NovelToon NovelToon

Wanita Bayaran Sang Penguasa

Tawaran

Plaakkk!! Sebuah tamparan keras mendarat di wajah seorang gadis bernama Eliana Bowie. Tamparan keras itu dia dapat akibat perkataan yang dia ucapkan sendiri.

Eliana Bowie, gadis berusia dua puluh dua tahun yang sedang berjuang mengumpulkan uang untuk biaya rumah sakit ibunya yang sudah tidak dia bayar selama satu minggu. Ibunya terbaring sakit akibat kanker stadium akhir yang dia derita dan karena hal itulah membuat Eliana harus pontang panting mencari uang.

Mereka sudah tidak memiliki apa pun lagi, sehingga membuat Eliana tidak memiliki pilihan lain. Hari ini Eliana memberanikan diri mendatangi ayahnya yang sudah menikah lagi untuk meminta biaya pengobatan ibunya. Dia harap ayahnya mau membantu tapi sebuah tamparan keras justru dia dapatkan di wajah.

Eliana memegangi wajahnya yang terasa panas, mata juga menatap sang ayah dengan tatapan penuh amarah. Dia datang untuk berbicara baik-baik dengan ayahnya namun caci maki juga perkataan yang tidak seharusnya ayahnya ucapkan justru diucapkan oleh ayahnya sehingga membuat Eliana sakit hati.

"Sudah aku katakan, biarkan saja ibumu mati!" ucap ayahnya tanpa perasaan.

"Jika begitu kenapa tidak kau saja yang mati?" karena perkataannya itulah dia ditampar oleh ayahnya.

"Tutup mulutmu, Eliana. Apa tamparan yang aku berikan kurang?" teriak ayahnya lantang.

"Kau yang seharusnya menutup mulutmu, Dad. Selama ini kau tidak pernah memenuhi kewajibanmu sebagai ayahku, kau tidak pernah memberikan nafkah untuk aku tapi untuk sekian lama setelah kau dan Mommy berpisah, ini kali pertama aku memohon bantuanmu namun kau justru menyumpahi Mommy agar cepat mati. Kenapa kau tega mengucapkan perkataan itu?" ucap Eliana sambil menangis terisak.

"Kau sudah besar, tidak perlu aku beri nafkah lagi. Ibumu juga bukan tanggung jawabku jadi pergilah, aku tidak akan membantumu sama sekali!"

"Tidak, Dad. Aku mohon, pinjaman aku uang. Aku pasti akan mengembalikannya padamu," ucap Eliana.

"Mengembalikan? Dengan apa kau akan mengembalikan uang itu, Eliana? Dengan gajimu yang tidak seberapa itu, apa kau pikir kau bisa mengembalikannya?" ucap istri ayahnya mencibir.

"Diam, Aunty. Aku tidak meminta bantuan darimu!" ucap Eliana kesal.

"Jaga ucapanmu, Eliana. Kau sungguh tidak sopan!" teriak ayahnya lantang.

"Dad, aku datang bukan untuk bertengkar denganmu. Aku ingin meminta bantuanmu jadi bantulah aku, Dad. Aku berjanji akan mengembalikan uang itu," Eliana masih membujuk ayahnya dan berharap ayahnya berubah pikiran dan mau membantu.

"Tidak, pergilah. Sekalipun kau berlutut dan memohon di bawah kakiku, aku tidak akan membantumu!" ucap ayahnya.

"Please, Dad. Hanya kau yang bisa menolong aku!" teriak Eliana.

"Pergi, Eliana. Jika tidak aku akan memerintahkan seseorang untuk menarik kamu pergi!" teriak ayahnya marah.

Air mata mengalir dengan deras, sebuah kertas yang dia bawa untuk diperlihatkan pada ayahnya di cengkeram dengan erat. Itu adalah total biaya yang harus dia bayar dalam waktu satu minggu dan jika dia tidak bisa membayarnya, maka ibunya akan diusir keluar dari rumah sakit namun apa yang bisa dia lakukan. Hati ayahnya sekeras batu bahkan kertas tagihan itu pun tidak ayahnya lihat.

"Pergi, Eliana. Kami akan menghadiri pemakaman ibumu nanti," ucap istri ayahnya.

Ayah dan istrinya melangkah masuk, Eliana menghapus air matanya dengan kasar dan berlalu pergi. Harapan satu-satunya yang dia miliki ternyata begitu mengecewakan, dia kira ayahnya mau membatu tapi pil pahit yang dia dapat. Seharusnya dia tahu karena ayahnya tidak peduli dengan mereka sejak dulu.

Eliana melangkah tanpa tujuan arah, dia harus kembali ke rumah sakit namun dia tidak sanggup karena dia belum mendapat uang sama sekali. Taman menjadi tempat tujuannya, dia tidak tahu ada yang sedang memperhatikan dirinya dari kejauhan dan sedang mencari data dirinya.

Bangku taman menjadi tempatnya untuk menumpahkan kesedihan yang menyesakkan dada. Sebelum mencari ayahnya, Eliana sudah mencoba meminjam dengan sahabat, kerabat ibunya bahkan dia juga meminjam uang pada sang atasan namun tidak ada yang mau meminjamkan karena jumlahnya yang tidak sedikit.

"Di mana lagi aku harus mencari uang?" keluhnya, dia harap ada sebuah keajaiban untuknya. Apa pun, dia akan melakukan apa pun agar dia bisa mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit ibunya.

"Sepertinya kau sedang dalam masalah, Nona," tiba-tiba saja seorang pria tua duduk di sisinya. Eliana terkejut dan menggeser duduknya, mata menatap pria tua itu dengan penuh selidik.

"Jangan takut, aku hanya ingin berbincang denganmu," ucap pria tua itu, senyum ramah menghiasi wajah tua.

"Oh, apa yang Kakek lakukan di sini?" Eliana mengusap air matanya, dia jadi terlihat malu.

"Seperti dirimu, aku sedang mencari angin untuk menyelesaikan masalah yang sedang aku hadapi."

"Masalah?" Eliana mengernyitkan dahi. Masalah apa yang dihadapi oleh pria tua seperti dirinya?

"Apa masalah yang sedang Kakek alami?" tanya Eliana.

"Aku sudah dua hari tidak makan, Nona. Tidak ada yang mau memberi aku makan, sepertinya pria tua ini akan mati di jalan."

Eliana tampak tidak percaya, kakek tua itu berpenampilan begitu rapi. Jam mahal juga melingkar di tangan, bagaimana mungkin dia tidak memiliki uang untuk makan? Rasanya ingin bertanya tapi dia tidak berani. Eliana membuka tasnya, mengambil uang dari sana lalu memberikan uang itu pada si kakek tua tersebut.

"Aku tidak memiliki uang yang banyak, Kakek. Tapi dengan uang ini Kakek bisa membeli dua porsi makanan fastfood," ucapnya seraya memberikan uang yang ada pada kakek itu.

"Kau benar-benar gadis baik. Masalahku sudah terpecahkan, sekarang katakan padaku permasalahan apa yang sedang kau alami. Mungkin kakek ini bisa membantu."

Eliana tersenyum, dia tampak enggan. Namun dia merasa tidak ada salahnya mengatakan apa yang sedang dia hadapi, mungkin dengan demikian bebannya sedikit berkurang.

"Katakan saja, jangan takut denganku."

"Sebenarnya aku sedang mencari biaya rumah sakit untuk ibuku, Kakek," napas berat dihembuskan, tatapan mata menerawang. Kenapa hidup ini terasa begitu berat?

"Apa yang terjadi dengan ibumu, Nona?"

"Ibuku sudah lama terbaring sakit, aku tidak memiliki apa pun lagi," kini dia menunduk dan menangis, "Aku sudah berusaha semampuku, tapi aku hanyalah anak tidak berguna. Ayah yang aku harapkan tidak mau membantu aku, aku sungguh tidak tahu harus melakukan apa. Jika aku tidak bisa membayar biaya rumah sakit ibuku, maka ibuku akan diusir. Aku tidak akan sanggup melihat ibuku terbaring di rumah tanpa mendapatkan perawatan," ucap Eliana lagi dengan air mata yang mengalir dengan deras.

"Aku tidak bisa melakukan apa pun, Kakek. Aku sangat berharap ada keajaiban untukku, aku bahkan bersedia melakukan apa pun agar ibuku bisa tetap mendapatkan perawatan yang layak."

"Apa kau serius dengan ucapanmu, Nona?"

"Tentu saja, aku akan melakukan apa pun untuk ibuku."

"Gadis baik, mataku tidak salah menilai," ucap pria tua itu.

"Maksud Kakek?"tanya Eliana tidak mengerti.

"Panggil aku Ray, aku memang sedang mencari seorang gadis yang berhati tulus seperti Nona. Apa Nona mau mendengarkan penawaran yang akan aku berikan? Jika Nona bersedia, semua biaya rumah sakit dan juga ibu Nona, akan mendapatkan perawatan yang terbaik."

"Apa?" Eliana terkejut. Apa ini mujizat?Ataukah kakek tua itu adalah paman kaki panjang?

"Bagaimana, tapi tugas yang harus Nona lakukan tidaklah mudah," Ray tersenyum, dia harap Eliana menerima tawaran darinya.

"A-Apa yang harus aku lakukan?" tanya Eliana. Dia harap bukan tugas sulit karena itu adalah kesempatan yang tidak boleh dia lewatkan sama sekali.

"Mudah saja, aku ingin Nona melahirkan anak untuk Tuan Muda."

Eliana kembali terkejut. Mata bahkan melotot saat menatap Ray. Melahirkan anak? Apa ini lelucon yang suka dilemparkan oleh orang kaya?

"Tidak perlu terburu-buru, pikirkan baik-baik," sebuah kartu nama diambil dan diberikan pada Eliana.

"Aku menanti kabar baik darimu, Nona Eliana. Segera hubungi aku setelah kau mengambil keputusan," Ray beranjak setelah berkata demikian. Pria tua itu melangkah pergi, dia yakin Eliana pasti menerima tawaran darinya.

Gadis itu adalah kandidat paling kompeten di antara kandidat lainnya untuk melahirkan seorang pewaris bagi Tuan Muda yang dia layani.

Eliana seperti orang linglung setelah kepergian Ray, apa dia baru saja mendengar lelucon di tengah rasa putus asa yang dia rasakan? Tidak, dia rasa pria tua itu serius dengan tawaran yang dia berikan.

Keputusan

Eliana sudah kembali ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Langkahnya terhenti di depan ruangan di mana ibunya sedang menjalani perawatan. Entah apa yang harus dia katakan pada ibunya, dia sungguh tidak tahu.

Tawaran yang diberikan oleh Ray terdengar menggiurkan namun itu adalah tawaran gila yang pernah dia dapatkan. Melahirkan anak? Dia sungguh ingin tertawa. Walau dia belum mendengar lebih rinci tawaran itu namun dia tahu apa artinya, dia akan menjadi wanita bayaran yang melahirkan seorang anak bagi pria yang tidak dia kenal sama sekali.

Seharusnya dia tidak mendapatkan tawaran gila itu sehingga dia tidak perlu memikirkannya karena saat ini dia sedang berpikir dengan keras akan tawaran yang Ray berikan.

Napas berat dihembuskan sebelum Eliana masuk ke dalam ruangan ibunya. Dia tidak mau ibunya melihat apa yang sedang dia alami saat ini. Eliana tersenyum saat masuk ke dalam. Setiap kali melihat keadaan ibunya, rasanya ingin menangis. Tubuh ibunya begitu kurus, kepalanya bahkan sudah tidak ada rambut lagi.

"Aku sudah kembali, Mom," ucapnya seraya melangkah mendekati ibunya.

"Bagaimana, Sayang. Kau sudah bertemu dengan ayahmu, bukan?"

"Yeah, aku juga bertemu dengan istrinya," sebuah kursi diambil, Eliana duduk di samping ibunya dan memegangi tangan ibunya yang sudah seperti tulang dibalut kulit.

"Apa? Mereka tidak mengusir mu, bukan?" ibunya tampak khawatir, dia harap putrinya mendapat perlakuan baik dari mantan suaminya.

"Mommy tidak perlu khawatir, Daddy dan istrinya baik padaku," dusta Eliana padahal dia mendapat perlakuan tidak menyenangkan.

"Benarkah?" ibunya tampak tidak percaya. Dia tahu bagaimana tabiat mantan suaminya dan dia juga tahu istri mantan suaminya tidak menyukai mereka.

"Tentu saja, Mom. Aku tidak berbohong."

"Kau berbohong, Eliana. Apa kau kira Mommy tidak bisa melihatnya? Kau putriku, kau tidak bisa menyembunyikan apa pun dariku. Merah di wajahmu juga menunjukkan jika kau mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari ayahmu."

Eliana menyembunyikan bekas pukulan yang dia dapat dengan terburu-buru, dia lupa untuk menyamarkannya dengan bedak. Sekarang dia tidak bisa berbohong lagi pada ibunya.

"Katakan pada Mommy, ayahmu tidak bersedia meminjamkan uang itu pada kita, bukan?" tanya ibunya.

"Seperti yang Mommy katakan, tapi aku akan tetap mencari uang itu sampai dapat agar Mommy bisa selalu dirawat di rumah sakit ini."

"Tidak perlu memaksakan diri, Eliana. Mommy tahu kau tidak mampu. Mommy sudah menyusahkan hidupmu selama ini jadi Mommy tidak akan memaksamu untuk mendapatkan uang itu. Mommy tidak keberatan dirawat di rumah, mungkin dengan begitu Mommy bisa pergi dengan tenang dan kau bisa menikmati hidupmu seperti gadis lainnya."

"Jangan mengatakan hal seperti itu, Mom," Eliana mengangkat tangan ibunya, dan meletakkannya di pipi.

"Aku hanya memiliki Mommy saja, jika Mommy pergi lalu aku dengan siapa? Aku sudah berjanji pada Mommy akan memberikan perawatan yang terbaik jadi aku akan melakukan apa pun untuk Mommy jadi jangan berbicara seperti itu, seolah-olah tidak ada harapan lagi!"

"Kita memang tidak memiliki harapan lagi, Eliana. Tidak perlu memaksakan diri, Mommy akan baik-baik saja di rumah."

"Tidak Mom, tidak. Percayalah padaku, Mommy akan mendapatkan perawatan yang terbaik," ucapnya meyakinkan sang ibu.

"Mommy ingin percaya, Sayang. Tapi Mommy tahu kau tidak akan mampu," air mata mengalir, dia hanya bisa mempersulit hidup putrinya bahkan Eliana harus mengubur impiannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena dia memiliki cita-cita untuk menjadi pramugari tapi sekarang, Eliana harus bekerja keras untuk mencari biaya pengobatannya akibat penyakit yang sudah tidak mungkin sembuh lagi. Jika bisa memilih, dia lebih suka Tuhan segera memanggilnya agar Eliana tidak perlu hidup menderita lagi.

"Jangan menangis, Mom," Eliana menghapus air mata ibunya sambil menangis.

"Aku pasti menepati janjiku pada Mommy, jadi Mommy tidak perlu khawatir. Sebaiknya Mommy beristirahat, semua pasti baik-baik saja setelah ini," ucapnya. Sepertinya mau tidak mau dia harus menerima tawaran yang Ray berikan.

"Baiklah, kau juga baru kembali. Pergilah beristirahat."

"Percayalah padaku, semua akan baik-baik saja," ucap Eliana seraya memberikan ciuman di dahi ibunya.

Eliana masih duduk di sisi ibunya sampai ibunya tertidur dan setelah itu, Eliana keluar dari ruangan. Kartu nama yang Ray berikan dikeluarkan, dia benar-benar tidak memiliki pilihan lagi. Cukup melahirkan anak saja, bukan? Dia rasa bukan hal sulit dan dia yakin dia bisa.

"Ha-Halo, ini aku. Apa aku bisa berbicara pada Tuan Ray?" ucapnya saat seseorang menjawab telepon darinya.

"Aku Ray, apa Nona Eliana sudah memutuskan?"

"Tentu saja, katakan padaku. Apa sebenarnya tugas yang harus aku lakukan?" tanya Eliana.

"Mari kita bahas hal ini secara rinci, temui aku di restoran yang ada di rumah sakit di mana ibu Nona sedang dirawat."

"Aku tunggu," Eliana menghela napas setelah selesai berbicara dengan Ray. Sebelum pergi, Eliana melihat keadaan ibunya sejenak dan setelah itu dia pergi untuk menemui Ray. Seperti yang dia katakan, apa pun akan dia lakukan untuk ibunya.

Eliana menunggu kedatangan Ray cukup lama dan setelah pria tua itu datang, Ray mengajak Eliana ke sebuah ruangan private. Bagaimanapun hal itu tidak ada yang boleh tahu. Sebuah kertas tebal sudah berada di atas meja, Eliana tidak tahu itu apa tapi sebentar lagi dia akan tahu.

"Katakan padaku, apakah aku harus melahirkan anak saja? Dan siapa yang membayar aku?" tanya Eliana tanpa basa basi.

"Untuk itu, anda tidak berhak tahu," jawab Ray.

"Apa maksudmu?" tanya Eliana tidak mengerti.

"Dengarkan aku, Nona. Tuan Muda hanya menginginkan seorang pewaris tanpa terikat tali pernikahan dan dia ingin pewarisnya dilahirkan oleh seorang wanita yang belum pernah disentuh oleh pria lain selain dirinya. Dia tidak ingin kau tahu nama dan rupanya dan dia juga tidak mau tahu nama dan rupamu agar kalian berdua tetap menjadi orang asing tanpa terlibat perasaan setelah kau melahirkan seorang pewaris baginya," jelas Ray.

"Apa? Jadi aku harus tidur dengan pria yang tidak boleh aku lihat sama sekali rupanya?" Eliana sungguh tidak percaya, apa mereka akan bercinta di tempat gelap?

"Itu syaratnya jika Nona bersedia. Aku akan menjelaskan beberapa poin penting. Selama Nona menjalani tugas untuk mengandung dan sudah berhubungan dengan Tuan Muda, Nona dilarang menjalin hubungan dengan pria mana pun. Dekat dengan seorang lelaki pun dilarang. Kami akan mengawasi gerak gerik Nona, jika sampai melanggar maka Nona harus membayar kami satu juta dolar."

Eliana terkejut, satu juta dolar? Sungguh kompensasi yang mengerikan. Jika dia punya uang, dia tidak akan menerima tawaran super gila itu.

"Pewaris yang kau maksud, apakah laki-laki atau perempuan?" dia harus tahu aka hal ini.

"Tentu saja laki-laki, Tuan Muda menginginkan anak laki-laki. Jika sampai Nona mengandung anak perempuan maka bayi itu harus digugurkan. Nona Eliana tidak perlu khawatir, Nona Eliana tidak akan tahu saat hal itu terjadi."

Eliana diam, kehabisan kata-kata. Dia kira cukup melahirkan saja namun nyatanya tugas yang harus dia lakukan tidaklah mudah.

"Satu hal juga yang harus Nona ketahui, setelah melahirkan Nona tidak boleh mengambil bayi itu. Nona Eliana bisa mempelajari poin lainnya," kertas tebal yang ada di atas meja didorong ke arah Eliana.

"Jika Nona bersedia maka kita bisa menandatangani surat perjanjian dan setelah itu kita bisa melakukan tes keperawanan karena kami harus benar-benar yakin, Nona masih perawan atau tidak."

Eliana tampak ragu, benar-benar dia tidak mau tapi mengingat keadaan ibunya dan juga biaya yang harus dia bayar, dia tidak memiliki pilihan apa pun. Sebelum benar-benar mengambil keputusan, Eliana berpikir dengan keras tapi pada akhirnya dia setuju untuk menerima tawaran itu. Melahirkan anak untuk seorang pria yang tidak boleh dia tahu sama sekali.

Surat perjanjian pun ditandatangani, semoga dia tidak salah mengambil keputusan. Ray terlihat puas, tugasnya mencari wanita untuk melakukan tugas itu selesai.

Setelah menandatangani surat perjanjian, mereka pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes keperawanan. Hasil sangat memuaskan karena Eliana tidak memiliki waktu untuk menjalin hubungan. Sebuah alamat sudah Eliana dapat dan besok, dia harus menjalani tugas pertamanya yaitu tidur dengan pria yang sudah membayarnya.

Menjalankan Tugas Pertama

Ray melangkah menuju sebuah kamar pagi itu untuk memberi laporan. Pintu kamar terbuka, seorang pemuda berada di dalam dan sedang mengancingkan kancing yang ada di lengan kemeja yang dia gunakan.

Dua orang pelayan berdiri tidak jauh dari pemuda itu, mereka bertugas menyiapkan pakaian. Dasi dan jas sudah siap di atas ranjang, salah satu pelayan mengambil dasi dan melangkah mendekati pemuda itu untuk memberikan dasinya.

"Bagaimana, Ray. Kau sudah mendapatkan yang aku inginkan, bukan?" pemuda itu bertanya seraya menggunakan dasi.

"Tentu saja, Tuan Muda. Semua sudah beres, nanti malam wanita itu akan datang untuk menjalankan tugasnya," jelas Ray.

Pemuda itu tidak bersuara, kedua tangan direntangkan dan pada saat itu dua pelayan yang sedari tadi berdiri saja mengambil jas dan menggunakannya pada sang majikan.

Pemuda itu adalah Morgan Barnes. Dia adalah pengusaha terpandang di kota Perancis. Morgan berada di atas puncak kesuksesan di usianya yang menginjak tiga puluh tiga tahun. Semua ada di dalam genggaman tangannya, apa yang dia inginkan harus dia dapatkan.

Tidak saja sebagai penguasa, dia juga dikenal sebagai mafia paling berbahaya dan ditakuti. Morgan tidak segan membunuh siapa saja yang berani mengganggunya, bahkan dia tidak segan membuat lawannya jatuh miskin.

Namun semua yang dia miliki tidak membuatnya puas. Sekarang dia menginginkan seorang pewaris. Bukan dilahirkan oleh wanita yang sering tidur dengannya, dia menginginkan pewarisnya dilahirkan oleh seorang wanita yang masih murni.

Ide seperti itu dia dapatkan setelah mendapat sebuah luka tembakan dari musuhnya. Dia jadi berpikir, bagaimana jika dia tiba-tiba mati? Tidak akan ada yang mewarisi apa yang dia miliki saat ini oleh sebab itu, muncul ide gila untuk mencari seorang gadis yang bersedia melahirkan anaknya tanpa adanya ikatan tali pernikahan karena dia pria bebas yang tidak mau dikekang oleh seorang wanita.

Morgan juga tidak ingin tahu siapa wanita yang akan melahirkan anaknya, dia pun ingin wanita itu tidak tahu siapa dirinya karena setelah wanita itu melahirkan, mereka berdua akan menjadi orang asing. Dia juga menginginkan hal itu agar wanita itu tidak mencari anak yang dia lahir'kan kelak.

"Apa kau sudah memastikan semuanya dengan baik, Ray? Kau tahu aku tidak menerima kesalahan apalagi dia yang akan mengandung benihku nanti!"

"Tentu saja, Tuan Muda. Aku sudah membawanya ke rumah sakit. Dia gadis yang baik," ucap Ray.

"Stop! Aku tidak mau mendengar apa pun tentang wanita itu!" Morgan melangkah keluar, sedangkan Ray mengikuti langkahnya.

"Maaf, Tuan Muda. Nanti malam kau harus datang ke rumah yang sudah aku siapkan. Dia tidak akan tahu apa pun tentangmu jika kalian berdua menghabiskan waktu di rumah itu."

Morgan tidak menjawab, dia pergi ke kantor. Jadi nanti malam dia akan memulai? Bagus, semakin cepat semakin bagus karena dengan begitu pewarisnya akan cepat lahir. Dia sudah tidak sabar tapi tidak dengan gadis yang akan tidur dengannya nanti malam.

Eliana terlihat gelisah, dia berharap waktu tidak berputar begitu cepat agar malam tidak cepat tiba. Tadinya dia berpikir itu adalah tugas mudah tapi sekarang rasa takut memenuhi hati. Sungguh dia takut harus melayani seorang pria tua dengan perut buncit dan berkepala botak. Dia juga takut apalagi ini pertama kali dia harus berhubungan badan dengan seseorang.

Rasa cemas yang dia rasakan, membuat ibunya curiga. Tidak biasanya Eliana bersikap seperti itu. Anna Bowie meraih tangan putrinya dengan perlahan. Senyuman menghiasi wajahnya yang terlihat pucat.

"Apa yang sedang kau khawatirkan, Eliana? Sudah Mommy katakan jangan memaksakan diri untuk mencari biaya pengobatan Mommy karena Mommy tahu kau tidak mampu."

"Tidak, Mom. Sebentar lagi aku akan mendapatkannya jadi Mommy tidak perlu khawatir."

"Benarkah? Dari mana kau akan mendapatkannya?" tanya ibunya ingin tahu.

"Aku akan meminjam pada bosku, Mommy tidak perlu mengkhawatirkan hal ini."

"Baiklah, Mommy percaya padamu."

Eliana tersenyum namun sesungguhnya dia merasa gundah. Rasa takut kembali dia rasakan namun dia berusaha menyembunyikan semua itu agar ibunya tidak khawatir.

Waktu yang dia takutkan berputar dengan begitu cepat, Eliana tampak ragu saat melihat sebuah alamat yang diberikan oleh Ray. Dia harus pergi ke alamat itu saat malam.

Degupan jantung Eliana berpacu begitu cepat. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan dia sudah berada di dalam sebuah taksi yang akan membawanya ke alamat itu. Eliana berbohong pada ibunya jika mulai malam ini dia mengambil pekerjaan tambahan. Anggap saja demikian karena mulai malam ini dia harus melayani pria yang tidak dia kenal sampai mengandung anaknya.

Taksi yang dia tumpangi berhenti di sebuah rumah yang cukup mewah, Eliana menelan ludahnya saat memandangi tempat itu. Napas berat dihembuskan, kaki pun mulai melangkah.

Seorang pelayan tua menyambutnya, pelayan itu sudah tahu kedatangan Eliana. Gadis itu diantar ke dalam sebuah kamar, sebuah gaun tipis berwarna merah sudah tersedia untuknya. Tidak ada lampu di kamar itu, penerang hanya terdapat di kamar mandi saja.

Eliana menunggu dengan perasaan takut, gaun malam yang tipis pun sudah dia kenakan. Dia harap pria yang akan menghabiskan malam dengannya cepat datang tapi nyatanya, pria itu tidak datang.

Apakah Ray menipunya? Tidak, dia rasa tidak. Semoga saja tidak karena dia sangat membutuhkan uang untuk membayar biaya rumah sakit ibunya.

Eliana sampai tertidur dan saat tengah malam, seseorang membuka pintu kamar. Morgan masuk ke dalam dan berdiri di sisi ranjang, sosok gadis yang akan menghabiskan malam dengan terlihat walau gelap. Pakaian dilepaskan, Morgan naik ke atas ranjang.

Jantung Eliana hampir melompat keluar saat tangan seseorang melingkar di tubuhnya. Akhirnya datang, Eliana tidak berani bersuara. Dia hanya pasrah saat Morgan menarik gaun malamnya. Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata di antara mereka, hanya terdengar deru napas mereka saja di kamar itu.

Eliana menahan diri saat Morgan menyentuh tubuhnya, kedua tangan menutup mulut rapat. Setelah ini maka semua berakhir walau masih ada malam lainnya. Entah apa yang pria itu lakukan, dia tidak tahu. Walau Morgan menikmati tubuhnya namun tidak satu kali pun pria itu mencium bibirnya.

Kamar yang gelap menjadi saksi bisu ketika Eliana harus kehilangan kesuciannya. Mulut masih tertutup rapat, air mata mengalir. Rasa sakit yang dia rasakan tidak akan dia lupakan apalagi pria itu tidak bersikap lembut sama sekali.

Eliana tidak mau memikirkan apa pun, dia berusaha menikmati permainan itu agar tidak terlalu menyakitkan. Morgan masih juga tidak berhenti, tidak begitu buruk. Wanita itu tahu perannya dengan baik, Ray tidak salah memilih. Dia bisa merasa jika Eliana berusaha menahan semuanya.

Memang harus seperti itu, wanita yang patuh. Setidaknya Eliana tidak mencoba menyentuhnya karena dia tidak suka.

Permainan yang mereka lakukan berlangsung lama dan begitu selesai, Eliana ditinggal sendirian. Eliana menangis dalam gelapnya malam. Sakit, seluruh tubuh terasa sakit namun apa yang dia lakukan saat ini sangat sepadan dengan apa yang dia dapatkan.

Dengan begini dia tidak perlu mengkhawatirkan biaya rumah sakit ibunya lagi. Dengan begini ibunya akan mendapatkan pengobatan terbaik yang Ray berikan. Satu malam sudah selesai, Eliana tertidur setelah menyelesaikan tugasnya. Walau aneh, tapi itulah yang terjadi padanya di mana dia harus melayani pria yang tidak dia kenal dan tidak boleh dia kenal namun dia tidak menyesal sama sekali karena semua demi ibunya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!