Dret ...
Dret ...
Dret ...
Bunyi alarm itu membuat seorang lelaki tampan yang sedang tertidur pulas terbangun dari tidurnya, seingatnya hari ini adalah hari pertama ia sekolah di sekolah baru. Selesai siap-siap ia pun bergegas ke halte untuk menunggu bus yang menuju ke jalan di depan gerbang area sekolahnya.
Sebelum itu kenalkan, ia adalah Jefran Emerald Delonix. Panggil saja Jefran. Remaja laki-laki berusia 16 tahun dengan tinggi 170 cm, memiliki kulit putih, dan rambut hitam yang menawan. Orang bilang ... Dia mirip dengan aktris Huang Guanheng.
Setelah 5 menit menunggu di halte bus, bus yang di tunggu Jefran akhirnya datang. Sesampainya di sekolah Jefran pun langsung pergi ke ruang guru sesuai arahan guru yang kemarin menanganinya untuk masuk sekolah baru.
Di dalam perjalanan menuju ruang guru, terdengar bisikan-bisikan dari anak-anak sekolah tersebut.
Siswi A, "Wah, anak ganteng dari mana nih."
Siswi B, "Btw gue ke baru ngeliat nih anak. Anak baru barangkali."
Siswa X, "Buset, gue punya saingan baru lagi nih."
Begitulah ocehan anak-anak yang melihat Jefran.
Tok ... Tok... Tok ... Suara ketukan pintu begitu pelan.
"Silahkan masuk!" Ucap salah seorang guru.
"Selamat pagi pak!" Ucap orang itu penuh hormat.
"Kamu Jefran kan?" Tanya sang guru.
"Iya pak."
"Saya adalah wali kelas kamu, kalau begitu mari saya antarkan kamu ke kelas kamu."
"Baik pak," jawabnya.
Sesampainya di kelas, pak guru menyuruhnya memperkenalkan diri kepada teman kelas.
"Jefran, silahkan perkenalkan dirimu," perintah wali kelas kepada ku.
"Selamat pagi semua, perkenalkan nama ku Jefran Emerald Delonix. Biasa dipanggil Jefran. Aku anak pindahan dari sekolah xxx karena sebuah alasan. Saya harap kalian bisa jadi teman yang baik buat saya," ucapnya memperkenalkan diri.
"Oke, baiklah Jefran. Sekarang kamu duduk di belakang sana. Di samping Lidya." Ucap wali kelas.
"Baik pak."
Aku pun kemudian pergi ke belakang dan duduk di samping Lidya.
"Baiklah anak-anak. Harap jangan ribut. Usahakan membaca materi untuk pelajaran yang akan masuk. Sekian, bapak mau kembali ke ruang guru," pamit wali kelas.
"Baik pak," ucap mereka sekelas secara serempak.
Jam pelajaran ketiga pun sudah selesai dan kini waktunya untuk istirahat.
"Jef, kenalin gue Lidya Gabriela Margareth," ucap Lidya sambil mengulurkan tangannya.
"Oh iya," ucapnya dengan malas tanpa membalas uluran tangan Lidya.
Karena merasa tak enak, maka Lidya pun keluar meninggalkan Jefran sendiri di tempat duduknya.
Waktu istirahat pun telah selesai dan para murid mulai bergegas masuk ke kelas masing-masing untuk melanjutkan pelajaran.
**
Pelajaran hari ini pun telah selesai dan semua murid sedang membereskan buku-buku pelajaran.
"Jef, gue boleh ga minta nomor lo biar gue masukin ke group WhatsApp kelas," ucap Lidya.
Lidya adalah seorang siswi cantik dengan rambut sebahu, berkacamata, dan dia adalah sekretaris di kelas tersebut.
"Nih nomor gue," ucapnya sambil menyodorkan handphone ke Lidya.
"Oke, makasih. Kalau gitu gue pulang dahulu," pamit Lidya kemudian pergi keluar dari kelas.
**
Sesampainya di rumah Jefran pun langsung tertidur tanpa melepaskan seragamnya terlebih dahulu, karena dia sangat lelah.
Sorenya pun Jefran baru tersadar dari tidurnya, karena mimpi buruk yang selalu datang ketika dia sedang tidur.
Jefran menarik nafas panjang seperti sehabis lari. Ia selalu saja mendapat mimpi buruk yang sama ketika ia tidur, setelah ia sudah sedikit merasa tenang barulah ia ke kamar mandi untuk mandi.
Berlanjut mandi, ia bergegas ke meja belajar untuk belajar pelajaran kesukaannya yaitu matematika. Kenapa mesti matematika yang harus dia sukai? Padahal banyak orang yang merasa bahwa matematika itu adalah pelajaran paling sulit.
Jefran mempunyai alasan tersendiri untuk menjelaskan, mengapa dia menyukai Matematika.
Disaat dia sedang mengerjakan soal-soal matematika, handphonenya berbunyi.
Ting!
Ia pun berhenti sejenak mengerjakan soal-soal matematika dan mengecek handphonenya.
Isi pesan masuk ...
Aditya Chandrawinata. 'Guys, jangan lupa besok harus kumpulkan tugas yang dikasih.'
Danendra Alfius Putra. "Iya, gue tahu."
Alletha Beby Permata. "Gue hampir lupa bambang, untung lo ngasih inget."
Jannie Febryana Lee. "Beby mah nggak diragukan lagi kalau suka lupa sama tugas, orang sibuk mah beda."
Lidya Gabriela Margareth. "Woi, gue hampir lupa. Si Jefran anak baru tadi dah gw masukin ke GC ini."
Jefran Emerald Delonix. "Hai."
Aditya Chandrawinata. "Oiya, kenalin gue ketua kelas 11 IPA 1 dan wakil ketua OSIS."
Begitu isi chatnya, sudah malam jadi Jefran memutuskan untuk tidur dan besok harus ke sekolah.
**
Pagi …
Seperti kemarin, Jefran menunggu bus yang menuju ke sekolah. Sesampainya di sekolah Jefran tak sengaja menabrak seorang perempuan yang membawa buku, seketika itu buku yang digenggam siswi tersebut jatuh ke lantai.
"Maaf, gue gak lihat lo tadi pas jalan," ucapnya.
"Oh, enggak apa-apa kok," jawab siswi tersebut sambil memungut buku yang tadi jatuh.
"Kalau gitu gue jalan dulu," pamitnya tanpa membantu memungut buku siswi itu.
Memang diriku tak terlalu suka membantu orang dan tak suka berbaur dengan orang lain selain memberi salam atau sapaan kepada orang yang baru ku kenal, itu pun terpaksa.
Sesampainya ke kelas, Jefran pun duduk sambil memasang headset di salah satu telinga, mendengarkan musik kesukaan. Bisa dibilang dia orang yang tak suka keramaian apalagi keributan.
Pelajaran ketiga pun selesai dan Jefran bangkit dari kursi untuk pertama kalinya keluar kelas, pergi ke kantin untuk membeli makan.
Saat Jefran sedang di kantin, penguasa kelas berkumpul membicarakan diriku yang rada beda dari teman yang lain.
Aditya Chandrawinata, menjabat sebagai ketua kelas dan wakil ketua OSIS di sekolah tersebut. Dia anak tunggal dari seorang pengusaha batu bara terbesar di kota tersebut. Memiliki kekayaan yang tak terbatas, ia juga memiliki wajah yang tampan, dengan tinggi 172 cm, berkulit putih, dan berambut cokelat.
Ia adalah salah satu murid terpintar dan terkenal di sekolah ini. Tapi jangan salah, ia juga biang gosip di kelas.
Danendra Alfius Putra. Salah satu idola sekolah, anak bungsu dari 2 bersaudara. Keluarganya adalah pemilik rumah sakit swasta terbesar di kota itu dan semua anggota keluarganya adalah Dokter.
Ia menjabat menjadi wakil ketua kelas, anggota paskibraka dan kapten basket di sekolah. Banyak sekali perempuan yang tergila-gila dengannya, tapi dia adalah orang yang dingin.
Alletha Beby Permata, siswi cantik berkulit putih berdarah Korea-Indo ini juga salah satu idola sekolah. Ia anak tunggal dari pasangan miliarder terkenal dunia. Jangan salah kalau dia sombong, karena memang dia orang kaya dan teman-temannya pun juga begitu.
Ia menjabat sebagai bendahara di kelas, siswi cantik ini juga seorang model dan seorang penyanyi. Banyak yang menyukainya, tapi faktanya ia menyukai guru muda di sekolah tersebut.
Jannie Febryana Lee. Tak kalah cantik dengan Beby, ia memiliki kecantikan di atas rata-rata. Orang tuanya memiliki perusahaan gadget ternama di dunia. Dia anak tunggal yang selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya, ia adalah seorang artis dan pemimpin organisasi musik di sekolahnya.
Dia memiliki mata yang sipit dan kulit yang putih, dia juga merupakan keturunan Tionghoa. Feby disini menjadi idola di sekolah tersebut.
Lidya Gabriela Margareth. Siswi berkacamata yang pintar dalam hal apapun ini adalah anak dari presiden negara ini, ia adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Di umurnya yang masih begitu muda, ia sudah memiliki berbagai piagam maupun piala Olimpiade Internasional Bahasa Asing.
Ia menjabat sebagai sekretaris dan pemimpin pemandu sorak di sekolahnya. Ngomong-ngomong banyak banget yang naksir dengannya, tetapi ia hanya tertarik dengan ketua OSIS di sekolah ini.
Pelajaran hari ini pun telah berakhir, semua orang telah berhamburan keluar kelas. Sekolah ini adalah sekolah elite. Anak orang berada yang bersekolah di sini. Apakah ada bully? Apakah ada perbedaan derajat? Tentunya ada, karena di sini hanya beberapa anak kurang mampu yang bersekolah dan itu pun dilihat dari kelebihannya.
Tak jarang anak-anak seperti itu sering mendapat bully-an, kadang sampai ada yang dihajar hanya karna hal sepele seperti tidak menegur. Jefran salah satu orang yang beruntung diterima di sekolah tersebut, apalagi kelebihannya adalah Matematika dan Matematika.
Sekarang Jefran berada di halte menunggu bus untuk pulang ke rumah, memakai hoodie hitam kesayangannya dan tak lupa headset di telinga. Saat masuk di bus, seperti ada yang aneh. Sepertinya ia melihat siswi yang tadi pagi ia tabrak. Tak berlangsung lama, Jefran pun kembali berjalan menuju tempat duduk.
Di dalam bus tinggal dirinya bersama dengan gadis itu, itu pun karena waktu sudah malam. Beberapa menit kemudian suasana langit menjadi gelap, lampu dalam bus pun seketika mati.
Jefran mulai merasakan mual dan pusing, penglihatannya seketika mengabur. Ia hampir saja jatuh dari kursinya, akan tetapi ada sebuah tangan yang menopang kepalanya agar tidak jatuh ke lantai bus. Tak berapa lama, penglihatan Jefran sepenuhnya gelap.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Kenapa bisa Jefran sampai pingsan?
Flashback on ...
11 tahun yang lalu.
"Semangat yah belajarnya sayang, Papah pergi ke kantor dulu," ujar Ayah, pergi.
"Siap pak bos, laksanakan!" Jawab Jefran dengan semangat sambil memberi hormat kepada ayah.
Hari ini tepat hari pertama Jefran bersekolah di sekolah dasar. Senyum manis terus mewarnai wajah tampan yang masih berumur 5 tahun ini. Wah? 5 tahun sudah masuk sekolah dasar? Jangan salah, dia adalah seorang anak dengan kepintaran di atas rata-rata. Dia sangat mahir dalam hal berhitung. Keluarga kecilnya adalah ahli dalam bidang matematika, jadi turun temurun hingga ke Jefran.
"Selamat pagi anak-anak, selamat datang ke sekolah. Hari ini kita awali dengan perkenalan diri dulu yah."
"Baik Bu!"
Tak terasa waktu berjalan sangat cepat, hari pertama sekolah di jalani dengan bahagia. Senyum manis itu masih menghiasi wajah tampan bocah bernama Jefran. Jarak antara rumah Jefran dengan sekolah tak terlalu jauh , jadi ia hanya berjalan kaki sebentar dan langsung sampai ke rumah.
Jefran pun berlari ke dalam rumahnya.
"Mama, Jefran sudah pulang!"
"Anak mama yang paling ganteng akhirnya pulang juga, gimana sekolah nya? Enak Ga?" Sahut Mama sambil menggendong Jefran.
"Enak dong Mah, Jefran suka banget sama sekolah."
"Wah, bagus dong. Sekarang Jefran ganti bajunya dulu, terus ke meja makan yah, Mamah udah siapin makanan kesukaan Jefran." Anak itu mengangguk antusias.
Keluarga kecil Jefran sangat harmonis dan bahagia. Ia adalah anak tunggal dari seorang Presdir perusahaan periklanan terbesar di kota ini, Ibunya adalah seorang model papan atas. Keluarganya dikenal sebagai keluarga kaya raya dan pecinta Matematika. Rumah mereka pun tak bisa di pungkiri keindahannya, rumah berlantai 2 dengan halaman yang besar dan di hiasi taman bunga beserta beberapa mobil sport yang terparkir indah di garasi. Ada yang bertanya kenapa Jefran mau pulang jalan kaki? Itu karena ia sudah terbiasa berjalan kaki dan ia tidak suka memakai mobil.
Malam pun tiba, Ayah Jefran sudah pulang 2 jam yang lalu dari kantor. Sekarang mereka sedang duduk di meja makan seraya menikmati makan malam yang di buat Bi Inem, pembantu mereka.
"Jef!" Panggil Ayah Jefran.
"Ia Pah?" sahut Jefran dengan makanan masih ada dalam mulut.
"Enak enggak sekolahnya tadi?" Tanya Ayah Jefran.
"Enak Pah. Jefran dapat teman baru sama Ibu guru yang baik, Jefran suka banget," jawab Jefran sambil terus tersenyum.
Makan malam pun telah selesai dan semua pergi untuk tidur. Tengah malam Jefran terbangun karena merasa haus, sesampainya di dapur ia langsung mengambil gelas dan menuangkan air. Ia meneguknya hingga tandas, belum berapa langkah meninggalkan dapur, Jefran menangkap sebuah suara jeritan minta tolong. Tepat di dalam kamar orang tuanya. Saat itu rumah dalam keadaan sedikit gelap karena hanya beberapa lampu yang menyala.
"Bi Inem, tolongin Bi Bi!" Teriak Mama dan Papa dari dalam kamar.
Jefran memberanikan diri untuk pergi ke kamar Mama dan papa. Sesampainya di depan pintu, betapa terkejutnya Jefran ketika melihat seorang dalam kegelapan memegang pisau dan sedang menusuk perut mamah berulang kali.
"Aakkhhhh Mamaaaaaaa!" Teriakan Jefran diiringi tangis.
Orang yang tadi memegang pisau tersebut datang mendekati Jefran, kemudian mencengkram kuat bajunya.
"Lebih baik kamu diam dan Jangan memberontak! Sedikit saja bergerak, maka kamu akan kubunuh seperti kedua orang tuamu," ancam sang pembunuh, kemudian mendorong tubuh Jefran hinggap terjatuh.
Saat itu Jefran sangat lemas untuk bangun untuk menolong Orangtuanya. Tapi kenyataan berkata lain, sang pembunuh itu sudah pergi meninggalkan Jefran di kamar itu.. Orangtuanya sudah meninggal karena banyak tusukan. Dalam kegelapan, Jefran menangis menatap kedua orang tuanya yang bersimbah darah.
Mulai dari kejadian itu Jefran takut akan kegelapan, ia menutup diri dari banyak orang. Hanya 1 alasan kenapa ia menjadi orang yang dingin, karena Jefran tak mau kehilangan orang yang ia cintai dan sayangi pergi seperti kedua orangtuanya.
Flashback off.
"Aakkkhhh!"
Teriak Jefran diiringi nafas memburu seperti seorang yang sedang di kejar hantu, ia terbangun karena ingatan kejadian itu, "Di mana gue sekarang?" Jefran mulai bingung.
"Akhirnya lo sadar juga, lo sekarang ada di rumah sakit," sahut seorang gadis yang duduk di samping Jefran. Lebih tepatnya sedang menjaga Jefran.
"Tadi lo pingsan tiba-tiba di dalam bus, jadi gue bawa lo ke rumah sakit," lanjutnya.
"Kata dokter sih lo cuma kaget dan pingsan, enggak ada yang lain kok tenang," sambungnya lagi.
Jefran baru sadar ternyata ada seorang gadis yang berada di samping dirinya. Tunggu, bukankah dia adalah perempuan yang tadi pagi ia tabrak di sekolah dan sore tadi berada di dalam bus? Ya benar.
"Oh, hampir lupa. Kenalin nama gue Rainaxy Flysire Azzora. Panggil aja Rara, gue anak 11 IPA 3. Salam kenal yah," ucap Rara sambil menyodorkan tangan untuk berkenalan.
"Nama gue Jefran anak 11 IPA 1. Itu aja yang perlu lo tahu dari gue, enggak boleh lebih karena gue nggak suka berteman," ucap Jefran tak acuh.
Jefran bangun dari tempat tidur rumah sakit, melepas selang infus yang masih melekat indah di tangan. Tindakannya ini membuat Rara terkejut.
"Jef, lo udah gila ha? Bisa bisanya lo lepas tuh infus. Lo belum sehat bener woi," oceh Rara kepada Jefran.
Jefran pun merogoh saku depan seragam, mengambil beberapa lembar uang berwarna merah kemudian menyerahkan nya kepada Rara.
"Makasih dah bantuin gue, nih uang buat bayar biaya pengobatan. Sisanya sebagai uang terima kasih gue ke lo," setelah itu ia keluar dari ruangan tersebut tanpa menghiraukan Rara yang masih melamun melihat tindakan aneh Jefran.
Akhirnya Jefran sampai ke rumah. Setelah makan dan mandi, ia langsung tidur karena capek.
**
Seorang wanita dengan seragam sekolah sedang berjalan melewati trotoar jalan, gadis itu ialah Rara. Masih terlintas di pikirannya kejadian yang terjadi di rumah sakit .
Flashback on ...
"Nama gue Jefran anak 11 IPA 1. Itu aja yang perlu lo tau dari gue, enggak boleh lebih karena gue nggak suka berteman," Jefran melepaskan selang infus dari tangannya.
"Jef, lo udah gila ha? Bisa bisanya lo lepas tuh infus. Lo belum sehat bener woi," omel Rara.
"Makasih dah bantuin gue. Nih uang buat bayar biaya pengobatan. Sisanya tuh uang terima kasih gue ke lo," sambil menyodorkan uang ke Rara.
flashback off.
Rara pun mengambil uang yang ada di dalam sakunya. Ya, uang yang tadi di berikan. Ia berencana besok akan mengembalikan uang tersebut kepada Jefran ketika sampai ke sekolah.
**
Paginya seperti biasa, Jefran menunggu bus di halte untuk ke sekolah. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam bus. Ia melihat wanita yang kemarin. Iya, siapa lagi kalau bukan Rara. Ketika ingin mencari tempat duduk, ternyata tempat duduk yang kosong cuma berada di sebelah Rara. Terpaksa ia harus duduk di samping Rara.
Rara yang merasa kalau ada seseorang yang duduk di sampingnya pun berbalik untuk memastikan siapa orang tersebut. Rara duduk di dekat jendela, memakai Headset, dan menikmati pemandangan di luar jadi dia tidak sadar sebelum nya kalau ada orang yang duduk di samping.
"Eh, lo Jefran kan? Nih gue mau kembalikan uang yang kemarin," ucap Rara seraya memberikan uang yang diberikan Jefran. Jangan sangka, ia membayar uang rumah sakit menggunakan uangnya sendiri. Sebenarnya siapakah Rara?
"Nih, ambil. Gue bukan nggak mau nerima, tapi gue nggak suka kalau ada orang yang berterima kasih ke gue pake uang. Gue paling anti. Jadi jangan pernah ngasih gue uang," jelasnya kepada Jefran.
Tak terasa bus mereka sudah sampai di depan sekolah.
"Gue pamit dulu yah Jef, dah!" Rara keluar dahulu kemudian berlari menuju kelasnya.
Jefran masih tidak percaya kalau ada orang yang tidak suka akan uang. Pikiran Jefran hanya terlintas nama Rara. Ya, Siapkah Rara itu? Orang kaya dari mana dia berasal? Kenapa sepertinya dia tidak asing untuk Jefran, masih banyak tanda tanya di kepala Jefran.
Pelajaran pertama pun di mulai, tak di sangka bahwa pelajaran pertama adalah pelajaran bahasa Indonesia dan yang lebih hebohnya adalah sang guru pengajar. Kalau diingat-ingat Beby Permata menyukai seorang guru di sekolahnya. Iya, dialah guru bahasa Indonesia mereka. Kegantengan Guru muda itu mampu membuat seorang Beby Permata jatuh hati. Nama guru ganteng itu adalah Nathan Adhitama. Berkulit putih, bibir pink, tinggi, dan sangat berkharisma. Umurnya baru 24 tahun tapi otaknya sangat Pintar sehingga ia menjadi guru.
Materi hari ini adalah membuat puisi. Beby Permata adalah orang yang paling antusias membuat puisi tersebut, 10 menit kemudian semua siswa disuruh berhenti melakukan aktivitas menulis karena waktu telah habis.
"Baik anak-anak siapa yang mau membacakan hasilnya di depan kelas?" Tanya Pak Nathan kepada para murid.
"Saya Pak, biar saya saja yang membacakan hasil saya," jawab Beby kemudian berdiri dan maju di depan kelas untuk membaca.
Isi puisi Beby Permata ...
'Hembusan angin sore seakan menghipnotis diriku,
Kicauan burung seperti sedang bernyanyi,
Dedaunan berguguran dari pohonnya,
Langit seperti seperti sedang bahagia,
Hati ini sudah lama kosong,
Ingin sekali ada seekor merpati menempati kekosongan ini,
Ku hanya ingin seseorang yang ku cintai,
Hanya kamu sajalah Pak Nathan.'
"Sekian dan terimakasih!" Ucap Beby sambil menyunggingkan senyum manis kepada Pak guru dan teman-teman, ia pun kembali ke tempat duduk.
Tawa maupun teriakan terdengar ketika Beby selesai membacakan puisi.
"Sumpah Beb, nggak waras lagi lo. Bisa bisanya lo nyatakan cinta ke Pak Nathan di depan kelas," ujar Feby teman sebangkunya Beby.
"Gak apa Feb, biar Pak Nathan tahu kalau gue cinta banget ama dia," jawab Beby tanpa memperdulikan temannya yang terus berbicara.
"Baiklah anak-anak, pelajaran Bahasa Indonesia hari ini telah selesai. Jadi sekarang kalian bisa keluar untuk istirahat."
"Makasih Pak."
"Wah Beb, sumpah lo gila bener. Gue gak nyangka lo bisa senekat tadi," ujar sang ketua gosip, Aditia.
"Udah udah, lebih baik kita ke kantin aja. Gue dah lapar dari tadi," ajak Alfi yang dari tadi sudah lapar, akhirnya mereka berlima anggota geng pun pergi ke kantin.
Jefran sekarang lagi di perpustakaan, ia disuruh Wali kelas ke perpustakaan untuk meminjam buku paket agar ia bisa belajar. Sementara ia mencari buku, ia tak sengaja melihat seseorang pingsan di ujung rak bukit. Seorang perempuan pingsan di ujung sana, karena penasaran ia pun mendekati wanita tersebut.
Siapakah yang pingsan?
Kenapa dia bisa pingsan?
**
Dia, gadis bernama lengkap Rainaxy Flysire Azzora. Kerap dipanggil Rara. Gadis cantik berdarah indo Belanda, ia anak seorang pengusaha kaya raya ternama. Ia anak satu satunya jadi dia selalu dimanjakan. Rara tidak suka dimanjakan dengan uang dan kekayaan.
Tanpa disangka oleh Jefran, gadis yang pingsan itu adalah Lidya. Yap, Lidya teman sebangkunya Jefran. Bukannya dia pergi bersama gengnya ke kantin? Ditengah perjalanan menuju kantin, Lidya mendapat pesan dari Wali kelas agar mengambil contoh jurnal kelas tahun lalu. Untuk apa? Yah untuk menulis setiap data siswa di kelas dan fungsinya dalam kelas.
Tanpa aba-aba Jefran langsung menggendong Lidya menuju UKS. Bisa ditebak, saat perjalanan menuju UKS banyak pasang mata yang melihat Jefran menggendong Lidya ke UKS. Tidak banyak juga orang yang berbisik-bisik melihat kejadian ini, tak mereka sangka sang anak kesayangan Presiden pingsan dan digendong oleng orang yang bisa di bilang bukan seseorang yang sederajat 4 temannya yang kaya raya.
Siswi A, " Gue enggak tahu apa yang terjadi, kalau Pak Presiden tahu kalau anaknya pingsan di sekolah."
Siswi B, "Mana digendong orang asing lagi, ngomong-ngomong ganteng juga yah."
Siswa C, "Kayaknya negara kita bakal ada kabar gempar nih gays."
Begitulah ocehan tidak berfaedah dari mulut siswa dan siswi yang melihat kejadian ini.
"Pak guru!" Teriak Jefran ketika masuk terburu-buru ke dalam UKS, ia menaruh Lidya dengan hati-hati di atas ranjang UKS untuk diperiksa.
"Masya Allah.. Lidya kenapa bisa pingsan?" Pak Guru sekaligus Dokter di sekolah itu kaget karena yang pingsan adalah Lidya, si anak emas Presiden.
Dari luar sudah ada teriakan yang dari gengnya Lidya.
"Buset dah, nih anak tadi gue minta ditemenin nggak mau, kan pingsan," omel Beby Permata sambil memegang kening Lidya.
"Palingan dia capek karena banyak latihan pemandu sorak," ucap Alfi dengan santai.
Ia memang orangnya begitu. Dingin dan tidak akan terlihat panik melihat kejadian seperti ini, tapi suatu saat ada waktunya ia akan menjadi seorang lelaki yang manja dan susah di atur.
"Eh, Jefran. Kenapa lo di sini?" Tanya Feby kepada Jefran.
"Oh iya, gue yang bawa Lidya ke sini. Tadi dia pingsan di dalam perpustakaan," jelas Jefran kepada mereka.
"Kalau gitu gue balik ke kelas dahulu," pamit Jefeam. Saat ingin keluar, ada sebuah tangan yang menahannya untuk keluar.
"Makasih banyak yah Jef, udah tolongin temen gue," ucap Feby. Feby lah orang yang menahan Jefran untuk tidak pergi.
"Iya, makasih. Eum boleh lepas ga tangan gue, gue mau kembali ke kelas," ucap Jefran agak risih, karena tangan Feby masih indah memegang lengan Jefran.
"Oh, maaf. Kalau gitu hati-hati yah di jalan," kata Feby sambil senyum ke Jefran.
Saat Feby kembali ke dalam ruangan UKS, ia mendapati bahwa Lidya sudah siuman.
Kata dokter hipotensi Lidya kambuh lagi karena terlalu memaksakan diri untuk berlatih pemandu sorak. Bagaimana tidak, Lidya adalah pemimpin pemandu sorak jadi mau tidak mau ia harus ekstra semangat untuk perlombaan yang akan mereka ikut. Sedikit info, Hipotensi adalah penyakit tekanan darah rendah, kondisi tersebut bisa menyebabkan aliran darah ke otak dan organ vital lainnya seperti ginjal menjadi terhambat atau berkurang. Itulah sebabnya orang yang mengalami tekanan darah rendah akan mengalami gejala berupa kepala terasa ringan dan pusing. Ada juga yang sampai pingsan seperti Lidya.
"Oalah my baby, kamu tuh gak perlu terlalu memaksakan diri gitu dong. Kasian nanti kamu sakit terus," omel Beby Permata yang bisa dibilang terlalu over perhatian.
"Kalau kamu gak enak badan biar izin pulang rumah aja, gue juga nelpon supir pribadi lo biar langsung jemput lo pulang rumah," ucap Aditya sang ketua kelas yang sangat bijak kalau bisa dibilang.
Beberapa menit kemudian sopir pribadinya Lidya pun datang dan membawa Lidya pulang ke rumah.
Teman satu gengnya pun kemudian keluar dari UKS untuk kembali ke kelas. Di Perjalanan pulang menuju kelas, Aditia sempat menahan Feby untuk berbicara empat mata .
"Feb." Panggil Aditia.
"Boleh gue minta waktunya lo buat ngomong sesuatu?" Lanjutnya.
"Boleh, emangnya kenapa?" Tanya Feby.
"Kalau gitu gue ama Alfi dahulu yah ke kelas, daah kalian berdua!" Beby dan Alfius pun jalan meninggalkan Feby dan Aditia sendiri disitu.
"Gue liat dari tadi ke ada yang beda dari lo Feb, gue curiga nih ama lo," ujar Aditia seperti sedang mengintimidasi Feby untuk memberi tahu sesuatu.
"Ha? Apaan setan? Lo kira gue pencuri jadi lo ke curiga gitu ama gue," balas Feby yang seakan di curigai oleh Aditia yang tidak-tidak.
Aditya terkekeh.
"Heh Dit, lo ga kerasukan kan? Jangan becanda lo Dit, gue merinding nih," ucap Feby yang rada takut karena ketawa Adit yang bisa dibilang seperti Mak Lampir. Ganteng sih, tapi kalau ketawa modelan kaya Mak Lampir.
"Sembarangan aja lo Jaenab. Gue curiga nih yah, lo suka sama Jefran? Jujur aja ke gue, lo kan tahu gue bisa simpan rahasia," ujar Adit sambil di iringi kedipan mata sebelah yang jika dilihat oleh orang lain, maka seketika orang itu akan kejang-kejang karena kegantengannya.
Keringat dingin mulai muncul di wajah Feby. Sepertinya memang benar ia suka dengan Jefran. Lihat toh, tadi saja dia memegang tangannya Jefran pas di luar ruangan UKS.
"Lo tahu dari mana Dit kalau gue suka ama Jefran? Jangan-jangan lo lagi ikut ilmu ilmu yang nggak bener yah?" Feby mulai mencurigai Adit.
"Sembarang aja kalau lo ngomong Feb. Gue gini gini nih ahli dalam melihat orang yang sedang jatuh cinta ke orang lain. Awal masuk si Jefran aja nih yeh, gue bisa liat tatapan mata lo tuh ke beda gitu. Kayak bukan ke bisanya tatapan lo ke gue ama temen-temen," jelas Adit.
"Apalagi tadi diluar UKS, pas lo pegang tangannya Jefran. Gue ngintip tadi pas lo keluar karena gue ngerasa ada yang nggak beres gitu. Sumpah Feb, kelihatan bener kalau lo emang suka ama si Jefran." Lanjut Adit yang membuat Feby tiba-tiba kaget.
"Iyah, gue jujur, gue suka si Jefran pas dia masuk ke kelas kita. Nggak tahu kenapa tapi pas dia masuk ke kelas tuh gue langsung jatuh hati ama dia. Gue juga iri banget ama si Lidya, udah duduk bareng si Jefran lagi sampai tadi di gendong ke sini. Gue kayak mau gila sumpah," Feby seperti mulai gila dengan sosok Jefran yang dingin, tapi memiliki hati malaikat.
"Yaudah atuh, kita kembali ke kelas, entar ada pelajaran Kimia sama Ibu maria. Lebih baik cepat deh dari pada kita kena hukum," ucap Aditia.
Kemudian mereka pun kembali ke kelas sebelum ibu Maria masuk. Ibu Maria adalah guru paling galak di sekolah itu. Semua takut kepadanya, ia adalah istri dari pemilik sekolah ini. Jadi tidak ada murid yang berani melawan ataupun bandel kepada ibu Maria.
Aditia melirik kanan kiri, ia melupakan sesuatu, "Hp gue tadi di taruh dimana ya?" Pikirnya bingung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!