TOK TOK TOK...
Refal terkejut saat pintu rumahnya diketuk oleh seseorang dari luar sana, ia yang sedang asyik bermain PlayStation di ruang tengah pun beranjak dari posisinya untuk mencari tahu siapa yang datang.
Ceklek
Ia membuka pintu, dilihatnya sosok gadis cantik mengenakan dress kuning dengan outer abu-abu yang tengah berdiri di hadapannya sambil tersenyum.
Gadis itu tampak menatapnya, melambaikan tangan dan meletakkan koper miliknya di samping sebelum maju mendekati Refal lalu mencium tangan si pria.
"Hai kak! Ini bener kak Refal kan?" sapa gadis itu dengan lembut.
"I-iya benar, kamu siapa ya? Kok bisa tahu nama saya? Terus kamu mau apa datang ke rumah saya siang-siang begini?" tanya Refal gugup.
"Kakak gak ingat? Aku Zanaya kak, adik kakak yang dulu sering dijahilin sama kakak. Masa kakak bisa lupa sih? Aku aja masih ingat loh sama wajah kakak," jawab gadis itu.
"Hah? Zanaya??" Refal terkejut bukan main, mulutnya terbuka lebar berusaha mengingat kembali tentang adik cantiknya itu.
"Gila sih nih cewek cakep banget! Bodynya seksi, mulutnya indah banget, benar-benar idaman sih ini! Gak nyangka ternyata Zanaya bisa jadi secantik ini, wow!" gumam Refal dalam hati.
Zanaya merasa heran melihat kakaknya diam saja sambil melamun, ia pun mendekatinya.
"Halo kak! Kenapa kakak diam aja? Kakak ingat kan sama aku? Aku Zanaya Zenechka, adik kak Refal yang paling cantik dan imut," ucap Zanaya lagi.
"Iya iya, gue ingat kok. Lo ternyata gak berubah ya? Masih tetap sama centil nya kayak dulu, dasar lu!" ucap Refal sambil menyentil hidung Zanaya.
"Ish, kakak juga gak berubah masih suka gituin aku! Sakit tau kak!" kesal Zanaya.
"Suruh siapa centil banget? Btw, lu ngapain ke rumah gue? Terus lu tahu darimana alamat gue ini?" tanya Refal.
"Dari mama dong, aku diminta mama papa buat tinggal disini. Emang kakak gak cek pesan yang mama kirim semalam?" jawab Zanaya.
"Pesan apaan sih emang?" tanya Refal heran.
"Ih coba aja dibuka dulu biar tau!" jawab Zanaya.
"Yaudah, nanti gue cek di dalam. Intinya lu pengen tinggal disini kan?" ujar Refal.
"Iya kak, boleh kan?" ucap Zanaya.
"Boleh aja, tapi lu harus ikut aturan disini dan gak boleh bantah!" ucap Refal.
"Iya iya kak," ucap Zanaya menurut saja.
"Yuk masuk! Gue kasih unjuk kamar yang bisa lu tempatin malam nanti, bawa tuh kopernya masuk!" ucap Refal.
"Ih kakak gak mau bantu bawain?" rengek Zanaya.
"Dih ngapain? Apa untungnya buat gue? Lagian kan lu punya tangan sama kaki, masa masih minta bantuan gue?" ujar Refal.
"Jahat banget sih, emang kakak gak punya hati!" kesal Zanaya.
"Yeh udah numpang malah ngatain lagi lu, gak sopan banget sih!" cibir Refal yang kembali menyentil hidung serta dahi gadis itu.
"Udah ah ayo masuk panas nih!" sambungnya.
Refal pun melebarkan pintu, memberi ruang bagi Zanaya untuk masuk ke dalam rumahnya.
Gadis itu susah payah menarik kopernya, sedangkan Refal sudah lebih dulu masuk.
"Duduk dulu istirahat sebentar!" perintah Refal.
"Gak bisa langsung ke kamar aja kak? Aku capek banget pengen rebahan!" ucap Zanaya.
"Sabar Zanaya! Lo istirahat aja dulu disini, mau minum apa nona Zanaya yang cantik?" ucap Refal.
"Tumben amat kakak baik sama aku, justru aku jadi curiga nih kalo kayak gini. Gak mau deh, aku gak haus. Biar nanti aku bikin sendiri aja," tolak Zanaya.
"Yah terserah lu sih," kekeh Refal.
Zanaya pun duduk bersandar di sofa dengan kedua tangan direntangkan ke samping.
•
•
Singkat cerita, Refal telah membawa Zanaya ke kamar kosong yang tersedia di rumahnya.
Tampak kamar itu cukup kotor dan tidak terawat, membuat Zanaya sedikit risih saat melihatnya.
"Ish, kok ini kotor banget sih kak?" keluh Zanaya.
"Ya begini lah, namanya juga gak pernah ditempatin. Kalau lu mau tidur disini, lu bersihin dulu lah sampe bersih!" ucap Refal.
"Ahh males banget kak! Aku tuh capek tau baru datang, masa udah disuruh bersih-bersih? Disini apa enggak ada pembantunya gitu kak yang bisa dimintain tolong?" ucap Zanaya.
"Gak ada Zanaya, justru nanti gue niatnya mau jadiin lu pembantu di rumah ini. Jadi, gue gak perlu beres-beres sendiri deh," ujar Refal.
"Hah? Apa?? Yang bener aja kak, masa iya aku mau dijadiin pembantu? Aku gak mau, dan kakak juga gak bisa paksa aku! Aku bisa laporin kakak!" ucap Zanaya.
"Laporin gue? Sembarangan aja lu, ini kan rumah gue jadi suka-suka gue lah mau jadiin lu pembantu atau apa kek. Dan lu juga harus nurut sama gue, kalo gak mau silahkan angkat kaki!" ucap Refal.
"Oh gitu, aku tinggal bicara ke mama atau papa kalau kakak itu jahat dan pengen jadiin aku pembantu disini," ancam Zanaya.
"Silahkan aja! Mama sama papa paling belain gue, mereka itu kan tau kalau ini rumah gue. Justru lu yang bakal dinasehatin nanti," ucap Refal.
"Pokoknya aku gak mau jadi pembantu!" tegas Zanaya.
"Terserah lu aja sih, kalo gitu gue tinggal dulu ya?" ucap Refal.
Saat Refal hendak pergi, tiba-tiba saja Zanaya menahan kedua tangannya dan coba memohon-mohon padanya.
"Ih kak tunggu! Please kak, bantuin aku ya buat beres-beres kamar ini! Aku mau deh jadi pembantu di rumah ini, tapi sekarang kakak bantuin aku dulu dong buat beres-beres disini! Soalnya aku capek banget kak, please ya!" bujuk Zanaya.
"Lu pengen gue bantu?" tanya Refal singkat.
"Iya kak, bantu aku ya!" jawab Zanaya.
"Ada syaratnya Zanaya," ucap Refal.
"Syarat? Apa tuh?" tanya Zanaya penasaran.
"Umur lu berapa sih sekarang?" ujar Refal.
"Tujuh belas kak, emang kenapa sama umur aku?" ucap Zanaya.
"Udah besar ya?" ucap Refal dengan pandangan tertuju ke arah bukit kembar adiknya.
"I-iya, terus masalahnya dimana?" tanya Zanaya.
"Lu pernah ciuman sebelumnya?" ucap Refal yang kini bergerak semakin mendekati Zanaya.
Zanaya menggeleng, ia memang belum pernah merasakan yang namanya ciuman. Bersama sang kekasih ia hanya sekedar bergandengan tangan atau cium kening dan pipi selama ini.
"Masa sih? Bukannya lu udah punya cowok ya?" tanya Refal tak percaya.
"Kakak tau darimana aku punya cowok? Tadi aja pas aku baru datang, kakak lupa sama aku," heran Zanaya.
"Nebak aja, soalnya lu cantik begini pasti ada pawangnya. Benar kan?" ujar Refal.
"Iya sih bener, tapi aku sama cowok aku belum pernah ciuman kak. Kita paling cuma gandengan tangan atau paling parah cium pipi," ucap Zanaya.
"Ohh, kalo gitu lu cium gue sekarang! Baru abis itu gue bakal bantuin lu beres-beres kamar," ucap Refal disertai seringaian kecilnya.
Zanaya melotot lebar tak menyangka jika kakaknya akan meminta itu sebagai syarat.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Refal bergerak mendekat ke arah sang adik, matanya terus tertuju pada bagian depan tubuh Zanaya yang menarik perhatiannya.
Sementara Zanaya terlihat terus memohon pada Refal untuk dibantu, ia memang tidak bisa membereskan semua itu sendiri.
"Lu pengen gue bantu?" tanya Refal singkat.
"Iya kak, bantu aku ya!" jawab Zanaya.
"Ada syaratnya Zanaya," ucap Refal.
"Syarat? Apa tuh?" tanya Zanaya penasaran.
"Umur lu berapa sih sekarang?" ujar Refal.
"Tujuh belas kak, emang kenapa sama umur aku?" ucap Zanaya.
"Udah besar ya?" ucap Refal dengan pandangan tertuju ke arah bukit kembar adiknya.
"I-iya, terus masalahnya dimana?" tanya Zanaya.
"Lu pernah ciuman sebelumnya?" ucap Refal yang kini bergerak semakin mendekati Zanaya.
Zanaya menggeleng, ia memang belum pernah merasakan yang namanya ciuman. Bersama sang kekasih ia hanya sekedar bergandengan tangan atau cium kening dan pipi selama ini.
"Masa sih? Bukannya lu udah punya cowok ya?" tanya Refal tak percaya.
"Kakak tau darimana aku punya cowok? Tadi aja pas aku baru datang, kakak lupa sama aku," heran Zanaya.
"Nebak aja, soalnya lu cantik begini pasti ada pawangnya. Benar kan?" ujar Refal.
"Iya sih bener, tapi aku sama cowok aku belum pernah ciuman kak. Kita paling cuma gandengan tangan atau paling parah cium pipi," ucap Zanaya.
"Ohh, kalo gitu lu cium gue sekarang! Baru abis itu gue bakal bantuin lu beres-beres kamar," ucap Refal disertai seringaian kecilnya.
Zanaya melotot lebar tak menyangka jika kakaknya akan meminta itu sebagai syarat.
"Kakak ngomong apa sih? Kita ini adik-kakak, kata mama gak boleh tau ciuman. Emang kakak mau mama marah nanti?" ucap Zanaya.
"Kita bukan saudara kandung, Zanaya. Kita bisa lakuin itu asalkan kita mau, dan sekarang gue mau ngerasain bibir lu!" ucap Refal.
"Gak gini juga kakak, ini gak bener!" ujar Zanaya.
"Siapa bilang ini gak bener? Lo mau apa enggak nih gue bantu? Kalo enggak, yaudah gue keluar aja deh. Sia-sia aja gue nunggu disini," ucap Refal.
Zanaya hanya diam menunduk, ia bingung dan coba berpikir sejenak sebelum berucap.
"Udah ya gue pergi? Bye, selamat beres-beres!" ucap Refal yang sengaja menggoda Zanaya agar gadis itu mau menerima tawarannya.
"Tunggu kak!" benar saja sesuai dugaan Refal, Zanaya akhirnya bersuara dan menahan pria itu tetap disana.
"Iya Zanaya, kenapa?" tanya Refal lembut.
"Aku mau cium kakak, tapi sebentar aja ya? Aku soalnya gak ngerti yang kayak gitu," jawab Zanaya.
"Of course," singkat Refal.
Zanaya memejamkan mata seraya menggigit bibir bawahnya, hal itu membuat Refal tak tahan lagi dan ingin segera melahap bibir mungil itu.
Ya Refal pun bergerak cepat menarik tengkuk Zanaya, ia tekan kepala gadis itu dan mulai meraup bibirnya yang pink dan manis itu.
"Mmppphhh mmppphhh!!" Zanaya yang terkejut berusaha melepaskan diri, tetapi gagal.
Refal malah semakin brutal saat ini, ia mendorong Zanaya sampai ke tembok dan memperdalam ciumannya.
Pria itu juga memaksa Zanaya membuka mulut, setelah berhasil ia mulai memasukkan lidahnya dan bermain-main disana.
"Uhh benar ternyata bibir Zanaya enak banget! Ini sih bisa jadi candu buat gue!" batin Refal.
"Mmppphhh u-udah.." Zanaya meringis dan terus memukul-mukul bahu Refal meminta berhenti.
Akhirnya Refal menurut karena kasihan, ia melepas tautannya dan seketika itu juga Zanaya langsung menghirup oksigen cukup banyak.
"Hahaha, enak kan?" ujar Refal.
"Gak sama sekali, aku hampir mati tau gara-gara kakak!" kesal Zanaya.
Refal hanya terkekeh melihat ekspresi Zanaya.
•
•
Mereka kini ada di ruang keluarga, Zanaya datang membawakan dua cangkir berisi coklat panas buatannya untuk sang kakak.
Refal tersenyum lebar begitu melihat adiknya muncul, dengan cepat ia menggeser posisi memberi tempat bagi Zanaya untuk duduk disana.
"Nih kak cokelat panasnya, semoga kakak suka ya sama buatanku!" ucap Zanaya.
"Iya, terimakasih Zanaya! Gue pasti suka sih, dari aromanya aja udah enak. Sini lu duduk samping gue, gue pengen cium bau badan lu yang enak itu!" ucap Refal.
Zanaya pun menurut dan ikut duduk di sebelah sang kakak, Refal yang berhasrat langsung mendekap tubuh Zanaya dan mengendus lehernya.
"Uhh wanginya luar biasa enak!" puji Refal.
"Apa sih kak? Aku malu tau, udah dong jangan gini ah!" ucap Zanaya meronta-ronta.
"Sssttt diam kamu Zanaya! Apa lu lupa sama aturan di rumah ini?" ujar Refal.
"Enggak kak, aku gak lupa. Tapi—"
"Gak ada tapi-tapian, lu harus nurut sama gue apapun itu! Sekali lagi lu ngebantah, gue bakal kasih hukuman buat lu!" potong Refal.
"Hukuman apa kak?" tanya Zanaya cemas.
"Ada deh, pokoknya bisa bikin lu lemas seharian," jawab Refal tersenyum smirk.
"Hih ngeri banget sih kak!" ujar Zanaya.
"Iya, makanya lu nurut sama gue!" ucap Refal.
"Aku nurut kok, tapi kakak aja yang selalu bikin aturan gak jelas. Misalnya kayak tadi pas ciuman di kamar," ucap Zanaya.
"Itu kan syarat Zanaya, lu minta bantuan gue jadi gue harus kasih syarat ke lu," ucap Refal.
"Halah kakak mah bisa aja jawabnya!" cibir Zanaya.
"Lu kesel? Gak terima karena gue udah ambil first kiss lu? Asal lu tau aja ya, tadi itu juga first kiss gue kok," ucap Refal.
"Masa sih? Aku gak percaya ah! Kakak aja lihai banget tadi nyiumnya," ucap Zanaya.
"Ya terserah lu sih, intinya gue udah jujur. Gue belum pernah ciuman sebelum ini, dan gue gak pernah tertarik buat lakuin itu sama cewek-cewek. Tapi begitu gue lihat bibir lu, gue langsung kepengen banget cium lu!" ucap Refal.
"Iyain aja, sekarang lepasin aku kak, aku risih tau dicium-cium terus begini!" ucap Zanaya.
"Gue gak mau Zanaya, lu bisa diem gak sih?!" bentak Refal.
"Dih kebalik kali, harusnya aku yang bicara begitu. Kakak bisa diem gak sih?! Jangan cium-cium aku terus begini!" ucap Zanaya.
"Ohh, udah berani nih sekarang lu ngelawan gue? Awas aja ya nanti gue hukum lu karena lu udah ngebantah gue!" ujar Refal.
"Ja-jangan kak! Emangnya kakak kenapa demen banget cium aku sih?" tanya Zanaya.
"Soalnya lu wangi banget Zanaya, terus tubuh lu mungil enak buat dicium dan dipeluk kayak gini. Lu diam aja dan nikmati, gue yakin lu juga pasti suka sama perlakuan gue!" jawab Refal.
"Kata siapa? Kakak jangan ngarang deh! Aku gak mungkin suka sama perlakuan kakak yang kayak gini!" sentak Zanaya.
"Ah masa??" goda Refal.
Refal semakin menjadi-jadi, mencolek dagu serta hidung Zanaya sembari mengecupi ceruk leher gadis itu.
"Lo mau nonton film bareng gue gak?" tanya Refal.
"Film apa kak? Mau dong, tapi yang seru ya filmnya!" pinta Zanaya.
"Pasti seru dong, kita nonton ya?" ujar Refal.
"Iya kak," Zanaya mengangguk singkat menyetujui perkataan abangnya.
Refal pun bangkit dari sofa, menyalakan tv bersiap menonton film yang sudah ia siapkan sebelumnya untuk ditonton bersama sang adik.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Zanaya meronta dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Refal, tetapi usahanya gagal karena tenaga Refal jauh lebih kuat dibanding dirinya dan pria itu justru semakin mengeratkan pelukannya.
Tindakan Zanaya itu amat membuat Refal kesal, ia pun melotot tajam ke arah gadis tersebut.
"Ohh, udah berani nih sekarang lu ngelawan gue? Awas aja ya nanti gue hukum lu karena lu udah ngebantah gue!" ujar Refal.
"Ja-jangan kak! Emangnya kakak kenapa demen banget cium aku sih?" tanya Zanaya.
"Soalnya lu wangi banget Zanaya, terus tubuh lu mungil enak buat dicium dan dipeluk kayak gini. Lu diam aja dan nikmati, gue yakin lu juga pasti suka sama perlakuan gue!" jawab Refal.
"Kata siapa? Kakak jangan ngarang deh! Aku gak mungkin suka sama perlakuan kakak yang kayak gini!" sentak Zanaya.
"Ah masa??" goda Refal.
Refal semakin menjadi-jadi, mencolek dagu serta hidung Zanaya sembari mengecupi ceruk leher gadis itu.
"Lo mau nonton film bareng gue gak?" tanya Refal.
"Film apa kak? Mau dong, tapi yang seru ya filmnya!" pinta Zanaya.
"Pasti seru dong, kita nonton ya?" ujar Refal.
"Iya kak," Zanaya mengangguk singkat menyetujui perkataan abangnya.
Refal pun bangkit dari sofa, menyalakan tv bersiap menonton film yang sudah ia siapkan sebelumnya untuk ditonton bersama sang adik.
"Kak, itu film apa?" tanya Zanaya penasaran.
"Nanti lu juga tau, udah lu duduk aja disitu jangan kemana-mana! Gue jamin lu bakalan suka sama film ini, gue udah berulang kali nonton dan favorit banget sih!" jawab Refal sambil menyeringai.
"Oh gitu, tapi itu genrenya apa kak? Kok posternya begitu banget sih?" tanya Zanaya.
"Ini genre romantis, lu suka kan nonton film genre kayak gini?" jawab Refal.
"Ya suka sih, cuma kenapa posternya harus kayak gitu ya kak? Terlalu intim tau buat ditonton," ucap Zanaya keheranan.
"Lo gausah banyak protes deh, ini film bagus kok. Kita tonton aja dulu!" ucap Refal.
"Ish, iya iya aku nurut. Udah buruan kakak setel filmnya biar aku bisa tau itu film seru apa kagak!" ucap Zanaya.
"Bawel lu!" cibir Refal.
Tanpa basa-basi lagi, Refal mulai menyetel film tersebut dan kembali duduk di sebelah Zanaya sembari merangkul adiknya tersebut.
"Tuh lihat, gue jamin lu suka deh sama filmnya!" ucap Refal menunjuk ke layar tv.
"Apaan sih? Aku kok ngerasa ada yang aneh ya sama film ini?" ujar Zanaya.
"Lo kali yang aneh, tonton aja dulu jangan kebanyakan protes!" ucap Refal.
Zanaya mengalah dan fokus menonton tanpa berbicara apapun, namun lambat laun film di tv tersebut malah semakin menunjukkan keanehan yang membuat Zanaya merasa bingung.
Adegan di film itu kini tengah memperlihatkan sang wanita berciuman bersama si pria dengan sangat intim, bahkan kedua tangan pria itu aktif menggerayangi tubuh wanitanya.
"Ih kak, belum apa-apa udah ciuman aja. Film apa sih ini? Aku gak mau lihat ah," ucap Zanaya reflek menutup kedua matanya.
"Eits, lu lihat dulu ini seru kok!" pinta Refal.
Refal menyingkirkan tangan Zanaya agar mata gadis itu tetap terbuka, dan Zanaya mau tidak mau terpaksa menonton film tersebut.
"Seru kan Zanaya?" tanya Refal menyeringai.
Zanaya menggeleng, ia semakin gerah melihat adegan di film tersebut yang menjurus ke arah tidak wajar untuk ditonton olehnya.
"Hah? Kok dibuka sih bajunya? Ih kak ini udah gak beres sih, aku gak mau lanjut!" protes Zanaya.
"Hahaha.." Refal tertawa puas melihat reaksi Zanaya yang begitu ketakutan.
•
•
Hari sudah larut, Zanaya baru saja selesai cuci muka dan menggosok giginya. Ia pun kini keluar dari kamar mandi bersiap untuk tidur.
Tak lupa Zanaya melepas b-r-a yang ia kenakan seperti biasanya, lalu berbaring di atas ranjang bersiap untuk tidur.
TOK TOK TOK...
Baru saja Zanaya hendak terlelap, namun pintu kamarnya sudah diketuk oleh seseorang dari luar sana yang membuatnya agak geram.
"Haish, siapa sih itu yang ketuk-ketuk? Ganggu aja deh orang mau tidur juga!" kesal Zanaya.
Akhirnya Zanaya terpaksa bangkit dari tempat tidurnya, lalu melangkah menuju pintu untuk mengetahui siapa yang datang.
Ceklek
Zanaya membuka pintu, matanya langsung terbelalak melihat Refal berdiri di hadapannya sambil tersenyum miring.
"Kak Refal? Kakak mau apa ke kamar aku?" tanya Zanaya sedikit gugup.
"Gue pengen tidur sama lu dong, gue gak bisa tidur nih," jawab Refal santai.
"Apa? Gak bisa dong kak, kita kan udah gede tau. Lagian kakak juga punya kamar sendiri, buat apa kakak tidur di kamar aku? Sana ah jangan ganggu aku!" tolak Zanaya.
"Lu gak bisa tolak gue Zanaya! Gue ini yang punya rumah dan lu harus nurut sama gue!" tegas Refal.
"Iya iya, tapi gak semuanya dong aku harus nurut. Termasuk tidur sama aku, gak boleh tau kak!" ucap Zanaya tetap kekeuh menolak.
"Kata siapa gak boleh? Gue tuan rumah disini, apapun yang gue mau lu harus nurut dan jangan nolak! Kalau lu nolak, gue bakal hukum lu sesuai perjanjian kita tadi!" ucap Refal.
"Apa sih ih? Gak jelas banget! Aku bilang gak mau ya gak mau, kakak jangan maksa deh!" kesal Zanaya.
"Lu berani sama gue? Lu pengen ngelawan gue dan dapet hukuman? Okay, lihat aja lu pasti bakal nyesel udah ngelawan gue!" ujar Refal.
"Eh eh kak, ja-jangan!" ucap Zanaya gugup.
"Kenapa jangan? Lu takut sekarang? Makanya jangan sok ngelawan gue!" ucap Refal.
"I-iya kak, tapi aku—"
Cup!
Ucapan Zanaya terpotong saat tiba-tiba Refal mengecup bibirnya sekilas, membuat gadis itu spontan memegangi bekas kecupan tersebut.
"Gue mau tidur sama lu, gak ada penolakan!" ucap Refal sambil tersenyum.
"Terserah kakak, tapi kakak janji ya gak ngapa-ngapain!" ucap Zanaya.
"Eee gak janji sih, tergantung keimanan gue kuat apa enggak," kekeh Refal.
"Ih kakak!!" kesal Zanaya.
Refal pun masuk begitu saja melewati Zanaya dan merebahkan tubuhnya di ranjang gadis itu sembari memeluk guling.
"Kak, jangan langsung tidur dong! Kakak bangun dulu ih!" protes Zanaya.
"Apa sih? Ngapain gue harus bangun lagi coba? Udah nyaman tau begini," ucap Refal.
"Itu kan tempat tidur aku kak, kakak kalo mau tidur disini ya sana di sofa!" ucap Zanaya.
"Dih ogah, lu aja sana di sofa kalo mau! Gue mah pengen disini, nyaman banget!" ucap Refal.
"Gak bisa gitu lah kak, disitu kan buat aku. Masa iya aku yang di sofa?" ucap Zanaya.
"Lo disini juga Zanaya, kita tidur berdua. Tapi kalo lu mau di sofa, yaudah bebas!" ucap Refal.
"Hah? Masa iya kita tidur seranjang kak? Jangan ngada-ngada deh! Sekamar aja udah salah, apalagi seranjang," ujar Zanaya.
"Ah banyak omong lu!"
Refal langsung menarik tangan Zanaya hingga gadis itu kehilangan keseimbangan dan jatuh di atas tubuh kakaknya.
Posisi mereka begitu dekat saat ini, kedua bibir mereka bahkan nyaris bersentuhan. Sedetik kemudian, Refal sudah menahan tengkuk Zanaya dan menyatukan bibir mereka.
Pria itu juga merubah posisi menjadi Zanaya di bawah kungkungan nya tanpa melepas tautannya, ya selanjutnya seperti itu terus.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!