NovelToon NovelToon

Intan, Gadis Tomboy

Bab. 1. Hukuman

Pagi itu di ruang kelas 2 IPA...

Teng teng teng... bel sekolah berbunyi tanda masuk kelas ... jam pelajaran pertama matematika.

Intan belum terlihat batang hidungnya. Zaky sangat khawatir kalau terjadi sesuatu pada sahabatnya yang aneh. Meski dia seorang perempuan namun kelakuannya bak pria.

Tiap hari pekerjaannya selalu telat, satu minggu telat 4 kali. Sampai guru BK kehabisan kertas untuk merekap nama Intan di buku konselingnya. Wali kelas pun sudah bosan menegur gadis itu.

Apalagi orang tua Intan, mereka sudah angkat tangan dan bendera putih telah dikibarkan, pada anaknya yang suka membuat malu mereka. Bukan malu karena nilai saja tapi malu juga pada perilakunya di sekolah. Sampai mereka ingin memutuskan agar Intan untuk kawin saja dari pada malu dan mencoreng kartu keluarga. Bisa-bisa bantuan PKH dari pemerintah tidak akan turun gara-garanya. Hehe.

Zaky melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 07.10 menit. Dan Intan tidak terlihat juga. Miss Imelda masuk kelas kurang dari sepuluh menit yang lalu.

"Kemana sih anak itu, bodoh banget tiap hari harus telat. Apa gak bosen tiap hari dapat hukuman Miss Imelda?" Zaky membuka bukunya dan melihat ada pekerjaan rumah yang sudah dikerjakan. Dan boleh menebak pasti jika dia masuk sekarang belum mengerjakannya.

"Huft!" keluh Zaky.

"Hari ini siapa yang absen?" tanya Miss Imelda, melihat bangku depan kosong, sudah menduga tanpa bertanya lagi Intan Ayu Cahyani, siswi malasnya minta ampun. Sering bolos, telat, suka pura-pura lupa saat ada pekerjaan rumah.

"Selamat pagi Miss Imelda, maaf saya telat Miss. huft huft," terlihat Intan dengan nafas naik turun setelah maraton. Suara sengal tidak teratur.

Gadis itu merasa sangat tidak bersalah, berjalan saja melewati gurunya sebelum dipersilahkan.

Miss Imelda dengan matanya yang menyorot langkah Intan sampai dia meletakkan tasnya di meja dengan keras.

bug!

"Siapa yang suruh kamu duduk? berdiri!" nada suara yang penuh penekanan ditujukan untuk Intan dengan wajah yang tidak terlihat cerah.

"Eh, maaf Miss hehe!" Intan cengar-cengir tanpa dosa. Menyatukan kedua tangannya dengan harapan memohon agar pagi ini dia tidak dihukum lagi. Rasanya Dia sangat lelah akan hukuman Miss Imelda yang tiap hari ditujukan padanya. Sepertinya Miss Imelda sangat menyayangi Intan hingga hukuman pun tidak luput untuknya, begitu pikir Intan.

"Maaf maaf! maju ke depan!" teriaknya. Siswa yang lain menutup mulutnya menahan tawa melihat tingkah Intan yang tiap hari konyol. Intan memang gadis yang cantik, jika dilihat dari ujung sendok, namun dia sering membuat orang menggelengkan kepala melihat kelakuan buruknya.

Zaky sebenarnya kasihan melihat gadis itu dihukum lagi. Tapi tidak mungkin saat ini dia menjadi hero untuk Intan. Apa dia akan menggantikan hukuman untuk Intan?

"Berdiri di pojok dinding dengan satu kaki dan jewer telingamu secara berseling!" perintah Miss Imelda kepada Intan dengan raut wajah yang sangat menyebalkan, begitu yang di lihat oleh Intan kada gurunya .

"Tidak ada hukuman lain apa," kata Intan lirih membuang muka ke samping, agar tidak terdengar gurunya.

"Apa kamu bilang?" teriak Miss Imelda, ternyata mendengar ucapan Intan yang pelan. Emosinya mulai menambah saat Intan membangkang.

"Tidak Miss, tidak bilang apa-apa!" Intan dengan kedua tangannya saling menjewer. Belum lima menit berjalan kakinya terasa lelah.

"Pekerjaan rumah kumpulkan!" perintah Miss Imelda pada para siswa. Dengan menaikkan kacamata yang dipakai karena mulai turun ke pangkal hidung. Biasa kalau hidung pesek, buat mengganjal Framenya saja tidak bisa. Pikir Intan dengan sering melihat ke arah Miss Imelda. Dan sedikit tertawa yang di sembunyikan.

"Haha, coba punya hidung mancung seperti hidungku," gumam Intan percaya diri tingkat tinggi. Tanpa sadar satu kakinya diturunkan.

Miss Imel meliriknya, "Ada apa, Bu?" Intan tidak tahu akan kesalahannya.

"Siapa suruh kakimu diturunkan?" tanya Miss Imel.

"Hehe, capek Miss!" jawab Intan dengan menggaruk garuk rambut yang tidak gatal melepas tarikan dari telinganya.

"Sama Intan, Miss Imel juga capek tiap hari memberikanmu hukuman! bisa tidak kamu datang tepat waktu?"

"Sepertinya bisa Miss," Intan masih tersenyum-senyum dengan jawabannya sendiri. Merasa tidak siap untuk tidak terlambat.

Bagaimana tidak terlambat bangun tidur saja lewat pukul 06.00 pagi. Ibu Intan sampai harus mengguyur wajahnya untuk membangunkan anak itu. Sama seperti kerbau. Pemalas!

Intan mengingat kejadian tadi pagi, Ibu Minah mengguyur tubuhnya sekalian mandi hingga kasurnya basah kuyup. Saat lagi indah-indah nya bermimpi berpacaran dengan pria berkulit putih, bermata sipit, dari negara Korea. "Kim Taehyung, oh....kekasihku," Lalu ada gadis yang mendorongnya masuk kolam, lalu terbangun Eh ternyata ibunya membangunkan dengan tidak baik membuat senam jantung. Asem !

"Intan! kau mendengarkan ucapan Miss Imel!" wali kelas Intan yang berusia tidak lebih dari 30 tahun itu nampak geram lama-lama melihat tingkah laku Intan. Lama-lama sudah terlihat tidak wajar. Bisa-bisa tua mendadak berhadapan dengan anak itu. Bukan anak , lebih tepatnya anak kerbau.

"Ya Miss, dengar kok!" Intan sama sekali tidak menampakan kesedihannya di hadapan Miss Imel dan teman-temannya. Setiap hari seperti itulah Intan. Selalu terlihat gembira dimanapun dia berada.

"Entah Intan, bagaimana lagi Ibu menyikapi sikap dan perbuatanmu setiap harinya. Jika kamu tidak berubah juga, mungkin kamu tidak akan naik kelas!"

"Apa Miss? jangan dong Miss Imel, saya sudah bertelur di kelas ini satu tahun, saya tidak ingin mengulangi lagi," Intan menurunkan kedua sudut bibirnya. Dan mencoba memasang wajah yang paling buruk, agar Miss Imel mengampuninya, dan menaikkan Intan ke kelas 3.

"Aku tidak bisa menolongmu, itu kamu sendiri yang harus merubahnya! jika dalam satu tahun di kelas ini kamu tidak ada perubahan, terpaksa kamu akan mengulangi lagi," jelas Miss Imel.

"Yaa.... Miss Imelda," keluh Intan.

Miss Imelda tidak lagi mau bicara pada satu siswi yang nakalnya di luar batas. Kembali Dia memeriksa hasil pekerjaan murid-muridnya. Sesekali mengontrol Intan yang tanpa pengawasan menurunkan kakinya.

Zaky kasihan melihat keadaan Intan sekarang bagaimana caranya agar Intan terhenti dari hukumnya.

"Miss, maaf izin ke kamar kecil!" ucap Zaky berdiri dan memegangi celananya.

"Baru mulai pelajaran! kamu sudah minta izin keluar!"

"Ya Miss, sudah kebelet banget!"

"Ya sudah cepat!"

"Terima Kasih Miss Imel," Zaky berjalan keluar kelas dan bertemu dengan guru BK yang terlihat sangat sibuk dan butuh bantuan. Pekerjaan di kantornya belum selesai, dan biasanya para siswi membantunya di waktu jam istirahat.

"Permisi Pak, ada yang bisa di bantu?" Zaky masuk keruangan Pak Reno.

"Memang kamu tidak ada jam pelajaran?"

"Bukan saya Pak, itu Miss Imel lagi ada waktu buat membantu Bapak," Zaky membuat kebohongan pada gurunya. Warning tidak untuk ditiru!

Pak Reno berpikir, apa benar yang dikatakan Zaky. Bukankah sekarang ada jadwal mengajar di kelasnya.

Bab. 2. Zaky Anak Pandai

Pak Reno guru muda tampan rupawan, karirnya bagus, guru favorit di SMA Negeri Sentosa 55 Jakarta ini baru lulus Sarjana Pendidikan.

Para Guru muda atau tua pun hampir hilang kesadaran saat bertemu dan berdekatan dengan Pak Reno Wijaya. Pasti terpesona melihat ketampanan pria itu.

Pesona nya membuat hati para emak-emak kalang kabut sendiri. Kali ini Zaky memiliki ide untuk menghentikan hukuman Intan dari Miss Imelda. Dengan cara ini Miss Imelda akan lupa dengan hukuman yang diberikan kepada Intan, minimal 1 jam pelajaran.

"Miss Imelda sekarang ada jadwal pelajaran mengajar di kelas kamu, tidak mungkin dia membantu saya saat ini, sudahlah lebih baik kamu pergi, karena sekarang masih jam pelajaran," Pak Reno melanjutkan kembali pekerjaannya dan menyuruh Zaky keluar ruangan.

"Ya sudah Pak, kalau tidak Percaya. Sebentar lagi beliau akan datang ke ruangan Bapak, Zaky permisi!" ucap Zaky menutup kembali pintu ruangan Pak Reno Wijaya.

Zaky kembali lagi ke kelasnya. Melihat Intan dengan kasihan, tapi bagaimana lagi, itu resiko yang harus dia tanggung sendiri karena perbuatannya. Coba dia jadi anak yang manis seperti anak-anak pada umumnya. Pasti dia akan suka pada gadis itu, eh suka? tidak mungkinlah.

"Miss Imelda, maaf Miss Pak Reno butuh bantuan Miss untuk mengerjakan banyak tugasnya. Tapi jika Miss tidak sibuk. Begitu kata Pak Reno," kata Zaky dengan hati ketar ketir, bagaimana pun juga membohongi guru ini bukan perilaku yang baik.

Miss Imelda menarik kaca mata yang dia pakai, dan segera menyimpannya. Kelihatan sekali dia, sangat antusias bertemu dengan Pak Reno.

Membuka beberapa lembar buku matematika, "Coba kalian kerjakan buku paket halaman 45 sampai 48, nanti Miss Imelda kembali kesini lagi untuk memeriksa pekerjaan kalian. You understand?" suara riuh serentak menjawab pertanyaan sang teacher. Miss Imelda merapikan bukunya dan menumpuknya di sudut meja.

Dalam hati sangat gembira karena mereka bisa saling mencontek tanpa ketahuan Miss Imelda.

Miss Imelda berdiri dan melirik Intan yang masih berdiri di pojok ruangan dengan satu kaki, " Kamu Intan! jangan duduk sebelum saya kembali keruang ini!" tunjuk nya pada Intan setengah mengancam.

"Baik Miss," Intan menjawab tanpa melihat wajah gurunya. Sebenarnya Miss ingin memarahinya, tapi waktunya sangat berharga jika untuk Pak Reno seorang. Jarang-jarang dia bisa berduaan bersama guru tampan itu.

Setelah beberapa menit Miss Imelda keluar kelas...

Intan Segera menurunkan kakinya, menghentikan hukuman nya, dia segera berjalan dan duduk di bangkunya. Menoleh pada Zaky, "Sobat, makasih banget ya. Pegal sekali kaki ku berdiri," keluhnya.

"Oke, sudah kewajiban seorang sahabat bantu sahabatnya, lain kali datanglah lebih awal. Kamu sih tiap pagi selalu telat, tidak dikeluarkan dari sekolah ini saja masih untung kamu!" Zaky mengedipkan sebelah matanya memberi peringatan .

Mereka mulai mengerjakan tugas yang diberikan Miss Imelda. Zaky anak yang pintar di kelasnya. Tidak satu dua yang menginginkan jawaban dari Zaky.

"Zak, bagi jawaban dong!" Pinta Tirta teman sebelah bangkunya. Baru memulai soal mereka sudah celingukan minta jawaban.

"Ya nih, aku juga!" Sean teman depan bangku Zaky menoleh kebelakang melihat hasil jawaban Zaky.

"Kalian ini sama saja! soal mudah sulit gak bisa mengerjakan sendiri. Pantas saja saat ada ujian kalian mendapatkan nilai 0. Model gini sekolahnya!" keluh Zaky pada mereka.

"Udah, kamu jangan nyindir aku!" Intan merobek satu lembar bukunya, meremasnya jadi bentuk bulat dan melempar ke arah Zaky dan mengenai kepalanya.

"Aduh! sakit Intan!"

"Hah, sakit mana kalau aku lempari batu?" jawab Intan kesal. Seperti harga dirinya direndahkan oleh Zaky.

Zaky terkekeh melihat Intan cemberut, melihat model gaya rambutnya yang asal di ikat tanpa di sisir, astaga... bukan kriteria Zaky.

Terlihat Intan menggulung lengan bajunya ke atas, dan membuka satu kancing baju di bawah lehernya. Menarik bajunya keluar, terlihat tidak rapi dan terkesan seperti gadis urakan.

"Huft!" Zaky mengelus dada melihat kelakuan Intan yang sangat di ambang batas. Tapi dia nyaman berteman dengan-nya. Dia supel, ceria, dan menghadapi semua persoalan dengan tawanya yang riang. Dia gadis yang menyenangkan, tapi kadang juga menyebalkan.

"Oh ya, Apa benar Pak Reno membutuhkan bantuan Miss Imelda untuk membantu dalam pekerjaannya? aku rasa ini hanya akal-akalan kamu saja untuk membebaskan aku dari hukuman yang diberikan Miss Imelda," Intan mengambil pencil di tasnya lalu menyelipkan di telinga.

Tiap gerakan Intan, Zaky perhatikan dengan detail, "Lihatlah dirimu, seperti tukang bangunan aja, menyelipkan pensil di atas telinga gitu!" ledek Zaky sambil mengerjakan tugasnya.

"Bisa diem dikit gak!" Intan menarik pensil itu dari telinganya lalu melempar ke arah kepalanya lagi.

"Maaf maaf Intan, jangan marah lagi aku cuma bercanda." Zaky mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya sambil tersenyum. Sementara Intan melengos tidak memperhatikan Zaky lagi.

Satu jam lamanya akhirnya waktunya Miss Imelda memasuki kelas, terlihat sosoknya dari kaca bening jendela, Intan buru-buru berlari menuju pojok dinding tempat semula dia mendapatkan hukuman, kakinya tersandung kaki meja hingga kesakitan, "Mampus, sakit banget. Setelah ini pasti bengkak, Aduh!"

krekk! suara pintu terbuka.

"Sudah selesai?" tanya beliau pada muridnya, yang tampak tenang pada bangkunya masing-masing. Meski sebelumnya sangat gaduh Karena sibuk mencari contekan.

"Sudah Miss..." jawab mereka serentak.

Miss Imelda melirik Intan, 'Kasihan juga anak itu dari tadi aku hukum,' Miss Imelda merasa menjadi wali kelas yang kejam pada anak didiknya.

"Intan, duduklah!" perintahnya.

"Baik Miss, terimakasih," Intan segera menurunkan kakinya, dan berjalan kembali ke tempat duduknya.

"Kumpulkan pekerjaan Kalian satu per satu!"

Salah satu berdiri dan mengumpulkannya di meja Miss Imelda, pengajar mata pelajaran matematika itu mengoreksi jawaban nya.

"Bagus Zaskia!"

Zaky maju dan memberikan buku tulis yang di beri sampul coklat pada wali kelas nya, "Ini Miss."

Miss Imelda memeriksanya, dan semua jawaban benar. Zaky tidak bisa diragukan lagi. Dia memang anak yang cerdas.

"Bagus Zaky," pujinya dengan memberi nilai a+ untuk Zaky yang tiap semester mendapat juara satu.

Murid yang lain pun maju. Sean, murid yang mengisi jawabannya Sama persis dengan milik Zaky.

Miss Imelda melihat dan meneliti tiap kata dan angka tidak jauh beda dengan hasil pekerjaan milik Zaky.

"Sean? kamus mencontoh hasil pekerjaan Zaky ya!" teriak Miss Imelda.

"Saya mengerjakan sendiri Miss!"

"Bohong kamu! kamu kurang pintar. Kalau niat menjiplak hasil pekerjaan orang! kasih modifikasi dong! jangan di contoh semua kata titik komanya gitu!"

Miss Imelda langsung saja menerima nilai c+ untuk hasil Sean, "Intan. Pekerjaan itu tolong kau jadikan pekerjaan rumah. Kerjakan dengan baik!"

"Baik Miss! ya sudah. Lainnya kumpulkan di meja! Sean nanti bantu bawa semua ke kantor Miss! Selamat pagi!"

"Pagi Miss Imelda!"

Bab. 3. Api Cemburu

Jam pelajaran usai, lebih cepat dari biasanya. Membuat Intan memiliki cita-cita ingin main dulu sebelum pulang.

Ibu Intan tahu jam berapa dia pulang sekolah. Kesempatan emas bagi Intan untuk main lebih lama.

Teng! teng! teng!

"Yes!" anak-anak bersorak gembira mendengar bel sekolah berbunyi. Begitu pula dengan saya sebagai author pas zamannya sekolah. Hehe.

"Zaky, aku bareng dong pulangnya," rengek Monica yang tiba-tiba mendekati Zaky dan mengelus lengannya, berharap dia bisa mendapat tumpangan.

Zaky melihat Intan, dan dia melengos saja tanpa peduli dengannya.

"Kenapa anak itu?" pikir Zaky. Seperti cacing kepanasan.

"Zaky, boleh dong aku ikut pulang bareng!" lagi tanya Monica karena dalam beberapa saat Zaki diam tidak menjawab permintaan Monic.

"Oh maaf, aku ada kegiatan lain, jadi nggak pulang dulu. Maaf Monic!"

"Gak apa-apa, aku ikut saja sampai kamu selesai!" Monic sangat memaksa Zaky. Terlihat Zaky tidak menyukai gadis itu.

"Aku bareng sama Intan Monic. Maaf ya!" Motornya tidak jadi dia kendarai. Dia biarkan saja di dekat parkiran.

Zaky buru-buru membawa tasnya dan berlari mengejar Intan yang sudah jauh dari mereka.

"Yah! selalu Intan! Intan! dan Intan!" Monic melipat tangan di dada. Dengan wajah cemberut karena gagal mendekati Zaky.

"Awas saja si Intan Kalau sampai merebut Zaky dari ku! tapi mana mungkin. Gadis itu kan bukan seorang gadis. Dia hanya perempuan jadi-jadian!" ejek Monic sinis.

****

"Intan! tunggu aku!" teriak Zaky sambil berlari mengejar gadis yang terlihat buruk di mata guru dan sekolah itu.

"Maaf ya!"

Zaky berhasil mengejarnya dan menepuk bahu Intan. Lalu merangkulnya dengan satu tangan kanannya. Mengikuti langkah kaki Intan beriringan.

"Eh apa-apaan ini? buang gak tangan kamu dari bahuku! Cakep banget!"

"Haha, kamu cemburu ya, melihat Monic tadi?"

"Apa itu kata cemburu? aku gak ngerti!" Intan tetap saja berjalan tanpa memandang wajah Zaki yang terlihat menggodanya. Intan sama sekali tidak peduli dengan ucapan Zaky, yang terkadang membuatnya mual.

"Halah kamu pasti cemburu!" ledek Zaky mencet hidungnya yang mancung.

"Kebiasaan banget pencet hidung orang, maksud kamu aku cemburu sama ulet bulu itu?Gak ya, ngapain cemburu," Intan semakin mempercepat langkahnya.

Melihat di lapangan ada beberapa murid cowok bermain basket dia pun menghampiri dan ikut masuk bergabung bersama mereka.

Langsung saja Intan meraih bola basket dan mendribel-nya dengan kuat. Melemparnya dari jarak jauh. Supaya kekesalan di hatinya sedikit berkurang karena ulah Zaky ini.

Blung!

"Yes! masuk!" ungkap Intan genggaman tangan yang ia tarik ke bawah menunjukkan senangnya.

"Keren kamu Intan!" mereka sangat antusias Jika Intan masuk grup mereka.

"Wah, maaf ya! Lagi gak mood main basket! next lain kali aja, bye!" Intan menangkap bola yang memantul di depannya dan melempar Kembali pada salah satu pemain basket.

Hap!

"Intan, kamu habis ini mau kemana?" tanya Zaky masih ingin merangkul sambil berjalan dengan tangan kanannya.

"Ih apa sih ini, lepaskan nggak?" Intan membuang tangan Zaky.

"Yah, kamu kenapa sih? marah ya? atau masih cemburu?" Zaky menunjuk hidung Intan lagi.

"Zaky..!! awas ular!" teriak Intan menunjuk sesuatu yang tidak ada.

"Hah? mana? mana Intan? aku takut!" Zaky berlarian ke sana kemari dan berjingkrak-jingkrak menghindari hewan melata yang Intan maksudkan.

Tapi sepertinya Zaky menyadari gadis nakal itu hanya bergurau saja padanya. Karena hewan itu tidak ada di manapun.

"Awas ya kamu Intan!" geramnya berlari mengejar Intan yang sudah berlari menjauhinya.

"Kamu mau kemana?" tanya Zaky, langkah kaki Intan menuju kantin sekolah.

Dan benar saja, kakinya telah berhenti di depan kantin sekolah.

"Dih, kamu gak mau pulang? nanti Emak-mu nyari!" pesan Zaky yang turut duduk di samping Intan yang sudah santai menyandarkan punggungnya di kursi kantin.

"Mbak! Mie ayam 2 mangkuk!" teriaknya pada penjaga kantin.

"Dih, emang habis kamu mie ayam 2 mangkuk?"

"Buat kamu satu, emang kau pikir aku babi hutan?" masih sinis. Intan rupanya ada perasaan cemburu pada Monic. Dan sudah di tebak Zaky jika wanita itu sedang cemburu.

"Cie.... Gak mau ngaku? kamu cemburu kan?" ledek Zaky tanpa habisnya.

"Apa sih!?"

"Boleh saya bergabung?" seorang guru pria muda yang sudah tidak asing ikut duduk bersama mereka.

Sorot matanya mengarah Intan, membuat Zaky tidak rela di buatnya.

'Duh, apaan sih. Aku kok merasa tidak terima Pak Reno mendekati Intan, ah tidak, pasti ada alasan lain dia bergabung bersama kita.' Zaky berbicara tanpa suara.

"Silahkan, Pak!" Intan dengan sengaja memasang wajah paling manis, sengaja ia tunjukkan untuk membuat Zaky cemburu.

"Siang, kenapa kalian tidak langsung pulang?" Reno yang usianya sama mudanya dengan mereka bertanya dengan menyelidik.

"Malas, Pak! masih pagi juga untuk pulang. Nanti sampai rumah malah disuruh Emak masak buat nanti sore, gak mau aku. Nanti kulitku terbakar, mukaku melepuh," Intan mengerucutkan bibirnya.

"Dasar kamu anak bandel!"

"Ini mie-nya, silahkan!" Seorang penjaga kantin membawa 1 nampan berisi 3 mangkuk. Berserta minumannya.

Setelah beberapa menit lamanya, mereka telah menghabiskannya.

"Intan, kamu sebenarnya anak yang manis," ucap Pak Reno. Belum melanjutkan bicaranya, Intan menyela.

"Ya jelas donk, Pak. Intan gitu lho!" dengan mengangkat kerah Hem yang ia kenakan dengan sombong.

"Tapi,-"

"Eh ada tapinya. "

"Kamu siswi yang memiliki predikat murid paling bandel di antara temanmu lainnya," lanjut Pak Reno.

"Ah, Bapak juga tahu itu, sudah menjadi karakteristik ku di sekolah," jawab Intan dengan bangganya.

"Kamu bangga dengan predikat buruk itu? asal kamu tahu Intan, para guru-guru pengajarmu sudah lepas tangan pada wali kelasmu, dengan terpaksa Miss Imel tidak akan menaikkan kamu ke kelas 3," jelas Pak Reno dengan serius.

"Hah? benarkah itu, Pak? jangan biarkan donk, Pak. Kasihani saya, saya sudah pernah tidak naik satu kali di SMA ini, masa tidak dinaikkan lagi, ?" ucap Intan dengan sedihnya.

Intan menggoyangkan tangan Pak Reno di atas meja, berusaha membujuk Pak Reno untuk membantu dia naik kelas.

"Semua itu terserah kamu sendiri, kalau kamu tidak bisa berubah, itu akan terjadi. Jika kamu mau berusaha untuk merubahnya, kamu akan naik kelas, Intan," Pak Reno menjelaskan u.

"Baiklah, Pak Reno yang tampan dan baik hati," Ucap Intan.

"Kita akan tunggu perubahan itu Intan Ayu Cahyani jujur kami sayang padamu," ucap Reno dengan tersenyum. Sementara Zaky diam sedari tadi menahan api cemburu.

"Ya sudah, mari kita pulang;" Reno bergegas pergi dari sana.

"Aku ambil motorku, tunggu aku digerbang ya?" pinta Zaky, intan hanya diam tidak bersuara. Melanjutkan minum es di gelas yang ia genggam.

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!