Di sebuah rumah sakit swasta
Seorang pria tampan sedang berbaring di atas ranjang kamar VIP rumah sakit. Pria itu men-scroll foto-foto seksi seorang model, yang baru masuk ke beranda Instragramnya.
"Cih.... murahan!" ucap pria itu geram. Pria itu tidak mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Pandangannya tetap stay mengamati foto model berpakaian minim itu. Wanita itu terlihat sedang berpose seksi di depan kamera.
"Bukankah berpakaian terbuka seperti itu memancing mata jelalatan pria mesum di luar sana!" ucapnya mengerutu. Pria itu merasa pakaian yang dikenakan model itu terlihat terlalu minim sebanding dengan gaya sensualnya.
"Lihatlah.... kau masih bisa menikmati hidupmu. Bukankah lebih baik kau juga merasakan apa yang kurasakan dan anggota klan king yang lain?" sambung pria itu. Raut wajahnya berubah menjadi datar dan tak berekspresi.
"Aku akan membuatmu merasakan apa yang keluarga teman-temanku rasakan" gumam pria itu meremas ponselnya.
Pria itu menatap kosong ke atas langit-langit kamar inapnya. Ia merasa hatinya kosong, harus jauh dari klan king. Bersama klan king sejak kecil membuat pria itu merasa kesepian. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Takdir seperti apa yang akan aku jalani...." ucap pria itu dengan lirih. Dean memejamkan matanya karena terlalu lelah memikirkan nasib buruknya.
#
#
Di perusahaan fashion ternama
Seorang wanita cantik sedang berpose seksi di depan kamera fotografer. Ia merupakan salah satu model brand ambassador dan fashion ternama Fendi dan Chanel. Memiliki wajah cantik, kulit putih bersih dan tubuh yang tinggi nan langsing. Membuatnya dikagumi banyak pria dan wanita di berbagai belahan dunia.
Banyak pengusaha miliuner, biliuner maupun triliuner berniat mendekatinya, mengajaknya dinner ataupun melakukan kencan satu malam. Namun Olivia dengan tegas menolak ajakan mereka. Karena sedari kecil Ia sudah memiliki satu prinsip kuat. Jika ada pria yang ingin bersamanya, maka pria itu harus menikahinya terlebih dahulu.
"Kerja bagus Olivia...."
"Sekarang pekerjaanmu sudah selesai. Kau bisa mengambil cuti beberapa hari ke depan. Kau bisa beristirahat di rumah, pergi ke mall belanja atau bahkan pergi liburan ke luar negeri. Nikmatilah waktu kosong mu." ujar manajernya menatap wajah cantik Olivia. Ia sangat bersyukur bisa bekerja bersama Olivia, wanita baik, ramah dan apa adanya.
Wanita bernama Tania itu merupakan manajer sekaligus asisten Olivia. Wanita itu berusia 30 tahun, tentunya sudah memiliki suami dan seorang putra. Tania sudah bekerja kurang lebih 5 tahun bersama Olivia. Tugas Tania layaknya seperti manajer artis atau model biasanya. Mengatur jadwal pemotretan tanpa harus mencari pekerjaan untuk Olivia lagi.
Olivia sudah dikontrak menjadi model barang-barang branded original. Baik itu tas, sepatu dan pakaian-pakaian branded lainnya. Ia menjadi model tetap di dua perusahan fashion terkenal dunia sekaligus.
"Benarkah? aku sudah menunggu hari ini tiba setelah berbulan-bulan lamanya."
Gadis itu tersenyum hangat menatap manajernya. Wanita itu bertingkat layaknya seperti kakak dan ibu bagi Olivia.
Tania membalas senyuman Oliva sekilas lalu mengalihkan pandangannya ke daftar jadwal pemotretan Olivia berikutnya.
"Ah...." Olivia menghela napas mendudukkan bokongnya di atas sofa di ruangan istirahatnya.
"Akhirnya aku bisa menikmati jadwal kosong ku...."ujarnya menghembuskan napasnya menatap sekeliling ruangannya.
"Selalu sama." batinnya
Olivia merasa tubuhnya sedikit pegal, akibat terlalu lama berdiri, berpose menggunakan beberapa gaya di depan kamera dalam waktu bersamaan.
Gadis itu berdiri dari duduknya setelah melihat langit semakin gelap. Olivia berniat pergi ke salon kecantikan, luluran, creambath, dan perawat lainnya. Ia merasa tubuhnya sangat kelelahan bekerja satu hari full.
"Aku balik duluan kak...." ujar Olivia mengambil tasnya di atas meja.
Tania hanya membalas ujaran Oliva dengan gumaman, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
"Hem...."
Olivia melangkah keluar dari perusahaan fashion setelah mendengar gumaman sang manajer.
#
#
Keesokan harinya
Di Bandara
Olivia melangkah menuju ruang check-in keberangkatan sembari menarik koper kecilnya. Olivia biasanya akan ditemani oleh sahabatnya Dena, apabila pergi liburan. Namun tidak untuk kali ini, Ia akan menghabiskan waktunya berlibur sendirian di Spanyol.
Olivia sebentarnya sangatlah merindukan sahabatnya Dena. Sudah sembilan bulan lamanya mereka lost contact. Mereka terakhir bertemu saat sahabatnya memintanya bertukar profesi untuk sementara waktu.
Olivia memiliki dua profesi tanpa sepengetahuan orang-orang di sekelilingnya. Karena dua kepribadian itu terlihat sangat berbeda. Baik dari segi gaya berpakaian, ekspresi wajah, karakter ataupun dandanan. Bahkan terkadang, orang-orang di sekitarnya merasa kesulitan membedakan dua orang di dalam satu tubuh dan jiwa.
Olivia mendudukan bokongnya di atas kursi tunggu sembari memainkan ponselnya. Ia belum sadar, kalau sedari tadi seorang pria terus-menerus menatapnya dengan sinis. Rasa benci dan dendam terlihat jelas di sorotan matanya. Tatapan pria itu terlihat seperti predator yang ingin menerkam mangsanya. Tatapan tajam seperti elang itu seperti mampu menembus tubuh lawannya.
Tak beberapa lama Olivia mendengar suara pemberitaan penerbangan negara tujuannya.
"Diinformasikan kepada seluruh penumpang tujuan keberangkatan Amerika menuju Madrid - Spanyol, dipersilahkan memasuki pintu keberangkatan"
Olivia mematikan ponselnya saat mendengar pemberitahuan keberangkatan. Gadis itu kemudian melangkah menuju pintu keberangkatan. Ia melangkah sembari menarik koper kecil miliknya.
Sementara seorang pria yang tidak dikenal yang memiliki poster tubuh tinggi, tegap dan kekar, diam-diam ikut berdiri mengikuti langkah Olivia, ketika mendengar informasi keberangkatan penerbangan tujuan Madrid-Spanyol. Pria itu langsung mengenakan kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di kantung jasnya. Sorotan mata hitam gelap pria itu terlihat seperti seekor predator yang ingin menerkam mangsanya.
#
#
Di Hotel Marbella Spanyol
Olivia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur kamar hotel. Ia baru saja tiba di hotel Marbella beberapa menit yang lalu. Hotel Marbella memiliki keindahan pemandangan pantai yang luas.
Dari balkon hotel Marbella, Olivia bisa menikmati pemandangan pantai secara langsung. Apa lagi Ia merupakan wanita yang sangat menyukai suasana senja di pesisir pantai. Tentu saja Olivia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan manajernya.
"Baiklah.... sebentar malam, aku ingin bersantai di restoran dekat pesisir pantai. Sekalian cuci mata lihat turis-turis ganteng." ucap Olivia tersenyum lebar.
Olivia melangkah menuju balkon melihat keindahan pantai dari lantai 20. Gadis itu memejamkan matanya menikmati angin sejuk bercampur hangat dari atas balkon.
"Akhirnya.... aku bisa bersantai, meskipun hanya berlibur sendirian." monolog Olivia tersenyum lepas.
#
#
Sementara disisi lain
Seorang pria bernama Dean juga ikut menyewa satu kamar hotel untuk beberapa hari. Ia memesan kamar yang berada di samping kamar Olivia. Pria itu akan bermain cantik dengan rencananya. Ia tidak mau rencana gagal.
Dean melangkah menuju balkon kamar inapnya. Ia melihat Olivia sedang menikmati suasana indah di pesisir pantai. Pria itu menatap sinis kearah Olivia.
Hatinya berdesir melihat senyuman manis Olivia.
"Jaga hati mu Dean! jangan sampai hatimu menguasai pikirkan mu! ingat apa tujuanmu datang ke sini. Ingat bagaimana gadis itu mengkhianati Tuan mu! menghancurkan hati orang-orang yang selama ini dekat denganmu. Para anggota klan king yang tewas, Rain yang koma dan Nona muda yang masih hilang sampai hari ini." bisik iblis di telinganya. Bisikan iblis itu tentu saja mempengaruhi pikiran pria itu.
"Lupakan semua Dean. Mulai sekarang, hiduplah dengan baik. Lupakan masa lalu. Lupakan rasa benci dan dendam di hatimu. Ikhlas adalah jalan terbaik untuk merelakan sesuatu yang sudah tiada."
"Dengarkan kata hatimu Dean. Karena benci dan cinta itu hanya beda tipis. Kau akan terluka saat mengetahui kenyataan yang sebenarnya." bisik sang malaikat berusaha menghalau bisikan iblis di kepala Dean.
"Mengapa hati dan pikiranku tidak sejalan!" ucapnya kesal.
#
#
Malam hari
Dean duduk di teras balkon sembari menatap langit malam. Hatinya seakan-akan marah dengan rencananya, namun tidak dengan pikirannya. Ia sudah gelap mata ingin menyakiti dan menghancurkan hidup Olivia. Pria itu menatap lurus kearah gelapnya pantai di malam hari.
"Aku akan membalasnya dengan cara yang lebih kejam. Aku tidak akan membiarkannya hidup bahagia dibalik penderitaan orang lain. Dia bisa menjalani hari-harinya dengan bahagia sekarang. Sementara orang-orang yang terluka menderita seumur hidupnya." monolog Dean dalam hati. Kejadian pahit masa lalu masih terngiang-ngiang di Ingatannya.
...***Bersambung***...
Malam hari di restoran
Olivia menikmati keindahan interior unik restoran di pinggir pesisir pantai. Gadis itu memilih dinner di restoran yang dekat dengan pantai, agar Ia bisa menikmati dan merasa suasana pantai di malam hari secara outdoor.
Gadis itu tidak lupa mengenakan kaca mata hitam menutupi identitasnya sebagai model ternama. Olivia sadar kalau sedari tadi seorang pria terus-menerus menatap tajam kearahnya. Pria itu terlihat seperti predator yang ingin menerkam mangsanya.
Olivia cuek saja melihat tatapan pria itu. Karena Ia sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu. Berteman dengan orang-orang yang memiliki sifat penjilat, iri, dengki, suka memfitnah, suka menjelek-jelekkan sudah menjadi santapan sehari-harinya.
Banyak pria casanova diluar sana ingin merayu dan berusaha mendekatinya. Namun sekalipun belum pernah Olivia luluh dengan rayuan mereka. Karena gadis itu tahu jika pria brengsek itu hanya ingin tubuhnya. Mereka pikir model yang sering menggunakan pakaian seksi, memamerkan sebagian tubuhnya di depan kamera adalah wanita gampangan. Padahal mereka hanya berprilaku profesional dan terlihat lebih menarik di depan kamera.
Begitupun dengan Olivia, Ia berpenampilan seperti itu karena tuntutan pekerjaan. Barang-barang branded yang melekat didalam tubuhnya merupakan barang-barang yang akan ataupun sedang launching di perusahaan. Namun tidak menutup kemungkinan juga, ada beberapa orang yang mungkin saja gelap mata melakukan hal-hal di luar batas. Mungkin karena job yang sepi, have fun, coba-coba, jatuh cinta, demi uang dan sebagainya. Olivia bukan salah satu dari mereka, karena Olivia hanya berusaha bertingkat profesional.
Olivia menghiraukan tatapan tajam Dean. Gadis itu juga bersikap bodoh amat. Ia menyuapkan sesendok demi sesendok pasta seafood pesanannya.
Setelah selesai makan malamnya, Olivia melangkah kearah pantai. Berjalan-jalan di pinggiran pantai pada malam hari membuat tubuhnya kedinginan.
"Andaikan Dena ada disini...." ucapnya dalam hati.
Olivia lalu mendudukkan bokongnya di atas tumpukan pasir kering. Ia menatap langit malam ditaburi bintang-bintang indah.
Sementara Dean bersembunyi di balik semak-semak, agar keberadaannya tidak disadari Olivia. Pria itu menatap tajam punggung belakang gadis itu. Karena posisi Olivia membelakanginya.
"Ngapain gadis itu duduk malam-malam disitu?" gerutunya berbicara sendiri.
"Apa wanita itu tidak takut diculik penghuni laut, atau hantu air laut mungkin" sambungnya lagi mengerutu.
Tak beberapa lama Dean melihat Olivia berdiri dari duduknya. Gadis itu terlihat melangkah keluar dari kawasan pinggir pantai. Selama mengikuti Olivia, Dean tidak mengalihkan pandangannya dari punggung ramping gadis itu. Karena Ia takut kehilangan jejak gadis itu.
10 menit kemudian Dean menatap lama tempat yang dikunjungi gadis itu. Ia tersenyum menyeringai membaca pamflet diluar bangunan itu.
"Apa semua wanita suka menghabiskan waktunya ketempat seperti ini?" monolog Dean menghentikan langkahnya. Setelah berdiam beberapa saat, Dean melangkah masuk ke dalam Club. Dean berjalan 2 meter di belakang Olivia agar tidak ketahuan.
"Sekali murahan tetap murahan! karena wanita baik-baik tidak akan pergi ke tempat haram seperti ini!" ucap Dean men-judge Olivia dalam hati.
Sebelum masuk ke dalam Club, Dean mengeluarkan kartu member VIP nya terlebih dahulu. Dean menunjukkan kartu itu kepada petugas yang sedang berjaga di depan Club. Alasan Dean memiliki kartu itu, hanya karena Olivia. Karena menurut informasi yang pria itu peroleh dari anak buahnya. Olivia suka menghabiskan waktunya di Club setelah pulang kerja.
Suara musik DJ terdengar cukup keras di dalam telinga Dean. Bukan hanya suara musik, suara riuh berisik pengunjung juga ikut memenuhi pendengarannya. Bau alkohol, bau tembakau tercium ke dalam hidungnya. Sebenarnya Dean sangat terganggu dengan suara berisik, bau alkohol dan juga tembakau itu. Namun demi tujuannya, pria itu harus melakukan apapun untuk menuntaskan tujuannya.
Pria itu mengalihkan pandangannya mencari Olivia di tiap meja-meja pelanggan. Namun batang hidung Olivia tidak terlihat disana. Dean mengalihkan pandangannya ke arah dance floor. Ternyata Olivia ada disana. Olivia sedang berjoget dan menikmati musik yang dimainkan DJ.
Dean mendudukkan tubuhnya di meja kosong dekat lantai dance floor. Seorang pelayan wanita melangkah kearah meja yang di tempati Dean. Pria itu menjentikkan tangannya menyuruh pelayan itu membungkuk.
Dean lalu membisikan sesuatu kepada pelayan itu. Tak lupa pria itu menyelipkan beberapa uang dolar diatas napan yang pelayan itu bawa. Dean menyeringai melihat pelayan suruhannya mulai melangkah menghampiri Olivia. Olivia terlihat masih asik berjoget di atas dance floor.
#
#
Sementara Olivia menghiraukan tatapan mesum pria hidung belang mendekatinya. Ia tidak tertarik sama sekali melihat ketampanan pria itu. Untuk apa tampan, kalau casanova pikir Olivia. Gadis itu terus berjoget menikmati musik yang dimainkan DJ ternama. Namun tanpa sengaja seorang pelayan menumpahkan segelas wine di pakaiannya
"Ma-maafkan saya, Nona."ucap pelayan terbata-bata.
Tangan pelayan itu tiba-tiba gemetaran melihat merek baju yang di gunakan wanita di depannya. Pelayan itu mencoba membersihkan bekas tumpahan wine di pakaian Olivia. Bukanya semakin bersih, malahan pakaian Olivia terlihat semakin kotor.
"Stop!" bentak Olivia berusaha meredam emosinya. Olivia benar-benar jengkel dengan tindakan ceroboh pelayan itu. Olivia berlalu begitu saja menuju toilet yang ada di Club. Ia menghiraukan permintaan maaf pelayan itu.
#
#
Sementara Dean tersenyum licik melihat kepergian Olivia. Ia tersenyum puas melihat kinerja pelayan suruhannya. Dean memberikan isyarat dengan mengacungkan jari jempolnya kearah pelayan suruhannya.
Dean melangkah menuju toilet memulai rencananya. Ia berharap Olivia mudah ditaklukkan.
Tatapan memuja dan ekspresi sensual, wanita malam layangkan kearahnya ketika melihat tubuhnya. Apa lagi pria itu hanya mengenakan pakaian casual. Jejak tubuh kekar dan perut kotak-kotak tercetak jelas di baju kaos yang dikenakannya. Dean cuek dan tidak menanggapi tatapan itu. Ia tetap melanjutkan langkahnya menuju toilet.
#
#
Di Toilet wanita
Olivia menatap dirinya di pantulan cermin sembari membersihkan pakaiannya dengan tisu toilet. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan-nya meredam rasa kesal di hatinya.
"Come on Oliv.... redam rasa marah dan kesal di hatimu. Biasanya juga kau bisa merendamnya." ujarnya pada dirinya sendiri.
Sementara di luar toilet
Dean mengangkat papan informasi toilet rusak dari samping toilet Club. Pria itu lalu meletakkannya di depan pintu toilet wanita. Dean menyemprotkan sedikit parfum ke pakaiannya. Ia kemudian masuk ke dalam toilet wanita dan langsung mengunci pintunya dengan pelan.
Ia tersenyum menyeringai melihat punggung ramping Olivia. Olivia belum menyadari keberadaan Dean. Karena Olivia masih menundukkan kepalanya membersihkan pakaiannya. Dean melangkah pelan menghampiri Olivia. Pria itu tidak melepaskan pandangannya dari tubuh ramping Olivia.
"Apa Anda lagi membutuhkan bantuan, Nona?" tanya Dean berbasa-basi. Tidak ada senyum ataupun keramahan di wajah itu. Hanya ada tatapan datar dan dingin.
Deg
Olivia cukup terkejut mendengar suara Dean, karena setahunya Ia masuk ke dalam toilet wanita, bukan toilet pria. Olivia merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Gadis itu mengangkat kepalanya menatap ke pantulan cermin. Olivia tidak membalikkan tubuhnya sama sekali.
Mata Olivia membulat melihat Dean sudah berdiri di belakangnya. Pria itu bersandar di pintu toilet WC wanita. Olivia melihat rupa Dean dari dalam pantulan cermin yang ada di hadapannya.
"Sepertinya Anda salah masuk toilet, Tuan...." ujar Olivia tanpa menjawab pertanyaan Dean.
"Saya tidak salah masuk toilet, Nona. Saya datang menawarkan bantuan kepada Anda." ucap Dean melangkah mendekati Olivia.
Perasaan Olivia semakin tidak karuan melihat pria itu mulai melangkah mendekatinya. Gadis itu dengan cepat membalikkan tubuhnya. Jantungnya berdetak kencang melihat keberanian pria itu. Jantung gadis itu berdetak kencang bukan karena jatuh cinta. Tapi gadis itu takut jika pria itu melakukan tindakan asusila kepadanya. Atau bisa jadi pria itu seorang psikopat dan berniat membunuhnya.
Olivia berusaha menormalkan detak jantunnya agar tidak mudah ditindas orang lain. Ia menatap tajam kedua mata Dean.
"Apa yang Anda lakukan disini!! keluar sekarang juga dari sini! kalau Anda tidak mau keluar dari dalam toilet, biar saya yang keluar!" bentak Olivia tanpa ada rasa takut sedikitpun. Olivia mengambil tasnya berniat keluar dari toilet.
Gadis itu berusaha menyembunyikan ketakutan dan perasaan cemasnya. Untuk pertama kalinya gadis itu berada dalam satu ruangan dengan seorang pria. Biasanya Olivia tidak akan mau satu ruangan dengan pria lain. Bahkan rekan kerjanya sudah terbiasa dengan kebiasaannya.
Dean acuh tak acuh mendengar bentakan Olivia. Ia terus melangkah mendekati Olivia memulai rencananya.
"Ternyata gadis ini cukup menarik." batinnya. Ia tersenyum puas melihat wajah Olivia berubah menjadi pucat pasi.
Setibanya di hadapan Olivia, Dean menundukkan sedikit kepalanya agar wajahnya dan wajah Olivia lebih dekat. Mata mereka saling bertemu dan saling menatap satu sama lain. Hingga membuat pipi Olivia sedikit merona.
"Sial!! mengapa aku malah terpesona dengan wajah tampan pria ini!" ucap Olivia dal hati.
Dean tersenyum licik melihat wajah merah merona wanita itu. "Wow.... apa Anda sedang tersipu malu? atau jatuh cinta melihat ketampanan Saya? " ucap Dean tersenyum sinis menatap Olivia.
"Me-mengapa saya harus tersipu malu hanya karena pria kecoak seperti Anda."sindir Olivia tidak mau mengakuinya ketampanan Dean.
Perkataan Dean mengehentikan langkah Olivia saat gadis itu akan melangkah keluar dari toilet Club.
"Aku cukup tertarik dengan tubuh mu. Aku ingin tidur denganmu!" ujar Dean menahan pergelangan tangan Olivia.
...***Bersambung***...
Olivia terdiam sebentar menunggu perkataan selanjutnya yang keluar dari mulut kurang ajar pria itu.
"Apa kau mau mencobanya? aku yakin kau pasti akan lebih puas melakukan penyatuan dengan rudal balistik milik ku." sambung Dean lagi tersenyum sinis meremehkan Olivia.
Nyesek dan sakit
Dua kata itu menggambarkan bagaimana perasaan Olivia mendengar kalimat pelecehan yang keluar dari mulut Dean. Gadis itu berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh dari sudut matanya.
Ia mengangkat kepalanya menatap langit-langit toilet Club. Setelah merasa perasaannya lebih baik, Oliva menatap dalam wajah Dean.
"Aku tidak mengenali pria itu. Namun mengapa Ia mengatakan kalimat menyakitkan seperti itu. Apa aku terlihat serendah itu di matanya?" gumamnya dalam hati.
"Hahaha...." Oliva tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
"Apa hanya kalimat itu yang ingin kau sampaikan kepadaku?" tanya Olivia meremehkan Dean.
"Kalau memang hanya itu, lebih baik urungkan niatmu untuk menikmati tubuhku!"
"Karena itu hanya akan terjadi...." sambung Olivia menyeringai kecil menatap wajah merah padam Dean.
"Di dalam mimpimu!!"
"In your dreams!!"
"In your dreams bastard!!" teriak Olivia meluapkan amarahnya.
Dean tentu saja terkejut mendengar teriakan Olivia di depan wajahnya. Pria itu merasa gendang telinga berdenging mendengar suara teriakan nyaring Olivia.
Dengan kasar Dean mencium bibir merah Oliva. Pria itu emosi mendengar teriakan gadis itu. Sementara Olivia tidak mampu membendung air matanya sedari tadi ingin tumpah. Gadis itu menangis tanpa suara saat merasakan ciuman kasar Dean. Ia benar-benar merasa dilecehkan oleh pria itu, bukan hanya pelecehan secara fisik namun juga pelecehan secara verbal.
Rasa panas ditubuhnya membuat Olivia tanpa sadar ikut membalas ciuman kasar Dean meskipun masih terasa kaku.
Dean tersenyum sinis merasakan ciuman balasan Olivia. Pria itu itu tidak mau mengakui seberapa nikmat rasa manis ciuman kaku gadis itu.
"Ternyata Anda serendah ini! pura-pura menolak agar terlihat suci!!" sinis Dean menghapus bekas saliva di bibirnya.
Deg
Lagi-lagi hati Olivia nyeri mendengar kalimat penghinaan yang terucap dari bibir Dean. Olivia berusaha menahan emosinya untuk tidak menghajar mulut kurang ajar Dean. Olivia merasa terhina mendengar perkataan menjijikkan yang keluar dari mulut pria itu.
Olivia menatap tajam bola mata hitam tajam milik Dean. "Menurutku kau cukup tampan, tapi maaf.... Kau bukan tipeku!" telak Olivia dengan suara bergetar.
Olivia lalu meneliti penampilan Dean dari kepala hingga ujung kaki. "Pria ini memiliki wajah sempurna, tapi.... sangat disayangkan bahasa yang keluar dari mulutnya benar-benar tidak beretika!" batin Olivia menghapus jejak air matanya dari pipinya.
"Setelah hari ini, apa kau masih bisa berbicara sombong seperti itu. Kita akan lihat nanti." ujarnya tersenyum sinis. Dean mencengkeram pipi tirus Olivia hingga membuat gadis itu merintih kesakitan.
Dean tersenyum licik saat merasakan pantulan benda empuk dan lembek di dada bidangnya. Ia mengeratkan pelukannya agar tubuh Olivia semakin menempel ke tubuhnya.
Sementara Olivia berusaha melepaskan pelukan kuat Dean saat Ia mencium aroma parfum perangsang dari pakaian yang dikenakan pria itu.
"Sial! dia menggunakan parfum perangsang" batin Olivia. Gadis itu mulai merasa tubuhnya semakin panas dingin saat mencium aroma parfum dari kemeja yang digunakan Dean.
"Apa yang kau lakukan!! lepaskan!!!" bentak Olivia. Ia berusaha melepas dekapan kuat Dean di tubuhnya.
"Aku hanya ingin melakukan, apa yang ingin aku lakukan!!" bentak Dean. Ia mengangkat dagu Olivia sehingga berhadapan dengan wajahnya.
"Aku akan membuatmu menyesal." sinis Dean mencengkeram kuat dagu Olivia.
"Sakit.... Aku tidak mengenalmu! jadi kenapa kau harus membuatku menyesal dan menyakitiku seperti ini!" bentak Olivia. Ia berusaha menahan rasa perih akibat cengkraman kuat dari tancapan kuku jemari Dean yang menancap di pipinya.
Dean terdiam lama menatap bola mata teduh milik Olivia. Tanpa sadar pria itu mendekatkan bibirnya ke leher jenjang wanita itu. Dean merasakan desiran aneh dihatinya, saat mengigit kecil leher jenjang Olivia.
"Mengapa kali ini rasanya lebih nikmat dibandingkan yang pertama?" ucap Dean dalam hati.
Jantung Olivia berdetak kencang saat merasakan hembusan hangat napas Dena di leher jenjangnya. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri dan tubuhnya menjadi panas dingin.
Tanpa sadar pria itu melepaskan cengkeramannya dari Olivia. Ia menatap lagi wajah Olivia kemudian Dean kembali menautkan bibir mereka.
Olivia berusaha melepaskan diri dari ciuman agresif Dean. Tetapi tangan Dean terlalu kuat menekan tengkuknya.
Dean menikmati tautan itu, tanpa sadar pria itu semakin memperdalam ciuman mereka. Panas dingin di tubuh Olivia semakin menjadi saat Dean memperdalam ciuman mereka.
"Mengapa rasanya senikmat ini." batin Dean melepas ciuman mereka.
"Aku mohon lepaskan aku...." lirih Olivia sudah tidak mampu menahan rasa panas di tubuhnya. Ia merasa tubuhnya semakin bergairah saat Dean menciumnya kesekian kalinya.
"Kau harus ikut aku keluar dari sini!" sentak Dean menarik kuat pergelangan tangan Olivia.
Pria itu juga sepertinya sudah tidak sanggup menahan gairahnya. Entah mengapa ciuman Olivia lama kelamaan terasa nikmat dan berbeda dari sebelumnya. Ciuman itu terkesan manis sekaligus mampu menggetarkan hatinya.
Olivia hanya bisa menuruti perkataan Dean, tanpa ada niat membantah atau melarikan diri. Karena Ia sudah tidak mampu membendung rasa panas di tubuhnya.
#
#
Di kamar hotel
Olivia menatap takut dengan tatapan tajam yang Dean layangkan kearahnya. Tak beberapa lama seorang pria masuk ke dalam kamar hotel itu.
"Lakukan!" perintah Dean. Ia kemudian keluar dari kamar itu setelah mematikan lampu di kamar itu.
#
#
Pagi hari
Olivia cukup terusik dengan sinar matahari yang masuk melalui gorden jendela kamar hotel.
Enghh
Suara lenguhan seorang wanita memenuhi kamar hotel itu. Olivia mengucek-ngucek pelan kedua matanya untuk memastikan penglihatannya.
Deg
Olivia langsung terduduk untuk memastikan kamar yang di tempati-nya.
"Aku tidur di kamar siapa?" gumamnya sembari memulihkan ingatannya tentang kejadian semalam.
Mata Oliva melotot mengingat apa yang terjadi kemaren malam. Ia mengalihkan pandangannya ke sampingnya, seorang pria terlihat masih tertidur nyenyak membelakanginya. Ia melihat sebuah tato mahkota menempel di punggung sebelah kiri laki-laki itu. Karena terlalu terkejut, tanpa sadar kakinya menendang punggung pria itu.
"Argh!! sial!" maki pria itu mengelus bongkongnya tanpa menatap Olivia.
"Sial! apa aku benar-benar tidur dengannya?" tanya Olivia dalam hati. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
Sementara pria itu mengeram kesal dengan tindakan kurang ajar Olivia. Kepalanya sedikit berdenyut akibat terbentur langsung dengan lantai.
Olivia langsung beranjak dari atas kasur, menghiraukan suara kesakitan pria itu.
Ia melangkah menuju kamar mandi menahan sakit dibawah sana.
"Apa pria itu sudah mengambil mahkota berharga yang ku jaga selama bertahun-tahun?" tanya Olivia dengan lirih. Air mata sudah membanjiri wajah bantalnya.
...***Bersambung***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!