Seorang gadis duduk tenang namun wajahnya tampak gugup dengan gaun pengantin yang ia kenakan ,sesekali bibirnya tersenyum kala mendengar pujian-pujian yang terlontar kepadanya .
"ah ibu berlebihan,"ucap nya kala mendengar pujian dari seseorang yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya.Baru saja Mira memuji dan mengatakan cantik hingga membuat wajah wanita itu merona.
"sayang"
kali ini Mira bersuara dengan nada bergetar khas suara wanita lanjut usia namun juga suara yang menyiratkan akan kepedihan hati terdalam nya.
Bella mendongak ,kemudian tersenyum tanpa menyahut panggilannya ,ia begitu menanti kata apa yang akan calon mertuanya ucapkan .
"Ibu mohon, berikan kebahagiaan untuk putra ibu!"lanjutnya dengan mata berkaca-kaca,hatinya begitu perih ketika mengingat betapa menderita wajah putranya paska perjodohan yang telah di rencanakan nya.
"insyaallah bu, Bella pasti melakukan yang terbaik untuk suami Bella nanti"Senyuman itu seolah begitu tulus di tebarkan bibir tipisnya.
"Alvin sangat mencintaimu nak, berikanlah warna dalam kehidupan nya yang sekarang.
Ibu menyesal karna dulu telah menjodohkannya,Ibu tak tau akan menjadi seperti ini jadinya." jelas nya
namun kali ini air matanya lolos begitu saja.
Sudah tentu ,penyesalan itu menjalar membuat ulu hatinya merasakan sakit setiap saat.
Bella tersenyum,kemudian menghapus air mata Mira yang berhasil membasahi pipinya .
"Ibu jangan khawatir, mas Alvin pasti baik baik saja" ungkapnya mencoba menenangkan hati bertopeng kan wajah yang rapuh itu.
"terimakasih sayang,"ungkapan itu ,begitu tulus Mira ucapkan,bibir yang di dominasi lipstik berwarna merah itu melengkuh ,memberikan senyuman yang teramat ikhlas.
Setah lama mereka terdiam larut kedalam suasana nya saat ini,namun kemudian tersadar ketika Mira kembali mengingat apa tujuan ia menemui calon mempelai wanita.
Mira membantu Bella untuk berdiri kemudian mengangkat gaun panjang yang menjuntai ke bawah . Gaun putih itu tampak pas dan sangat cantik dikenakan modeol internasional ini.
Wanita itu tersenyum bahagia ,berjalan di tuntun oleh calon ibu mertua.
***
Hanna nampak sibuk membenahi kemeja yang di kenakan suaminya ,mengelap keringat pada suaminya dengan cekatan.
wajah nya nampak sedih, namun bibirnya tetap tersenyum menunjukan bahwa ia baik-baik saja .
Haruskah ia sakit,mengingat hikmah yang begitu besar atas apa yang akan terjadi pada menit selanjutnya.
Pasal nya pernikahan ini telah membuat hubungan nya dengan Alvin membaik.
Secercah harapan muncul ,ia hanya ingin menjadi wanita yang menjalankan kewajiban layaknya seorang istri pada umum nya.
Ia menatap suami nya,bibirnya melengkuh seolah ikhlas namun tidak sesuai kenyataan mengingat sorot mata nya menunjukan kepedihan yang teramat dalam.
"Tampan,"pujinya ,terlepas dari itu rasa sakit berdenyut di ulu hati nya siapa saja yang mendengarnya.
Pandangan nya menyita dua wanita yang baru saja muncul dari kejauhan ,degup jantung Hanna mendadak berpacu di atas rata-rata.
Bukan degup jantung jatuh cinta ,melainkan degup jantung sakit yang menguasai hatinya.
"Lihat ibu sudah datang, bersiaplah" ucapnya seraya tersenyum.
Tentu saja senyuman yang di paksakan terbukti ketika cairan bening mendadak muncul di kedua bola matanya.
"Apa bunda baik-baik saja" ragu-ragu Alvin bersuara menanyakan keadaan Hanna.
Ia menatap istrinya dengat tatapan perih namun tiba-tiba tubuh mungil itu ambruk seolah mengharapkan pertahanan pada hati yang telah larut dalam kesakitan.
"Bunda? ,mengapa kau baru mengatakannya pada saat keadaan ku seperti ini ,
apa kau merasa iba ,mencoba memberi kebahagiaan pada hatiku yang sedang menciut
bunda?, kenapa kau baru mengatakan nya sekarang ,setelah kau akan menjadi suami orang, apakah hatimu baru saja menerima bahwa aku adalah istrimu lantas kemana saja dulu kamu mas," batin Hanna meronta
"Acara akan dimulai ,Tuan Alvin apakah sudah siap ?"tanya penghulu sopan.
Setelah memberikan kesempatan seolah mengerti pada ke dua pasangan yang baru saja melepaskan pelukan nya.
Alvin hanya mengangguk mantap,melirik Hanna sebentar kemudian berjalan
mengekori penghulu yang baru saja memberi tahunya bahwa acara harus segera di mulai.
Bella duduk di samping Avin tampak bahagia ,senyuman nya sesekali terpancar menambah aura kecantikan nya semakin mempesona.
Ia tentu bahagia menikah dengan orang yang selama ini di cintainya ,tak peduli dengan status madu di keluarga barunya.
Lain lagi dengan Hanna ,ia hampir kehilangan akal saat menyaksikan detik detik suaminya akan melangsungkan pernikahan dengan wanita yang dulu di cintainya .
Antara sedih dan cemburu perasaan itu bersatu mengobrak abrik jiwanya .
Pikiran nya terasa berhenti,saat wali nikah mengucapkan kalimat-kalimat perjanjian pada tuhan .
Ia hampir tak bisa melanjutkan hidupnya saat akan melanjutkan apa yang akan di dengarnya kemudian .
"Saya terima nikah dan kawinnya Bellena binti Rayn Wijaya dengan maskawin tersebut tunai karna Allah"
suara itu di ucapkan dengan lantang oleh Alvin dengan satu tarikan nafas ,seketika membuat para saksi saling berpandangan
padahal hanya memusyawarahkan satu kata "sah"
"Bagaimana para saksi,sah?"
"sah"
kata katanya simpel,namun berhasil melukai hati Hanna yang kini duduk bersebelahan dengan Mira.
Ia menghapus air mata yang sempat menetes ,namun bibirnya kembali ia perlihatkan senyuman mencoba menunjukan bahwa ia wanita yang kuat.
Mira hanya mengusap kepala Hanna ,menyandarkan kepala Hanna pada pundaknya. memberi pertahanan pada tubuh Hanna yang mulai melemas.
"kau baik -baik saja putriku?"
tanya Mira dengan ketidak tegaannya
Hati wanita mana yang kuat menyaksikan
kejadian tersebut .
Meski beberapa pria menatap kagum,namun tak sedikit hati wanita yang teriiris karenanya."
Hanna hanya terdiam,namun dengan diam pun Mira mengerti akan persaan menantunya,
"Ibu jangan buang aku , Ibu jangan pilih kasih sama aku dan Bella"
kali ini Hanna bersuara, namun berhasil mengiris ngiris hati Mira.Ia sebagai wanita terlalu mengerti perasaan menantunya saat di posisi seperti ini
"itu tidak akan terjadi sayang , ibu menyayangimu seperti anak ibu sendiri "
"kuat kan hatimu sayang"ucap mira sambil mengelus ngelus menantunya ..
"kuatkan bu , bagai mana aku kuat menyaksikan sang suami menikah di hadapan ku ,tersenyum bahagia,kemudian mencium wanita yang kini sah juga menjadi isrteinya ,"
batin Hanna meringis
Bella dan Alvin menuju ibunya meminta restu, sambil berlinang ibunya mengusap kepala putranya
"Bertanggung jawablah putraku ,perlakukan istri-istrimu dengan adil.Kau jangan membeda-bedakan di antara mereka "pesan ibunya lirih.
"Bahagiakan suami mu Bella, jangan bersikap egois ,istri Alvin bukan hanya kamu"
pesan Mira pada Bela membuat hati Bela sedikit ta enak.
kini Alvin mematung , tidak tau apa yang hendak di lakukan di depan Hanna , lidah nya kelu,tenggorokannya tercekat
Ia terlalu kaku saat berhadapan dengan istri pertamanya
Hanna tersenyum ,namun bercak bening terlihat di kedua bola matanya
"Selamat mas , semoga kau bahagia .
perlaku kanlah kami dengan seadil adilnya "
ucap Hanna lirih " Hanna mencium tangan suaminya dengan lembut
deg..
jantung Alvin berdebar , ia tentu tahu apa yang saat ini di rasakan Hanna,
"saudariku Bella, selamat karna telah menjadi bagian dalam hidup kami ,ku harap kita bisa akur " meraih tangan Bella kemudian menciumi kedua pipinya.
Bella ambruk ,terhanyut kedalam pelukan Hanna ,"maafkan Bella mbak,Bella tidak bermaksud menyakiti hati mbak"ucapnya lirih.
"kau bohong Bella ,
kau tentu sengaja menyakiti ku ,karna telah menikahi suamiku" jawabnya dengan suara keterlukanya.
Bella mendongak,
"ternyata kau tidak seperti apa yang aku pikirkan Hanna,kita lihat saja siapa di antara kita yang bisa mendapatkan hati Alvin"ucapnya menantang.
kini suara nya sudah berubah , aura dingin nya mampu membuat Hanna khawatir .
"tentu dirimu Bella , bagaimanapun kamu adalah wanita yang di cintai suamiku" jawabnya datar.
Beralih pada Rayn Wijaya
"kau jaga putri papa ,Vin
jika terjadi sesuatu padanya kau yang akan bertanggung jawab"pesan nya di selubungi ancaman
Rayn wijaya awalnya memang tidak menyetujui pernikahan putri nya dengan Alvin ,alasan nya karna Alvin tentu sudah memiliki istri, namun karna pakasaan putri nya dan ia meyakinkan akan baik baik saja
Rayn akhirnya setuju.
Ellena hanya terdiam kala menatunya menyalami tangan nya ,jika keluarga Alvin tidak kaya tentu ia akan menolak mentah mentah kemauan putrinya.
novel pertama ku mohon kerisannya ya readrs ,biar lebih meningkat lagi karyanya
pembaca yang bijak akan selalu meninggalkan jejak
Hanna memandang wajahnya di cermin, bengkak itulah yang pertama kali di lihatnya.
Ia tersenyum,mencoba menguatkan hati rapuhnya,namun sialnya air mata lolos begitu saja menyusuri pipi mulus nya.
rambut panjang namun tidak terlalu panjang nya ia ikat , perban putih dengan bercak coklat masih menempel di keningnya..
ia pandangi wajah dirinya sendiri .
Bibirnya tersungging,
"miris"batinnya
flashback on
"Pernikahan kita baru tiga bulan mas, kau sudah mau menikahi wanita lain, bahkan aku pun belum kau cicipi mas,"ucapnya dengan nada tinggi
entah ada keberanian dari mana Hanna mengatakan semua itu ,bahkan ia lupa dengan apa yang akan Alvin lakukan setelahnya.
plakkk...
tubuh mungil Hanna jatuh tersungkur,
"Aku tidak mencintaimu Hannaya,ingat aku tidak akan pernah mencintaimu .Bukankah sudah ku katakan.!"
teriaknya .
beruntung Perumahan tempat tinggal mereka jauh dari tetangga,kalo saja dekat, tetangga mungkin akan berbondong bondong menyaksikan pertengkaran mereka .hal itu memang telah menjadi tujuan Alvin dengan alasan agar tetangga tidak mencampuri rumah tangganya.
"Meski kau tak mencintaiku, aku tetap istri sah mu mas,aku istri sah mu"jawabnya lirih,kata-kata tersebut sukses telah membuat hatinya koyak ,bagaimana bisa seorang suami
mengatakan hal yang tidak sepantas nya dikatakan kepada seorang istri.
"nona Hannaya ,aku menikahimu bukan atas dasar kemauanku"kali ini Alvin mencengkram dagu Hanna kuat.Tangan nya bergetar ,ia sendiri sadar telah melakukan kekerasan namun hatinya terlanjur emosi.
"kau Hanna, kau sama rendahnya dengan ******* ,kau mau menikah denganku hanya karna uang.Bukan kah begitu nona Hannaya?,
lalu untuk apa aku menganggapmu sebagai istriku "
cih...
lanjutnya kemudian melepaskan cengkraman nya dengan kasar.
Tangan nya bergetar hebat ,mengingat ia telah melakukan tindakan kriminal.
Hanna meringis,tubuhnya terasa sakit namun hatinya lebih dari sekedar sakit.yang Alvin katakan memang benar ia menikahi Alvin karna uang ,
namun tidak sepantas nya ia diperlakukan seperti ini ,bukankah Ibu nya juga ikut andil dalam pernikahan ini,
Hanna berdiri ,menghapus sisa-sisa air mata di pipinya dengan kasar .
Matanya menatap Alvin dengan wajah ketakutan.
"Baiklah aku setuju kau menikah lagi,tapi dengan satu syarat "
ucapnya mencoba agar tetap tenang
Mata Alvin melotot , kemarahan benar-benar tampak di wajahnya ,ketampanan nya seolah raib terbawa wajah yang penuh emosi.
kesan nya wajah itu pasti terlihat menyeramkan di mata yang saat ini memandang nya.
"katakan"ucapnya dingin
Tenggorokan Hanna tercekat.
nyali Hanna menciut, ia bingung mempertimbangkan kata katanya untuk di ucapkan,namun ini hak pula atas dirinya.
tidak peduli akan apa yang terjadi setelahnya ,namun tujuan nya hanya ingin memperjelas status nya sebagai istri .
"Katakan.!" bentak nya
membuat Hanna sedikit tersentak ,
tubuh nya berguncang kaget dengan bentakan Alvin barusan.
"Tunaikan kewajiban mu sebagai suamiku"ucapnya lantang
plakk....
satu kali tamparan berhasil membuat tubuh Hanna terhampar ketepi ranjang
Rambut Hanna ia tarik,sampai kening Hanna membentur ke dipan ranjang .
"aww"pekik nya kesakitan .
Hanna meringis ,namun ringisan tersebut tak mampu membuat Alvin berhenti melukainya
arghhh... teriaknnya
setelah ia sadar ,darah segar mengalir di kening Hanna,membuat wajah wanita itu terlihat amat menyedih kan di mata hatinya.
flashback end
tok..tok..
"Hanna"panggil seorang di balik pintu kamar Hanna lembut.Suara nya pelan namun berhasil menghentikan rekaman yang baru saja berputar di otaknya.
sejenak Hanna berpikir ,mana mungkin ia menemui mertuanya dengan keadaan yang kacau seperti sekarang ini ,membuat ia terpaksa harus menyembunyikan nya dari Mertuanya.
"aku lelah bu,bisakah sementara untuk tidak di ganggu "sahutnya nya dari dalam mencoba menormalkan suaranya,meski agaknya masih bergetar karena menahan tangis .
"kamu belum makan nak ,obat mu apakah sudah di minum? "
ucapnya lagi seolah berharap sang menantu mau menuruti kemauannya.
"Hanna belum lapar bu ,kalau pun lapar Hanna pasti turun kebawah"
jawabnya setengah berteriak
"oh,ayolah sayang,suami mu menunggumu turun " Mira masih juga belum menyerah ,bersuara dengan nada rayuan di balik pintu kamarnya.
"sampaikan maafku ibu ,tolong katakan Hanna ngantuk,sudah mau tidur"terangnya ,
agak nya tidak sopan,kendati demikian Mira mengerti,saat ini menantu nya itu tidak sedang baik-baik saja
"baiklah"kali ini suara Mira terdengar kecewa.
***
Mira berjalan lesu menuju ruang makan , alis Alvin terangkat saat mengetahui ibunya berjalan sendirian .
"Hanna mana bu?"
kata itulah yang berhasil keluar setelah ibunya sampai di meja makan
"Hanna ngantuk , katanya mau tidur"
ucap ibunya kemudian pergi meninggalkan putra nya yang sedang duduk memainkan sendok di tangannya.
"ibu apakah tidak makan?"ucap Bella setengah berteriak,pasal nya wanita paru baya itu jarak nya sudah lumayan jauh.
"makanlah sayang duluan , ibu belum lapar"
jawab Mira kemudian mlanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti .
"sayang ,mereka tidak makan ,apakah gara gara aku,?"tanya Bella dengan ekspresi sedihnya ,Jika harus jujur selera makan nya sudah tidak bernapsu dari tadi.
Alvin meletakan sendok di tangannya ,kemudian menatap Bella dengan tatapan yang dalam.
"tentu tidak sayang ,sudahlah jangan terlalu di fikirkan ."
"mbak Hanna tidak menyukaiku mas" ucap Bella sambil menainkan sendok dan garpunya.
mendengar ucapan sang istri ,Alvin menautkan alisnya,kemudian menghembuskan nafas kasarnya .
"Aku tahu,Bella"ucapnya lembut
"kamu tahu dia tidak menyukaiku, tapi kamu tetap menikahiku,mas,?
apakah kamu bisa menjamin hubungan kita akan baik baik saja"sergahnya kesal.
"mas jamin itu,sayang" jawabnya santai sambil mengusap ngusap kepala istrinya..
"lalu mbak Hanna?"
"mas tidak mungkin menceraikannya sayang"jawab Alvin seolah mengerti akan ucapan istrinya.
"aku tidak menyuruhmu untuk menceraikannya, tapi aku ingin hidup bahagia bersama mu"kesal Bella kemudian beranjak pergi meninggalkan ruang makan.
"Aku tidak menyuruhmu untuk menceraikannya mas,tapi aku juga ingin hidup bahagia bersamamu"
kata itu sukses membuat Alvin sedikit berfikir .Otak nya memang masih bekerja dengan normal ,mengingat selama tiga bulan pernikahan ia hanya memberikan luka dan penderitaan pada Hanna.
Ia bangkit dari kursi meja makan tersebut kemudian berjalan tanpa mempedulikan tatapan sedih Bella.
Yang akan di lakukan nya satu ,ia hanya ingin menebus kesalahan nya dulu pada Hanna,meskipun agak nya salah karena telah melupakan keberadaan Bella.
Demi apapun Alvin hanya ingin tenang ,saat ritual malam pertama dengan wanita yang di kasihi nya berjalan sempurna tanpa di ganggu rasa bersalah pada Hanna.
Alvin pov.
Ini sama sekali tidak bisa di sebut dengan cinta,karena jujur mencintai wanita sesabar dia tidak lah mudah bagiku.
Entah mengapa,namun aku yakin perasaan cinta ku sama Bella lah yang telah menghambat semuanya.
Di sini ,dihatiku.
Ada rasa iba juga kasihan yang amat dalam, rasa itu hadir ketika dia meridhoi ku menikah dengan Bella .sejak saat itulah rasa peduli dan ingin melindunginya muncul di hatiku.
Aku ingin membahagiakan nya, dengan alasan karna aku telah menyakitinya.
Dia istriku dan dia mempunyai hak atas kebahagiaan dariku .
Dengan sangat perlahan aku membuka pintu kamar Hanna sampai bunyi decit pintu itu nyaris tak bersuara.Aku begitu bersyukur saat kamar itu tidak Hanna kunci,sekilas bertanya mengapa Hanna membiarkan pintunya terbuka namun pertanyaan itu aku tepis saat berpikir bahwa mungkin Hanna telah lupa mengunci-nya.
Wanita itu tengah tertidur pulas ,dengan posisi menyamping ber bantalkan tangan kanan nya ,sama persis dengan cara Rasululluh tertidur. Wajah nya terlihat damai namun keterluka an benar-benar bisa aku baca di wajah nya .
Lihatlah perban yang membingkai di keningnya.Hal itu yang membuat ku yakin dia sangat terluka
Mata yang diam-diam ku kagumi keindahan nya itu sangat di sayang kan kerena saat ini terlihat bengkak,aku tau di terlalu banyak menangis meratapi penderitaan yang telah aku lakukan.
Seberkas rasa bersalah hadir,menyeruak di dalam dada membuat ku ingin mencium demi menyembuhkan perih juga luka yang ada dalam wajahnya.Perlahan,kuciumi wajah itu sampai ia terusik dari tidur nya ,lihatlah betapa kejam dan ketidak maluanku.
Ku lihat keterkejutan saat dia mendaptiku sedang asik menciumnya,Kendati demikian semua itu tidak sama sekali aku hiraukan ,aku tetap menciumi setiap inci wajahnya lembut dan berhenti saat ia menjauhkan tubuh nya denganku .
"Bunda apakah sakit,?"lihatlah ketidak maluan ku,bahkan aku tidak peduli.
Tujuan ku hanya satu ,ingin memperbaiki hubungan kami yang sempat rusak.
bukan sempat tapi dari awal memang sudah berantakan kalian mungkin sudah tau itu.
Hanna menggeleng ,kemudian tersenyum.
Ah sungguh manisnya ,lagi-lagi aku mengagumi senyuman nya itu.Meski ku yakin senyuman itu hanya sandiwara saja,.
"apa yang mas lakukan disini?" kali ini ia bersuara dengan wajah gemas nya yang terlihat bingung.
" mas mau tidur sama istri mas , apakah tidak
boleh?"jawab ku sambil cemberut.
Posisiku saat ini tengkurap,menatap jelas manik Hanna yang masih dalam posisi tidur miring nya .
"aku tidak melarangmu mas, lalu bagaimana dengan Bella, apa dia baik-baik saja,?"tanya nya masih dengan ekspresi kebingungan .
"Ayoalah bunda ,tidak apa-apa."elak ku ,padahal berbohong .Aku tahu betul kekecewaan Bella tadi di wajahnya.
"Mas ini malam pertama baginya,mas ini benar-benar tidak mengerti"celoteh nya sambil cemberut.
"ayolah bunda,sudah tiga bulan kita menikah
apakah bunda masih melarang ku untuk tidur diranjang bersama?"kali ini suara ku terdengar menggoda .
"ini kemauan mas bukan,kenapa mas malah menyalahkanku"sergahnya kesal,
kemudian berbaring membelakangiku .
"Apa itu artinya boleh Bunda,?"
"terserah,tapi kalau besok Bella menyalahkanku ,bertanggung jawablah."
pungkas nya kesal,namun bisa ku baca bahwa ia menginginkan nya juga.
kusunggingkan senyum,bahkan hanya dengan beberapa kata pun wajah terluka nya meghilang ,terbuat dari apa hatimu Hanna.
Harusnya aku beruntung bukan,namun beginilah ..Cinta pada Bella telah menyia-nyiakannya.
"Bunda apakah lapar,bukan kah bunda belum makan ?"
"apakah bunda sudah minum obat?"
Cecerku tak sabaran.
"Ayolah mas, aku ngantuk jangan ganggu aku"kesalnya.
Setelah itu aku memilih terdiam dan
memeluknya dari belakang ,perlu ku katakan ini hal pertama yang aku lakuan pada wanita yang sudah menyandang gelar istriku selama tiga bulan.
tidak berapa setelah itu ,nafasnya terdengar sudah beraturan,
aku menyelimutinya kemudian beranjak pergi meninggalkannya setelah memastikan dirinya tertidur dengan lelapnya .Tujuan ku ke kamarnya memang ini,menemaninya sampai tertidur ,ya.
Sampai tertidur.
HANNA POV
Kau bohong mas , baru saja kau mengatakan bahawa kau akan tidur seranjang dengan ku sekarang kau pergi diam-diam meninggalkan ku , apakah aku terlalu bodoh menurutmu mas, sehingga seoalah tanpa dosa kau membodohiku ..
Baru saja jantungku berdetak , baru saja kau ciptakan kehangatan di antara kita , pada akhirnya tetaplah sama kau hanya menambah luka saja .
Kau anggap aku apa ,mas,?
Seorang anak kecil yang butuh di temani untuk tidur kemudian di tinggalkan setelah ia tertidur.Seperti itu kah,mas?
Aku tidak tahu mas,sampai kapan aku bisa bertahan hidup bersama mu, terutama dengan istri cantik kebanggaan mu..
jika saja bukan untuk adikku,meskipun aku mencintaimu. mana bisa aku menikah dengan kau yang tak mencintai ku sama sekali.
Aku sudah melakukan yang terbaik untuk mu mas,namun aku tidak tahu mengapa aku selalu kurang di matamu .seburuk itu kah aku mas?.
Sebatas ******* yang sering kau sebut-sebut,padahal selain dirimu aku tidak pernah membiarkan lelaki lain menyentuh kulitku.
Baru saja aku berhenti menangis,kini aku kembali melakukan hal yang sama.
Selain ini aku bisa apa,menangis ,meratapi hati yang kian tersiksa.
Ini kah garis taqdir yang telah (author)
inginkan ,terlepas dari itu aku yakin kebahagiaan akan tiba saat nya .
Meski entah kapan kebahagiaan itu nyata adanya.
Aku hanya bisa berharap ,semoga suatu saat jalan hidayah datang menghampiri suamiku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!