, Zelva Fika Jjoxaviel, dan Felly Kayva Jjoxaviel yang masih berusia 5 tahun.

"Ayo pergi!" Matthew selaku kakak laki-lakinya. cowok yang usianya berbeda satu tahun dengan adiknya tersebut tidak kalah terpukul dengan kematian ibunya. Dia hanya berusaha terlihat tegar didepan adik perempuannya.

"Tapi kak, mama--"

"Kita pulang dulu ya?" Matthew memotong perkataan adiknya dia tidak ingin adiknya berlama-lama bersedih melihat ibunya tergeletak tak bernyawa. Yang akhirnya di angguki oleh Zylva.

*

Satu tahun dilalui Zylva dan Kakaknya dengan sangat sulit. Mereka harus membiasakan hidup tanpa malaikat tercantik yaitu ibu. Belum sembuh luka yang digoreskan 1 tahun lalu. Pada tahun ini mereka harus merasakan luka itu kembali.

Seorang ayah yang merawat mereka dengan penuh kasih sayang juga terbunuh ditangan orang yang sama. Di hari dan tanggal yang sama. Yaitu tanggal 13 Januari yang merupakan ulang tahun Zylva. Jangan heran kenapa cowok berusia 13 tahun bisa menumbangkan king mafia. Tentunya menggunakan cara yang curang. Jika bertarung langsung sudah tentu dia kalah.

"Kenapa Lo lakuin ini ke keluarga gue?!!" Zylva berteriak di tengah kegelapan malam kepada cowok yang membunuh kedua orang tuanya.

"Karena takdir." jawab cowok itu singkat, kemudian dia meninggalkan tempat itu bersama anggota mafia yang lainnya.

"Papa.. jangan pergi juga pa..."

Kali ini Matthew tidak memeluk adiknya, dia sendiri sudah tidak mampu menahan tangisnya. Ditinggalkan kedua pahlawan hidupnya dalam waktu yang berdekatan adalah hal yang sangat menyakitkan.

"Gue pasti balas perbuatan Lo..." sumpah gadis itu di dalam hatinya.

*

Satu tahun berlalu lagi, mereka ingin membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Tetapi karena usia mereka yang masih muda, mereka tidak bisa melakukannya. Hingga kejadian yang sama terulang lagi.

Pada malam yang sama di hari yang sama bahkan dengan cuaca yang sama yaitu hujan lebat disertai petir. Lagi-lagi orang yang sama membunuh adik-adik mereka di dalam rumahnya sendiri dengan cara yang tidak manusiawi. Cowok itu menggorok leher Zelva dan Felly hingga nyaris putus di atas ranjangnya sendiri.

Kali ini Zylva dan Matthew tidak menangis, akan tetapi hati mereka bagai disayat-sayat menggunakan pisau yang tumpul. Sangat menyakitkan. Mata Zylva dan Matthew memerah menahan tangisnya.

"Lo harus mati!" tangan Matthew meraih pistol di meja kemudian mengarahkannya ke pembunuh keluarga mereka.

DORR!!!

"Akhh!"

Tembakan itu mengenai cowok yang membunuh kedua orangtuanya dan adiknya. Tetapi hanya terkena lengannya.

"Ayo pergi tuan muda!"

Matthew menembakkan pelurunya terus menerus sekalipun peluru itu meleset.

"GUE BENCI LO BERENGSEK!!!" teriak Zylvanca bersamaan dengan air matanya yang jatuh membasahi pipinya.

*

Setelah kejadian itu paman dari mereka membawa mereka ke Alaska untuk melindungi sekaligus melatih kemampuan dua anak malang tersebut sebagai bekal untuk membalaskan dendam atas kematian kedua orangtuanya serta adik-adik mereka.

Zylva dan Matthew tidak dilatih di satu tempat. Walaupun masih sama-sama di Alaska mereka dipisahkan di antara dua kota yang berjauhan.

Keduanya dilatih dengan berat, sekalipun usia mereka masih muda tetapi tekad mereka sangat kuat. Mereka tidak mengeluh dengan cuaca di Alaska yang sangat dingin. Berlatih berbagai macam seni beladiri. Berlatih menggunakan berbagai macam senjata tajam dan senjata api. Baik fisik dan mental mereka di latih menjadi sekuat baja oleh paman mereka.

Mereka akan di izinkan bertemu setiap satu bulan sekali. Dan diberi waktu satu minggu untuk menghabisi waktu bersama sebelum berlatih lagi layaknya pelatihan militer. Terhitung sudah satu bulan kakak beradik tersebut tinggal di Alaska. Jujur saja mereka tidak betah, mereka tidak terbiasa dengan cuaca disana. Tapi mereka tidak akan menyerah begitu saja. Kobaran api amarah terus membara dihati keduanya.

"Kota tempat gue gak ada siang kak." ujar Zylva menceritakan tempat dimana ia tinggal.

Matthew hanya tersenyum tipis mendengarnya, tangan cowok berusia 14 tahun itu membelai lembut kepala adik perempuannya.

"Sabar ya.." ucap Matthew dengan lembut.

Ya, Zylva tinggal di kota Utqiagvik yaitu kota yang penduduknya jarang melihat matahari. Penduduk disana terbiasa merasakan malam hari yang sangat panjang. Hanya jarang bukan tidak pernah melihat matahari. Pada 2018 misalnya, matahari terbenam untuk terakhir kalinya tahun itu pada 18 November. Setelah itu, kota Utqiagvik mengalami malam yang panjang dan akan melihat matahari terbit lagi pada 23 Januari 2019. Suhu disana pun juga sangat dingin.

Selama 3 tahun Zylva tinggal di Alaska. Berbeda dengan Zylva Matthew yang lebih cepat menguasai berbagai macam hal yang diajarkan pamannya dan sudah menamatkan sekolah menengah atas kembali satu tahun lebih awal dari Zylva. Ya Matthew hanya 2 tahun di Alaska dan kemudian cowok itu dikirim kembali ke Indonesia untuk mengambil alih pimpinan organisasi mafia mendiang papanya dan melanjutkan pendidikannya kuliah di salah satu Universitas elit di kota tersebut.

Tahun ini yaitu tahun 2023. Zylvanca dinyatakan lulus pelatihan dan diperbolehkan kembali ke Indonesia atau lebih memilih menetap di Alaska. Tentunya Zylva memilih kembali ke Indonesia dan melanjutkan SMAnya di tanah kelahirannya tersebut sekaligus melancarkan aksi balas dendamnya atas kematian keluarganya.

"Halo kak?" sapa Zylva kepada kakaknya diseberang telepon sana.

"Udah berangkat?"

"Udah, baru mau masuk pesawat."

"Oh, yaud--" suara Matthew terpotong oleh teriakan seseorang di seberang telepon sana.

"Oii princess buruan baliknya! Ntar gue ajak nge-JJ!!" suara teriakan tersebut.

"Toa anjg!"

"Berisik!"

Suasana disana terdengar ricuh sekali. Zylva sudah dapat memastikan bahwa semua sepupunya sedang berkumpul. Karena hanya ketika semua sepupunya berkumpul bisa seramai ini.

"Yaudah, gue tutup kak."

"Iya."

Tut.

"Pembalasan dimulai.." ucapnya sebelum memasuki pesawat pribadi yang sudah disediakan kakaknya.

...***...

...Bersambung......

Bab 2

Pintu rumah keluarga Jjoxaviel terbuka lebar. Gadis berambut coklat gelap panjang yang memiliki kulit putih bersih berjalan dengan anggun memasuki ruang tamu rumah bagaikan istana tersebut sambil menarik koper berwarna merah darah dengan logo bulan sabit dan pedang menyilang.

Di ruang tamu tersebut ia telah ditunggu 4 laki-laki yang tampan, gagah, tapi brutal. Mereka adalah kakak dan sepupu dari Zylvanca Jjoxaviel Keyvara. Gadis yatim piatu yang dihatinya hanya ada dendam yang menunggu untuk dibalaskan.

"Welcome baby girl..." sapa salah satu dari 4 laki-laki disana yang merupakan kakak kandung Zylva. Matthew Key Jjoxaviel.

Zylva hanya membalas kalimat sambutan dari kakaknya Matthew tersebut dengan senyum manis kemudian duduk di samping Matthew.

"Gimana 3 tahun di Alaska?? Betah gak kak?" tanya Gibran Zico Bagaskara adik sepupu Zylva.

"Mau coba kesana gak?" balas Zylva dengan senyum manis tapi mengerikan.

Gibran langsung nyengir dan mengatakan "Nggak deh, takut beku" sambil cengengesan. Yang di detik berikutnya kepalan Gibran mendapat timpukan dari kakaknya Reygan Everard Bagaskara.

"Gak ada tampang mafianya lo!"

"Bodo wlee."

"Hm, dia kan memang mafia gagal cetak." timpal Matthew yang membuat mereka tertawa ngakak.

Hanya satu yang paling kalem dan bijaksana disana, dia adalah Varrel Giovanza kakak sepupu Zylva dan Matthew. Dia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah saudara sepupunya.

"Udah-udah, capek gue denger candaan kalian yang gak lucu" ujar Zylva dengan mimik wajah yang datar tapi menggemaskan. "Dark tau gak" imbuhnya.

Dengan satu kalimat yang keluar dari bibir Zylva, seketika suasana menjadi hening. Bahkan mereka bisa mendengar detak jantung mereka sendiri saking heningnya.

"Kesannya jadi horor anjem!!" protes Gibran yang memang notabenenya sangat penakut.

"Baby, lebih baik lo ke kamar bersih-bersih istirahat." saran Matthew yang respon anggukan kecil oleh Zylva.

"Daripada ketularan gila kayak dia." imbuh Reygan sambil menatap sinis adik kandungnya yang sifatnya 180° berbeda dari dirinya.

"Apa liat-liat?! Pertama kali liat orang ganteng?" tanya Gibran nyolot.

"Gak, pertama kali gue liat orang burik." sarkas Reygan yang sukses membuat 4 anak manusia tersebut ngakak berjamaah menertawakan Gibran.

"Jahat kalian." Gibran berkata dengan komuk sok imut.

"Jijik bangsat!" umpat Reygan melihat ekspresi adiknya sambil melempar bantal sofa tepat ke muka Gibran.

"Erghh..." Gibran menunjukkan ekspresi wajah tertekan dengan kelakukan kakaknya.

Zylva tertawa kecil lalu mengatakan "Dahlah, bisa gila beneran gue lama-lama disini." yang kemudian beranjak dari kursi dan menaiki tangga menuju kamar kesayangannya.

Blam!!!

Ketika sudah terdengar suara pintu kamar tertutup semua menjadi hening lagi, ekspresi mereka yang semula ceria karena kembalinya Zylva berubah menjadi datar kala mengingat kejadian-kejadian kelam 3 tahun lalu.

"Nanti sore ke makam?" tanya Varrel membuka pembicaraan.

"Hm... Mama, Papa, Zelva, dan Felly pasti kangen sama Zylva" sahut Matthew dengan menyungging senyum sendu di bibirnya yang membuat hati siapa saja tersayat saat melihatnya.

Matthew selalu saja menjadi lemah dan rapuh kala teringat kematian orang tua dan kedua adiknya. Namun sedetik kemudian rahangnya mengeras, matanya berkilat-kilat menandakan amarah karena orang-orang yang disayanginya dibunuh dengan cara yang sangat sadis. Terkadang ia masih terngiang rintihan Mama dan adik bungsunya saat disiksa. Itu membuat dendam dan amarah dihatinya semakin bergejolak.

"Kali ini kita sudah siap ngelawan lo semua" ucap Matthew dengan suara berat dan dingin.

*

Di detik yang sama, Zylva bersandar di dinding kamar dan menangis tersedu-sedu sambil memeluk sebuah foto keluarga yang terlihat sangat bahagia.

"Mah..pah.. Zel.. Felly..." panggil Zylva dengan suara parau karena habis menangis. "Zylva kangen.. hiks.. Zylva pengen ketemu" sambung gadis malang itu.

"Gimana kabar kalian disana? Pasti bahagia kan? Harus bahagia dong, Zylva gak mau kalian sedih" imbuhnya dengan air mata yang semakin banyak keluar. "Gak, lo harus kuat Zyl... lo harus balesin dendam keluarga lo!" ucap Zylva menguatkan dirinya sendiri sambil meletakkan foto keluarganya tersebut di meja belajarnya.

Gadis yang memiliki rambut hitam pekat tersebut memilih masuk kamar mandi dan membersihkan dirinya, kemudian istirahat untuk menenangkan hatinya yang kembali kacau mengingat kematian orang tua dan adik-adiknya yang tragis.

 

Sore harinya

Terlihat 4 laki-laki dan seorang gadis muda duduk mengitari 2 buah makam dengan batu nisan bertuliskan 'Kayvara Queenza Gracella' dan 'Mahendra Jjoxaviel' Yap! Itu adalah makam Mama dan Papa kesayangan Zylva dan Matthew.

"Mah, Mama kangen gak sama Zylva? Zylva kangen banget sama Mama. Zylva baru sampe sini tadi siang" ucap Zylva sambil mengelus-elus batu nisan putih bertuliskan nama Mamanya tersebut.

"Zylva balik kesini buat balesin dendam keluarga kita mah" sambungnya dengan terisak.

Melihat adiknya yang mulai meneteskan air mata, Matthew merangkul adiknya untuk menyalurkan kekuatan.

Zylva menolehkan kepalanya ke kiri dan kemudian tangan kirinya terangkat mengelus batu nisan papanya.

"Zylva juga kangen sama Papa. Papa tau gak? Selama di Alaska Zylva selalu dapet ranking 1 paralel, sesuai keinginan papa dulu" ujar Zylva kepada batu nisan papanya.

Ya, Mama dan Papa Zylva adalah orang tua yang tegas, disiplin, sekaligus sangat memanjakan anak-anak mereka. Tapi hebatnya walau dimanja, Zylva dan saudaranya tidak ada yang memiliki sifat manja. Papanya selalu memotivasi Zylva dan Zelva untuk mendapat ranking 1 terus selama menempuh pendidikan. Maka dari itu walau Papanya sudah meninggal Zylva akan terus mengingat pesan papanya supaya mendaoat ranking 1 terus.

"Dek..." Varrel mencoba menenangkan Zylva yang menangis tersedu-sedu tapi terhenti kala Matthew mengangkat tangan kanannya yang mendandakan jangan mengganggu adiknya menangis.

Zylva beranjak mendekati makam kedua adiknya.

"Hey, bocah. Kangen gue gak?" tanya Zylva dengan tangan mengelus batu nisan kedua adiknya seperti yang ia lakukan kepada batu nisan orang tuanya.

"Ah.. gue gak boleh nangis" ucap Zylva kemudian mengusap air matanya yang sudah membasahi pipinya dari tadi. "Ntar kalian ketawain gue disana. Terus kalian berdua pasti kompak ngatain gue 'Kakak cengeng'sambil meletin lidah ngejek gue" sambung Zylva sambil tertawa getir.

"Lo berdua gak nakal kan disana? Awas aja kalo lo berdua masih suka nyolong buah-buahan di surga sana" ujar Zylva yang teringat bahwa kedua adiknya suka mencuri mangga tetangga sebelah. Padahal di belakang rumah mereka sendiri ada kebun buah yang lengkap.

Jdarrrr.....

Tiba-tiba petir menggelegar.

"Dek, udah mau hujan" ucap Matthew dengan maksud mengajak adiknya kembali pulang ke rumah.

"Bentar kak" sahut Zylva. Ia mengecup nisan kedua adiknya, juga nisan kedua orang tuanya. Kemudian ia berdiri menghampiri saudara-saudaranya.

"Ayo ke mansion, udah mau hujan" ajak Zylva dengan senyum manis yang terukir dibibirnya.

Selama perjalanan ke mansion suasana di mobil sangat hening, tidak ada percakapan didalamnya. Sampai akhirnya Zylva memecahkan keheningan tersebut.

"Lo udah daftarin gue ke SMA Cempaka Putih kan kak?" tanya Zylva memastikan ia sekolah di tempat yang di inginkannya.

Matthew mengangguk kemudian bertanya "Lo udah tau tempat itu?"

"Lo lupa adik lo yang manis ini hacker kelas atas kak?" tanya Zylva balik sambil memicingkan matanya.

"Masa? Kok gue nggak percaya?"

Zylva langsung mengeluarkan senyum miringnya sambil melirik Gibran yang ada dibelakangnya dengan tatapan yang mengerikan.

"Shizuka Minamoto sayangku i love you sejagat raja. Lope lope sekebon buat Shizuka"

"YAK!! Darimana lo tau kalimat itu?!!" wajah Gibran memerah karena malu kata sandi diary digitalnya yang diketahui Zylva.

"Kenapa? Bener ya?" tanya Zylva dengan senyum mengejek yang menyebalkan khas miiknya.

"Dasar bulol!" Varrel, Reygan, Matthew kompak mengatai Gibran yang bucin berat dengan karakter anime. Dan disusul dengan gelak tawa gadis yang duduk disamping kursi kemudi mobil.

...***...

...Bersambung......

Bab 3

"Gimana?" tanya cowok yang memakai seragam identitas SMA Cempaka Putih dengan luaran jaket kulit kepada salah satu sahabatnya yang dibalas anggukan kecil dan mengatakan "Gue udah patahin tangan orang yang nyentuh cewek lo"

Cowok itu mengeluarkan senyum miring sambil menyugar rambutnya yang membuat kharismanya bertambah berkali-kali lipat, membuat setiap siswi yang melihatnya terpesona padanya.

"Siapapun yang berani nyentuh Lucynya Raka pasti dapat balasan yang setimpal" ucap cowok bernama lengkap Raka Alkairo Kavindra itu.

Kedua sahabat Raka hanya bisa menggelengkan kepalnya tak habis pikir dengan sikap Raka yang sangat bucin kepada pacarnya Lucyana Erlangga. Pernah dulu Raka hampir membuat nyawa orang melayang hanya gara-gara orang tersebut menyentuh paha Lucy. Bucin tingkat akut bukan?

---

Di detik yang sama, di sekolah itu juga hanya saja berbeda tempat dengan Raka berada. Tepatnya di gerbang sekolah, Zylva menginjakkan kakinya memasuki halaman SMA Cempaka Putih. Diamatinya dari depan gerbang seluruh sudut sekolah yang tertangkap oleh matanya. Tiba-tiba gadis itu mengeluarkan senyum miringnya.

"Lo bantai keluarga gue, gue bantai keluarga lo" ucap Zylva ketika baru saja menginjakkan kaki di halaman SMA Cempaka Putih.

"Neraka lo datang, Raka Alkairo Kavindra"

Zylva melanjutkan jalannya menuju ruang kepala sekolah tanpa menggubris siswa dan siswi yang menggosipkannya, ya macam-macam yang ia dengar. Ada yang memujinya, ada juga yang mencelanya. Tapi Zylva tidak pernah mempedulikan hal semacam itu.

Brukk...

Seorang siswi tidak sengaja menabraknya, tapi bukannya Zylva yang terjatuh malah siswi tersebut yang terjatuh.

"Gila gue baru nabrak batu atau apaan sih?! sakit bener." gadis itu mengomel karena terjatuh.

"Lo gpp?"

Gadis itu mendongak dan melihat siapa yang menanyainya, ia tercengang sesaat. Terkagum-kagum dengan kecantikan seorang Zylvanca Jjoxaviel Keyvara. Tiga detik kemudian ia tersadar.

"Woah, bidadari" ucapnya sambil menerima uluran tangan Zylva.

Emang dasar sifat cuek kepada orang, dan tidak mau berurusan dengan orang asing sudah mendarah daging di tubuh Zylva. Ia melangkah lagi menuju ruang kepala sekolah. Tapi gadis yang baru saja ia tolong menyusulnya dan memberinya pertanyaan beruntun.

"Lo siapa?"

"Murid baru ya?"

"Gue Jessy"

"Kok gak pernah liat?"

"Pindahan dari mana?"

"Mau ke ruang kepsek kan?"

"Gue anterin yok"

Zylva hanya tersenyum kaku mendapat pertanyaan beruntun dari gadis yang pertama ia kenal di SMA itu. Dari sekali lihat saja Zylva sudah tahu bahwa gadia yang katanya bernama Jessy itu memiliki sifat seperti anak kecil. Bagaimana tidak? Penampilannya saja sangat nyentrik dan beda dari yang lain. Rambut dikepang dua dengan pita merah besar dan jepit rambut kelinci di poninya.

"Oke, thanks" ucap Zylva berterima kasih menerima tawaran Jessy yang ingin mengantarnya ke Ruang Kepala Sekolah. Padahal dia sendiri tidak sebodoh itu hanya untuk mencari sebuah ruangan sampai perlu bantuan.

Tapi ditengah perjalanan ke ruang kepala sekolah, Zylva disuguhkan dengan pemandangan yang sangat tidak ia sukai. Apa itu? Pembullyan. Zylva melihat seorang siswi yang mengenakan cardigan rajut berwarna oranye sedang membully siswi lain. Zylva sangat benci dengan apa yang namanya pembullyan. Korban bullynya bahkan sudah hampir pingsan, tapi gadis yang memakai cardigan oranye itu tetap membullynya.

"Dasar bego! Kenapa dia hanya diam saja?!" Zylva mengatai korban bully itu karena hanya diam dan tidak melawan. Ia berniat menolong tapi dihentikan oleh Jessy.

"Jangan, nanti lo bisa kena amukan pacarnya kalo ikut campur" ujar Jessy sambil menahan tangan Zylva.

"Seorang Zylva gak akan diam aja lihat orang dibully  seperti itu" sahut Zylva sembari melepaskan tangan Jessy yang memegang pergelangan tangannya.

Zylva berjalan dalam satu garis lurus menuju tempat pembullyan itu dengan mata yang mengkilat menunjukkan amarah.

Plakk!!!

"Wahh kacau." Jessy menepuk jidatnya melihat kelakuan Zylva yang diluar dugaan.

Semua terkejut sekaligus khawatir dengan apa yang dilakukan Zylva, datang-datang ia langsung menampar Lucy. Si pembully sekaligus bunga sekolah yang disegani semua orang. Bukan karena apa, mereka khawatir kepada Zylva. Dengan menampar Lucy, maka Zylva akan langsung masuk blacklist gang motor Thunder Boys yang diketuai Raka.

"Lo!!!! Berani banget lo nampar gue?!" Lucy membentak Zylva dengan jari telunjuknya tepat di depan wajah Zylva.

"Jauhin tangan lo, bau kotoran sapi!"

Kalimat yang Zylva ucapkan dengan ekspresi datarnya sukses membuat gadis didepannya semakin naik darah.

"Kalian! Bawa dia ke uks!" Zylva memanggil 2 orang siswi yang ada didekat tempat pembullyan tadi, dan mereka hanya bisa nurut. Walau korban bully tadi tidak mengatakan apa-apa. Dilihat dari sorot matanya, sudah jelas dia mengucapkan terimakasih kepada Zylva.

"Gue kira disekolah elit gini gak ada pembully spek lontong sate kayak gini, ternyata ada juga ya"

Plak!!!!

"Jaga omongan lo ya!!" Lucy tak terima hingga menampar Zylva.

Zylva terkekeh pelan, kemudian mengeluarkan senyum manis sekaligus mengerikan miliknya dan berkata. "Lo nampar atau gaplok nyamuk sih? Gak kerasa tau" Padahal pipi Zylva sudah berdarah akibat terkena cincin Lucy. "Tapi...." Zylva menggantungkan kalimatnya. "Semua perbuatan itu harus dibalas berkali-kali lipat. Jadi..."

Plak! Plak!

"Oke, gue udah bales perbuatan baik lo" Zylva mengedipkan sebelah matanya ke Lucy kemudian meninggalkan gadis yang wajahnya sudah merah padam karena terbakar amarah.

"Gila, lo berani banget?" puji Jessy yang baru pertama kali melihat ada orang yang berani melawan Lucy.

"Dia bukan Tuhan, kenapa harus takut?"

"Lo gak takut di bully pacarnya? Yang gue tau setiap orang yang cari gara-gara sama Lucy pasti dibully habis-habisan sama pacarnya. Yakin gak takut?" tanya Beast dengan ekspresi wajah yang khawatir.

"Gak" jawab Zylva dengan entengnya.

---

Di detik yang sama di rooftop sekolah.

"Ka!!! Ka!! Raka!!" cowok dengan perawakan tubuh yang kurus, tapi tegap dan berotot memanggil ketua gangnya dengan panik.

"Kenapa Lang?" tanya Raka kepada sahabatnya yang bernama Gilang.

"Cewek lo.." Gilang menggantung kalimatnya karena masih terengah-engah.

"Lucy kenapa??!!" Raka meninggikan nada bicaranya.

""Gue lihat, tadi dia ditampar cewek 3 kali"

Mendengar hal itu, seketika aura Raka menggelap. Ekspresi wajahnya menjadi datar dan sangat dingin disertai dengan sorot mata yang setajam silet. "Cari cewek kurang ajar itu" perintah Raka kepada Gilang dan Daffi dengan suara sangat berat. Ciri khas seorang Raka ketika sedang marah.

Disisi lain, Zylva diantar Jessy ke kelas 3-3 karena kebetulan mereka satu kelas. Sesaat sebelum Zylva masuk kedalam kelas.

Grepp! Seseorang menarik tangannya kemudian mendorongnya hinga punggungnya membentur tembok dengan sangat keras. Tapi anehnya, gadis itu sama sekali tidak kesakitan. Jangankan kesakitan bahkan meringis kesakitan pun juga tidak.

"Berani banget lo nampar cewek gue?!" tanya Raka dengan nada dingin dan tatapan yang mengintimidasi.

Seketika semua menjadi hening, hampir semua yang melihat berkeringat dingin melihat apa yang dilakukan Raka. Berbading terbalik dengan Zylva. Zylva malah mengeluarkan senyum miringnya saat melihat nametag cowok di depannya tersebut.

"Akhirnya ketemu Raka Alkairo Kavindra" batin Zylva.

...***...

...Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!