NovelToon NovelToon

SEMUA TENTANG HAIFA

1. KESEPIAN

Drama kekonyolan kak Hasyim untuk menjodohkan Haifa masi saja berlaku.

Haifa merasa bosan tiap ada teman kakaknya datang pasti ka Hasyim menyuruh haifa untuk membuatkan minuman untuk mereka.

Tapi haifa selalu mencari alasan agar tk keluar dari kamarnya. Padahal ada mbak siti di rumah yang bisa membuatkan minuman.

Kak Hasyim terkesan ingin sekali Haifa cepat menikah, karena Haifa sekarang menjadi gadis pendiam dan tk memiliki banyak teman laki2, bisa di katakan jomblo akut, sejak kepergian Abi untuk selamanya sejak 2 tahun yang lalu, Haifa memang lebih sering diam menyendiri di kamarnya, di tambah umi dan kak Hasyim yang harus sibuk mengurus usaha batik Abi sekarang ini, yang dulunya umi selalu ada di rumah, sekarang harus bolak balik keluar kota untuk mengecek stok batik. Sedangkan kak Hasyim melebarkan sayap dengan membuka cabang di luar JAWA..

Sebenarnya Haifa kesepian, hanya mbak siti yang selalu menghibur Haifa dan menemani setiap malamnya bila kak Hasyim dan Umi pergi keluar kota.

Saat ini usia Haifa 22 tahun, keinginan untuk menjadi dokter pupus sudah, karena dulu Abi tak bisa jauh dari Haifa, tapi ternyata alasan abi tk bisa jauh, justru Abi yang meninggalkan Haifa untuk selamanya, Haifa tk menyesal, namun kesepian dan kerinduanya pada Abi semakin dalam dikala sepi, seperti malam ini. Setelah makan malam Haifa berbincang dengan mbak siti.

" Mbak siti... malam ini tidur sama adek ya? Fa takut di kamar sendiri! kak Hasyim sama umi kapan pulang mbak? Haifa menghampiri mbak siti yang sedang menumpuk piring kotor.

"Mbak siti nggak tahu dek, yang mbak dengar dari mas Hasyim besok sih pulangnya." mbak siti membereskan meja makan

"Adek kesepian mbak, sekarang umi jarang di rumah, gak kayak dulu lagi."

Haifa sedikit cemberut

"Yang sabar ya dek, kan ada mbak siti yang menemani adek." sambil memeluk Haifa.

Haifa tersenyum dan mneratkan pelukan pada mbak siti.

Kesokan harinya umi pulang sekitar pukul 7 pagi... karena mobil travel yang ditumpangi umi ada masalah di jalan.

"Assalamualaikum.. adek, apa kabar?"

Umi Nur memeluk Haifa yang masih duduk di meja makan

"Wa alaikum salam Umi, Alhamdulillah adek sehat Umi, Umi sendiri apa kabar? Pasti capek ya mi, sini Haifa pijitin"

Haifa memulai memijat pundak uminya

"Nggak usah dek, lagi pula Umi mau mandi dulu, sudah bau ini, dari kemarin belum mandi, travel yang Umi tumpangi ada sedikit masalah di jalan, jadi harus nunggu di perbaiki kira2 dua jam lah, untung saja bukan di tengah hutan dek, masih deket perkampungan juga". ucap Umi yangbterlihat lelah dan lesu.

"Alhamdulillah ya mi, tidak terjadi apa apa, lagian kenapa gak naik mobil sendiri aja umi? kan bisa leluasa, gk harus nunggu kayak gitu" sambil memijat tangan uminya

"Lo Abi juga gk suka naik mobil sendiri dek, kecuali bawa barang banyak, dan enaknya to dek umi bisa sharing sama temen temen sesama pedagang batik lo, soal harga, bahan, juga harga produksi, biar sesuai standar penjualan dek." tutur Umi mulai menjelaskan alasan naik travel.

"Betul juga ya Umi, abi juga sudah langganan sama travel yang sering abi tumpangi, jadi mereka juga sudah paham kemana umi melangkah" Haifa me ganggukkan kepalanya

"Betul dek, supir travel sangat menghormati umi, bahkan beliau yang memberitahu banyak hal tentang Abi" Umi tersenyum.

"Ah jadi kangen sama Abi umiii" Haifa memeluk sang umi.

"Perbanyak doa ya sayang, biar Abi di lapangkan kuburnya." ucap Umi menasehati Haifa.

"Amiin Umi, oh ya Umi, kak Hasyim kapan pulangnya? perasaan hampir 1 minggu deh kakak gak pulang?" tanya Haifa yang nampak penasaran.

"Kangen ya? kalau ada mah berantem mulu." Umi menautkan kedua alisnya.

"Habisnya kak Hasyim rese banget suka jodoh2in adek sama temen2 nya." Haifa terlihat cemberut.

"Memang adek tahu gitu, kakak mau jodohin adek sama temen temen kakak?"

Umi mulai penasaran dengan cerita Haifa.

"Ya tahulah, secara teman2 kakak pengusaha semua, dan kalau adek lagi jalan sama temen adek, Ada saja yang samperin adek, katanya, adiknya Hasyim ya? mau gak jadi istri abang." ucap Haifa sambil manyun, Haifa memeragakan bagaimana teman2 kakak nya sedang menggodanya.

" Hahahaha segitunya kah dek temen2 kakak? Pasti adek jadi terkenal, sedangkan kak Hasyim kan temanya banyak." Umi mencubit hidung Haifa yang mancung hingga memerah.

"Sebel tahu umi, makanya adek jarang keluar dan gak banyak teman cowok, coba bayangin deh mi.. tiap pergi sama temen cewek aja, pasti ketemu temanya kakak, Gimana kalau sama cowok, yang ada di aduin dong sama kakak." Gerutu Haifa pada uminya.

"Sekarang umi tahu deh, alasan adek gk mau pacaran, hahaha, jadi kak Hasyim cuma salah paham saja dek, di bilangnya adek yang gak mau pacaran, maunya langsung nikah yang bener yang mana dek? umi jadi bingung" Umi menaruh jari telunjuknya pada pelipisnya.

"Auk ah mi,adek mau ke kampus dulu, 2 hari lagi ada seminar" Haifa mulai mengalihkan pembicaraan itu.

"Lo bukanya adek sudah hampir wisuda.. ngapain masih ngurus kayak gituan?"

umi sedikit kaget karena Haifa masih saja aktif padahal sudah mau wisuda.

" Apa salahnya mi, bantu2 senior, toh biasanya adek di rumah juga Kesepian " Haifa mencari alasan.

" Heeemmmm.... Ceritanya lagi protest ni sama umi, maaf ya dek, jadi sering ninggalin adek keluar kota, tapi Percayalah sama umi, umi sayang banget sama adek dan kakak" Umi meneteskan air mata.

"Umi... adek tahu kok, makanya adek selalu ada di rumah, biar umi sama kakak gak terlalu memikirkan adek, lagipula adek juga sudah besar, sebentar lagi wisuda dan bekerja, jadi adek juga akan punya kesibukan sendiri umi." Sambil menyela air mata umi dengan ibu jarinya.

" Ternyata sebentar lagi umi yang akan kesepian, kalau kalian sudah sibuk dengan pekerjaan kalian masing - masing, aaah... kangennya sama masa kecil kalian." Umi memeluk Haifa dg erat.

"Makasih Umi, sudah menyayangi Haifa dengan sepenuh hati umi" Haifa mencium pipi uminya.

"Sama - sama sayang, katanya mau ke kampus, malah jadi mewek gini" Umi melepas pelukan nya.

"Hahahahaha... iya Umi, Gimana pijatan adek Umi?" Haifa memasang wajah bahagia.

"Enak juga dek, sudah pantes ni punya suami." Umi menggoda dengan senyumanya yang khas.

"Ahhhh..Umi kayak kakak saja pengenya adek cepet nikah, kenapa gak kakak aja yang duluan nikah?" Haifa sedikit kesal.

"Kakakmu gak mau nikah sebelum kamu nikah duluan dek." Umi memberi alasan .

"Iya... iya.. adek akan nikah duluan, tapi nanti kalau sudah ada yang pas di hati".

Haifa memandang uminya dan tersenyum.

Mereka tertawa bersama, dan pergi ke kamar masing masing.

________________________ 

Maaf ya tante... om... kakak... masih belajar

Jadi masih banyak typo nya

Makasih yang sudah komen dan kasih Masukkan.. jadi semangat deh nulisnya

2 . PERTEMUAN

Sore hari sekitar jam 5 sore, Haifa sudah kembali dari kampusnya. Dia melihat mobil kakaknya sudah berada di garasi.

"Alhamdulillah kakak sudah di rumah."Haifa tersenyum manis.

Haifa memarkir motornya di garasi, dan masuk ke rumah.

"Assalamualaikum..assalamualaikum... assalamualaikum.. kok gak da yang jawab ya."Haifa tengak tengok di ruang tamu.

"Mungkin umi dan kakak sedang di belakang." ternyata dugaan Haifa tidak salah, Haifa mengulangi salamnya kembali saat melihat umi dan kak Hasyim di belakang rumah.

"Assalamualaikum Umi... kakak." tak lupa memeluk umi Nur dan mencium pipinya.

"Waalaikum salam..." jawab umi dan kak Hasyim

" Kakak kapan pulang?" sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman, tak lupa mencium punggung tangan kakaknya.

"jam 11 siang dek, Gimana skripsinya dek?" kak Hasyim mengintrogasi Haifa karena rasa sayang dan perhatian yang selalu ia curahkan pada adik semata wayangnya.

"Alhamdulillah sudah selesai kak, insya Allah 2 minggu lagi sidang skripsinya." Haifa menjawab dengan semangat.

Kak Hasyim mengangguk dan menyentil hidung Haifa.

" Auuu.... sakit kak." Haifa memegang hidungnya yang sedikit memerah.

"Rencananya habis wisuda mau kemana dek?" yanya umi pada Haifa, yang sedang memilih batik yang baru di bawa mbak mbak penjahit.

"Dosenku bikin sekolahan baru mi, mungkin ngabdi dulu deh, sambil cari sekolahan yang sesuai dg jurusan adek."

Haifa tampak ragu dg jawabanya sendiri.

"Kayaknya jawaban adek ngambang deh?" selidik kak Hasyim

"Dek, mantapin hati dan tujuan, kalau sdh sreg, baru ambil keputusan, ok sayang?"

umi mengelus kepala Haifa dengan kasih sayang

"Baik umi, hah...adek merasakan sesuatu yang gk bisa adek ungkapkan umi, entah itu apa, adek gk mengerti "

Haifa merasakan sedikit kegelisahan yang tidak dapat ia gambarkan apa yang di rasakanya.

Kak Hasyim yang menangkap adanya kegelisahan pada Haifa, akhirnya memberanikan untuk bertanya.

"Jangan jangan adek lagi jatuh cinta ya?"

kak Hasyim menyelidik dengan muka masamnya.

"Engggak lah, temen cowok aja adek gk punya kakak." Haifa membela diri.

"Yang bener?" kata kak Hasyim sambil mencubit hidung Haifa kembali sampai merah.

"Kakak..... sakit." Haifa mengejar kakaknya yang sudah berlari Meninggalkan Haifa dan uminya.

Malam harinya sehabis solat isya', Haifa besarta umi dan kakaknya bercengkrama di ruang keluarga.

"Dek besok malam temen kakak mau main kemari." kak Hasyim sedikit menggoda Haifa.

"Terus hubunganya sama adek apa? kalau mau main ya main aja, ngapain harus tanya sama adek?" Haifa menggerutu kesal.

"Ya... gk ada sih, adek gak ada acara kan besok malam?" kak Hasyim memastikan kegiatan Haifa untuk esok hari.

"Acara seminar besok sampai jam 4 sore kak, adek juga gk sampe sore mungkin, ada bimbingan revisi skripsi jam 3 soalnya." Haifa kembali mengingat acara yang ada untuk besok.

"Ya sudah jangan mampir ya dek,langsung pulang saja." kak Hasyim memperingatkan Haifa dengan pandangan sedikit serius.

"Ada apa si kak? biasanya adek pulang sore juga gak apa apa?" Haifa sedikit takut saat melihat mata kakaknya.

"Gak tahu dek, perasaan kakak gk karuan, entah apa itu, ya sudah kakak ke kamar dulu ya dek?" Kak Hasyim pergi Meninggalkan ruang keluarga.

Haifa melihat Uminya yang sudah tertidur di disebelahnya, kemudian membelainya dengan penuh kasih sayang, tak lupa mencium pucuk kepala uminya.

"Pantesan dari tadi umi gak ikut ngomong ternyata sudah tidur to?" gumam Haifa sambil menggoyangkan tubuh uminya yang sudah terlelap.

"Umi... pindah ke kamar yuk?" Ajak Haifa pada uminya.

Umi Nur meng iyakan ajakan Haifa dan sama2 menuju kamar masing2.

🌟🌟🌟

Pagi hari ini Haifa sengaja berangkat lebih pagi, karena ingat janjinya pada sahabatnya untuk membantu mereka di acara seminar kali ini. Yang merupakan seminar terakhir bagi Haifa sebagai mahasiswa.

Sesampainya di kampus Haifa menghampiri teman2nya yang sudah ada di Auditorium kampus yang telah di sulap menjadi tempat untuk seminar hari ini.

"Assalamualaikum Sarah, Devi, Hani,

assalamualaikum... semuanya" haifa melambaikan tangan pada sahabat2 nya yang tak bisa di sebutkan satu persatu namanya.

"Waalaikum salam..." Jawab mereka serempak.

"Sarah, apa semuanya sudah beres?" Tanya Haifa kepada sahabatnya itu.

"Alhamdulillah Fa,99% sudah " jawab sarah dengan semangat

"Yang 1 % nya kemana" Tanya Haifa heran

"1% nya kalau dosen pematerinya sudah sampai di sini dengan Selamat." Devi menjawab pertanyaan Haifa.ldwngan terkekeh.

" Kamu itu Ya, bercandanya keterlaluan." Haifa memukul pundi sahabat nya pelan.

" Fa sudah pernah ketemu dosen pematerinya belum?" tanya Hani pada Haifa.

"Mana sempat dia Han, skripsinya aja yang di kerjakan, gk kayak kita, masih semester 8 aja, bahkan judul skripsi kita pun belum pernah di acc sama sekali." celetuk devi yang membuat Mereka berempat serempak tertawa bersama.

"Kayaknya baru kemarin ya kita ikut MOS, gak tahunya sdh mau wisuda aja" Haifa tersenyum pada sahabat2nya.

"Itu kamu fa, kita mah belum." jawab Sarah mengomentari kata kata Haifa.

"Iya.. iya, aku wisuda duluan, kalian th depan ya, aku tunggu undangan kalian." Haifa memeluk devi disambut sarah dan Hani, merekapun saling memeluk satu sama lain.

Belum dijawab perkataan Haifa, Heri dan Juan selaku seksi Humas dan ketua BEM memanggil Haifa dan sahabat2nya.

"Assalamualaikum... Haifa, Sarah, devi,

Hani." ucap Heri.

Gus Fadil kaget saat nama Haifa di panggil, jantungnya berdetak kencang, seakan akan ingin melompat keluar.

"Waalaikum salam..." jawab mereka kompak.

"Kenalkan ini Dosen Pemateri hari ini teman2." Heri memperkenalkan pada teman2 nya

" Masih ingat dengan kami kan pak?" Sarah mengawali pembicaraan mereka.

"Insya Allah masih lah,cuma...." jawaban Gus Fadil menggantung, sambil memandang Haifa.

" Oh ya... kenalkan Haifa Assyafiq" Heri memperkenalkan Haifa pada Gus Fadil.

"Haifa pak... biasa di panggil Fa pak" Haifa menganggukkan kepala dan menyatukan kedua telapak tanganya.

"Panggil saya Fa juga... hahahaha" Gus Fadil tertawa

"Bapak mah bisa aja.. hahahaha" Jo yang baru masuk pun ikut tertawa bersama mereka. Rasa Kecanggungan gus Fadil Pun hilang seketika, di sambut dengan gelak tawa dan canda yang mereka lontarkan.

Pertemuan kali ini sungguh rencana Allah,

Gus Fadil merasa kagum pada Haifa dewasa, Berbeda dengan Haifa kecil 10 th yang lalu.

 

Maaf ya... masih banyak typo

Mohon Masukkan dan likenya ya...

terima kasih

3 . AKU SUDAH MANTAP

Auditorium tempat seminar terlihat sudah penuh dg mahasiswa mahsiswi peserta seminar pagi ini. Tak terasa waktu istirahat telah tiba, Pemateri seminar serta Asisten dipersilahkan untuk istirahat.

"Maaf pak Fadil silahkan istirahat dan mohon maaf bila hidangan yang kami sediakan hanya ala kadarnya" Firman sebagai ketua seksi humas mempersilahkan hidangan makan siang presmanan

"Santai aja dek, menurut kami ini berlebihan, terima kasih banyak" ucap Gus Fadil dengan tersenyum

Saat itu juga Haifa meminta izin pada Firman, sebab tak bisa mengikuti acara sampai selesai

"Assalamualaikum kak Firman... Maaf fa minta izin dulu kak, gk bisa ikut sampai akhir, ada bimbingan skripsi jam 3 nanti"

Haifa meminta izin firman

"Eh iya fa, gak pa2, ikut sidang skripsi 2 minggu lagi fa" Firman bertanya..

"Insya Allah kak, Maaf ya pak Fa... saya pamit undur diri" Haifa menunduk dan berlalu pergi Meninggalkan gedung audit.

"Silahkan ... semoga berhasil ya." Gus Fadil menyemangati Haifa

" Terima kasih pak... Mari semuanya. Assalamualaikum" Haifa mengucapkan salam.

" Wa alaikum salam" Jawab mereka serempak

Gus Fadil memandang kepergian Haifa.

Gus Fadil pov

Benarkah itu Haifa? adik dari mas Hasyim?ya.... Haifa Assyafiq, sama nama belakang dengan mas Hasyim Assyafiq, mungkinkah dia tak mengenaliku? kau sudah banyak berubah dek, tambah cantik, kenapa dg hatiku? Jantungku berdegup kencang sekali, Astaghfirullah... aku gak biasa seperti ini? apa ini? seakan mau copot saja. Ah... debaran jantungku sangat tidak beraturan, dg reflex Gus Fadil meremas dadanya sebelah kiri.

🌟🌟🌟🌟

Firman dan Zein sang asisten Gus Fadil yang melihat Gus fadil meremas dadanya pun langsung kaget.

"Gus? mau istirahat dulu? jangan di paksakan kalau sedang sakit" Zein nampak cemas dengan keadaan Gusnya.

"Aku gak apa2 Zein, mungkin saya minta di undur sedikit waktunya, cuma15 menit saja, saya pengen menelpon ummah di rumah." Gus Fadil izin Meninggalkan mereka berdua.

" Monggo gus." (Silahkan Gus)

Gus Fadil meninggalkan ruang istirahat.. dia berusaha menghubungi ummah yang ada di Demak.

Tuuut...tuuut.... tuuut..

"Assalamualaikum Ummah... hik... hik... hik" Gus Fadil meluapkan emosi yang ada di hatinya yang tk bisa ia gambarkan pada ummahnya.

"Wa alaikum salam... Lo nang? turine lagi seminar, la kok malah nangis iku? enek masalah opo? ( Lo nak,katanya lagi seminar, kok malah nangis, ada masalah apa?? ) ummah heran gak pernah gus Fadil menelpon sambil menangis seperti ini kecuali? kenangan 10 th yang lalu pun terlintas di benak Ummah...

"Nang... Fadil... awakmu ndak wes pethuk Haifa ta? adine Hasyim kae?( nak... Fadil... kamu sudah bertemu dengan Haifa, adiknya Hasyim itu?)Ummah mulai bertanya dg hati2

"Saking pundi ummah ngertos kulo kepanggeh dek Haifa" ( Dari mana ummah tahu saya sudah ketemu dek Haifa? ) Gus Fadil pun kaget dengan pertanyaan ummahnya

"Yo ngerti wae lah, wong awakmu gak tau - taune nangis koyo ngene, sak liane mergo Haifa to? malah awakmu wegah mangkat neng KAIRO, eleng porak le?"(Ya tahu aja lah, kan kamu gak pernah nangis seperti ini Kalau bukan karena Haifa, malah kamu gak mau berangkat ke KAIRO, ingat tidak?)

Ummah menyela omongan gus Fadil

Gus Fadil tersenyum

Flash back on

Gus Fadil mengingat kembali kenangan 10 th yang lalu ketika pulang dari rumah kak Hasyim, tepatnya setelah mengajar private adiknya kak Hasyim, Sepulang dari kota P.. Gus Fadil sering melamun, bahkan tidak berselera makan Ummah melihat banyak perubahan pada Gus Fadil putra bungsunya yang sangat tidak wajar, sehingga membuat Ummah bertanya

" Ragil... awakmu keno opo? kok bali seko kota P malah ngene? enek masalah opo ?(nak kamu kenapa? pulang dari kota P kok begini si? ada masalah apa?) umi bertanya

" Ummah... hik... hik.... hik." Gus Fadil menangis sejadi2nya di pangkuan Ummahnya..

"Fa mboten sios pangkat ten KAIRO Ummah Fa pengen nikah mawon."(Fa nggak jadi berangkat ke KAIRO Ummah, mau nikah saja) Gus Fadil memeluk uminya.

"Lo... cah ngendi seng arep kok jak nikah? umure piro?"(Lo anak mana yang ingin kamu ajak nikah,umurnya berapa?) ummah sempat terkaget di buatnya.

"Asmane Haifa Ummah, nembe mlebet kelas 1 SMP umure tasek 12 th."(Namanya Haifa Ummah, baru kelas 1 SMP Umurnya baru 12 tahun.) Gus Fadil menjawab pertanyaan.

"Lah sek cilik ngono Fa?"(Masih kecil banget fa ) Ummah beralasan karena keterkejutannya takut membuat anaknya marah.

"Mpun kadung tresno ummah."(Sudah terlanjur cinta Ummah) gus Fadil beralasan.

"Ngene wae, nek mpun lulus seko KAIRO arep nikah kaleh sinten mawon gak tak gondeli nang, seng penting sinau seng bener sesok ben iso nguripi anak lan bojomu ( Begini saja, kalau sudah lulus kuliah di KAIRO, mau nikah sama siapapun tidak akan aku halangi nak, yang penting belajar yang bener, biar bisa menafkahi anak istrimu nanti)" jawaban ummah sangat bijaksana.

"Ampun ngapusi nggeh ummah."(Jangan bohong ya Ummah)" Gus Fadil menyatukan alisnya

"Yo gak lah, nek pancet awakmu jodoh kaleh Haifa, insya Allah kepanggeh."( Ya nggaklah... kalau memang berjodoh dengan Haifa, Insya Allah akan bertemu )

Ummah memeluk Gus Fadil dengan erat, merasakan kebimbangan hati anak bungsunya, yang baru mengenal cinta, dan harus di tinggalkan Selama kurang lebihnya 6 tahun lamanya.

"Sido mangkat nek KAIRO rak?"(jadi berangkat ke KAIRO tidak..) ummah kembali bertanya dengan keseriusan gus Fadil

"Sios ummah."( iya Ummah jadi berangkat)

jawaban gus Fadil tentunya membuat hati ummah lega...

Flas back off

"Ehhheeem."Ummah membuyarkan lamunan gus Fadil" Kelingan porak.. ( ingat tidak)...ummah masih setia ... walau gus Fadil masih melamun.

"Eleng sanget ummah" ( ingat sekali ummah) Gus Fadil pun tertawa...

"La piye.... wes mantep po... mangke tak matur Abuya ...Ben nglamar ngono...( Gimana.. apa sudah mantap... nanti tak bilangin ke Abuya... biar di lamar gitu

..) ummah mulai menggoda Gus Fadil

" Nanti malam aku mau khitbah dek Haifa dulu ummah... kalau dek Haifa setuju nanti kita agendakan untuk melamarnya... aku juga mau memberi waktu buat dek Haifa untuk taaruf dulu... karena sudah 10 th kami tidak bertemu" Gus Fadil beralasan...

" yo wes sak karepmu... tak matur Abuya sek yo.... awakmu meh ngitbakh adine Hasyim... mumpung Abuyane wes wungu seko sare...( ya sudah itu terserah kamu..... ummah mau ngomong sama Abuya dulu...mumpung sudah bangun dari tidur...)..Assalamualaikum"

"Waalaikum salam Ummah... salam kangge abuya..( salam buat abuya...)" sebelum gus Fadil menutup telepon.

""Ah... leganya... Aku sudah mantap... semoga saja dek Haifa menerima saya apa adanya, Amiin... oh ya aku belum solat duhur, masih ada waktu 10 menit lagi" Gus Fadil pun menuju ruang musolla yang ada di sebelahnya dan tk lupa berwudlu ... Diapun bersyukur setelah 10 th tk bertemu kini kesempatan yang telah di depan mata tak ingin dia sia2kan... selagi ada kesempatan kenapa tidak kita coba... karena kesempatan tidak akan datang ke dua kalinya

 

Terima kasih

Jangan lupa like dan komen nya...

Maaf masih banyak typo

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!