“Brukk...” suara tumpukan buku Hanum jatuh dari tangan ketika tanpa disadari dia menabrak seseorang di depannya.
“Maaf, aku tidak memperhatikan langkahku” sambil mengambil buku yang jatuh
Tapi orang yang ditabraknya langsung pergi melaluinya begitu saja.
Hanum hanya bisa melihat punggung seorang pria yang tanpa sepatah kata pun itu pergi.
***
Ketika memasuki kelas, Hanum langsung duduk di sebelah Lukas, laki laki yang cukup tampan namun hanya sebatas sahabat bagi Hanum.
Di semester ke 6 ini, ia mengambil kelas studi Kawasan Asia Tenggara, dan belum mengenal dosen baru yang selama ini berhasil membuat booming mahasiswi satu jurusannya. Banyak yang berkata kalau dosen baru ini sangat tampan dan memiliki badan yang atletis. Namun, Hanum sama sekali belum pernah melihat secara langsung. Kelas yang diambil juga isunya dosen baru inilah yang mengajar.
“Selamat pagi..” ucap pria tampan yang baru saja memasuki kelas.
“Selamat pagi Pak...” balasan dari seluruh isi kelas.
“Perkenalkan nama saya Aditya, saya akan membimbing kalian di kelas ini selama 1 semester kedepan” ucapnya sambil membuka laptop miliknya
Mahasiswi dikelas itu tentu terpana dengan paras dosen baru, yang terlihat masih muda tidak berbeda jauh dengan mahasiswa lainnya. Apalagi dosen tersebut sangat pantas bila berprofesi sebagai aktor karena ketampanannya.
“Hayoo, kamu juga suka ya sama dosen baru itu” bisik Lukas kepada Hanum, karena sedari tadi Hanum seolah menatap Pak Aditya dengan cermat.
“Ih, apaan sih. Ini orang tadi habis nabrak gue. Eh gue bilang minta maaf tapi malah dicuekin” ucapnya sebal
“Jadi pagi ini, kamu sudah bertemu dengannya dulu, dan langsung adegan romantis” sambil terkekeh pelan
“Enak aja, romantis dari mana”
Tanpa mereka sadari Pak Aditya mendekat dan memperhatikan mereka yang menurutnya sudah berisik dan mengganggu kelas.
“Kalian yang disana, saya perhatikan dari tadi ngobrol terus. Apa penjelasan materi saya kurang menarik?”
“Saya pak” balas Hanum dengan pelan
“Iya kalian berdua, apa kalian pacaran?”
“Maaf Pak” jawab Hanum dengan malu karena pandangan satu kelas menatap ke arahnya
“Lain kali saya tidak mentolerir kejadian seperti ini. Kalau kalian mengganggu berjalannya kelas lagi, saya tidak segan untuk mengeluarkan kalian dari kelas saya. Ini juga berlaku untuk semua mahasiswa di kelas saya” ucapnya sambil memperhatikan seluruh kelas.
“Orang angkuh seperti ini banyak yang mengagumi. Cuih....” batin Hanum
Mata kuliah hari ini pun selesai. Namun semua mahasiswi mendekati Pak Aditya, dengan alasan ingin konsultasi dan minta bahan bacaan. Hanya Hanum yang cuek dan keluar, dan sekilas hanya melirik semua mahasiswi yang tergoda oleh ketampanan Aditya. Lukas juga keluar mengikuti langkah Hanum yang cepat.
“Cepet banget jalannya? Kenapa masih sebal yang karena kena semprot dosen baru?” ucap Lukas sambil menggoda Hanum
“Lu tau ga sih gue sebel banget cara dia memperingati kita di kelas tadi. Apa kita serame itu? Lagian lu juga sih ngajak ngobrol.”
“Aku pikir kamu suka juga dengan dosen baru itu seperti mahasiswi lainnya.”
“Ih amit-amit. Ini semua juga gara-gara lu. Kita pasti udah di tandain sama dosen baru itu. Gimana ini” ucapnya sambil merengek
“Udah tenang aja, aku yakin kok Pak Aditya bukan orang seperti itu, pasti orangnya profesional.”
“Pokoknya kalau kelas ini nilai gue jelek. Awas aja, lu gua suruh nemenin buat ngulang semester depan.”
***
Sampai rumah Hanum langsung bersih-bersih dan menyiapkan makan malam bersama ibunya.
“Bu, Hanum sebel deh sama dosen baru ini”
“Kenapa?”
“Masak Hanum dimarahi didepan semua mahasiswa dikelas hanya gara-gara cuman ngobrol bentar. Itupun suaranya juga pelan kok”
“Itu kan kamu yang salah, Hanum” jawab Bu Ratih kepada anaknya
“Eh tapi, Ibu belum tau kan dia juga bersalah dengan Hanum. Dia udah nabrak Hanum tadi pagi, dan Hanum sudah minta maaf, dia hanya diam dan pergi begitu saja. Perilaku dosen mana yang seenaknya seperti itu” gerutu Hanum
“Ya udah jangan diambil hati, lagipula di kelas dia juga Cuma mengingatkan agar mahasiswa nya lebih disiplin” jawab Ibu sambil senyum melihat Hanum.
***
Keesokan harinya Hanum pergi ke kampus seperti biasanya, hanya saja kali ini dia mengambil kelas siang. Mata kuliah ini, yang mengajar adalah Bu Rita. Dosen favorit Hanum, dan ia selalu dipilih menjadi ketua kelas untuk setiap mata kuliah yang diajar.
Setelah memasuki kelas Bu Rita langsung meminta Hanum untuk mengambilkan berkas materi yang ditinggalkan di ruang dosen. Hanum mengiyakan dan langsung menuju ruang dosen. Matanya terbelalak setelah mengetahui Pak Aditya duduk tepat disamping meja Bu Rita. Ternyata tempat Pak Aditya tepat disebelah kanan meja Bu Rita.
“Aduh, bagaimana ini menyapa atau tidak ya?” batin Hanum
“Kalau tidak menyapa nanti kalau dia lihat aku bisa dibilang kurang ajar lagi. Ah bagaimana lagi”
“Siang Pak” ucapnya sambil menunduk
“Siang” jawab Pak Adit tanpa melihat
Hanum langsung bergegas mengambil materi dan keluar ruangan. Ia pun bingung dengan ucapan Pak Aditya tadi seakan lembut tidak seperti kemarin
***
“Dor....”
“Astaghfirulloh. Lukas” sambil melihat belakang
“Makan ngga ngajakin, sendiri aja”
“Apaan sih, lu kalau mau makan, ya makan aja gausah ngagetin bisa ga sih”
Tanpa mereka sadari di seberang belakan mereka ada Pak Aditya yang juga mengamati mereka berdua dari belakang
“Sepertinya mereka memang pacaran” batin Pak Aditya.
Sebenarnya Pak Aditya juga memperhatikan Hanum, ia melihat Hanum sebagai wanita yang cantik dengan rambut panjang dan mempunyai karisma penakluk pria. Memang tanpa disadari beberapa momen pertemuan mereka seolah seperti takdir dari Tuhan.
***
Tidak terasa semester 6 pun hampir selesai. Di kelas Pak Aditya memberikan tugas akhir festival yaitu membuat kelompok negara yang nantinya akan menampilkan negara- negara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Seluruh mahasiswa pun semangat dan antusias untuk mengikuti dan membentuk panitia festival. Nantinya mereka akan menampilkan booth, makanan, maupun baju adat negara masing-masing negara.
Hanum dan kelompoknya pun sibuk mengerjakan hingga akhirnya dia ditunjuk sebagai perwakilan maskot oleh kelompoknya. Ia mendapatkan negara Indonesia diamana nanti ia akan memakai baju adat kebaya dan dipasangkan dengan Lukas.
Acara festival pun dimulai.
Hanum terlihat cantik dengan balutan kebaya. Visual Hanum dan Lukas pasti akan menang dalam parade baju busana adat ini.
Pak Aditya juga mengamati mereka.
“Hanum memang cantik dan memiliki pesona tersendiri” gumam Pak Aditya
Hanum dan Lukas pun mendapatkan voting teratas dari pengunjung yang datang menyaksikan festival tersebut.
Hingga acara selesai, tanpa sengaja Pak Aditya melihat Hanum berjalan sendiri menuju parkiran untuk mengambil mobil nya. Kebetulan mobil mereka terparkir berdampingan. Ketika membuka pintu mobil, Hanum menoleh dan melihat Pak Aditya dan langsung melemparkan senyuman.
Memasuki liburan semester 6, Hanum beserta keluarga berkunjung kerumah sahabat ayahnya yaitu Pak Deri. Mereka adalah sahabat sejak sekolah dan berasal dari kota yang sama yaitu Yogyakarta.
Semenjak setahun belakangan Pak Deri pindah ke kota Jakarta. Pak Rendra sekeluarga juga tak lupa membawa buah tangan untuk diberikan.
Memasuki komplek perumahan mewah, mobil Pak Rendra memasuki halaman gerbang yang besar, rumah yang mewah dengan desain klasik khas Eropa terkesan sangat mempesona bagi siapapun yang berkunjung. Mata Hanum pun terkesan melihat desain rumah itu.
“Benar ini rumahnya Yah?” tanya Hanum yang duduk di jok belakang mobil
“Iya dari alamat yang dikirim sih ini.” Jawab Pak Rendra juga kagum atas rumah mewah tersebut
“Ayo keluar” perintah Pak Rendra
Mereka pun keluar dari mobil dan langsung disambut oleh Pak Deri dan istrinya Bu Dena
“Halo, bagaimana kabarnya Ren? Lama tidak bersua.” Sapa pria tampan berumur paruh baya dengan wajah ramah dan tersenyum
“Alhamdulillah baik Der. Nggak nyangka sekarang kita satu kota. Bagaimana keadaanmu?”
“Yah beginilah baik. Ayo masuk!” Pak Deri mempersilahkan masuk
“Bagaimana kabarnya Jeng Rita?” sapa Bu Dena dengan memeluk dan menuntun Bu Rita masuk ke rumah mengikuti Pak Rendra dan Pak Deri dari belakang
“Ayok kalian sini masuk” ajakan Pak Deri ke Hanum dan adiknya Kelen
Mereka duduk di ruang tamu rumah itu dengan sofa yang sangat empuk dan lembut. Beberapa vas pun di atur dengan bagus. Dua orang pembantu pun keluar membawakan minuman dan makanan.
“Makasih mbok”
“Ayo mari minuman dan makanannya. Jangan sungkan-sungkan!” Bu Dena mempersilahkan.
“Ini pasti Hanum? Wah kamu sudah besar dan cantik sekali ya.” Kata Pak Deri dengan melihat kearah Hanum
“Iya om, saya Hanum”
“Kamu sekarang kuliah atau kerja?”
“Kuliah om”
“Dimana?”
“Di Universitas Pelita Harapan om.”
“Loh anak om juga dosen disana. Namanya Aditya.”
“Oh iya om” sambil memikirkan nama Aditya, tapi Hanum berpikir bahwa banyak yang bernama Aditya tidak mungkin kebetulan.
“Habis ini juga datang. Tadi pamit keluar sebentar menemui temannya”
Ketika mereka semua asyik mengobrol. Tiba-tiba terdengar suara mobil memasuki bagasi rumah. Terlihat laki laki tampan memasuki rumah. Hanum terbelalak karena mengenal sosok tersebut adalah dosen nya sendiri.
“Oh ini Aditya?” tanya pak Rendra dengan decak kagum melihat ketampanan Aditya
“Eh ada tamu. Iya om, saya Aditya” jawabnya dengan tersenyum dan menunduk
“Aditya ini Om Rendra dan Tante Rita serta anaknya Hanum dan Kelen” ucap Pak Deri memperkenalkan keluarga tersebut
“Oh iya Pah. Halo Om, tante, Hanum, dan Kelen” menyalami mereka
“Mati.. dosen gue ternyata. Aduh gimana ini?” sambil menyembunyikan wajahnya
“Oh iya Dit, ini Hanum kuliah di kampus tempat kamu mengajar lo.” Sambil melirik ke arah Hanum
“Halo, Pak Aditya?” terpaksa Hanum menyapa karena dia tidak mau berbuat konyol di depan keluarganya apabila pura-pura tidak kenal Aditya
“Oh Hanum. Iya ini mahasiswi Adit, Pah.”
“Jadi kalian sudah saling mengenal? Bagus mungkin kita bisa besanan” ucap Pak Deri dengan memberi kode ke Pak Rendra
“Hahaha... boleh juga” sambut pak Rendra pada sahabatnya
Aditya pun ikut bergabung dengan mereka. Percakapan hangat dengan disambut tawa candaan pun menjadikan suasana yang menyenangkan, kecuali Hanum yang terlihat kikuk di depan dosennya. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, keluarga Pak Rendra pun berpamitan. Pak Deri memeluk erat dan berjanji juga akan berkunjung ke rumah sahabatnya.
...****************...
“Huh....” Hanum menghela nafas panjang di dalam mobil
“Kenapa Num?” tanya ibunya
“Ngga Bu.”
“Aku ngga mau lagi ikut dalam acara pertemuan ini” batin Hanum
“Oh iya Num, ganteng juga ya Aditya. Kok kamu ga pernah cerita kalau punya dosen seganteng itu?” tanya Bu Rita
“Hanum pernah cerita Bu. Dia dosen yang memarahi Hanum di kelasnya waktu dulu.”
“Kalau Ibu sih bakal betah di kampus kalau punya dosen seperti itu”
“Ih Ibu... Hanum aja menghindari dia, karena sudah memberikan kesan pertama yang menakutkan” jawab Hanum kesal
...****************...
Memasuki semester 7, Hanum lebih sibuk dari biasanya. Bagaimana tidak, dia harus mengambil skripsi jadi waktunya akan dihabiskan banyak di kampus. Ia sibuk membuat proposal yang akan diajukan.
Keesokan harinya, jadwal dosen pembimbing skripsi sudah keluar. Ia melihat di papan pengumuman. Betapa kagetnya, dia mendapatkan dosen pembimbing Pak Aditya. Wajahnya terlihat murung seolah tak suka. Sebaliknya, semua mahasiswi mengingikan Pak Aditya menjadi dosen pembimbingnya.
“Ya Allah. Ujian apalagi ini? “ gerutu pelan Hanum
Hanum menjauh mundur dari papan pengumuman, berjalan menuju kantin.
“Hanum” teriak Lukas dari kejauhan
“Kenapa wajahmu begitu?” lanjut nya
“Lukas gimana nih, gue dapet pak Aditya” ucapnya memelas
“Hahaha.... kenapa bisa sih” sambil tertawa seolah puas
“Mana gue tau. Kalau bisa mah gue ganti dosen pembimbing”
“Mana bisa. Kecuali kamu mengajukan proposal baru lagi semester depan. Tapi dengan konsekuensi kamu bisa saja menambah semester lagi. Karena pasti akan kalang kabut kalau cuman satu semester”
“Gue pasti bisa. Cuma 2 semester bimbingan kok. Pasti bisa. Lagian ga bakal ketemu setiap hari paling seminggu sekali untuk konsul.” meyakinkan diri
“Bagus. Lagian dia paling udah lupa kejadian memalukan itu dengan banyaknya mahasiswa” balas Lukas menyemangati Hanum
“Iya juga ya emang gue siapa. Sementara banyak banget mahasiswi yang nguber dia” menenangkan diri
“Udah sana pesen makanan dulu. Kita butuh tenaga di semester ini.” Imbuh Lukas
“Oke.”
...****************...
Hari ini jadwal konsultasi pertama Hanum. Dia pergi ke kampus dengan semangat dan sudah menemukan beberapa sumber bacaan yang nanti akan dikonsultasikan
Ketika memasuki ruang kubikel Pak Aditya. Hanum langsung menyapa
“Selamat pagi Pak, saya mau konsultasi mengenai skripsi saya.” Sapa Hanum sambil tersenyum
“Pagi. Iya silahkan” jawab Aditya sambil melihat Hanum
Hanum menjelaskan niatnya untuk materi dan fokus skripsi yang diambil. Dia sudah menyiapkan semuanya. Berharap nanti akan mendapatkan pencerahan dari Aditya.
Aditya menelisik melihat Hanum dan terpesona dengan kecantikan Hanum saat menjelaskan semua materinya. Wanita ini memang begitu enak dilihat, ia merasakan bahwa Lukas juga pasti menyukainya. Aditya menganggap bahwa tidak ada pertemanan antara wanita dan pria tanpa melibatkan perasaan sama sekali. Diantara salah satunya pasti ada yang suka atau bahkan kedua-duanya.
“Bagaimana Pak?” ucap Hanum berulang kali
Karena melihat Pak Aditya yang sedari tadi terlihat melamun
“Oh iya. Bagus juga rencanamu coba lanjutkan dan buat beberapa kerangka apa yang akan kan cari dari penelitian skripsi mu ini” jawab Aditya dengan malu tapi tegas karena takut terlihat tidak konsen mendengar penjelasan Hanum.
Hari-hari Hanum dipenuhi dengan aktifitas ketat mempersiapkan skripsi nya dengan mencari bahan bacaan di Perpustakaan kampus. Lukas juga setia ikut menemani Hanum. Ia juga mencari beberapa referensi, terkadang mereka berdua bertukar pikiran mengenai skripsi mereka.
Di semester ini juga Hanum mengambil Praktek Kerja Nyata (PKN), ia berencara untuk mengajukan ke sebuah Perusahaan besar di Jakarta yaitu PT Cakrawala Putra. Hanum menyusun dan mengirim surat persetujuan PKN di Perusahaan tersebut.
“Num, kamu ngambil PKN nya kapan untuk semester ini?” tanya Lukas
“Oh iya. Gue sempet lupa kalau harus ambil PKN. Tapi gue sudah berencana untuk mengajukan di PT Cakrawala Putra. Mungkin setelah judul skripsi sudah disetujui. Gue akan langsung mengajukan PKN sekalian. Sehingga tetap bisa mengerjakan skripsi di sela sela kegiatan PKN.” Balas Hanum
“Oh. Kamu apa ngga ribet harus mengerjakan keduanya?”
“Ngga kok. Lagian gue cuman nyicil skripsi sedikit-sedikit sih supaya gue ngga kaget nanti di semester 8.”
“Iya deh aku tau kamu kan meskipun pecicilan tapi tetap tanggung jawab dengan tugas”
“Nah itu lu tau” sambil mengedipkan satu mata genit ke Lukas.
Lukas mencermati wajah Hanum yang serius dengan buku buku di depannya. Ia kagum pada sosok Hanum yang meskipun ceroboh tapi bisa dengan tegas mengerjakan apa yang ditugaskan.
Lukas sebenarnya suka sama Hanum. Dan selama ini dia juga tidak pernah manggil Hanum dengan sebutan lu gue. Cuman hanya Hanum tidak merasakan apa yang dirasakan Lukas jadi dia tetap memanggil dengan santai. Lukas juga berpikir kapan ia bisa berganti status dari sahabat menjadi pacar.
“Yuk ke kantin. Gue laper nih, Kas” ajak Hanum
“Yah baru aja berapa jam udah laper aja” balas Lukas
“Gue tadi pagi belum sarapan, karena buru-buru berangkat. Kalau lu ngga mau yaudah gue berangkat sendiri aja”
“Iya yaudah aku anterin” balas Lukas sambil membereskan buku-bukunya.
Sesampainya di kantin dia bertemu dengan Pak Aditya yang sedang minum kopi sambil menatap laptop dan beberapa mahasiswi yang mengkerumuninya sedang menanyakan soal tugas atau materi lainnya. Hanum hanya melirik dan langsung berbicara dengan Lukas.
“Kas lu tau ngga kalau papanya Pak Aditya sebenernya sahabat bokap gue”
“Ha? Baru tau aku. Gimana kamu tau. Pertama ketemu Pak Aditya aja kamu ngga pernah bilang tentang ini” jawab Lukas penasaran
“Iya jadi pas liburan kemarin, gue diajak sama bokap ke rumah sahabatnya yang baru pindah ke sini selama setahun belakangan. Gue baru tau kalau Pak Aditya itu anak dari sahabat papa.”
“Terus gimana reaksi dia ketemu kamu?”
“Seperti biasa dingin. Yaudah gue cuekin meskipun diawal juga basa basi menyapa aja sih. Cuman gue kikuk takut kalau dia mengadukan perilaku gue di depan bokap” sambil cemberut.
Lukas hanya tersenyum mendengar ucapan Hanum.
Namun di seberang tempat duduk mereka, Aditya juga melihat kedekatan antara Hanum dan Lukas. Aditya sebenarnya tau kalau tadi Hanum melewatinya, namun ia sengaja tidak mau melihat ke arah Hanum. Untuk mengetahui reaksi Hanum.
Nyatanya Hanum hanya melewati tanpa menyapa. Ia berharap setidaknya Hanum menyapa seperti mahasiswa maupun mahasiswi disana. Terlebih Hanum merupakan mahasiswi bimbingannya. Ia merasakan tembok tinggi dan besar yang sengaja di bangun oleh keduanya terutama Hanum.
...****************...
Bangunan megah dan besar serta menjulang tinggi berada di hadapan Hanum. Ia menatap kagum terhadap perusahaan PT Cakrawala Putra tersebut. Siapa yang memiliki gedung sebesar ini, pasti mereka adalah orang beruntung. Hanum pun memasuki pintu masuk gedung tersebut.
“Selamat siang Nona, ada yang bisa dibantu?” tanya salah satu resepsionis dengan ramah
“Siang. Saya diminta untuk menemui Bu Della bagian HRD sini. Apakah beliau ada di tempat? Jawab Hanum sopan
“Oh iya sebentar saya telfon dulu divisi HRD. Atas nama nona siapa?”
“Saya Anindita Hanum yang kemarin mendapat email untuk menemui Bu Della.”
“Bisa ditunggu sebentar” sambil menunjuk kursi di depan resepsionis untuk menunggu
“Baik.”
Selang 1 menit berbicara. Salah satu resepsionis menutup telpon dan langsung menghampiri Hanum.
“Silahkan Nona Hanum, saya antarkan ke ruang HRD di lantai 3” sambil menuntun Hanum
“Baik. Terimakasih” jawab Hanum dengan tersenyum
Setelah memasuki lift pun mereka sampai di lantai 3. Mereka memasuki ruang HRD dan langsung menuju ruang pribadi Bu Della
“Tok..tok..tok” ketuk resepsionis yang mengantar Hanum
“Iya, silahkan masuk” ucap wanita dari dalam ruangan tersebut
“Bu Della, ini Nona Anindita Hanum yang tadi mau menemui Ibu” ucap resepsionis dengan sopan
“Iya silahkan duduk Nona Anindita Hanum” mempersilahkan Hanum untuk duduk.
Wanita yang dilihatnya sangat berwibawa dengan usia 40-an. Suara tegas dari beliau seolah mempertegas jabatannya sebagai Kepala Divisi HRD.
“Jadi rencana mau PKN berapa lama?” tanya Bu Della
“Iya Bu. Selama 2 bulan.”jawab Hanum sopan
“Baiklah. Apa dibawa proposal pengajuan PKN nya ?”
“Iya ini. Silahkan Bu”
“Baik, anda bisa mulai PKN pekan depan. Sementara anda akan dimasukkan di Divisi bagian kerjasama.” Ucapnya lembut
“Baik Bu terimakasih untuk bantuannya”
“Iya sama-sama. Oh iya nanti akan diantarkan oleh salah satu rekan saya tempat ada dan bagaimana peraturan disini” jawabnya
Tidak lama kemudian masuklah seorang wanita yang ditugaskan untuk memberitahu peraturan dan tempat dimana Hanum akan ditempatkan. Wanita itu bernama Seila, dia akan memberi tahukan bahwa ada 1 lift dari lantai dasar yang tidak boleh dinaiki oleh siapapun kecuali para petinggi. Hanum juga tidak boleh berangkat melebihi jadwal karyawan lain meskipun ia hanya PKN disana. Setelah semua peraturan sudah diberitahukan. Seila langsung mengantarkan Hanum ke ruangannya. Di sana sudah tersedia ruang kubikel tempat Hanum akan melaksanakan PKN nya.
...****************...
Sesampainya di rumah Hanum langsung menghampiri Ibunya
“Bu. Hanum lapar mau makan?” minta Hanum kepada Ibunya
“Tumben. Akhir-akhir ini kamu sering melewatkan sarapan pagi tapi sekarang malah merengek minta makan.”
“Ih Ibu. Hanum kan sibuk. Ini Hanum baru bisa sedikit lega karena sudah mendapat tempat PKN” sambil duduk di meja makan
“Oh. Terus kamu diterima di dimana nak?” sambil membawakan makanan ke meja makan
“Di PT Cakrawala Putra Bu. Alhamdulillah sesuai dengan harapan Hanum” ucapnya senang
“Hhhmm yaudah makan dulu”
Sebenarnya Ibu tau kalau Perusahaan itu adalah milik keluarga Deri yang tak lain adalah sahabat ayahnya. Namun Bu Rita sengaja diam karena takut Hanum pasti akan menolak untuk mengambil tawaran PKN tersebut. Karena Bu Rita tau kalau Hanum memang sengaja tidak mau selalu berkaitan dengan Aditya. Padahal Bu Rita sangat suka dengan Aditya, ia merupakan anak yang sopan dan baik. Terlebih latar belakang pendidikan yang menakjubkan. Aditya lulus menyabet pendidikan Masternya dari University Of Birmingham yang ada di Inggris. Sejauh ini pasti banyak sekali Ibu-Ibu di luar sana yang menginginkan Aditya sebagai menantunya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!