Xie Jun Ze!!
Xie Jun Ze!!
Xie Jun Ze!!
Para penonton mulai bersorak dengan riuh memanggil nama seorang bintang yang sangat mereka kagumi dan mereka gilai.
Di dalam venue megah itu, terlihat seorang pemuda yang sangat tampan dan sangat bersinar berdiri di tengah-tengahnya. Sorotan lighter berputar-putar menyorot para penonton. Sementara sebuah lighter khusus, kini mulai menyinari pemuda tampan itu.
"Look at me now! Raise your head high and clench your first ! Look up ! Conquer the new day, confidently. Attention (right) Attention (huh). The dice is thrown. So we run it up "
Sebuah lagu dinyanyikannya dengan begitu memukau dengan suara emasnya. Suara merdu yang mampu untuk menghipnotis semua orang yang berada di dalam venue spektakuler ini.
Sebuah spectacular performance itu berlangsung dengan begitu cepat. Hingga akhirnya pemuda yang sangat bersinar itu mulai menuruni panggung dan kembali ke ruangan ganti.
"Aku adalah Xie Jun Ze! Namun aku datang kembali untuk membalaskan dendamku!! Siapa aku? Kalian pasti tak akan pernah menyangka! Jika aku adalah pecundang yang selalu saja kalian remehkan di masa lalu!"
Pemuda itu mulai menarik sudut-sudut bibirnya hingga membentuk sebuah seringai manis bak setan. Tampan dan menawan, namun begitu mencekam.
...🍁🍁🍁...
2 tahun yang lalu ...
Sunyi, dingin, berkabut dan mencekam. Beginilah suasana yang terjadi saat ini di sekitar hutan Wild Kaazane di dekat sebuah tebing curam. Salju putih yang berkilauan masih terlihat menyelimuti hampir dari beberapa tempat.
Seorang pemuda tampan terlihat sedang berlari menyusuri sebuah hutan untuk menghindari kejaran dari beberapa orang pria.
"Kejar dia dan lenyapkan dia!! Jangan sampai lolos!!" titah seorang pemuda kepada kelima anak buahnya yang berperawakan kekar dan sangar.
"Siap, Bos!!" sahut kelima anak buahnya mulai mengejar kembali seorang pemuda tampan dan berkelas yang sudah berpenampilan sedikit kacau dan berantakan.
"Yan Yuru!! Kau tak akan bisa lolos kali ini!! Setelah kau lenyap dari muka bumi ini, maka seluruh kekuasaan keluarga besar Yan akan jatuh padaku. Dan tak akan ada lagi pengganggu dan penghalangku!" gumam seorang pemuda bermata hazel dengan seringai liciknya dengan aura yang begitu kelam dan mematikan.
Sementara itu pemuda bernama Yan Yuru itu masih berusaha untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan tenaganya untuk berlari secepat mungkin agar bisa menghindari para pembunuh bayaran yang telah disewa oleh seseorang untuk mengakhiri hidupnya.
"Arghh!! Sialan!! Tak ada seorangpun yang bisa menolongku di tempat ini! Yan Chen benar-benar sudah sangat keterlaluan!" gumam Yan Yuru masih saja berusaha untuk terus berlari untuk menghindari mautnya.
Namun siapa sangka, sebuah keberuntungan kecil yang diperoleh oleh Yan Yuru yang bisa meloloskan diri dari para pembunuh bayaran itu, malah membawanya pada sebuah petaka besar.
Naas, jalanan bersalju dan sangat licin itu malah membuat Yan Yuru terpeleset hingga dia terjerembab dan terjatuh dari tebing curam itu.
"Argghhhh ..." teriakan pemuda tampan yang bernasib malang itu kini mulai menggaung memenuhi segala tempat ini.
Tubuhnya terjatuh berguling-guling ke dasar tebing curam itu hingga membuat beberapa bagian tubuhnya mengalami luka serius. Sungguh sebuah kecelakaan yang sangat tragis.
Ditambah lagi area terjatuhnya Yan Yuru adalah sebuah jurang yang berada di dalam hutan Wild Kaazane. Sebuah hutan yang sangat berbahaya dan tak terjamah oleh manusia. Bahkan di dalam hutan itu masih sangat dipenuhi dengan hewan liar dan tentunya sangat buas.
Tak ada harapan untuk pemuda malang bernama Yan Yuru untuk bisa keluar dari hutan Wild Kaazane dalam keadaan tetap bisa selamat. Jika pun ada, maka presentasenya sangatlah kecil.
Kelima pria pembunuh bayaran itu menyeringai saat melihat semua kejadian itu. Mereka mulai menatap ke arah bawah tebing curam yang dipenuhi dengan pepohonan dan jurang itu.
"Cckk!! Dia malah sudah menemui ajalnya lebih dulu! Dia tak akan selamat! Dan dia tak akan bisa bisa keluar dari hutan ini! Ayo kita segera kembali dan laporkan pada bos!!" ujar sang pemimpin dari pembunuh bayaran itu.
...🍁🍁🍁...
"Kini semua aset dan kekayaan keluarga besar Yan akan sepenuhnya menjadi milikku!! Cecunguk itu kini sudah mampus dan menjadi santapan para harimau yang sedang kelaparan itu!!"
Yan Chen tersenyum penuh kemenangan atas keberhasilannya dalam menyingkirkan sang adik tiri yang selama ini selalu menjadi putra kebanggaan dari sang papa.
Bahkan sebelumnya semua kekayaan dan aset keluarga ini sudah akan diserahkan untuk Yan Yuru sebagai pewaris sahnya. Yaitu putra dari istri pertama sang papa.
Semua itu membuat Yan Chen menyimpan sebuah dendam yang akhirnya membuatnya melakukan hal nekat untuk meyingkirkan Yan Yuru, meskipun harus membunuhnya.
"Kau sungguh sangat cerdas, Putraku Yan Chen! Kamu melakukan semua ini dengan sangat baik! Mama bangga padamu!" ucap sang mama menyeringai penuh kemenangan.
Bahkan sebenarnya wanita paruh baya ini adalah sang penyusun rencana apik ini untuk pelenyapan putra tirinya, Yan Yuru.
...🍁🍁🍁...
Seorang pria paruh baya yang masih terduduk di atas pembaringannya terlihat menatap nanar sebuah figura kecil yang berisikan dengan foto seorang pemuda tampan.
Sepasang manik-maniknya terlihat mulai berkaca-kaca dan bergetar karena baru saja kehilangan salah satu dari putranya.
"Yuru ... maafkan papa. Seharusnya papa tak membiarkanmu pergi hari ini. Maaf ..." ucap pria paruh baya itu dalam keadaan hati yang begitu kalut dan penuh rasa sesal.
CEKLEK ...
"Papa ... maafkan aku. Aku adalah kakak yang buruk! Aku tidak bisa menjaga Yuru dengan baik. Bahkan saat Yuru terjatuh ke jurang dan diterkam hewan buas aku tak bisa berbuat apa-apa. Maaf, Papa." ucap Yan Chen memperlihatkan wajah penuh penyesalan.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik, Yan Chen! Ini bukan salahmu!" ucap sang papa tanpa ada rasa curiga sama sekali.
Bagus!! Papa sama sekali tak mencurigaiku!!
Batin Yan Chen menahan senyumannya agar tidak pecah begitu saja.
...🍁🍁🍁...
Seorang nenek yang sudah sangat tua renta, terlihat sedang mencari kayu di daerah hutan terlarang itu. Selama ini hal itu sudah menjadi rutunitasnya.
Meskipun sebenarnya tempat itu sungguh sangat berbahaya, namun nenek tua itu harus mencari kayu bakar itu untuk dia jual dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun tiba-tiba saja sang nenek mulai melihat ada seseorang yang terbaring di antara semak belukar dan bebatuan dengan keadaan tubuh yang sudah dipenuhi dengan banyak darah dan luka lebam di sekujur tubuhnya.
Sang nenek yang menyadari jika ternyata pemuda itu masih hidup, kini segera membawanya untuk pulang dan berniat untuk merawat dan mengobatinya.
.
.
.
.
.
"Emmhhh ..." seorang pemuda yang masih terbaring di atas sebuah dipan sederhana dan tubuhnya dipenuhi dengan perban, terlihat sedikit menggeliat dengan kening berkerut.
Namun perlahan pemuda itu mulai membuka sepasang matanya.
"Siapa aku? Dan dimana aku?" itulah hal pertama yang diucapkan oleh pemuda itu dengan begitu lemah, karena menahan rasa sakit dan ngilu di sekujur tubuhnya. Dan rupanya pemuda itu kini mengalami amnesia.
Sang nenek yang memahami semua itu, kini mulai tersenyum hangat dan memutuskan sesuatu. Yaitu untuk merawat pemuda itu dan memberikan identitas baru untuknya.
"Mulai sekarang namamu adalah Xie Jun Ze."
...🍁🍁🍁...
Meskipun musim dingin hampir saja berlalu kembali, namun salju putih dan mengkilap itu masih saja menyisakan dirinya di beberapa titik di kawasan Shinjuku, Tokyo.
Hari ini adalah hari pertama Zie Jun Ze akan belajar di SMU Keio, Tokyo. Xie Jun Zie menghentikan langkah kakinya tepat saat di depan gerbang utama dari kampus Keio.
Pemuda tampan yang memiliki tinggi badan cukup jangkung dengan postur tubuh proporsional bak model itu terlihat begitu gugup menatap gerbang raksasa itu.
Pemuda itu meraih kedua gendongan ranselnya dan sedikit menggenggamnya erat, untuk mengatasi kegugupannya saat ini. Perlahan pemuda pemilik mata indah itu mulai mengambil nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan.
Meskipun wajahnya sangat tampan dan disempurnakan dengan tubuh yang sangat proporsional dan sempurna, namun penampilannya sangatlah sederhana.
Bahkan barang-barang yang dia kenakan dari ujung kaki hingga ujung kepala adalah barang lusuh dan murahan yang dibelikan oleh sang nenek di pasar. Karena selama ini Xie Jun Ze dan sang nenek hidup dengan sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan pas-pasan.
Setelah memantapkan hati dan dirinya, kini Xie Jun Ze mulai melangkahkan kakinya kembali untuk memasuki sekolah barunya. Sebenarnya Xie Jun Ze tak ingin melanjutkan sekolah lagi karena khawatir akan memberatkan sang nenek, namun rupanya sang nenek malah memaksanya untuk melanjutkan sekolahnya.
...🍁🍁🍁...
Kelas XI Jurusan Fashion dan Model
"Semuanya! Hari ini kita kedatangan murid baru!"
Seorang guru yang masih berdiri di depan kelas mulai mengumumkan hal itu. Seketika suasana kelas menjadi sangat heboh.
"Cewek apa cowok, Pak?"
"Pindahan darimana, Pak?"
"Cantik apa tampan, Pak?"
Pertanyaan bertubi dari para murid-muridnya seakan tak ada habis-habisnya, sekan seperti rel kereta api. Namun sang guru laki-laki itu sama sekali tak menjawab satupun pertanyaan dari mereka.
"Xie Jun Ze, masuk dan perkenalkan dirimu!" titah sang guru laki-laki itu.
Xie Jun Ze mulai memasuki kelas dengan langkah dan sikap yang sedikit kikuk. Kedua tangannya masih menggenggam kedua penggendong ranselnya.
"Whoaaa!! Apa dia seorang model? Tampan sekali!!" seru seorang siswi menatap kagum Xie Jun Ze.
"Sangat bersinar seperti seorang bintang besar!! Wow!! Beruntung sekali hari ini aku tidak bolos sekolah!! Sugoi!!" seru siswi lainnya lagi.
"Tampan sekali!! Ughh ... akhirnya kelas ini kedatangan siswa tampan dan mempesona, aku jadi akan semangat untuk pergi ke sekolahan!" seru siswi lainnya lagi.
Dan masih banyak lagi kicauan-kicauan dari para gadis-gadis itu, yang tentunya membuat Xie Jun Ze yang memiliki sifat sedikit pemalu mulai merasa kikuk dan gugup.
Xie Jun Ze mulai menghela nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan.
"Hallo, semua. Aku adalah Xie Jun Ze, kalian bisa memanggilku Jun Ze. Salam kenal dan mohon bimbingannya." ucap pemuda tampan itu dengan sangat ramah dan mulai membungkukkan badannya.
"Xie Jun Ze, duduklah di bangku kosong!" ucap sang guru.
"Baik, Pak." Xie Jun Ze menyauti dengan nada rendah dan segera melenggang untuk duduk di sebuah bangku kosong yang berada di paling belakang kedua.
Para gadis itu masih saja menatap Xie Jun Ze dengan tatapan penuh kekaguman. Sangat berbeda dengan para siswa yang menatap Xie Jun Ze dengan tatapn kesal karena merasa sudah tersaingi.
Hanya ada satu siswa saja yang bersikap acuh tak acuh. Karena siswa itu memang memiliki kepribadian pendiam, introvert, dan penyendiri. Siswa itu sebenarnya cukup tampan dan berasal dari keluarga yang sangat mapan. Dia bernama Xu Kai.
Meskipun SMU Keio adalah sekolah yang terletak di Shinjuku, Jepang, namun cukup banyak siswa dan siswi yang berasal dari China atau negara lainnya lagi.
...🍁🍁🍁...
Waktu istirahat dan makan siang telah tiba. Beberapa gadis mulai menghampiri Xie Jun Ze, seolah sedang berlomba-lomba untuk menggaet anak baru yang sangat tampan namun terlihat begitu polos itu.
Namun rupanya para gadis itu segera mundur kembali ketika mengetahui jika sang dewi kelasnya juga sudah lebih awal mencuri start untuk menghampiri Xie Jun Ze.
"Hai, Xie Jun Ze! Kenalkan aku adalah Anzu! Karena aku sedang berbaik hati, maka aku akan menemanimu untuk pergi ke kantin deh! Jangam sampai kamu tersesat. Karena SMU kita cukup besar dan luas. Hehe ..." gadis cantik dengan tubuh aduhai itu mulai menghampiri Xie Jun Ze dan menawarkan dirinya.
"Ahh ... i-iya. Baiklah. Terima kasih sebelumnya." ucap Xie Jun Ze dengan tulus dan segera bangkit dari tempat duduknya.
Kini mereka berdua melenggang bersama untuk pegi ke kantin.
"Ckk ... selalu saja gatal jika melihat orang tampan!" cibir salah satu siswa dengan kesal.
Karena selama ini siswa itu selalu saja mendekati Anzu, namun Anzu tak pernah menggubrisnya sama sekali. Bukan karena pemuda itu tidak tampan atau tidak kaya.
Bahkan sebenarnya pemudah itu cukup tampan dan kaya. Namun Anzu merasa kurang nyaman karena pemuda itu sangat arogan dan selalu saja membanggakan kekayaan yang dimilikinya. Dia adalah Haruka Ace.
Anzu yang mendengarkan ucapan dari Ace mulai memasang wajah masam dan dengan sengaja malah memeluk lengan Xie Jun Zie dan sengera menggiring pemuda tampan itu untuk meninggalkan kelas.
"Uhm ... anu ... terima kasih sudah menemaniku di hari pertama aku sekolah disini. Sebenarnya aku sangat tidak mudah untuk mengenal orang." ucap Xie Jun Ze dengqn jujur saat mereka mulai mengambil makan siang mereka.
"Hehe ... santai saja, Jun Ze. Kamu pasti akan segera memiliki banyak teman! Apalagi kamu sangat tampan dan mempesona!" ucap Anzu blak-blakan.
BRAKKKK ...
BRUGHH ...
Tiba-tiba saja ada seorang siswa yang terjatuh tepat di depan Xie Jun Ze dan Anju. Seorang siswa yang memiliki badan kurus, tubuh yang sedikit pendek dan berkacamata. Dan sepertinya dia terjatuh karena didorong oleh seseorang dengan sengaja.
"Dasar, Pecundang culun! Seharusnya kamu menggunakan matamu dengan baik!! Bukannya kamu juga sudah menggunakan kacamata?! Tetap saja masih buta!! Gyahaha ..." seorang siswa dengan penampilan bak anak punk mulai tertawa meremehkan dan menendang nampan yang sudah terjatuh itu hingga mengenai siswa berkacamata itu.
Sungguh, jauh di dalam lubuk hati Xie Jun Ze dia merasa sangat sedih dan sangat ingin membantu siswa berkacamata itu.
Dan entah mendapat kebaranian darimana hingga akhirnya Xie Jun Ze mulai mengulurkan tangan kanannya untuk membantu siswa berkacamata itu untuk berdiri.
Semua orang yang melihat semua ini seketika dibuat melongo, karena sebenarnya hal pembulian seperti ini sudah menjadi hal yang sangat wajar di sekolahan mereka.
Semua ibarat sebuah rantai makanan. Siapa yang terkuat maka dia lah yang akan berkuasa dan menjadi raja! Dan siapa yang paling lemah, dialah yang akan selalu mendapatkan perlakuam buruk.
"Kau anak baru!! Mau berlagak mau menjadi pahlawan?!!" geram siswa dengan gaya punk itu mulai mendekati Xie Jun Ze dan berkacak pinggang.
Siswa berpenampilan bak anak punk itu, kini mulai menatap tajam Xie Jun Ze.
"Kau anak baru!! Mau berlagak menjadi pahlawan?!!" geram siswa dengan gaya punk itu mulai mendekati Xie Jun Ze dan berkacak pinggang.
Bahkan pemuda itu juga kembali menendang perut siswa berkacamata itu kembali sebagai pelampiasan kekesalannya karena saat ini sudah ada yang berani menentangnya.
DUUAKKK ...
"Argghh ..." pemuda berkacamata itu memegangi perutnya dan mulai meringkuk menahan sakit akibat tendangan itu. "Uhukk ... uhukk ..."
Xie Jun Ze tanpa sadar mengepalkan tangannya melihat semua itu. Dan semua itu disaksikan oleh pemuda punk itu.
"Cckk ... benar-benar ingin menjadi seorang pahlawan rupanya!" gumam pemuda punk itu kembali menyeringai menyeramkan menatap Xie Jun Ze.
"Uhm, bukan seperti itu ... aku hanya ingin membantu dia bangun dan mengajaknya makan bersama." jawab Xi Jun Ze apa adanya dan masih merasa was-was, karena salah satu preman sekolahnya kini terlihat sedang kesal kepadanya.
"Apa?!! KAU ... mau menantangku rupanya?! Mau merebut dia dan menjadikan dia sebagai kacung untukmu?! Tapi sayang sekali, Anak baru! Aku yang lebih dulu menemukan dia! Jadi sebaiknya kamu mencari babu yang lain saja!" tandas pemuda itu dengan sangat garang.
"Buk-bukan!!" Xie Jun Ze mengibaskan kedua tangannya sebagai penyangkalannya masih dengan wajah polosnya. "Aku tidak begitu ..."
"Baiklah!! Mari kita berduel saja untuk memperebutkan si culun kacamata itu! Hadapi aku dan kalahkan aku! Hiiaathhh ..." tanpa menunggu jawaban dari Xie Jun Ze, pemuda punk itu langsung saja melayangkan pukulan lurusnya ke arah wajah Xie Jun Ze.
Ahhh ... bagaimana ini? Aku tak ingin membuat keributan? Tapi ...
Batin Xie Jun Ze malah tercengang dan seluruh tubuhnya membeku seketika.
GREPP ...
Tiba-tiba saja serangan anak berambut punk itu ditahan oleh Xu Kai, teman sekelas Xie Jun Ze yang terkenal selalu dingin dan tak mudah bergaul atau dekat dengan orang lain.
Seorang tuan muda di keluarga besarnya yang sebenarnya selalu dijaga oleh para pengawalnya, sehingga tak ada yang berani bermacam-macam dengannya.
Semua orang bertambah heboh dan bingung menyaksikan semua ini. Beberapa orang mulai bersorak dan malah mendukung mereka untuk bertarung.
Namun beberapa gadis malah terpesona oleh Xie Jun Ze dan Xu Kai akan kebaikan hati meereka untuk membela si siswa berkacamata.
"Xu Kai!! Minggir dan jangan ikut campur!" geram pemuda berambut punk itu menatap tajam Xu Kai dan segera menghempaskan tangan Xu Kai.
Dengan cepat pemuda berambut punk itu segera melayangkan kembali tinju lurusnya mengarah ke depan, tepat pada wajah Xie Jun Ze.
Xie Jun Ze sebenarnya merasa cukup gugup dan takut saat ini. Karena selama ini dia tak pernah berduel dengan siapapun. Dia hanya selalu mengerjakan pekerjaan rumah untuk membantu sang nenek yang sudah cukup tua renta.
"Hiatthh ..."
SRRTTT ...
DUAAKK ...
Dengan sangat ajaib Xie Jun Ze berhasil menghindari serangan itu dengan gesit dan cepat, dan pukulan itu malah mengenai sebuah loker hingga membuat loker baja itu menjadi ringsek.
Xie Jun Ze juga merasa keheranan sendiri karena pergerakan dari tubuhnya yang begitu ringan dan cepat. Dan semua ini tak pernah dia sadari sebelumnya. Karena Xie Jun Ze memang tak pernah berkelahi dengan siapapun selama ini.
Apa? Aku bisa menghindari serangannya dengan begitu cepat? Ini tidak mungkin ...
Batin Xie Jun Ze mulai menatap sepasang jemarinya keheranan.
Namun si siswa berambut punk itu tak menyerah, dia kembali melayangkan tinjunya. Namun Xie Jun Ze selalu bisa menghindarinya dengan sangat baik. Begitulah seterusnya.
Hingga akhirnya Xie Jun Ze mulai terpojok karena di belakangnya adalah sudah mentok mencapai dinding. Disaat itulah pemuda berambut punk itu kembali mengerahkan seluruh tenaganya untuk menghantam Xie Jun Ze.
Masih dalam kegugupannya, kini Xie Jun Ze berusaha untuk untuk menghindarinya, namun Xie Jun Ze mulai mengepalkan tangan kanannya dan mulai nenghantamkannya tepat pada ulu hati si pembuat onar.
BUGHH ...
"Arrggghh ... uhukk ... uhuukk ..." siswa berambut punk itu langsung saja terduduk terbatuk-batuk dan memegangi perutnya, menahan rasa sakit yang sungguh luar biasa itu.
CEKREKK ...
CEKREKK ...
Beberapa dari mereka mulai mengambil gambar maupun foto. Dan hal ini sudah biasa mereka lakukan.
"Awas saja, Kau anak baru!! Lain kali aku tak akan memaafkanmu!!" siswa berambut punk itu dibantu oleh teman-teman satu servernya untuk berdiri dan segera meninggalkan kantin.
"Wow! Jun Ze mengalahkan Aress dengan sekali pukulan saja! Luar biasa!!" gumam seorang siswa takjub.
"Keren sekali! Aress si preman sekolahan kita yang sangat kuat dan tak pernah tekalahkan sebelumnya bisa dikalahkan Jun Ze begitu saja! Keren!" imbun siswa lainnya lagi.
Dan masih banyak sekali kicauan-kicauan dari para siswa dan siswi itu sambil menatap kagum Xie Jun Ze.
Zie Jun Ze mulai mengulurkan tangannya kembali untuk membantu siswa berkacamata yang masih terduduk di atas lantai itu untuk berdiri.
Namun siswa berkacamata itu malah menatap nyalang Xie Jun Ze, dia malah berusaha untuk berdiri sendiri.
"Mengapa kamu menolongku?" tanya siswa berkacamata itu menatap Xie Jun Zie dingin.
"Aku hanya ingin menjadi temanmu. Ayo kita makan bersama ..." ajak Xie Jun Ze dengan ramah tanpa menghiraukan mereka yang menatap aneh pemandangan ini.
Bayangkan saja seorang pemuda yang tampan bak seorang model sedang mengajak berteman seorang culun dan pecundang yang selalu menjadi korban bulli di sekolahannya.
"Mengapa kamu bersikap baik padaku? Kamu pasti sama seperti dengan mereka bukan? Hanya ingin memanfaatkanku saja bukan?" ucap siswa berkacamata itu masih menatap nyalang Xie Jun Ze.
"Buk-bukan seperti itu. Aku tidak seperti itu. Kita adalah sama, dan kita semua adalah teman ..."
"Kita sama? Apa kamu sedang bercanda, Jun Ze? Aku dan kamu sangat berbeda! Jangan berpura-pura baik dan menjadi pahlawan lagi! Kamu pasti hanya ingin pamer dan ingin mendapatkan perhatian serta pujian saja!" siswa berkacamata itu segera pergi begitu saja.
Sepertinya siswa berkacamata itu masih saja tidak mempercayai jika ada pemuda tampan atau kaya yang masih memiliki hati yang baik. Karena selama ini hampir semua orang yang pernah ditemuinya, mereka selalu memandang dan memperlakukan orang lain berdasarkan visual serta kekayaan saja.
Tak ada yang benar-benar tulus untuk berteman dan memperlakukan seseorang dengan baik! Xie Jun Ze cukup dibuat bersedih atas ucapan dari sikap siswa berkacamata itu. Padahal Xie Jun Ze benar-benar tulus ingin menolong dan ingin berteman dengannya.
"Jun Ze, sudahlah jangan terlalu dipikirkan lagi! Ayo kita lanjutkan saja makan siang kita!" Anzu mulai menarik Xie Jun Ze untuk mengambil makan siangnya kembali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!