NovelToon NovelToon

Aku Tidak Mandul

Hancur

Happy Reading......

Hari ini, adalah hari pernikahan ke-4 tahun Elena bersama dengan Jordi. Dia begitu bahagia, sampai-sampai senyum manisnya terukir indah di wajahnya sedari pagi.

Elena juga sudah membuat kue spesial, untuk dibawa ke kantor suaminya. Dengan langkah bahagia dan senyum yang lebar, Elena memasuki kantor Jordi dan menaiki lift menuju ruangan suaminya.

Namun siapa sangka, jika di hari bahagianya, tepatnya di 4 tahun pernikahan mereka. Sebuah kenyataan yang pahit Elena saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Bahkan saat ini hati Elena benar-benar hancur berkeping-keping.

Saat Elena membuka pintu ruangan suaminya, dia sangat terkejut, saat melihat seorang perempuan tengah duduk dan goyaang di atas pangkuan sang suami.

"MAS!" teriak Elena dengan keras.

Air matanya sudah tak terbendung lagi, dia menatap kedua manusia biadab itu dengan tatapan yang begitu nyalang. Jordi yang melihat Elena ada di pintu, segera mendorong wanita di hadapannya dan membenahi celananya. Begitu pula dengan wanita itu, dia juga membenahi bagian kemeja dan juga roknya.

Elena berjalan mendekat ke arah Jordi dan juga wanita itu, lalu melayangkan tamparan di kedua pipi manusia biadab itu.

PLAAK ....

PLAAK ....

"Jahat ya kalian! Kenapa kalian menusukku dari belakang? Kenapa kalian tega melakukan ini kepadaku? Apa salahku sama kalian, hah? Apa!" teriak Elena dengan marah, sambil menunjuk wajah Jordi dan juga wanita itu.

Wanita itu menjerit, saat Elena mendaratkan tangannya di pipi mulus wanita yang bernama Ana itu. Ana adalah sahabat Elena, dia bekerja di sana sebagai sekretaris Jordi, dan Elenalah yang merekomendasikan Ana untuk bekerja dengan suaminya.

Namun tidak Elena sangka, jika sahabat yang selama ini dia percaya, dan juga suami yang selama ini dia cintai dan sayangi sepenuh jiwanya, tega menusuknya dari belakang. Elena menatap kedua manusia itu dengan tatapan yang begitu tajam dan penuh amarah.

"Harusnya kamu itu sadar Elena. Mas Jordi itu nggak bakalan selingkuh, kalau kamu bisa memberikan dia anak!" ucap Ana dengan nada emosi.

"Apa kamu bilang? Heh, dasar kamu pelakor! Suamiku itu nggak akan pernah selingkuh, kalau kamu nggak menggodanya! Dasar wanita jalaang!" teriak Elena sambil menampar kembali wajah Ana.

Jordi yang melihat kemarahan Elena, seketika menampar wajah Elena.

PLAK ....

"Kamu jangan berani-beraninya ya menampar Ana di hadapanku!" geram Jordi sambil menatap Elena dengan tajam.

Elena menatap Jordi dengan tatapan tidak percaya. "Kamu membelanya Mas, dibandingkan dengan aku? Aku ini istrimu Mas! Sedangkan dia siapa? Dia hanya pelakor. Wanita jalaang, yang merebut suami orang. Kenapa Mas? Kenapa kamu selingkuh sama dia? Dia itu sahabat aku! Kenapa kalian tega sama aku? Kenapa!" teriak Elena dengan isak tangisnya.

Dada Elena terasa sesak, suaranya bahkan sampai tercekat di tenggorokan, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, rasanya begitu sakit dan hancur. Dia bagaikan wanita bodoh yang selama ini melihat kebaikan dan juga cinta pada suaminya, tapi ternyata itu hanya kamuflase belaka, hanya untuk menutupi semua kejahatan Jordi selama ini.

"Jelaslah aku membela Ana. Kamu siapa, hah! Kamu itu hanya wanita mandul. Aku selama ini bertahan sama kamu, tapi nyatanya apa? Kamu nggak bisa memberikan aku keturunan. Aku butuh keturunan, Elena. Hartaku ini, nanti akan aku wariskan kepada keturunanku, dan kamu tidak bisa mengabulkan itu," ucap tegas dan lantang Jordi, sambil menunjuk wajah Elena.

"Tapi Mas, nggak dengan cara seperti ini juga? Kenapa kamu jahat sama aku, Mas?"

"Karena kamu mandul, Elena."

"Mas, aku ini bukannya mandul. Tapi aku hanya belum dikasih kepercayaan sama Allah. Kamu 'kan tahu, kalau kita udah periksa ke mana-mana, aku juga udah berusaha ke sana ke sini, untuk supaya aku bisa hamil. Tapi mana, Mas? Allah belum berkehendak, tapi nggak gini caranya. Enggak harus kamu selingkuh juga Mas! Apalagi dengan dia!" bentak Elena dengan suara yang purau.

"Heh, Elena. Kamu tuh udah mandul pake ngeles segala. Ya emang, dasarnya kamu itu udah mandul. Makanya jadi wanita itu yang sempurna, jangan mandul," ledek Ana sambil bergelayut manja di lengan Jordi.

"Diam kamu wanita jalaang! Kamu pikir aku mau, hah? Nggak ada wanita yang gak mau hamil. Aku ini nggak mandul. Aku ini subur, oh ... atau jangan-jangan bukan aku yang mandul, tapi kamu Mas?" tunjuk Elena pada wajah Jordi.

Mendengar itu Jordi tentu saja sangat marah, rahangnya mengeras dan tangannya terkepal. Dia menjambak rambut Elena dengan keras. "Sudah mandul, kau malah menyalahkan diriku! Jelas-jelas di sini kaulah yang mandul. Mulai sekarang, lebih baik kau pergi dari sini!" usir Jordi sambil mendorong tubuh Elena hingga tersungkur ke lantai.

Kepala Elena menggeleng. "Nggak! Aku nggak mau pergi dari sini. Aku ingin menghajar wanita itu!" geram Elena sambil berjalan mendekat ke arah Ana. Namun sayang, Jordi segera menghentikan aksi Elena dan mendorong kembali tubuh Elena hingga dia jatuh, dan terpentok kemeja sampai dahinya terluka.

Hati Elena benar-benar hancur saat mendapati perlakuan kasar Jordi padanya. Selama ini, selama 4 tahun pernikahan. Dia tidak pernah melihat Jordi kasar padanya, atau berbicara dengan nada tinggi, kecuali Ibu mertuanya yang memang tidak pernah menyukai Elena.

"Kamu kasar padaku hanya demi dia, Mas? Aku ini nggak mandul, Mas! Aku nggak mandul!" tegas Elena sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku muak tahu nggak, sama kamu! Kamu itu hanya modal cantik, tapi apa? Kamu bahkan tidak pernah bisa memuaskan ku di atas ranjang. Dan jangankan memuaskanku, bahkan kamu tidak pernah bisa memberikanku anak. Dan mulai sekarang, aku Jordi Mahendra Atmaja, menalak dirimu Elena Wilson sebagai istriku."

DUAAR....

Tubuh Elena merosot ke lantai, dia seperti tidak memiliki tulang sama sekali saat mendengar perkataan Jordi. Tatapannya kosong seperti tidak memiliki nyawa sama sekali. Bagi Elena, itu adalah bagaikan mimpi buruk di siang bolong.

"Kamu bercanda 'kan, Mas?" lirih Elena sambil menatap mata Jordi.

"Aku tidak bercanda, Elena. Mulai sekarang, aku menalakmu!" ucap Jordi lagi dengan nada yang begitu tegas.

Elena memegang dadanya yang terasa begitu sakit dan juga sesak. Dia berdiri, lalu menatap kedua manusia di hadapannya yang sedang tersenyum sambil berpelukan. "Kalian ... kalian dengar ya! Karma itu ada, dan aku tidak akan pernah memaafkan kalian. Kalian manusia yang benar-benar biadab!" ucap Elena, lalu melangkah pergi keluar dari ruangan Jordi.

Ana tersenyum melihat penderitaan Elena. Sebenarnya, selama ini Ana tidak tulus bersahabat dengan Elena. Dia hanya memanfaatkan Elena untuk mendapatkan pekerjaan, dan setelah dapat pekerjaan dan jadi sekretaris suami Elena. Ana ingin merebut suami Elena, yang dia rasa sangat tampan. Terlebih Jordi adalah pemilik perusahaan Atmaja Group.

'Rasakan kamu Elena. Aku benar-benar bahagia melihatmu menderita,' batin Ana sambil tersenyum menyeringai.

Elena berjalan gontai keluar dari kantor Jordi, dia menyusuri jalan yang entah ke mana akan membawanya. Langit pun yang tadinya cerah seketika menjadi mendung, dan rintik-rintik hujan pun mulai berjatuhan, seakan langit dan bumi juga tahu kesedihan yang Elena rasakan saat ini.

'Ya Allah, kenapa semua ini terjadi sama aku? Apa salahku, ya Allah? Aku bukannya tidak ingin hamil, tapi engkau masih belum mempercayakan itu kepadaku, ya Robb. Tapi kenapa mas Jordi malah selingkuh dengan sahabatku sendiri, dan dia malah menalak aku, ya Allah? Apakah ini adalah jawaban dari doa-doa aku, jika engkau tidak memberikanku anak karena suamiku bukanlah orang yang baik, yang patut aku pertahankan?' Batin Elena sambil menatap langit yang mulai menurunkan air hujannya dengan deras.

Setelah meratapi nasib, Elena pun memanggil taksi dan pulang ke rumah. Dia mengemasi semua barang-barangnya dan keluar dari rumah itu. Akan tetapi sebelum itu, Elena memandang setiap sudut di dalam rumah itu, setiap kenangan, tawa bahagia yang dia rasakan bersama Jordi yang kini menari-nari di matanya.

Elena akan mencari penginapan sampai urusan perceraian dia selesai. Dia juga sudah membawa surat-surat penting untuk mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan, dan dia akan merekrut pengacara sekaligus sahabatnya sendiri.

Bersambung.......

Bercerai

Happy Reading.......

2 bulan lebih sudah, akhirnya perceraian Elena dan juga Jordi sudah selesai, dan mereka kini sudah resmi menjadi mantan suami dan juga istri. Elena juga mendapatkan harta gono gini sebesar 5 miliar dari Jordi, dan tanggungan 50 juta selama Masa iddah.

Sebenarnya Elena tidak mau, hanya saja sahabatnya Rindi yang mengurus semua perceraian Elena, dan soal harta gono gini itu juga Rindilah yang mengurusnya. Padahal dari Elena nya sendiri tidak mau, dan tidak berminat sama sekali dengan harta Jordi.

"Syukur deh, anakku sudah cerai dengan kamu. Jadi, Jordi bisa mencari wanita lain untuk menjadi istrinya, dan memberikan keturunan untuknya," ucap Bu Icha, ibunya Jordi dengan sinis.

Elena membenarkan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, lalu menatap wanita paruh baya itu, bergantian menatap Jordi dan juga Ana yang berada di sana. "Saya yang harusnya bersyukur. Karena saya terlepas dari pria yang tidak punya hati seperti dia. Saya juga harus mengejar kebahagiaan saya, dan semoga kalian bahagia ya," ujar Elena sambil berlalu pergi meninggalkan ketiga orang itu.

Melihat Elena pergi meninggalkannya, entah kenapa hati Jordi merasa tidak rela. Dia melihat punggung Elena yang semakin menjauh, dan ada rasa kehilangan di hati Jordi saat ini. Karena walau bagaimanapun, dia dan Elena pernah mengarungi rasa cinta bersama, rasa sayang bersama, dan mengarungi suka duka bersama selama 4 tahun.

'Nggak Jor, ini udah yang benar. Keputusan kamu sudah benar, Jordi.' Batin Jordi meyakinkan dirinya sendiri.

Elena memasuki mobil Rindi untuk menuju bandara, dia akan pergi meninggalkan kota Surabaya untuk ke Jakarta. Dia tidak ingin berada di kota itu lagi, karena akan hanya mengingatkan dia akan kenang-kenangannya bersama dengan Jordi.

"Ele, Gue yakin, di sana kebahagiaan Lo sudah menanti. Dan Lo juga harus bisa membuka hati Lo lagi untuk pria lain," ucap Rindi sambil memeluk tubuh Elena saat sampai di bandara.

"Rin, do'akan Gue ya, semoga Gue bisa mendapatkan kebahagiaan Gue di sana. Akan tetapi, kalau untuk pria, Gue sepertinya belum siap, Rin. Hati Gue masih sakit mengingat penghianatan Mas Jordi dan juga Ana. Dan itu membuat Gue trauma untuk membuka hati Gue lagi bersama pria lain," tukas Elena dengan wajah sendunya.

Rindi memegang kedua bahu Elena, dan mengusapnya dengan lembut. "Gue tahu, kejadian ini membuat Lo trauma untuk menjalin hubungan dengan pria lain. Akan tetapi ingat El, manusia itu diciptakan berpasang-pasangan. Dan Gue yakin kok, nggak semua pria sebejat dan sejahat Jordi. Gue sangat yakin, jika di luaran sana jodoh Lo telah menanti, dan dia adalah pria yang baik dari segala yang baik. Dan tentunya, dia adalah pria yang lebih baik daripada Jordi," ujar Rindi sambil kembali memeluk tubuh Elena.

"Makasih ya Rin, atas bantuan Lo selama ini. Gue nggak tahu kalau Lo nggak ngebantu Gue? Mungkin, perceraian Gue sama mas Jordi masih berjalan."

Pesawat yang akan dinaiki Elena pun sebentar lagi akan lepas landas, Elena segera memeluk tubuh Rindi dan berpisah dengan sahabatnya itu.

"Gue akan menyusul Lo kesana nanti," teriak Rindi sambil melambaikan tangan nya.

Pesawat pun mulai terbang, meninggalkan kota yang penuh dengan kenangan. Di mana suka dan duka pernah Elena lalui bersama Jordi. 'Selamat tinggal Mas, semoga kamu bahagia bersama Ana. Dan aku juga berharap, jika kebahagiaanku telah menanti, di mana di kota yang akan aku datangi saat ini,' batin Elena sambil menatap ke arah luar jendela.

Dia memasang headset di telinganya dan mendengarkan lagu ambyar yang dinyanyikan oleh almarhum Didi Kempot. Entah kenapa, lagu itu saat ini menggambarkan perasaan yang Elena rasakan.

Biasanya Elena tidak suka dengan lagu ambyar seperti itu, walaupun dia sedikit suka juga dengan lagu dangdut. Akan tetapi, di saat-saat seperti ini, lagu ambyar itulah yang menggambarkan isi hati Elena.

Pikirannya kembali melintasi lorong waktu, di mana pertama kali ia bertemu dengan Jordi, dan bagaimana dulu Jordi menyatakan perasaannya, sampai mereka akhirnya menikah, tetapi tak Elena sangka, jika kebahagiaan itu ternyata hanya sementara. Bahkan sikap dan sifat manis yang Jordi berikan selama ini kepadanya, hanyalah sebuah topeng belaka.

Dia bahkan sudah berpacaran dengan sahabatnya Ana, sejak 1 tahun belakangan. Dan itu Elena ketahui dari bukti-bukti yang selama ini dia cari. Dia mendapatkan semua bukti perselingkuhan Ana dan juga Jordi dari sahabatnya yang ada di kantor Jordi, yang bernama Nando. Karena dulu Elena juga bekerja di kantornya Jordi dan dia bersahabat dengan Nando.

Setelah mengudara 1 jam 30 menit, pesawat pun mendarat dengan selamat di bandara. Setelah itu Elena keluar dan mencari taksi, tapi dia juga bingung ke mana arah tujuannya saat ini.

'Oh iya, apa aku hubungi Ratu aja ya?' batin Elena.

Setelah itu dia mengeluarkan ponselnya, lalu menelpon Ratu sahabatnya. Kebetulan, Ratu adalah sahabat Elena sejak SMP, dan dia kerja di Jakarta.

Setelah mendapatkan alamatnya Ratu, Elena pun meminta sang supir untuk menuju alamat di mana Ratu tinggal. Dan ternyata Ratu tinggal di rumah bibinya.

50 menit perjalanan, mobil pun sampai di depan sebuah rumah berlantai 2, namun minimalis, tapi sangat elegan. Elena pun memencet bel yang ada di rumah itu.

Tak lama gerbang terbuka dan nampaklah Ratu.  "Halo Ele, ya ampun, Gue kangen banget tau sama Lo. Lo apa kabar?" tanya Ratu dengan wajah antusias dan bahagia saat melihat sahabatnya.

"Kabar Gue, ya begitulah," jawab Elena dengan wajah yang sedih.

Ratu tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu pun, segera merangkul bahu Elena, lalu mengajaknya masuk. "Lo duduk sini ya! Gue panggil bibi, Gue dulu," ucap Ratu.

Mata Elena menelisik ke setiap sudut ruangan. Dia sangat suka dengan dekorasi di rumah itu, sangat manis tapi juga elegan. Tak lama Ratu datang bersama wanita paruh baya yang berumur 50 tahun.

"Nih Bi kenalin, ini temen aku Elena dari Surabaya. Dia baru aja cerai sama suaminya Bi, dan dia ke sini mau cari kerjaan. Dan Ele, kenalin ini Bibi aku, namanya  Bi Astrid," ucap Ratu sahabatnya.

Elena mencium tangan Bi Astrid dengan takzim. "Saya Elena, Tante. Salam kenal," ucap Elena.

"Saya Astrid, panggil aja Tante Astrid. Saya Bibinya Ratu. Kamu boleh tinggal di sini, anggap saja rumah sendiri. Lagi pula, di sini hanya ada saya sama Ratu saja," jelas  Tante Astrid.

"Loh, emangnya Tante tidak punya anak?" tanya Elena dengan penasaran.

"Punya, hanya saja anak Tante itu seorang tentara. Jadi dia tidak tinggal di rumah, dia tinggalnya di barack. Dan sebulan sekali pulang ke sini, itu pun mungkin hanya dua hari saja," keluh Tante Astrid dengan wajah sedih.

Setelah berbasa-basi dan berbincang cukup lama, Elena pun diajak ke kamar tamu yang ada di sebelah kamar anaknya Tante Astrid di lantai 2. Sedangkan di lantai 1 adalah kamarnya Tante Astrid dan juga Ratu.

"Bismillah Ya Allah, semoga aku di sini bisa mencari kebahagiaanku, Amin ..." gumam Elena sambil mengangkat kedua tangannya.

Bersambung........

Jangan Lupa Like dan Komentar nya ya🙏😘

Melamar Pekerjaan

Happy Reading......

Malam hari saat Elena baru saja selesai mandi, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk, dan saat dibuka ternyata itu adalah Ratu. Dia mengajak Elena untuk makan malam di bawah bersamanya.

"Yuk, makan malam dulu, " ajak Ratu. Elena mengangguk lalu mereka pun turun ke bawah.

"Sini Sayang makan dulu," ajak Tante Astrid sambil melambaikan tangannya ke arah Elena yang baru saja sampai di tempat makan.

"Iya Tante," jawab Elena.

Setelah itu mereka bertiga pun makan dengan khidmat. "Tante, apa boleh saya menyewa kamar yang di atas?" tanya Elena saat makan malam selesai.

"Kenapa harus sewa, Sayang? Nggak apa-apa kamu tinggal di sini juga, Tante senang kok. Soalnya Tante nggak punya anak lagi selain anak Tante, Rio," ucap Tante Astrid dengan wajah sedih.

"Tante maaf, memang suami Tante ke mana?" tanya Elena dengan nada tak enak.

"Suami Tante, sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Dia terkena serangan jantung, dan saat ini hanya ada Rio, anak Tante. Akan tetapi sayang, dia malah tinggal di barack, karena dia abdi negara. Makanya Tante ngajak Ratu untuk tinggal di sini buat nemenin Tante, karena Ratu juga 'kan kerja di kota ini. Jadi, daripada Ratu ngontrak, mendingan di sini aja tinggal sama tante," jelas Tante Astrid.

"Maaf ya Tan, Elena nggak bermaksud buat Tante sedih," ucap Elena sambil memegang tangan tante Astrid.

Dia merasa tidak enak, sebab sudah membuka luka di hati Tante Astrid. Elena tahu, pasti Tante Astrid sangat kesepian, sebab di tinggal anak dan Suaminya.

"Nggak papa Sayang, Tante nggak sedih kok. Tante hanya kangen aja sama suami Tante. Lalu, kamu ke sini apa sudah ada tujuan? Maksudnya mau kerja, atau bagaimana?" tanya Tante Astrid mengalihkan pembicaraan.

"Iya Tan, aku ke sini mau cari kerja. Mungkin besok aku udah mulai mencari kerja," jawab Elena sambil menatap lurus ke arah depan, dengan tatapan yang hampa.

"Eh Ele, kayaknya di kantor Gue ada lowongan deh. Bos Gue lagi nyari, soalnya sekretaris dia yang kemarin udah ngundurin diri." timpal Ratu, dan sukses membuat Elena menengok ke arahnya.

"Wah, kebetulan dong Tu. Lagian 'kan, Gue juga lulusan manajemen bisnis," ujar Elena dengan antusias.

"Iya, nanti Lo bareng aja sama Gue ke sana besok, tapi Gue saranin Lo buat hati-hati."

"Hati-hati, kenapa?" bingung Elena sambil menatap Ratu dengan alis bertaut.

"CEO yang di sana sekarang itu galak. Memang sih dia tampan, keren, cool, tapi udah dingin kayak kulkas, datar mukanya. Ah, pokoknya mah gak enak deh," keluh Ratu dengan ekspresi yang tak suka.

"Oh, begitu ya! Ya nggak masalah sih, selagi profesional kerja," tutur Elena sambil membereskan piring kotor di meja makan.

"Tapi, kayaknya kalau kamu yang jadi sekretarisnya, aku rasa Bos aku bakalan jatuh cinta deh sama kamu El," kekeh Ratu.

"Apaan sih, Rat. Enggak ah, ngaco kamu. Aku masih belum siap untuk membuka hatiku lagi untuk pria lain," jelas Elena dengan wajah yang sedih.

"Oh, maafkan aku Ele. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih, dan teringat dengan masa lalu kamu. Hanya saja, kau harus menata masa depanmu dan juga kebahagiaanmu. Aku yakin, Allah sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untukmu, dan juga dia yang akan melindungi dan menjagamu suatu hari nanti." Mendengar itu, Elena segera memeluk tubuh sahabatnya dengan erat.

Dia sangat beruntung, sebab di pertemukan dengan sahabat-sahabatnya seperti Ratu dan Rindi.

Setelah bercakap-cakap, mereka pun masuk ke dalam kamar masing-masing untuk tidur dan menata masa depan di esok hari.

-----------------------------

Pagi hari setelah sarapan, Elena dan juga Ratu berangkat menuju kantor memakai mobil Ratu. Elena juga sudah membawa berkas-berkas lamaran dia, dan ternyata kantor Ratu tidak terlalu jauh dari rumah Tante Astrid, hanya butuh waktu 25 menit saja.

"Ayo, Gue anterin Lo ke temen Gue, ke bagian HRD," ajak Ratu sambil menggandeng tangan Elena.

Saat memasuki kantor MQ Group, semua mata memandang ke arah Elena, soalnya wajah cantik Elena membuat semua orang terpana, apalagi kaum pria. Dan itu kenapa dulu, Jordi juga sampai jatuh cinta kepada Elena.

"Baik, Mbak Elena bisa pulang dulu. Nanti saya kabari lagi, apakah Bos menerima lamaran kerja Mbak Elena atau enggak!" ucap HRD yang bernama Reni.

"Baik Mbak, terimakasih," jawab Elena sambil berlalu keluar dari ruangan Reni.

Setelah itu Elena pun pamit untuk pulang pada Ratu. Namun saat dia keluar lift, Elena tidak sengaja menabrak tubuh seorang pria, hingga badannya terhuyung ke belakang, dan hampir saja jatuh. Untung saja sebuah tangan menahan pinggang Elena, hingga membuat tubuh Elena tidak jatuh ke lantai.

Tatapan keduanya sama-sama bertemu dan juga terkunci. Pria itu seperti terhipnotis dengan kedua bola mata indah milik Elena.

"Maafkan saya, Tuan," ucap Elena dengan nada tak enak, sambil melepas pelukannya di pria tampan itu.

Mendengar ucapan Elena, pria itu tersenyum miring, lalu tanpa mengatakan satu kata patah pun, pria itu masuk ke dalam lift dan menuju lantai atas. Elena yang melihat itu tentu saja sangat heran, sebab pria itu tidak mengatakan satu kata patah pun kepadanya.

"Siapa sih cowok itu? Dingin banget. Orang mah jawab kek, iya nggak papa, apa gimana? Main pergi aja kayak jelangkung," gerutu Elena sambil pergi meninggalkan kantor MQ Group.

Elena melihat sepertinya pria itu bukan dari kalangan bawah, dari penampilan dan juga pakaiannya saja, Elena sudah bisa menebak bahwa semua yang dia pakai itu mahal.

Sesampainya di rumah Tante Astrid, Elena pun langsung membersihkan dirinya, lalu menuju ke lantai bawah untuk menemui tante Astrid.

"Tante, ini uang sewa kamar yang Elena tempati Tante," ucap Elena sambil menyerahkan uang selembaran merah 20 lembar pada Tante Astrid.

"Loh Sayang, nggak usah. Tadi 'kan Tante udah bilang, kamu tinggal di sini aja Tante udah seneng. Nggak harus kamu ngasih Tante uang seperti ini," tolak Tante Astrid.

"Nggak papa Tante, aku kan di sini sebagai temennya Ratu. Jadi, aku nggak enak sama Tante. Please Tante, diterima ya! Kalau nggak diterima, nanti aku sedih loh Tan. Aku cari kontrakan aja kalau gitu, " rajuk Elena.

Tante Astrid yang mendengar itu pun, akhirnya menerima uang dari Elena, tapi dia mengembalikan 10 lembar lagi kepada Elena, dan dia hanya menerima 10 lembar saja.

"Loh, kok cuma satu juta, Tante?" bingung Elena sambil menatap uang di tangan Tante Astrid.

"Iya, satu juta saja per bulan ya! Tante nggak mau matokin harga. Segitu aja Tante udah bersyukur banget. Gimana tadi,nkamunditerima apa nggak kerja di kantornya Ratu?" tanya Tante Astrid.

"Nggak tahu, Tan. Kata HRD-nya nanti aku dihubungin lagi," jawab Elena sambil duduk di meja makan.

"Baiklah, semangat ya. Tante berdoa semoga kamu diterima kerja di sana. Kamu juga harus bisa membuka hati kamu kembali, dan menata masa depan kamu. Jangan karena masa lalu yang membuat kamu sakit hati, kamu sampai menutup hati kamu untuk pria lain. Ingat Nak, masih banyak pria yang lebih baik dari mantan kamu, dan Tante yakinx jika Allah itu sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untuk kamu," jelas Tante Astrid sambil mengusap bahu Elena.

"Makasih ya, Tante. Melihat perhatian Tante seperti ini, aku teringat dengan almarhum ibu aku, Tante."

"Emang ibu kamu ke mana?" tanya Tante Astrid.

"Ayah sama ibu aku udah nggak ada, Tante. Mereka kecelakaan saat akan membawa Ibu aku ke rumah sakit, saat akan melahirkan aku Tante," jelas Elena. Tante Astrid pun segera memeluk tubuh Elena dengan erat. Dia tahu apa yang Elena rasakan saat ini. Pasti kehilangan orang yang paling kita sayang tidaklah sangat mudah, apalagi Elena tidak pernah bertemu dengan orang tuanya sedari kecil. Dan selama ini Elena selalu diurus dan dibesarkan oleh Paman dan Bibi Elena yang ada di Surabaya.

Bersambung........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!