NovelToon NovelToon

VLARAIN

Fert (Sejarah)

Selamat datang di Vlarain. Sebuah dunia kuno tempat tinggal makhluk dari berbagai ras.

Dunia indah yang memiliki kekayaan alam melimpah, Pegunungan asri, Hutan yang rimbun, Danau yang segar, serta udara yang sejuk. Hingga di beberapa tempat belum tersentuh oleh kehidupan. Vlarain adalah dunia dimana disetiap jengkalnya dapat di tinggali oleh makhluk hidup. Hingga di lereng-lereng gunung dan tebing air terjun. Semua makhluk dari setiap ras memiliki keunggulannya masing-masing, yang membuat dunia ini semakin berwarna.

Namun dari berbagai ras yang ada, Ras Primer menjadi salah satu ras yang mendominasi kehidupan. Kehidupan yang tenang, mulai berubah menjadi malapetaka. Peperangan antar ras telah membara sejak dimulainya zaman Annaroth. Annaroth adalah kekuatan terpendam atau kekuatan yang ditanamkan oleh leluhur dari setiap ras.

Beberapa peperangan pecah akibat kesalahpahaman dan permusuhan murni antar setiap ras. Ikut sertanya kaum Iblis membuat peperangan semakin membara. Hingga beberapa ras dan jenis makhluk hampir punah. Peperangan ini disebut sebagai Perang Dunia Pertama atau dalam Bahasa Kuno Vlarain disebut sebagai Azzaling.

Perdamaian sempat dikumandangkan oleh berbagai ras yang berseberangan. Beberapa Ras Primer menjadi pemimpin perdamaian karena kekuatan yang dimiliki ras-nya lebih kuat dan dominan didalam pertempuran.

Semua pemimpin ras dalam perjanjian perdamaian tersebut memiliki Sumpah Ingkar yang dibuat dengan Annaroth.

Sebuah Segel Pemurnian Kehidupan dibuat untuk menghukum setiap makhluk yang ingkar terhadap perjanjian.

Sejarah pun diubah, dimulai dari penulisan Azzaling yang diganti dengan Azza yang berarti Perang Dunia. Karena setiap ras tidak menginginkan terjadinya perang lain di masa depan.

Namun, Kaum Iblis tidak menyukai dunia yang tenang dan damai. Mereka memulai kembali peperangan dengan menyalakan percikan-percikan api permusuhan didalam selimut indah perdamaian. Beberapa ras berhasil dipaksa bertekuk lutut oleh Kaum Iblis.

Bangkitanya Iblis Primordial membuat suasana semakin keruh. Pertumpahan darah dan hancurnya alam membuat Vlarain yang indah menjadi seperti Neraka Kehidupan.

Kerajaan-kerajaan, desa-desa, hingga Tanah Rahasia yang disebut alam tersembunyi hancur dan menghitam. Semua keindahan sirna seperti Abu yang tersisa dari api dan terhempas oleh badai. Perang Dunia Kedua yang disebut Azzado bergemuruh disetiap benua yang dilewati oleh Kaum Iblis.

Tanah Suci Rahasia Involatris adalah tempat terakhir tujuan Kaum Iblis untuk menenggelamkan Vlarain ke dalam kegelapan abadi. Tanah Rahasia itu adalah tempat berkumpulnya para raja dari berbagai ras yang menyatakan Perdamaian Dunia. Tanah Rahasia itu juga merupakan tempat pertemuan untuk menentukan kesucian masa depan dunia, hingga menjadi tempat pengungsian berbagai ras dari benua lain yang menjadi korban Perang Dunia Kedua.

Peperangan terbesar pecah ketika Kaum Iblis mampu menembus Segel Alam yang melindungi Benua Gurrendel, benua terakhir yang menjadi tujuan Kaum Iblis. Tujuan mereka tidak lain yaitu Tanah Suci Rahasia Involatris yang berada di benua tersebut.

Peperangan yang seperti tiada akhir telah menenggelamkan sebagian benua hingga sulit untuk menemukan kehidupan. Beberapa kerajaan musnah dan mayat berhamburan hampir disepanjang mata memandang. Keberuntungan peperangan seperti memihak kepada Kaum Iblis karena bangkitnya Iblis Primordial yang membuat

pasukan serta darah ras yang berada di bawahnya semakin kuat.

Hingga dipenghujung Invasi Kaum Iblis yaitu Tanah Suci Rahasia Involatris, hawa panas peperangan yang sesungguhnya terjadi. Pertempuran Malapetaka terjadi dengan terlibatnya semua raja dari berbagai ras. Banyaknya raja ras yang dimiliki Kaum Iblis membuat peperangan terlalu berat bagi Aliansi Perdamaian.

Pertumpahan darah yang terlalu banyak hingga membuat rumput dan tanah berubah warna menjadi

kemerahan.

Namun dengan banyaknya jiwa makhluk yang berguguran didalam peperangan dimanfaatkan oleh Raja Zyabulous dari dalam Kastil Involatris. Dia menyerap semua energi kehidupan dari para makhluk yang telah gugur di medan perang dan membuatnya menjadi sebuah Annaroth yang bernama Zyavaris. Seluruh penghuni kastil dikumpulkan didalam Singgasana Aliansi Perdamaian, sedangkan petarung bersiaga di luar ruangan untuk menahan gelombang serangan jika musuh berhasil menerobos kastil.

Pihak Aliansi Perdamaian lambat laun mulai terpojok dan terpaksa bertahan didalam kastil. Para Kaum Iblis yang berusaha menembus kastil terbakar hangus tak tersisa saat melewati Segel Darah Naga yang dibuat oleh Raja Nituadron. Sebuah Segel Terlarang Ras Nituadron yang menggunakan jiwa pengguna sebagai kekuatan

utama segel. Segel tersebut terhubung dengan jiwa Raja Nituadron dan tidak ada kemungkinan untuk di hancurkan oleh siapapun.

Iblis Primordial mengetahui akan penghalang kastil tersebut dan mengerahkan serangan susulan untuk menghancurkannya. Selama 98 jam Kaum Iblis terus menerus bergantian untuk menerobos segel itu, walaupun mereka tahu akan terbakar hangus ketika menyentuhnya. Hingga 10.000 iblis dikorbankan untuk melemahkan segel tersebut. Namun dengan kuatnya tekad Raja Nituadron tidak membuat segel tersebut melemah sedikitpun. Para Panglima Iblis yang tiada henti menyerang segel mulai bertumbangan satu persatu karena habisnya Annaroth di dalam dirinya.

Melihat hal tersebut, Iblis Primordial murka dan langsung menyerang segel dari jarak jauh. Akan tetapi segel tersebut tak bergeming dan tetap kokoh walaupun Raja Nituadron sedikit mengalami sakit pada dadanya. Raja Nituadron kembali ke ruangannya untuk melakukan Raiggress yaitu Bertapa dengan bermandikan sebuah Annaroth bernama Nituandise, sebuah bentuk Annaroth yang dimiliki Ras Nituadron.

Iblis Primordial yang tak berhenti menyerang mulai murka dan mengutuk setiap ras yang berada didalam kastil. Iblis tersebut kemudian terdiam sesaat dan tersenyum. Dia mengeluarkan Annaroth besar berwarna hitam yang menutupi setengah langit ditempat Kaum Iblis berada. Iblis itu mengorbankan setengah dari sisa kaumnya

menjadi kekuatan baru untuk dirinya. Sihir Kuno Terlarang mulai di rapalkannya hingga keseluruhan langit berubah menjadi hitam dan di hujani badai petir yang sangat besar. Awan terpecah dan langit terbelah membentuk bulatan raksasa, seketika hawa dingin berubah menjadi hangat dan mulai memanas. Terlihat sebuah meteor raksasa yang berukuran hampir setengah benua tersebut melayang jatuh melalui celah besar dilangit tersebut.

Para Raja Aliansi Perdamaian yang tersisa mengetahui hal itu dan segera membuat pertahanan lapis yang menyelimuti segel dengan sisa Annaroth yang mereka miliki.

Dahsyatnya benturan membuat bencana terjadi hingga ke benua lain. Daratan Vlarain mulai berubah karena gempa dan tsunami besar terjadi. Setelah dahsyatnya bencana, seluruh segel kastil hancur dan membuat Iblis Primordial

tertawa bahagia. Dia menyerang kastil dengan sisa pasukan dan panglima yang dilindunginya hingga ke dalam ruangan singgasana para raja.

Pertarungan besar di dalam singgasana tidak dapat dihindari oleh para raja, sedangkan argumen tentang perdamaian juga di acuhkan oleh Iblis Primordial itu. Hal ini membuat para raja putus asa terhadap masa depan dunia. Raja Ras Zyabulous segera menjalankan rencana terakhirnya. Dengan  Annaroth yang telah dikumpulkannya, dia membuat sebuah Segel Suci Kuno Zyavaris yang dapat mensucikan Annaroth, sihir, hingga jiwa yang tersegel menghilang secara perlahan. Permukaan Tanah Suci Rahasia Involatris disekitar kastil terbelah dan membentuk sebuah kubus besar yang melayang jauh ke angkasa.

Perang Dunia antara makhluk penghuni Vlarain dengan Kaum Iblis membuat dunia menjadi luluh lantah.

Akibatnya banyak makhluk meninggal dunia. Ekosistem dan lingkungan turut hancur, serta bentuk daratan yang telah banyak berubah. Sungai-sungai menjadi keruh, daratan luas yang sebelumnya hijau berubah menjadi

merah kehitaman. Tidak terlihatnya makhluk hidup sejauh mata memandang.

Namun Vlarain belum musnah sepenuhnya.

100 tahun kemudian…

Daratan Vlarain terlihat kembali menghijau, sungai-sungai telah dipenuhi air jernih dan segar, bahkan laut yang biru telah kembali bergelora dengan hiasan terang disetiap sudutnya. Annaroth lembut yang memupuk hingga ke angkasa seperti ikut andil dalam penyembuhan keindahan Vlarain yang telah lama hilang.

100 tahun lagi berlalu…

Siulan burung terdengar nyaring pada daratan Vlarain. Hutan, sungai, air terjun kini telah memiliki suaranya kembali. Hal ini menandakan bahwa daratan telah hidup kembali. Kini daratan mulai dihuni kembali oleh makhluk-makhluk yang selama ratusan tahun bersembunyi di tempat persembunyian perang. Saat ini kehidupan tengah di kembangkan dengan pengetahuan yang sebelumnya telah ada.

Masyarakat dari setiap wilayah bekerja sama demi membentuk kembali susunan kehidupan yang sempat hilang. Kegembiraan dan kesedihan silih berganti mewarnai wajah para makhluk. Kegembiraan karena telah datangnya hari dimana mereka bisa kembali menemui daratan dan kesedihan karena banyak dari mereka yang masih ingat akan keluarga, kerabat dan teman yang menghilang akibat perang. Kerajaan dan pemerintahan sepenuhnya akan dimulai pada era ini. Dengan kepercayaan yang mereka genggam, mereka sepenuhnya yakin akan pemulihan dunia. Perlahan namun pasti daratan Vlarain telah kembali terisi dengan atap-atap yang menaungi para makhluk untuk hidup dan berkembang.

300 tahun kemudian…

Langit biru cerah terasa menerangi seluruh daratan hijau. Lembutnya hembusan angin menyejukkan pikiran, seperti meringankan lelah yang telah terkumpul.

Terdengar suara seorang anak memanggil,

“Res!!! Dyres!!!”

“Hish…bisakah kamu pelankan suara mu?!!” Jawab anak yang bernama Dyres,

“menganggu saja...” Lanjutnya dan meneruskan tidur siang dibawah pohon yang rimbun,

“Eh…Aaaaaa!!!” Teriak anak tadi lebih keras,

“Apa masalah m…” Saut Dyres dengan keras dan terhenti,

‘Dbuh...!!!’

Terdengar hantaman benda menabrak tanah,

“Richey!!! Apa yang kamu lakukan?!” Teriak seorang kakek dari sebuah perkebunan setelah merasakan suatu kejanggalan yang sesaat terasa olehnya.

“Emm..anu hehe” Jawab Richey ketakutan,

‘Fwwuuung!’

Suara lesatan dari tempat terjadinya hantaman,

“Akan ku bunuh kau Richey!!!” Teriakan Dyres berlari kencang kearah Richey,

“Aaaaaaaa…Ehh..!!!” Teriak Richey berlari menjauhi Dyres,

‘Dubbb..csssh’

Suara kaki Richey menghantam akar pohon,

“AAAAAAAA!!!”

Teriaknya makin keras.

Kembali ke bawah pohon rimbun tadi, Richey terlihat sangat kesakitan,

“A…Aku tidak bermaksud…” Ucapnya sambil menahan sakit,

“…menjatuhkan Dyres. Tolong percayalah kakek” Lanjutnya dengan mata berbinar,

“Jangan menyangkal!” Bantah Dyres dengan kesal,

‘Tok!’ Suara pukulan dari Dyres yang mengarah ke ubun-ubun Richey,

“Aaaaa!!! Kenapa kau memukulku?!” Tanya Richey dengan wajah menahan sakit,

“Jelaskan apa yang baru saja terjadi pada kakek” Ucap kakek itu kepada Richey,

“Aku hanya ingin menunjukkan sesuatu yang ku dapat kepada Dyres, kek” Jawabnya,

“Ehem…lalu?” Tanya kakek,

“Tiba-tiba tanah dibelakang pohon ini retak dan terjatuh” jawab Richey kembali,

“Itu salah Dyres, karena dia tidur disana” Lanjutnya,

“Dyres…” Saut Kakek kepada Dyres,

“Hmm!!!” Jawab Dyres dan memukul kembali ubun-ubun Richey,

'Tok!'

“Aaaaaa!!! Ada apa dengan mu bodoh?!” Ucap Richey kesakitan,

“Diam dan jelaskan dengan rinci” Jawab Dyres,

“Richey…jujur dan lanjutkan” Ucap kakek,

“Aku mendengar suara…” Kata Richey dengan pelan,

“Suara itu terus menerus berada di kepalaku. Aku bahkan tidak tahu apakah itu nyata…” Lanjutnya sambil memegang kepalanya yang membengkak,

“Apakah umur mempengaruhinya…” Isi hati kakek yang bingung,

“Suara itu terus-menerus menjelaskan sesuatu yang aku tidak pahami. Hingga akhirnya suara itu menyuruh ku melakukan satu hal yang aku pahami…” Lanjut Richey,

“Apa itu?” Tanya si kakek,

“Aku disuruh menancapkan kapak pada batang pohon dengan mengatur sedikit nafas ku…” Ucap Richey dan memeragakannya,

“Lalu kemudian buum… pohonnya terbelah hingga ke belakang…” Lanjutnya,

Kakek penasaran dan segera mengaktifkan kemampuan yang dimilikinya. Waktu disekitarnya terhenti, dia berpindah dengan sekejap ke arah hutan dimana Richey terakhir kali menebang kayu. Kakek melihat pohon yang terbelah menjadi dua, hingga tanah dan pohon-pohon lain dibelakangnya ikut terbelah. Dengan raut wajah penasaran, kakek menggunakan kemampuan lainnya untuk mengembalikan keadaan seperti semula pada area tersebut.

Setelah itu, Kakek kembali ke posisi awal dirinya sebelum memasuki ruang waktu. Sekilas kakek merasa bahwa Dyres seperti menatapnya, namun kakek tidak menghiraukannya lebih lanjut dan segera menutup gerbang ruang waktu miliknya.

“Semua yang ada dibelakang pohon itu ikut terbelah juga, kek.” Lanjut perkataan Richey,

“Kemudian aku berlari kesini untuk menunjukkannya kepada Dyres. Tapi… aku tidak sengaja tersandung. Tiba-tiba tanahnya terjatuh sendiri. Itu bukan salahku, kek.” Ucap Richey membela dirinya,

“Baiklah jika seperti itu…” Ucap kakek,

“Tapi kek! Dia seperti berniat membunuhku” Kata Dyres menyudutkan kepalanya kearah Richey yang ketakutan,

“Sudah-sudah ayo kembali kerumah, kakek sudah lapar…” Jawab kakek,

“Tuu..tunggu aku kek!” Teriak Richey berlari,

“Jangan kabur kau makhluk bodoh!” Saut Dyres mengejar Richey,

Latar berpindah kedalam rumah, dimana Nenek tengah menyiapkan makan siang keatas meja. Kakek yang sebelumnya tertinggal, tiba-tiba telah ada didalam rumah saat Richey dan Dyres membuka pintu.

“Haaaa?!” Teriak Richey kebingungan,

“Haaa?…heee? ..HEEE?!” Lanjutnya,

“Bisakah kamu untuk tidak berteriak sehari saja?” Tanya kakek kesal,

“Ta..tapi tadi kakek…tadi…” Saut Richey kebingungan,

Kakek memperhatikan reaksi Dyres yang hanya menatapnya dalam diam. Kakek mulai terpikirkan sesuatu dan menghela nafas.

“Sudahlah, ayo bersihkan badan kalian dulu lalu kita makan bersama” Ucap nenek,

Kakek yang sudah sangat lapar ingin mencicipi makanan yang dibuat Nenek. Tapi tiba-tiba aliran listrik keluar dari atas panci makanan.

“Arrgghh…Sudah 50 tahun bersama dan Namira masih saja seperti ini padaku” Suara hati kakek yang geram,

“Kamu tidak lupa kalau aku bisa mendengar mu kan?” kata Nenek kepada Kakek sambil mengarahkan anak-anak untuk membersihkan badan,

“Aaa..hehehe itu tadi hanya bercanda…” Jawab kakek ketakutan,

“Ada apa, Nek?” Tanya Richey,

“Tidak ada” Jawab nenek dengan imut.

Setelah itu makan siang terlihat dihiasi dengan kebahagiaan. Kakek dan Nenek mengharapkan kebahagiaan itu

tidak akan pernah hilang. Tangan mereka berpegangan erat satu sama lain dan menatap kebahagiaan yang ada didepan mereka. Mereka merasa ingin selalu melingdungi kebahagiaan yang tengah mereka pandangi itu.

Terang perlahan memudar, bulan menyambut jatuhnya mentari. Pada malam hari di ruang tengah rumah, Kakek dan Nenek tengah berbincang. Ditengah perbincangan mereka Kakek teringat hal yang baru saja terjadi pagi tadi. Dia menceritakannya kepada Nenek dengan perasaan gelisah.

“…sepertinya mereka sudah mendekati takdirnya masing-masing” Ucap kakek,

“Aku selalu mendo’akan yang terbaik untuk mereka berdua…” Kata nenek sambil menunduk

dan mengepal tangan,

“…cucu-cucuku” Lanjutnya dalam hati sambil melihat ke atas,

Dikamar lantai dua terlihat Richey dan Dyres sedang tertidur pulas. Dengan kepolosannya, mereka tidak mengetahui tentang rahasia-rahasia yang ada didalam diri mereka.

Keesokan harinya, Nenek yang sedang beristirahat dibawah pohon dekat kebun tiba-tiba sekilas merasakan keganjilan yang berasal dari hutan. Kemudian dia segera berjalan ke dalam hutan untuk mencari sumber keganjilan tersebut.

“Apa yang sedang kamu lakukan, Dyres?” Tanya nenek saat menemukan Dyres di hutan,

“Eee…Nenek, Nenek sedang apa?” Tanya Dyres balik dengan gelisah,

“Tidak sopan jika seseorang bertanya tapi kamu bertanya balik sebelum menjawabnya…” Jawab

nenek,

“tapi jika itu musuhmu, Nenek rasa tidak apa-apa. Tapi Nenek kan bukan musuhmu” Lanjutnya,

“Eeee…itu nek…aku sedang mencoba kekuatanku untuk mencabut akar pohon ini…” Jawab Dyres,

“Hmm…baiklah” Ucap nenek lalu meninggalkan tempat itu,

Jauh didalam lubuk hatinya, Nenek itu sangat khawatir dengan cucu-cucunya.

“Huuhh... hampir saja” Kata Dyres.

Disisi lain hutan, Richey tengah mencoba sesuatu hal yang mencurigakan. Kakek yang mengawasinya diam-diam juga merasakan kekhawatiran seperti yang Nenek rasakan. Richey dan Dyres juga sering meminta izin berdua untuk keluar malam dan tak jarang mereka kembali saat pagi hari.

Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun terlewati. Richey dan Dyres yang telah berumur 13 tahun mulai dilatih pengendalian Annaroth oleh Kakek dan Nenek. Seperti sebelumnya, Annaroth adalah kekuatan yang terdapat didalam tubuh. Namun tidak semua makhluk memilikinya. Kebanyakan dari mereka yang memiliki Annaroth akan menjadi Kesatria, Pengawal, Pengembara dan Anggota Guild yang bekerja menggunakan Annaroth. Tak jarang juga pekerjaan-pekerjaan biasa yang dibantu oleh annaroth seperti membajak ladang dan perkebunan, membersihkan halaman, rumah dan gedung, dan hal-hal lain dalam cakupan Annaroth yang ada.

Pada era ini sebagian besar makhluk hanya mengetahui bahwa Annaroth itu adalah sihir. Banyak dari mereka yang memiliki Annaroth tetapi tidak bisa mengendalikannya, karena terlalu banyak penggunaan Annaroth hingga membebani jiwanya. Beberapa makhluk yang mengalaminya merasakan dampak yang berbeda-beda, dimulai dari tidak bisa menggerakan tubuh diikuti dengan mati rasa, hilangnya indera seperti penglihatan, perasa dan pendengaran, hingga hilangnya nyawa.

Richey dan Dyres dilatih untuk menguasai Annaroth agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun latihan itu tidak berjalan lancar. Richey dan Dyres tidak bisa menguasai sihir yang diajarkan oleh Kakek dan Nenek.

Malam hari setelah Richey dan Dyres tertidur,

“Hahh…Aku tidak tahu lagi harus seperti apa mengajarkan pengendalian sihir kepada mereka berdua” Keluh sang kakek kepada nenek,

“Sepertinya cita-cita mereka harus kita tunda untuk sementara” Saut nenek,

“Ya…paling tidak hingga mereka mampu menjaga dirinya masing-masing…” Lanjut kakek.

Air tenang yang ada didalam gelas tiba-tiba bergelombang. Nenek menyadarinya dan mengatakan,

“Kenapa akhir-akhir ini sering terjadi gempa kecil?”

“Hmmm… kamu merasakannya juga?” Tanya kakek yang sepertinya mengetahui asal getaran

tersebut,

“Aku akan istirahat duluan, mungkin badanku sudah lelah” Jawab nenek,

“Apakah dia tidak sadar kalau dirinya sudah menua?” Ucap kakek dalam hatinya dengan

heran,

“Aku mendengarmu sayang” Ucap nenek dengan lantang saat berjalan memasuki kamar,

“Hehe…aku hanya bercanda sayang” Jawab kakek menggaruk kepalanya,

Gelap yang menimbun langit malam perlahan dilengserkan oleh cahaya mentari yang berkilau. Embun dan deru angin menyegarkan pagi. Pintu rumah terbuka dengan decitan khasnya. Setelah banyaknya latihan, tak terasa satu tahun telah berlalu. Richey dan Dyres berjalan keluar rumah bersama Kakek dan Nenek.

Hari ini mereka harus ke ibu kota untuk menjual semua hasil panen.

Ditengah perjalanan Nenek bertanya,

“Apakah kalian masih tetap ingin menjadi Kesatria Kerajaan di ibu kota?” Tanya nenek

kepada Richey dan Dyres,

“Tentu saja, Nek!” Saut Dyres dengan semangat,

“Benar sekali, Nek!” Jawab Richey sambil tersenyum,

“Sebenarnya aku lebih ingin untuk menjadi raja, Nek! Hihi…” Lanjut Richey,

“Kamu berjalan tapi tetap tertidur, dasar bodoh” Ucap Dyres kepada Richey,

“Aku akan menjadi raja suatu saat nanti, lihat saja” Ucap Richey sambil mengepalkan tangannya ke langit,

“Aku yang akan menjadi raja terlebih dahulu sebelum Richey, Nek. Tenang saja. Hahaha…” Ucap Dyres kepada nenek,

Nenek tersenyum kepada Kakek, mereka berbincang berdua melalui hati. Mereka tampak sangat bahagia disepanjang perjalanan menuju Ibu Kota Kerajaan.

Saat matahari telah berada tepat di atas kepala, mereka akhirnya tiba di Ibu Kota Kerajaan Nedelvort.

Bangunan tinggi, keramaian kota, pedagang disana-sini, hingga beberapa atraksi pertunjukkan tak luput dipandangi oleh Richey dan Dyres. Suatu hal yang hampir tidak pernah mereka lihat adalah semua yang ada di Ibu Kota Kerajaan. Setidaknya untuk saat ini mereka berpikir demikian, namun diluar sana masih banyak sekali hal-hal menarik dan aneh yang harus mereka lihat dan pelajari.

Setelah itu, Dari kejauhan terlihat seseorang menggunakan jubah dan topeng yang melihat tajam ke arah mereka. Richey sadar dengan orang itu dan bersiaga jika sesuatu yang buruk dilakukan olehnya. Tiba-tiba orang itu menghilang, dengan sekejap Kakek memegang tangan orang misterius itu. Orang itu seperti ingin mencelakai Nenek yang hanya tersenyum didepannya.

Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan kepada Nenek?

Simak lanjutannya di chapter selanjutnya.

~Bersambung

Jangan lupa kasih tanggapan kalian mengenai awal cerita ini ye.

Truant Dist (Tunas Muda)

Dari kejauhan terlihat seseorang menggunakan topeng yang melihat tajam ke arah mereka. Dyres sadar dengan tatapan orang itu dan bersiaga jika sesuatu yang buruk dilakukan olehnya. Tiba-tiba orang itu menghilang dan dengan sekejap berpindah tempat ke depan Nenek, tetapi Kakek dan Richey telah memegang tangan orang misterius itu untuk menghentikannya. Orang itu seperti ingin mencelakai Nenek yang hanya tersenyum didepannya.

“Sudahlah, kalian akan membuat kegaduhan jika meneruskannya…” Ucap nenek dengan senyumannya,

“Lepaskan dia” Lanjut nenek,

“Apa yang akan kamu lakukan hah?!” Bentak Richey kepada orang misterius itu,

'Tok!’

Suara kepala Richey yang dipukul nenek dengan jari telunjuknya,

“Sudah lepaskan dia Richey…” Ucap nenek kembali,

Richey menggeram dengan berpura-pura kuat didepan orang itu.

“Adduuuhhh….Nenek kejam!!!” Teriak Richey kesakitan,

Dan sesaat semua orang disekitar memandang ke arah mereka,

“Dari Annaroth ini…” Kata kakek sambil mengingat,

“Itukah kamu Venesia?” Tanya kakek kepada orang misterius itu,

Orang misterius itu tersenyum dan membuka topengnya. Senyuman manisnya mengarah langsung ke arah kakek dan nenek. Tetes air mata yang tak tertahan akhirnya jatuh dikedua pipi kakek. Dia memeluk Venesia dengan erat sambil menangis tersedu-sedu. Nenek tetap tersenyum tetapi Richey dan Dyres terheran-heran.

Dyres melihat ke arah nenek,

“Apa kamu mau bertanya apa maksudnya hal ini, Dyres?” Tanya nenek,

“Mmm..mm, dia siapa?” Tanya Dyres,

“Nanti Nenek ceritakan…sekarang kita harus ke satu tempat terlebih dulu” Jawab nenek.

Mereka semua melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke sebuah rumah besar dengan pagar kokoh yang mewah.

“Apakah Nenek tersesat?” Tanya Richey sambil melihat rumah besar didepannya,

“Aku akan bertanya ke warga sekitar, Nek” Ucap Dyres hendak berlari,

“Tidak…” Saut nenek sambil memegang kerah baju Dyres,

“Hoeekk…Nek, aku tercekik…” Kata Dyres menderita,

“Ini memang tempat yang Nenek maksud tadi…” Lanjut nenek melepas kerah baju Dyres,

Kemudian nenek mengetuk tembok pagar rumah itu dengan telunjuknya. Tak lama berselang, terlihat seorang pria keluar dari rumah dengan menggunakan pakaian pelayan yang sangat keren. Ditengah jalannya menuju gerbang, pria itu seperti menyadari sesuatu dan tiba-tiba berlari ke arah pintu pagar.

“Selamat datang Nyonya Namira, Selamat datang Tuan Varadis, Nona Venesia…” Ucap pelayan

tersebut sambil membungkuk ke arah kakek dan nenek,

Kejadian ini membuat Richey dan Dyres semakin sulit menggunakan otaknya. Otak mereka akhirnya berhenti berfungsi dan raut wajah mereka terheran dengan amat sangat.

“Maafkan saya karena tidak tahu bahwa Nyonya dan Tuan akan datang, saya…” Ucap pelayan

itu terpotong,

“Aku memang tidak berniat untuk kesini pada awalnya…” Ucap Namira sambil berjalan

masuk dengan Varadis dan Venesia,

“Tetapi aku memutuskan untuk kesini ditengah perjalanan karena ada mimpi yang harus dicapai oleh orang-orang yang ku sayangi…Tolong bawa mereka berdua masuk” Lanjutnya sambil menunjuk Richey dan Dyres yang terdiam dengan raut wajah heran dan mulut terbuka lebar.

Mereka akhirnya berjalan masuk ke dalam rumah dengan Varadis yang terus memeluk Venesia, sedangkan Richey dan Dyres di angkat oleh pelayan tersebut. Sampailah mereka ke suatu ruangan dengan pemandangan dari luar yang indah.

“Sen…tolong panggilkan Arta kemari, ada yang ingin ku sampaikan padanya” Kata Namira kepada pelayan itu,

“Baik, saya permisi dulu nyonya” Jawab pelayan yang bernama Sen itu sambil melepaskan Richey dan Dyres ke lantai.

“Kalian berdua sadarlah…” Kata Namira ke Richey dan Dyres,

“…atau Nenek akan menghukum kalian” Lanjutnya sambil mengepalkan tangan.

“Siap Nek!” Jawab mereka berdua serentak dan langsung berdiri tegak,

“Apakah kalian akan tinggal disini?” Tanya Venesia kepada Namira dan Varadis,

“Sepertinya begitu sayang…” Jawab Namira,

“Lepaskan dia” Lanjutnya sambil mengambil Venesia dari pelukan suaminya,

“Yey…akhirnya aku bisa tinggal lagi dengan Nenek” Kata Venesia dengan gembira,

“Nek, emm…” Kata Dyres yang tidak enak hati untuk bertanya,

“Hmm?...Oh iya maaf. Nenek lupa menceritakannya…” Kata Namira sambil tersenyum,

“Venesia ini adalah cucu Kakek dan Nenek juga, sama seperti kalian…Hanya saja Nenek tidak selalu sempat kesini untuk merawatnya” Lanjutnya sambil memeluk erat Venesia,

Richey dan Dyres memasang raut muka tidak suka saat melihat Namira memeluk erat dan terlihat sangat menyayangi Venesia.

“Hmm…Kalian berdua jangan cemburu kepadanya” Kata Varadis,

“Hmm! Kita baik-baik saja kok” Jawab Richey dan Dyres serentak dengan menahan kecemburuan,

“Ternyata bagaimana pun mereka itu tetap cucuku…” Kata Namira yang tersirat didalam hatinya,

“Kemari, bagaimanapun kalian juga adalah cucu nenek” Lanjutnya berkata kepada Richey dan Dyres,

Mereka berdua berlari memeluk kakek dan nenek mereka bersamaan. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka pada saat itu, walaupun Venesia merasa sesak karena terhimpit oleh mereka. Air mata tercurah dari kedua mata Varadis dan Namira karena bahagianya memiliki cucu-cucu yang sangat menyayangi mereka.

Kilau keindahan pemandangan dan hembusan angin dari luar terasa menambah keindahan dari keharmonisan momen itu. Saat memasuki ruangan, Arta terpukau akan hal itu. Hal tersebut membuatnya terdiam sejenak dan saat tersadar,

“Maafkan saya…saya lupa untuk mengetuk pintu” Ucap Arta hendak menutup kembali pintu,

“Tidak apa, masuklah…” Jawab Varadis,

“Maaf…Permisi…” Ucap Arta memasuki ruangan,

“Selamat datang Tuan Varadis dan Nyonya Namira, maafkan saya karena tidak tahu anda datang kemari dan untuk masalah tadi…” Lanjutnya dengan perasaan tidak enak kepada mereka,

“Sudah tidak apa, duduklah…” Jawab Namira sedikit kesal,

“Permisi...” Kata Arta sambil duduk,

“Kenapa nyonya tidak menggunakan telapak tangan untuk mengaktifkan Chi di gerbang depan?” Tanya Arta kepada Namira,

‘Tok-tok’

Pelayan masuk dan menuangkan teh untuk mereka,

“Aku tidak ingin membuat kegaduhan disini” Jawab Namira lalu meminum tehyang berada didepannya,

“Baiklah nyonya…Apakah ada tugas untuk saya?” Tanya Arta kembali,

“Ahh…hampir saja aku lupa” Jawabnya sambil menepuk keningnya,

“Aku ingin menitipkan cucu-cucuku tahun ini untuk mengikuti Ujian Masuk Kesatria Sihir” Lanjut Namira dengan senyum,

Richey dan Dyres sangat senang mendengar hal itu dan mengarahkan tatapan gembiranya kepada nenek mereka. Namun, Venesia kaget mendengar hal itu.

“Aa..aku tidak mau, Nek” Ucap Venesia,

“Hmm…apa kamu sudah melupakan mimpi mu, Ven?” Tanya Varadis kepada Venesia,

“Tidak, Kek…tapi aku…” Jawab Venesia terbata-bata,

Semua melihat Venesia dan menunggu lanjutan perkataannya. Gadis itu malu tetapi tidak dapat menahan kata-kata yang ditahan oleh mulutnya,

“Aku sudah kuat tanpa harus menjadi kesatria!” Kata Venesia dengan lantang dan tersipu malu,

“Ven…” Kata kakek sambil mengelus rambut Venesia,

“Didunia ini tidak ada yang tetap… Jika hari ini kamu merasa paling kuat, akan datang saatnya kamu melihat orang yang lebih kuat dari dirimu. Jadi…teruslah berkembang hingga orang lain yang mengatakan bahwa kamu yang paling kuat” Lanjutnya hingga membuat Venesia merasa kagum,

“Baiklah, Kek!” Ucap Venesia dengan perasaan kagum dan membara,

Richey dan Dyres bingung dengan wajah datar mereka ketika melihat Venesia yang bisa berubah dengan cepat hanya dengan mendengar sedikit perkataan kakek mereka.

“Untuk hal itu, saya bisa kerjakan pendaftarannya secepat mungkin” Kata Arta,

“Aku minta kepada mu agar tidak menggunakan stempel emas” Bisik Namira kepada Arta,

“Apa maksud anda nyonya?” Tanya Arta dengan pelan juga,

“Aku ingin mereka belajar tentang arti kerja keras” Jawab Namira,

“Baiklah, jika itu keinginan nyonya. Untuk pendataan ulangnya, kalian bisa memintaku kembali atau meminta Albis yang saat ini sudah berada di kerajaan” Jelas Arta memberikan informasi tambahan,

“Ternyata dia sudah kembali…” Ucap Namira melihat suaminya,

“Jadi…” Kata Varadis sambil berjalan ke arah pintu,

“Sekarang kamu antarkan aku ke taman…” Lanjutnya dengan wajah penuh niat busuk,

“Kamu tidak lupa bahwa aku bisa mendengar isi hatimu kan, sayang?” Tanya Namira kepada suaminya itu,

“Kamu tahu aku akan mencungkil matamu dengan jariku sendiri jika niatmu demi melihat pelayan cantik kan?” Lanjutnya,

“Ahehe…tidak..tidak tidak…aku akan ke aula saja” Jawab Varadis ketakutan,

“Kenapa keluarga kita aneh?” Tanya Richey ke Dyres dengan tatapan bodoh,

“Jangan seenaknya berkata…Dasar bodoh!” Jawab Dyres dengan kesal,

Hari berganti menjadi malam. Bintang-bintang indah bertebaran menghiasi angkasa. Saat itu di balkon rumah, Richey tengah memandanginya.

“Langit disini tidak secerah di rumah kita, huh…” Keluh Richey sambil membuang nafas,

“Kenapa kamu mengharapkan hal yang tidak-tidak?” Jawab Dyres yang tengah merebahkan tubuhnya di ranjang,

“…lebih baik memikirkan seperti apa ujian masuk nanti” Lanjutnya,

“Aku penasaran hasil panen kita dibawa kemana oleh pelayan tadi” Lanjut Richey,

“Bisakah kamu memikirkan hal yang penting!!!” Bentak Dyres kepada Richey yang memikirkan hal-hal aneh,

“Hey lihat!” Kata Richey menunjuk ke arah pusat kota,

“Apakah kamu akan mengatakan bahwa ada meteor terjatuh yang terbakar dan akan menghantam daratan dengan kecepatan tinggi. Yap kamu bodoh!” Ucap Dyres dengan cepat,

“Ada kembang api disana, seperti yang Nenek sering ceritakan!” Jawab Richey dengan gembira,

“Hah?!” Ucap Dyres tergesa-gesa menghampiri Richey,

“Waaaaaa…” Kata mereka berdua yang takjub dengan keindahan kembang api,

“Ayo kita kesana!” Ucap Richey menarik Dyres,

“Hmm!” Jawab Dyres sambil mengangguk,

Mereka melompat dari balkon rumah dan mengarah keluar pagar tembok yang besar. Namun ternyata pagar tersebut telah dibentengi dengan Annaroth kakek dan nenek mereka agar Richey dan Dyres tidak bisa keluar tanpa izin. Mereka terpental saat menghantam penghalang yang tidak terlihat oleh mata itu. Secara tidak sengaja, mata kanan Dyres berubah menjadi pola yang tidak diketahui.

“Arrghh…Aku tidak tahu apa itu, tapi sepertinya itu adalah Annaroth” Ucap Dyres sambil membersihkan pakaiannya yang terkena tanah,

“Eghh…rambutku penuh dengan tanah” Kata Richey membersihkan rambutnya,

“Bagaimana kamu bisa ta…Heee!...Haa?!” Teriak Richey melihat Dyres,

“Dyres…ma..ma…matamu, kamu lihat matamu ke sini” Lanjutnya dengan panik sambil menunjuk kaca jendela

rumah,

“Haaa…?” Jawab Dyres memutar arah menghadap kaca jendela,

“Haaaa!!! Ada apa dimataku ini?!” Teriak Dyres melihat matanya yang berubah,

“Apakah ini adalah hukumanku karena telah banyak membohongi Kakek dan Nenek?” Lanjutnya dengan panik,

“Dyres…Dyres…Dyres!!!” Teriak Richey,

“Matamu sudah kembali normal, lihat…” Lanjutnya,

“Haa?” Kata Dyres kembali melihat matanya dari kaca jendela,

“hah…syukurlah” Lanjutnya tenang,

“Baiklah…Kalau begitu kita terobos saja sesuatu yang menghalangi kita” Ajak Richey kepada Dyres,

Tanpa di sadari Dyres membentuk Annaroth hitam keseluruh tubuhnya dan bersiap melompat menghantam penghalang Annaroth,

“Jangan membebaniku!” kata Dyres melompat dengan cepat,

Richey berdiri tegak menyamping lalu memasang kuda-kudanya dan membentuk Annaroth putih bercahaya di sekeliling tubuhnya,

“Kamu yang akan ada di belakangku!” Jawab Richey melompat mengikuti Dyres,

Benturan kekuatan terjadi dengan kerasnya, hingga menimbulkan getaran diudara. Getaran ini dirasakan oleh seisi rumah dan membuat beberapa dari mereka bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Sedangkan di ruang tengah,

“Maaf tuan dan nyonya, sepertinya tugas saya harus dimulai sekarang. Saya mohon izin untuk pergi” Ucap Arta kepada Varadis dan Namira setelah menyadari ada sesuatu yang aneh,

“Baiklah…” Jawab Varadis,

Saat itu penghalang Annaroth hancur oleh benturan energi yang dibuat oleh Richey dan Dyres. Mereka berhasil melewati penghalang dengan sekuat tenaga dan bergegas berlari ke arah pusat kota. Tanpa mereka sadari, dari belakang terdapat seorang berjubah hitam mengikuti mereka keluar pagar.

“Cucuku pasti bisa menghadapi setiap masalah yang akan datang” Ucap Namira dengan senyuman bahagia sambil mengambil secangkir teh dari pelayan seksi,

“Aku sampai tidak sadar bahwa seberat…” Sambung Varadis dengan tatapan kotor ke pelayan itu,

“Apa maksud perkataan mu?!” Tanya Namira kesal,

“Aaa…tidak…tid…” Jawab Varadis sebelum dihempaskan dengan jari telunjuk istrinya ke lantai,

‘Dbuuhh!’

Dilain sisi, Arta yang baru saja sampai halaman depan terkejut ketika melihat penghalang Annaroth telah hancur.

“Mustahil…” Ucap Arta terheran,

Salah satu bawahan Arta bertanya kenapa Arta terheran memandangi langit,

“Apa yang terjadi, komandan? Apakah ada yang aneh dilangit?” Tanya bawahan tersebut,

“Aku tidak sedang memandangi langit, tapi aku sedang melihat Soul Guard milik Tuan Varadis hancur…” Jawab Arta dan mulai berlari keluar pagar,

“Haaa!!!” Teriak kaget para bawahan Arta,

“Bukankah Tuan Varadis adalah salah satu pengguna Sihir Kuno?” Ucap salah satu bawahan Arta,

Setelah itu mereka berlari keluar pagar,

“Mustahil sekali hal seperti ini terjadi” Ucap bawahan lainnya,

“Bahkan Nyonya sekali pun akan kesulitan untuk menghancurkannya” Kata Arta gelisah,

“Makhluk apa sebenarnya yang mereka besarkan ini?” Lanjut Arta dari dalam hatinya,

“Komandan Arta…” Ucap salah satu bawahan Arta dari depan pagar,

Arta bergegas menghampiri bawahannya tersebut,

“Jejak mereka mengarah ke kota…” Ucap bawahannya sambil menunjuk ke kota,

“mereka berjumlah 3 orang dan yang terakhir sepertinya sedikit terlambat” Lanjutnya,

“Dasar anak-anak bodoh…Kenapa aku yang harus menjadi pengasuh anak?” Keluh Arta dari dalam hatinya,

“Komandan…Komandan?” Ucap bawahan yang menepuk pundaknya,

“Haiitt…Iya!” Jawab Arta kaget,

“Ehm…Aku ingin satu orang untuk memastikan anak-anak didalam rumah, yang lainnya ikuti aku ke kota” Lanjutnya,

Arta dan pasukannya mulai bergerak untuk memastikan pelakunya, walaupun dia sendiri sudah tahu siapa pelakunya.

Dijalan dekat pusat kota, Richey dan Dyres berada di atap sebuah gedung sambil menikmati pemandangan yang dipancarkan oleh kembang api. Terlihat kerumunan orang berjalan tepat di depan gedung yang mereka pijak.

“Ouh…maaf…” Ucap satu anak perempuan diantara kerumunan itu,

“Haa…?” Jawab anak laki-laki yang tidak sengaja tertabrak oleh anak perempuan itu,

Richey dan Dyres memalingkan sedikit mukanya untuk melihat dan mendengar percakapan mereka dari atas,

“Kau mengotori pakaianku dan kau hanya meminta maaf?” Lanjutnya,

“Apakah kau tidak punya mata?!” Bentak salah satu teman dari anak laki-laki itu,

“Kau ingin mati ya?!” Bentak salah satu temannya yang lain,

‘Dbushh!!!’

Suara tendangan yang menggunakan sihir tertahan oleh sesuatu,

“Pilihlah lawan yang sesuai untukmu” Ucap Richey yang tiba-tiba berada didepan anak perempuan itu dan menahan tendangan anak laki-laki tersebut.

“Huwaa…!!!” Suara teman-teman anak laki-laki itu mengarahkan pukulan ke Richey,

‘Dushh-Dushh!’

Dengan sigap Dyres menangkis keduanya,

“Bisakah kamu untuk tidak ikut campur urusan orang lain, Richey!” Bentak Dyres kepada Richey,

“Wow…” Ucap anak laki-laki itu sambil tersenyum,

“Ternyata kau cukup kuat untuk menahan tendanganku tadi” Lanjutnya,

“Tapi bagaimana dengan yang ini?” Ucapnya bersiap melakukan serangan sambil mengumpulkan sihir didalam tubuhnya,

“Cukup!!!” Bentak seseorang dari belakang anak laki-laki itu,

“Hentikan sampai disitu dan bubarkan diri kalian” Lanjut orang yang berpenampilan seperti Kesatria Kerajaan itu,

“Cihh..” Keluh anak laki-laki tadi,

“Ayo kita pergi” Lanjutnya mengajak teman-temannya pergi,

“Apa yang kalian lakukan disini?” Tanya kesatria tersebut,

“Aa…emmm…Mereka…” Jawab Richey terbata-bata,

“Mereka mengganggu teman kami” Jawab Dyres dengan lantang,

Seketika kesatria itu berubah wujud menjadi anak perempuan,

“Kalian terlalu ceroboh hingga mendapatkan masalah” Ucap kesatria yang ternyata adalah Venesia,

“Haaa…?” Ucap Richey terheran,

“Vene…?” Tanya Dyres bingung,

“Iya iya ini aku…” Jawab Venesia,

“Cukup main-mainnya, kita pulang kerumah” Lanjutnya sambil menarik Richey dan Dyres,

Anak perempuan itu hanya bisa memandangi mereka yang terseret oleh Venesia.

“Ba…baiklah ve..ne..” Ucap Richey yang tercekik kerah bajunya,

Untuk beberapa saat wajah Richey dan Dyres memucat. Venesia melepaskan cengkeramannya dan mereka terjatuh ke tanah setelah diseret untuk beberapa saat.

“Sepertinya…kamu berniat membunuh…kita” Ucap Dyres kesulitan bernafas,

“Kalian memang tidak tahu terima kasih…” Jawab Venesia,

“Asal kalian tahu, Anak tadi itu berasal dari Clan Franbion. Mungkin saja dengan umurnya yang sekarang dia mampu melenyapkan kalian dalam satu kali serangan” Terangnya kepada mereka berdua,

“Apa itu Clan Lampion?” Tanya Dyres,

“Franbion!!!” Jawab Venesia membentak,

“Hiii!!” Dyres ketakutan,

“Ya ya ya…” Ucap Richey dan tersenyum gembira ke arah Dyres,

“Ada apa dengan mu?” Tanya Venesia ke Richey,

Dia merasa ada yang aneh dengan sifat Richey,

“Baiklah mari kita pulang sebelum Kakek dan Nenek sadar kita tidak disana” Ucap Dyres dan membalas senyuman Richey,

“Kalian ini sudah gila ya?!” Teriak Venesia kepada mereka berdua.

Dia semakin merasa aneh dengan mereka berdua. Setelah itu, canda dan tawa terdengar di sepanjang perjalanan pulang.

Sesampainya dirumah,

“Ingat, jangan menimbulkan suara sedikitpun” Ucap Venesia yang dijawab anggukan dengan raut wajah aneh oleh Richey dan Dyres,

Mereka melompat tinggi hingga ke balkon kamar Richey dan Dyres. Sesaat mereka merasa keadaan aman, tetapi lampu tiba-tiba menyala ketika mereka memasuki kamar. Terlihat Kakek dan Nenek mereka yang tersenyum dengan aura jahat menatap mereka bertiga.

“Pe…perasaan ku tidak enak, Dyres…” Ucap Richey ketakutan,

“Diam bodoh…” Jawab Dyres,

“Cucu-cucuku tersayang, hukumannya tidak ringan loh” Ucap Namira dengan senyuman seram,

Malam yang menyenangkan akhirnya berakhir dengan rasa cemas dan ketakutan bagi

mereka.

Apa yang akan dilakukan Namira dan Varadis untuk menghukum cucu-cucu mereka?

Next yok. Ada baku hantam di Chapter 3.

~Bersambung

Morterus (Bintang-bintang)

Hangatnya mentari pagi ditemani hembusan angin yang menyejukkan diri. Biru dan kehijauan alam yang dapat direkam oleh mata adalah keindahan Vlarain yang tiada habisnya untuk dinikmati. Namun disebuah ruang latihan,

“Nek….” Ucap Richey yang masih mengantuk,

“Apa yang akan kita lakukan disini?” Lanjutnya,

Namira yang memandangi ruang latihan berkata,

“Tentu saja kita akan berlatih disini”

“Waahhh!!!” Ucap Dyres takjub,

“Yuhuu!!!” Saut Richey yang berubah menjadi bersemangat,

“Apakah Nenek melupakan hukuman kita?” Tanya Richey kepada Dyres dengan berbisik,

"Diam bodoh!" Jawab Dyres kesal,

Venesia menyadari ada seseorang tengah memperhatikan mereka dari sudut pintu ruangan.

‘Syufh!’

Desingan serangan Annaroth yang di hempaskan oleh Venesia mengarah ke orang tersebut,

‘Dbuuh...!’

Suara hantaman Annaroth yang ditahan oleh orang itu. Dia perlahan menunjukkan dirinya. Sedikit demi sedikit cahaya menyinari wajahnya.

“Kamu…” Ucap Venesia terkejut,

Tiba-tiba Venesia berlari ke arah orang tersebut dan mulai menangis. Dia memeluknya erat dan menangis tersedu-sedu.

“Anak-anak…” Ucap Namira memegang kepala Richey dan Dyres,

“Dia adalah Albis, salah satu cucu nenek yang paling tua” Lanjutnya,

“Bisakah untuk tidak menggunakan kata tua untukku nek. Hehe...” Saut Albis,

“Apakah kita harus memanggilnya kakak, Nek?” Tanya Richey,

“I…” Namira hendak menjawab,

‘Syeuwh-syeuwh!’

Tiba-tiba Richey dan Dyres melesat ke arah Albis dan mengarahkan pukulan yang di selimuti Annaroth kepadanya.

‘Dbuh-dbuh!’

Namun Albis dengan cepat menahan serangan mereka sambil memutarkan Venesia ke samping tubuhnya.

“Heeyyy!...Itu berbahaya, kalian ini berpikir apa?!” Bentak Albis kepada mereka berdua,

“Ayo lawan aku!” Jawab Richey tersenyum,

‘Fyuuhh!’

Lesatan kaki Richey mengarah ke rahang Albis,

Tiba-tiba Albis menghilang sesaat sebelum kaki Richey mendarat dirahangnya. Dia berpindah dengan cepat dan menempel pada dinding kanan ruangan latihan.

'Bwuhh!!!'

Dinding ruang latihan hancur akibat terkena gesekan Annaroth dari serangan Richey,

“Jadi mereka yang Arta ceritakan…” Ucap Albis didalam hatinya,

“Siapa yang kau besarkan ini, Nek?” Lanjutnya bertanya-tanya didalam hati,

“Tekstur Annaroth mereka sangat berbeda dari semua orang. Makhluk apa sebenarnya mereka?” Ucap Albis sambil turun dari dinding ruangan latihan,

“Baiklah, akan ku layani kamu terlebih dahulu. Tapi jika kamu kalah, panggil aku ‘Kakak’ ya?” Ucapnya kepada Richey lalu tersenyum,

“Baiklah!” Jawab Richey penuh semangat memasang kuda-kudanya,

Perlahan Richey melebarkan kaki kirinya kebelakang. Dia memejamkan matanya sambil menyilangkan kedua pergelangan tangan di sebelah telinga kirinya. Tangan dia terbuka dengan cepat bersama matanya.

‘Fyuhh!’

Richey melesat ke arah Albis.

‘Dbuuarr!’

Tiba-tiba dinding ruangan latihan hancur dan Albis terhempas jauh keluar ruangan latihan. Asap debu tebal menyelimuti ruang latihan. Richey terlihat berdiri di tengah kumpulan asap debu dengan senyumnya.

Semua yang berada di ruang latihan terkejut melihat serangan yang di lancarkan Richey. Varadis dan Arta yang berada di bangku penonton bagian atas juga ikut terkejut.

“Bhahaha…” Tawa Arta dengan canggung,

“Sepertinya tuan membesarkan seorang monster” Lanjutnya,

“Hmm?” Varadis yang heran melihat serangan Richey,

“A..hahaha, maafkan saya tuan!” Ucap Arta dengan cepat,

Disisi lain, Venesia juga terkejut dengan serangan milik Richey,

“Apa itu tadi, Dyres” Tanya Venesia,

Dyres tersenyum dan menjawab,

“Itu hanya serangan dasar miliknya”

“Ha?...Aku tidak tahu kalau mereka juga ternyata sangat kuat” Ucap Venesia didalam hati,

Dyres mengingat sesuatu ketika dia dan Richey merasakan kekuatan yang sangat besar terpancar dari tubuh Albis sebelumnya. Mereka bertatapan dan tersenyum sesaat sebelum melancarkan serangan pertama.

“Baiklah, setelah ini aku yang akan melawannya!” Teriak Dyres,

Ditengah ruangan, Namira terdiam setelah melihat serangan Richey. Kepalanya mulai memerah dan berasap.

‘Pletak!’

“Bodoh sekali!” Bentak Namira tiba-tiba memukul kepala Richey,

“Bagaimana kamu akan memperbaikinya, Haa?!” Lanjutnya kesal kepada Richey,

“Awww!!! Kenapa Nenek memukulku?” Ucap Richey kesakitan,

“Apa kamu tidak sadar…” Jawab Namira yang terhenti sejenak untuk melompat mundur,

‘Cling!’

Dari luar ruangan, Albis melancarkan serangannya yang mengarah langsung ke Richey.

‘Dbuuhh!’

Richey langsung terpental jauh menghantam dinding ruangan yang berada di belakang Dyres dan Venesia. Mereka berdua hanya bisa berkedip dan tidak sadar akan serangan tersebut.

“Adu..duh..Serangan yang benar-benar hebat. Tidak terlihat sedikitpun oleh mataku” Ucap Richey yang mencoba bangkit,

“Baiklah, mari kita pemanasan. Hihi…” Lanjutnya tersenyum lebar dan membuka kuda-kuda,

‘Syufh...!’

Richey kembali melesat ke arah Albis.

Dari tebalnya asap debu, Richey melihat sepasang mata seram berwarna kuning yang mengarah kepadanya. Sebuah tangan keluar dari tebalnya asap dan menangkap tangan Richey. Sesaat dia tersadar bahwa itu adalah Albis yang memancarkan aura berbeda dari sebelumnya.

‘Fyuh!-Dbuuh..!’

Albis memutarkan arah lesatan Richey ke atas lalu membantingnya dengan keras ke tanah.

‘Syufh...!’

Albis melanjutkan serangannya dengan melemparkan Richey ke daratan di bawah tebing tempat ruangan latihan itu berada.

Richey terlempar sangat cepat namun saat dia terlihat akan menghantam tanah, tidak terdengar adanya suara hantaman.

‘Fwuuh!’

Terdengar suatu lesatan yang mengarah ke Albis,

‘Deb…Bwuh!’

Tiba-tiba Richey telah memukul perut Albis lalu menghempaskannya ke atas dengan kuat,

‘Syuh!’

Richey melesat mengejar Albis yang terhempas,

‘Dbuh!’

Hantaman sangat keras dari Richey yang membuat Albis melesat sangat cepat ke bawah,

‘Dbuar!!!’

Suara tubuh Albis yang terhempas keras ke tanah,

Dari tembok ruang latihan yang jauh, beberapa orang tengah mengendap-ngendap untuk menyaksikan mereka berdua bertarung.

“Hey…Cepat! Dari sini akan lebih jelas” Ucap salah satu orang yang berpakaian kesatria,

“Tidak mungkin…” Saut lainnya saat melihat keadaan area belakang ruang latihan yang hancur,

“Hey lihat... Komandan Albis ada disana!” Ucap salah satu kesatria yang hanya bagian kepalanya saja yang terlihat dari luar tembok,

“Tidak mungkin… Bagaimana bocah itu dapat memojokkan Komandan?” Lanjutnya terheran,

Albis perlahan bangkit, sedangkan Richey sudah mendarat di tanah dengan jarak yang cukup jauh dari Albis.

Dari tebalnya asap, Mata kuning seram kembali terlihat,

“LIGHT ANGER!”

‘Fyuhh!-Dzbur...!’

Semburan cahaya kuning dari sihir Albis melesat cepat ke arah Richey,

“VARIAS”

‘Crryuuh’

Tembakan kilat cahaya terlepas dari tangan Richey,

Kedua serangan itu bertabrakan dan membuat desingan suara yang menyakitkan telinga. Perlahan serangan Albis terbelah dan melebar dengan cepat hingga Varias milik Richey akan mengenainya.

"Celaka..." Ucap Albis dengan wajah yang khawatir,

‘Crriingg…Dbuuhh!’

Hantaman serangan Richey dengan sesuatu menimbulkan suara yang sangat keras tepat sebelum Varias mengenai Albis.

Sesaat sebelumnya,

“Soul Guard”

Ucap Varadis merapalkan sihirnya,

Sebuah tameng raksasa dari Annaroth sihir kuno terbentuk dengan cepat,

“Glorious Mana”

Ucap Namira serentak merapalkannya dengan Varadis,

Annaroth yang tebal melapisi Soul Guard dan memperkuat kekuatan dari skill sihir itu sendiri,

Sesaat suasana menjadi tegang, semua orang terdiam dan tercengang. Dari kabut asap yang melingkar ke atas masih terlihat kilatan-kilatan petir kecil menyambar tak tentu arah. Tanah disekitarnya hancur dan sebagian terangkat keatas.

“Cukup...” Ucap Namira menghampiri Richey dan Albis,

“Apakah kalian berencana menghancurkan tempatku, ha?” Lanjutnya,

“A…hehe…Sepertinya aku telah selesai latihan” Jawab Richey,

‘Swuuh!’

Richey berlari kabur dari tempat itu dengan cepat.

“Jangan seenaknya saja pergi, Richey!” Teriak Namira kesal kepadanya,

“Albis, kamu masih disana? Mari kita istirahat” Lanjutnya,

“Baik, Nek…” Jawab Albis lemas,

“Aku sangat yakin kalau tadi itu masih serangan dasar miliknya. Tapi mengapa Kakek Nenek menggunakan sihir berlapis untuk menahannya?” Lanjutnya didalam hati dengan rasa penasaran,

Kemudian Albis mengingat Richey sesaat setelah dirinya melepaskan skill-nya. Saat itu Richey hanya berdiri tegak menyamping sambil mengayunkan satu tangannya.

“Sepertinya aku masih harus banyak belajar…” Ucapnya sambil mengusap dagu…

‘cit-cit-cit’

Dagu Kakeknya…

“Sepertinya roh jahat telah merasukimu Albis…” Ucap Varadis melihat kelakuan Albis,

“Pergi sana!” Lanjutnya sambil melemparkan Albis,

“Huaaaa!” Jeritan Albis yang terlempar,

Setelah itu mereka kembali ke dalam ruang latihan. Semuanya terlihat lelah setelah melihat pertarungan antara Richey dan Albis. Venesia terlihat ingin bertanya kepada Kakeknya namun dia merasa ragu untuk menanyakannya.

“Kek…” Ucap Venesia ragu,

“Aa…apakah Richey itu sama sepertiku?” Lanjutnya,

“Hmm…Sepertinya kamu sudah menyadarinya, Vene” Jawab Varadis sambil mengusap dagu,

“Karena dia melafalkan mantra yang tidak biasa, Kek. Aku juga tidak mengerti apa yang dia ucapkan” Ucap Vene yang kebingungan,

“Apakah dia dari Ras lain, Kek?” Lanjutnya bertanya,

“Hmm…Kakek juga belum bisa memastikannya. Padahal Kakek sudah bertahun-tahun hidup dengannya” Jawabnya,

Venesia menunduk mendengar jawaban Varadis yang tidak memuaskan rasa penasarannya.

“Oh iya… Apakah kamu masih berhubungan dengan sesuatu yang berada di dalam pikiranmu?” Tanya Varadis,

“Tentu, Kek. Tuan Bayangan mengajariku banyak skill. Tapi saat ini aku belum bisa menguasai

semua yang dia ajarkan” Jawab Venesia,

“Apakah dia baik kepadamu?” Lanjut Varadis bertanya,

“Iya, Kek. Dia baik kepadaku. Dia bahkan mau menemaniku ketika aku ketakutan untuk mengambil makanan dimalam hari, hehe…” Jawab Venesia,

“Hmm…” Varadis memikirkan sesuatu dan terus mengusap dagunya,

Disisi lain Namira tengah merapalkan sihir untuk memulihkan kondisi ruang latihan. Perlahan reruntuhan bangunan menyatu dan menyusun kembali ke bentuk semulanya.

Dari pintu ruang latihan tiba-tiba terlihat seseorang berlari menuju ke arah Namira.

“Nenek!” Teriak orang itu,

“Sepertinya dinding ini sudah kembali ke bentuk aslinya…” Ucap Namira,

Orang itu langsung melompat kearah Namira dengan gembira. Namun dengan santai Namira bergeser sedikit dari pijakannya dan membuat orang itu menabrak dinding.

“Hey! Apa yang kamu lakukan?!” Bentak Namira yang marah kemudian menyadari sesuatu,

“Eeeh…Synathisa!” Ucapnya terkejut,

“Nenek merindukanmu!” Lanjutnya sambil memeluk wanita yang ternyata bernama Synathisa itu,

“Ne…nek…Aku masih kesulitan bernafas…setelah menabrak dinding…tolong jangan ditambahkan, Nek…” Ucap Synathisa yang kesulitan bernafas,

Dari sudut lain, diam-diam Dyres memperhatikan sambil menyantap cemilannya dan mengayunkan kakinya dengan santai.

“Ooo…Synathisa, kamu sudah kembali” Ucap Varadis menghampiri Synathisa dan Namira,

“Ka…kek…tolong…” Jawab Synathisa yang masih kesulitan bernafas,

“Sudahlah sayang, longgarkan sedikit pelukanmu. Kamu bisa membunuhnya” Ucap Kakek itu kepada istrinya,

“Emm...? Maafkan Nenek ya sayang. Nenek sangat merindukan mu” Ucap Namira dengan perasaan gembira kemudian melepaskan Synathisa,

Disudut lain, ayunan kaki Dyres yang semula santai perlahan berubah menjadi cepat. Dengan senyuman yang aneh, ayunan kakinya terlihat semakin cepat.

“Apakah pola makan mu selama bertugas dijaga dengan baik oleh koki batalyon?” Tanya Namira ke Synathisa,

“He’em…Nek. Aku makan 3x sehari” Jawab Synathisa,

“Bagus, jika tidak…akan ku bunuh kepala koki batalyon mu!” Lanjut Namira dengan wajah dan aura seram,

“Hehe…tidak, Nek” Saut Synathisa,

‘Hyuufh...!’

Tiba-tiba Dyres menyerang Synathisa dengan cepat melewati Kakek dan Neneknya,

‘Dassh!’

“Ayo lawan aku!” Ucap Dyres dengan gembira saat serangannya ditahan dengan santai menggunakan telapak tangan Synathisa,

Varadis hanya memasang muka datar, sedangkan Namira masih sibuk mengomel sendiri,

“Kenapa cucuku tidak ada yang memiliki perilaku normal… hehh..” Keluh Varadis,

“Heee?!” Ucap Synathisa kebingunan,

“Kamu siapa?” Lanjutnya,

Dyres yang terlihat sangat gembira dengan lantang mengatakan,

“Aku cucu Kakek dan Nenek!”

“Haaa?!” Saut Synathisa terkejut,

Varadis masih dengan wajah datarnya berjalan menjauh dan mengatakan,

“Aku malas menjelaskannya sekarang. Lebih baik kamu temani dia bermain dulu, Syna”

“Heee?!” Jawab Synathisa yang bertambah bingung,

Setelah mendengar perkataan kakeknya, Dyres segera melakukan kuda-kuda. Kedua kakinya terbuka lebar dan tangan kirinya di tarik ke belakang,

“RIGROS!”

Pukulan yang terselimuti Annaroth hitam dilancarkan dengan cepat ke arah Synathisa.

‘Dbuhhh!’

“Woo!” Ucap Synathisa saat berhasil menghindar dari serangan Dyres,

Terdengar suara reruntuhan yang berjatuhan ke lantai melintas di telinga Nenek mereka. Dia tercengang dan terdiam karena dinding yang baru saja diperbaikinya sekarang telah hancur kembali.

“Hebat sekali kamu bocah!” Ucap Synathisa,

“Kalian…” Ucap Namira dengan geram,

‘Fyuhh-Fyuh!’

“Berlatihlah di luar!” Bentak Namira sambil melemparkan Dyres dan Synathisa keluar satu persatu melalui lubang di dinding tersebut,

“Aaaaaa!” Teriakan mereka berdua saat dilempar oleh Nenek mereka sendiri,

‘Dbussh-Dbush!’

Pendaratan yang kasar membuat mereka kesakitan.

“Aduh...Hei bocah! Kenapa kau menyerang ku?!” Tanya Synathisa kesal,

“Berlatihlah dengan ku, hihihi!” Jawab Dyres dengan gembira,

“Dasar bocah aneh!” Bentak Synathisa hendak meninggalkan Dyres,

‘Fhsyuh!’

Tiba-tiba Dyres melancarkan serangan ke arah Synathisa lagi,

“LION HEART!”

Sebuah tameng sihir api berbentuk kepala singa merah tercipta sesaat sebelum skill Dyres mengenai Synathisia,

‘Dbuuh!’

Synathisa terpental hingga ke dekat dinding ruang latihan,

“Errghh…” Rintihan Synathisia dari balik asap debu akibat benturan kedua skill tadi,

“Apa-apaan bocah ini…” Ucap Synathisia didalam hati sambil melihat tangannya yang meneteskan darah,

“Dia bahkan belum terlihat serius…” Lanjutnya sambil berusaha bangkit,

Setelah bangkit, wanita itu membuka kuda-kudanya dan mulai memusatkan energi sihir di kakinya.

‘Syuwh!’

Synathisa melesat ke arah Dyres dengan sikap siap menyerang. Dyres yang tersenyum berhasil menghindari serangan Synathisa dengan sangat cepat,

‘Dbush-Dbush-Dbush!”

Seketika tanah di sekitar tempat Dyres berdiri sebelumnya hancur dan terhempas keatas,

‘Syiing!’

Laser merah besar dari langit menghancurkan setiap jengkal tanah yang dilewatinya,

‘Dbruuuuhh!’

Kesekian kalinya Dyres berhasil menghindari serangan Synathisa. Namun disaat Dyres hendak menapakkan kakinya ditanah setelah berhasil menghindar, Synathisa dengan cepat melancarkan serangan lanjutan.

“LIONS ROAR!”

Ucap Synathisa merapalkan sihir-nya,

'Zbbuh...!'

Laser merah besar melesat dengan cepat menyerang Dyres,

‘Syiing!’

Sesaat Synathisa merasa telah mengenainya, namun Dyres telah mengaktifkan skillnya terlebih dulu.

“MURVIS!”

Ucap Dyres merapalkan skillnya,

Kilat hitam menyambar keluar dari tangan kiri Dyres. Sedikit demi sedikit dirinya membelah skill milik Synathisa.

“VNIOMOR”

Lanjutnya dengan tenang,

'Zreb...Dbuh-Dbuh-Dbuh!'

Kilat hitam mulai mengamuk tak beraturan dan secara terus menerus di tembakan oleh Dyres. Dengan cepat sihir Synathisa terbelah.

“Errrgghh!” Geraman Synathisa menahan skill Dyres,

‘Sriing!...Dbuh-Dbuh-Dbuuhhrr....!!!’

Hantaman keras terdengar hingga kedalam ruangan, Synathisa terkena serangan Dyres dan terpental sangat jauh hingga ke dasar tebing. Semua orang yang melihat mereka bertarung dari lubang didalam ruang latihan terkejut dengan Gelombang Annaroth yang mengintimidasi dari Dyres.

"Apa ini?" Ucap Albis merasakan tekanan tersebut,

"Badanku terasa berat..." Ucap Arta berlutut,

Varadis menatap Namira seperti sedang menyampaikan sesuatu. Semua yang berada disana terkejut dengan kekuatan yang dimiliki oleh Dyres.

~Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!