Yana Ananta seorang gadis berparas cantik, yang phobia terhadap kumpulan laki-laki. Memiliki hobi menjadi kreator video, kartun-kartun lucu. Kadang suka bertingkah aneh, pada orang yang pandai mengambil hatinya.
Chaka Alexander seorang pria dingin, namun teliti terhadap hal sekecil apapun. Tidak menyukai setitik noda, pada peralatan dan perlengkapan miliknya. Bahkan minuman dan makanannya, harus diperiksa tiga kali sebelum dikonsumsi.
Ronal merupakan pria yang mengenal Yana, dari aplikasi YouTube. Dia selalu mendekati Yana, meski dengan meraba-raba menggunakan tongkat. Pria yang selalu mengenakan kacamata hitam, dan mengaku buta.
Febby merupakan teman Yana, di rumah Kreator Video. Bersifat ceria, suara cempreng, dan blak-blakan. Meski begitu, dia adalah gadis mandiri.
Artha merupakan pria pendiri aplikasi cari jodoh, lalu mencoba sendiri aplikasi yang dibuat olehnya. Memiliki perasaan pada Febby secara diam-diam, tanpa diketahui oleh orangnya.
Kaila Prishia merupakan anak kedua dari Tasya. Tingkahnya yang nakal, membuat kedua orangtuanya pusing. Baru saja duduk di bangku SMP, tapi kelakuannya sudah melebihi mobil tanpa rem.
Kaihan merupakan pacar Kaila yang bar-bar, suka dengan permainan speed boat. Akibat tingkahnya itu, membuat Kaila tertular. Mereka susah diatur, sehingga membuat Devin sering naik pitam.
*Skip*
Sebuah mobil melaju dengan kekuatan tinggi, pengemudi di dalamnya sudah tidak sabar untuk sampai ke rumah. Dia mempunyai firasat tidak enak, dengan keadaan di rumah.
"Aku harus segera sampai, jangan sampai telat." monolog Chaka.
Beberapa menit kemudian, mobil Chaka sudah berhenti di depan rumahnya. Chaka langsung memasuki rumah, karena pintunya tidak terkunci.
"Mama! Papa!" Chaka memanggil dengan suara yang lantang.
Tidak ada sahutan, rumah tampak sepi. Chaka membuka pintu kamar kedua orangtuanya. Chaka terkejut, menyaksikan pemandangan yang membuat sesak dadanya. Kedua orangtuanya tewas, dalam keadaan mengenaskan. Mereka ditemukan sedang tergantung, di atas langit-langit kamar.
"Mama, Papa." Suara Chaka terdengar menyedihkan.
Setetes air lolos juga di sudut matanya, itu untuk pertama kalinya. Chaka benar-benar merasa terpukul, dengan kenyataan pahit tersebut. Kematian orangtuanya masih menjadi tanda tanya, karena kejadian itu mendadak terjadi.
Chaka menelepon Tasya, yang merupakan teman baik mamanya. Setelah itu dia menghubungi polisi. Tidak lama kemudian, Tasya dan Devin datang.
"Om Devin, ada yang membunuh kedua orangtuaku." ujar Chaka.
Devin memeluk Chaka, dia merasa iba melihatnya. "Kamu yang sabar iya Chaka, semuanya pasti berlalu. Orang-orang jahat itu, pasti akan ditemukan pelakunya."
"Kami akan menyelidiki kasus bunuh diri ini, bila tuan menginginkan." ujar polisi.
"Biarkan saja Pak, anggap saja dia bunuh diri." jawab Chaka.
Chaka ingin menyelidikinya sendiri, membuat musuh lengah lebih baik. Berpura-pura menutup kasus, yang sebenarnya ingin dicari dalangnya.
"Serahkan saja pada Om, pelaku akan dilacak. Ada seorang detektif terkenal, yang sudah biasa menangani kasus seperti ini." ucap Devin dengan berbisik.
"Iya Om, itu juga hal yang aku rencanakan." jawab Chaka.
Seusai jenazah dimakamkan, Chaka pulang ke rumah Devin dan Tasya. Di rumah mereka, Chaka disambut oleh Kaila.
"Hai Kakak tampan!" sapa Kaila.
"Iya, kamu apa kabar?" tanya Chaka.
"Alhamdulillah baik Kak." jawab Kaila tersenyum.
Tasya mengetuk pintu kamar Yana, lalu pintu dibuka. Tasya berniat memaksa putrinya, agar mau dinikahi Chaka.
"Sayang, kamu mau iya menikah dengan anak teman Mama. Tidak mungkin, dia tinggal sendirian di rumahnya. Apalagi orangtuanya baru saja mati, dengan tidak jelas penyebabnya." ujar Tasya.
"Bukankah orangtuanya gantung diri. Aku melihat berita yang viral di internet." jawab Yana.
"Iya sayang, tapi kasus ini sedang diselidiki Secara diam-diam." ujar Tasya.
"Baiklah Ma, aku mau. Tapi, aku tidak mau sekamar dengannya." jawab Yana.
Awalnya Yana menolak, namun akhirnya terpaksa menerima perjodohan itu. Tasya mengerti kenapa Yana menolak, itu karena rasa trauma dirinya sewaktu sekolah SMA.
Pada malam harinya, Chaka duduk di ruang makan bersama keluarga Yana. Tasya sengaja menyiapkan semuanya, untuk membicarakan pernikahan.
"Chaka, ada hal yang ingin Tante sampaikan." ujar Tasya.
"Apa itu Tante?" tanya Chaka.
"Tante dan Mamanya Chaka sudah lama bersahabat, kami juga berencana besanan. Tapi hari ini Tante tidak menyangka, bahwa Tera meninggal." jawab Tasya.
"Lalu, mau bagaimana lagi Tante. Mama juga sudah tidak ada." ujar Chaka.
"Mama kamu memang sudah tidak ada, tapi kamu masih ada. Kami akan menjaga kamu, seperti anak kami sendiri. Maka dari itu kami harap, kamu mau menikah dengan Yana." jawab Tasya.
Chaka melihat ke arah Yana, yang dari tadi hanya menunduk. Yana terdiam, tanpa mau menoleh. Kaila menyenggol lengan Yana, sambil mencubit tangannya.
"Kak, dari tadi Kak Chaka lihatin Kakak tuh." bisik Kaila cekikikan.
"Dasar iblis penggoda." jawab Yana.
Kaila terus tersenyum, melihat Chaka yang menimang-nimang permintaan Tasya. Setelah dipikir baik-baik, baru Chaka menggangukan kepalanya.
"Kamu setuju?" tanya Tasya, dengan raut wajah semringah.
"Iya Tante, aku setuju." jawab Chaka.
"Baiklah, persiapkan diri kalian. Lusa, kita akan mengadakan acara pernikahan." ucap Devin.
"Apa secepat itu Pa?" Yana bergidik ngeri, melihat Chaka.
"Iya Yana, Chaka sedang ada masalah." jawab Devin.
"Pa, tapi aku tidak mau satu kamar dengan pria." ujar Yana.
"Kamu tenang saja, kamu memang sengaja tidak dibiarkan bergaul dengan pria." jawab Devin.
'Chaka, sebenarnya kamu adalah penolong kami. Sudah lama, kami menantikan saat kamu menjadi menantu kami. Membebaskan rasa takut Yana, terhadap para pria. Dia harus tahu masih ada laki-laki baik, selain Papa kandungnya.' batin Devin.
Keesokan harinya, Yana duduk di dekat kolam ikan. Dia mengelus kelinci putih kesayangannya.
"Kamu cantik sekali kelinci, kamu sudah bersih iya karena sudah mandi." ucap Yana.
"Yana, kamu sedang apa?" sahut Febby.
Yana menoleh ke belakang, ternyata Febby sahabatnya yang menyapa.
"Aku sedang mengumpan ikan." jawab Yana.
"Oh gitu iya, aku dapat undangan nih dari Papa kamu." Febby mengedipkan matanya.
"Eh Febby, kamu jangan salah paham. Ini bukan keinginan aku, ini keinginan kedua orangtuaku. Mereka ingin membantu Chaka, dalam menyelidiki kasus kematian Tante Tera." tutur Yana panjang dan lebar.
"Oh gitu iya, aku kira kamu memang ada tujuan." ujar Febby.
"Tujuan apa, aku bahkan hampir tidak mau menikah." jawab Yana.
"Sudah, jangan bad mod. Lebih baik, kita buat konten kreator lagi." ujar Febby.
"Eh iya, aku ingin bikin kartun kelinci kesayangan aku." jawab Yana.
Chaka memperhatikan Yana, dari tempat yang tidak jauh dari mereka. Chaka sudah tahu, bila menikah dengan Yana tidak akan ada cinta. Hanya sedikit sih, yang dia tahu dari orangtuanya. Tapi Chaka tahu, bahwa Yana pasti memiliki sebab.
"Kak Yana!" seru Kaila.
"Halo." tambah Kaihan.
"Iya Kaila." jawabnya.
Kaila dan Kaihan memang nakal, mereka membawa ketapel ke sekolah. Sekarang tertawa kecil, sambil berkacak pinggang. Yana menutup tangannya, dia malas untuk menoleh Kaihan.
"Kakak tenang saja, aku tidak akan mengganggu." ujar Kaihan.
Kaila menjewer telinganya. "Kamu itu jangan membuat Kakakku takut."
"Maaf beb, aku tidak tahu." ujar Kaihan.
"Masak lupa sih, aku 'kan sudah bilang." jawab Kaila ketus.
"Terasa mau muntah dan sakit mata, lihat hubungan kalian." Febby mengejeknya.
"Biarin, daripada Kakak jomblo ngenes." Kaila menggoyangkan bokongnya.
"Sudah sana pergi sekolah, nanti terlambat." ucap Febby.
"Tenang saja, hari ini diantar Kakak tampan." jawab Kaila, mengingat wajah Chaka.
Mereka segera pergi setelah berpamitan, Yana biasa saja ketika sudah tidak ada Kaihan.
"Kamu jangan takut terus dengan pria. Kenapa tidak mau memandangnya. Setidaknya bila tidak lama, bisa dicoba satu detik dulu." ujar Febby.
"Tidak, aku tidak suka pria. Bahkan aku tidak suka, dengan drama romantis." jawab Yana.
"Iya sudah deh, aku tidak akan memaksa. Sekarang, lebih baik kita segera pergi." ucap Febby.
"Iya, ayo kita pergi." jawab Yana bersemangat.
Yana mencium marmut kesayangannya, marmut putih yang diberi nama Bubu. Yana lebih suka menghabiskan waktu, bersama binatang kesayangannya.
Chaka masih fokus menyetir mobil, mengantar Kaila dan Kaihan ke sekolah. Chaka terpikirkan, dengan hari pernikahan besok pagi.
”Pernikahan ini, seperti keadaan kritis. Di mana aku harus menikah, meski tidak menjalani hari dengan normal. Di sini tidak ada cinta, tidak ada juga keluarga lengkap. Mereka meninggalkan aku, dengan semua sesak dan lara.” batin Chaka.
"Kak, kenapa Kakak diam saja?" tanya Kaihan.
"Tidak apa-apa." jawabnya.
"Harusnya Kakak bahagia, 'kan mau menjadi pengantin baru." goda Kaila.
Chaka hanya tersenyum, tapi tidak dengan hatinya.
"Hahah... kacang, kacang." Kaihan tertawa meledeknya.
Mereka berdua akhirnya sudah sampai ke sekolah. Ternyata keduanya terlambat, karena memang sengaja. Namanya juga anak nakal, tidak mungkin mematuhi aturan sekolah.
"Aku bebas, mau ngapain saja. Papaku keturunan dari konglomerat sejagat. Mereka pasti langsung tunduk dan hormat, seolah layaknya kita ratu dan raja." ujar Kaila.
"Ayo kita beraksi." jawab Kaihan.
Kaihan menarik ketapel nya, lalu kerikil melesat ke kepala satpam. Kaihan cekikikan, karena berhasil mengerjai satpam.
"Aduh, siapa si yang melempar kerikil. Apa kepalanya tidak punya mata, bahwa ada orang di sini." monolog satpam.
Kaila dan Kaihan berjalan mendekat, menghampiri satpam yang celingak-celinguk.
"Bukakan pintu gerbang!" titah Kaila.
"Cepat Pak, kami mau masuk ke dalam." tambah Kaihan.
"Dasar 2K, selalu saja merepotkan." gerutu satpam.
Satpam membukakan pintu gerbang sekolah, Kaila berjalan dengan arogan. Banyak yang tidak berani protes, dengan kelakuannya yang pecicilan.
Sekumpulan laki-laki menghampiri Yana dan Febby. Mereka sedang berjalan santai pada pagi hari.
"Ayo cepat pergi, aku tidak mau tertangkap." ujar Yana.
"Mereka hanya jalan pagi, tidak mau menangkap kita." jawab Febby.
Yana segera berlari, dengan raut wajah ketakutan. Bila sekumpulan laki-laki banyak, dia akan berteriak histeris.
"Aaaa!"
Yana menyeberang jalan, dengan tidak konsentrasi. Chaka mengerem mobilnya secara mendadak. Chaka segera turun dari mobil, lalu hendak membantu Yana yang terjatuh.
"Jangan sentuh aku, tolong." Yana masih histeris.
Febby segera berlari mendekati Yana. "Yana, kamu tidak apa-apa 'kan."
Yana segera berdiri, dibantu dengan Febby. Chaka mengerti, bahwa Yana tidak menerima pria selain Devin. Febby menganggukkan kepalanya sambil, menoleh ke arah Chaka. Febby segera melangkahkan kakinya, menjauh dari Chaka bersama Yana.
"Pantas saja, Papa kamu mendirikan rumah Kreator Video dekat dengan rumah kamu. Pasti Papa kamu, tidak mau terjadi apa-apa padamu." ucap Febby.
"Bukan hanya Papa, tapi semua orangtua akan melakukan hal yang sama." jawab Yana.
Febby membuka pintu rumah Yana Creator, dengan kunci yang ada di tangannya. Mereka masuk ke dalam, mulai beraktivitas kembali. Mereka menciptakan kartun-kartun, dengan suasana bahagia. Sadar bila dunia ini, perlu menebar benih-benih kebaikan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!