Matahari tenggelam di ufuknya memperlihatkan sedikit siluet cahaya keorenan Yang berkilau bak permata membentuk seperti jalan cahaya. Sungguh indah ciptaan yang telah di buat oleh tuhan ini, dengan melihat ini saja ia sudah merasa puas akan hidupnya seakan cahaya itu merupakan sinyal bahwa hari ini adalah hari yang terbaik. Angela berpikir ketika nanti ia di surga akankah jalan di sana akan seperti ini. Belum sempat berpikir lebih jauh ia terkekeh, tentu saja surga adalah tempat yang lebih indah dari dunia ini.
“Selamat sore Nona,” seorang laki-laki menyapa dengan tubuh kurus tinggi berkulit coklat dan timbul keriput disekiratan tubuh dan wajah yang menandakan bahwa umurnya sekarang sudah mencapai setengah abad akhir. Ia berpakaian satpam dengan alat pemukul di tangannya.
“Selamat sore pa,” Angela menyapa balik Dengan tersenyum dan bergegas masuk lift menuju lantai teratas tempat CEO berada. Ya.. Kekasihnya adalah orang yang hebat.
Sekarang ia tidak dapat membuang waktu untuk berbincang basa-basi karena Angela ingin memberikan kejutan kepada Alex yaitu kekasihnya. Sudah Bertahun-tahun Ia berhubungan jarak jauh dengannya dikarenakan Angela berkuliah di Amerika. Sesungguhnya ia kuliah dan menyandang gelar dokter itu disebabkan orangtua Alex tidak merestui jikalau Angela tidak berkuliah di jurusan kedokteran.
Walaupun sebenaynya impianya adalah membangun toko bunga dan bahagia dengan keluarga kecilnya bersama Alex nanti. Benar, Angela sangat suka bunga. Menurutnya bunga adalah makhluk yang indah dengan berbagai bentuk dan warna. Walaupun ini tidak sesuai dengan gelar yang telah ia ambil. Pastinya impian itu sekarang tetaplah menjadi sebuah impian.
Setelah lift terbuka, langsung saja ia menuju tempat sekertaris dan ia berkata, “Aku ingin bertemu dengan Alex.”
Sekertaris tersebut memperlihatkan gerak gerik yang mencurigakan. Dimana matanya bergetar dan melirik takut kearah pintu masuk ruang CEO tersebut. Hal ini menimbulkan kecurigaan Angela.
“Permisi. Sudah kubilang aku ingin bertemu Alex”
“Maaf Nona, Tuan Alex sedang Rapat dan anda bisa pulang sekarang dan kembali lagi nanti.”
Angela memperhatikan setiap gerak gerik sekertaris tersebut Yang memeprlihatkan gelagat orang cemas. Seharusnya mereka semua tau kalau ia merupakan kekasih Alex dan kalau demikian sekertaris ini harunya berkata kalau ia lebih baik masuk menunggu hingga rapat selesai.
Ada yang tidak beres.
“Tunggu Nona! Anda tidak dapat masuk.”
Tanpa pikir panjang Angela menerobos masuk dan matanya terbelalak melihat gambaran yang ada di depannya. Kekasihnya Alex sekarang sedang memeluk seorang wanita dan mereka berciuman dengan mesranya. Iya, mereka berciuman.
Alex yang merasa punggunya dingin sekan ada suatu hal menatapnya secara intens dari belakang. Ia pun berhati berciuman dan melihat kearah sumber tersebut.
“Jadi ini balasanmu?”
“A-Angela?”
“Ku ulangi sekali lagi. Jadi ini balasnmu?”
Alex berjalan perlahan ke Angela sembari meperlihatkan wajah memelas.
“Kau salah paham Angela.”
“Salah paham? Haha”
“Ini tidak seperti apa yang kau pikirkan.”
Alex mencoba meraih Angela kedalam pelukannya untuk menenangkan kekasihnya. Akan tetapi Angela langsung menepis tangan itu dan berbalik lari menjauh dari gambaran yang menyakitkan ini. Ia terus berlali sekan ingin melepaskan dan kabur dari semua yang telah menimpanya. Mengapa takdir selalu suka mempermainkan dirinya. Orangtua Angela telah meninggal saat ia sekolah dasar akbit sebuah kecelakan berantai. Sehingga ia perlu tinggal bersama dengan bibinya yang berdagang jualan makanan. Bibinya bukanlah orang yang lemah lembut, setiap hari ia selalu ditentang dan dimaki-maki karena alasan yang tidak jelas.
Ada suatu ketika Angela baru saja selesai mencuci semua piring yang ada di kedai makana. Bukannya dilerlakukan dengan baik tetapi bibinya malah menyiram Angela dengan air panas dan memakinya kalau kerjanya tak becus. Padahal semua pekerjaan yang telah ia lakukan sudah beres dan rapi. Luka bakar tersebut tak pernah hilang dari tubuh Angela dan itu menimbulkan trauma.
"Nona!! Jangan kearah sana!!"
Angela tidak menggubsir terikan itu ia tetap lari menuju jalan penyebrangan. Tapi suara dentuman keras terdengar dan tubuhnya sekarang terguling di tengah jalan. Rasa sakit seakan sedang diremuk dan giling dalam adonan kue menyergap tubuhnya. sekarang Angela hanya menatap langit yang semakin gelap. Padahal ia baru ingat kalau tadi saat ia berjalan, langit ini masih sangat indah.
Surga? Setidaknya jika Angela mati sekarang, ia masih bisa melihat indahnya surga.
***
Bada Angela sekarang terasa sangat ringan dan entah kenapa bagian punggunya merasakan busa empuk, bukan ini bukan busa melainkan seperti ranjang yang di isi bulu begitu lembut segingga membuat ia begitu nyaman untuk tidur.
Tunggu?! Ranjang?!!
Dengan sekejab Angela membuka matanya, yang terlihat dari pandangannya pertama kali ada sebuah balkon unik seperti pada abad pertengahan. Terdapat ukiran cantik di pinggirannya dan membentuk sebuh desain sehingga menyatu dengan lampu kristal yang ada di tengah.
"Nona Sofia? Anda sudah bangun?
"So-" batuk melanda beberapa kali. Tenggorokannya sekarang sekan terbakar dan begitu serat.
Siapa sofia. Itu yang sedang ia pikirkan sekarang.
"Minumlah dulu Nona," seorang wanita dengan kulit putih kusam sedang menyodorkan minuman kepadanya.
Dapat dilihat bahwa wanita ini sedang menggunakan sebuah pakaian pelayan yang sering dipakai oleh para cosplayer jepang itu.
Angela meminum air tersebut dan tenggorokannya terasa lebih baik. Ia mgedarkan pandangannya pada sekitar. Perabotan di sini kebanyakan merupakan perabotan yang mirip barang antik. Tidak ada satupun yang mirip dengan tempat tinggalnya yang modern dan minimalis.
Semua ini begitu membingungkan, mengapa masih ada orang yang membuang uangnya untuk membeli banrang antik untuk digunakan sehati-hari. Lebih baik membeli barang yang sudah canggih dan tentu saja kualitasnya dapat terjamin.
"Nona? Anda baik-baik saja?"
Pelayan itu bingung melihat tuannya yang sekarang seperti kebingungan. Ditambah tatapan yang menyelidik kearahnya membuat ia merinding samapai ke tulang terdalam. Seingatnya nona tidak pernah mengeluarkan tatapan seperti itu. Kenapa sekarang nonanya bertingkah sedikit Aneh.
"Anda siapa?
"Apa anda lupa.. Saya Lia, pelayan pribadi anda."
"Pelayan? Apa maksudmu?"
Lia semakin heran ia ingin bertanya tetapi ia urungka, "Benar, pelayan adalah seseorang yang melayani tuannya."
"Aku tahu. Tetapi aku tidak pernah memiliki seorang pelayan dan ini dimana. Tempat ini begitu aneh."
Tubuh Lia menegang mendengar pertanyaan dari nonanya itu. Apa sekarang nona Sofia telah menabrakan kepalanya ke suatu benda hingga membuat ia linglung? Ah atau sekarang tuannya sedang sakit parah setelah pingsan tadi sore.
"N-nona.. Apa anda lupa?"
"Lupa?"
"Ya. Apa anda ingat nama anda?"
"Tentu saja aku ingat. Namaku adalah An-... Akh!"
"Nona?!"
Angela memegangi kepalanya yang begitu sakit seperti terbakar. Saat itulah banyak tayangan yang terlihat di depannya dimana seorang wanita yang dilahirkan pada keluarga Baron dan hidup dengan santai tanpa ada apapun yang terjadi. Kehidupannya begitu biasa saja, mendatangi pesta, pulang, belajar, makan, membaca buku, hanya hal itu saja yang ia lakukan. Namanya adalah Sofia.
"Sofia?"
"Sofia?"
"N-Nona... Apa anda sudah ingat?" Lia bertanya dengan ragu-ragu.
Sofia tersenyum ketika melihat kekhawatiran yang diberikan Lia kepadanya, "Ya... Maafkan aku, sepertinya tadi aku sedang tidak fokus hehe."
"Syukurlah, kira saya anda sedang sakit."
Sekarang Angela sadar kalau ia bukanlah dirinya lagi, tetapi ia menjadi seorang Sofia. Tokoh dari novel "True Love" yang menceritakan seorang anak perempuan Duke bernama Bella yang kemudian bertunangan dengan pangeran mahkota Devian. Ketika di akademi, kepala sekolah baru sadar kalau Bella ternyata memiliki kekuatan yang tidak biasa. Ia dapat meyembuhkan sekelompok orang sekaligus ia seorang healer angle dimana kekuatan ini hanya muncul 1000 tahun sekali. Mulai dari situlah kisah Bella dan Devian dimulai.
Kalian pasti bertanya apa peranan dari Sofia. Sebenarnya Sofia yang diceritakan dalam novel tersebut hanya datang ke pesta perjamuan yang diadakan di istana. Ia sekedar muncul dalam satu paragraf dengan dialog perkenalan dan meminta ijin pulang pada Bella dan Devian karena alasan kesehatan. Sofia memang dikenal sebagai seorang putri yang sakit-sakitan, padahal yang sebenarnya ia hanya tidak tahan berada di kerumunan orang banyak. Rasa sesak dan pusing akan menyerangnya jikalau Sofia telalu lama di tempat keramaian, alasan inilah yang membuatnya harus pulang lebih cepat. walaupun kelakuannya seperti itu tidak baik bagi nona muda apalagi bagi masyarakat sosial atas, tapi ayah dan ibunya tidak mempermasalahkan hal tersebut sehingga sekali diundang pada perjamuan Sofia pasti jadi orang pertama yang akan pulang terlebih dahulu.
"Saya akan memberitahu pada tuan dan nonya kalau nona sudah bangun, saya permisi sebentar." Lia mebungkuk kemudian berbalik pergi meninggalkan kamar.
"Mengapa nasibku malah menjadi seperti ini."
Brak!
Pintu terbuka dengan keras dan masuklah orangtua Sofia. Ibu Sofia bernama Lucia berambut coklat dan mata berwana hijau memberi kesan elegan yang indah, sedangkan ayahnya Dalbert bergelar Baron Greenwich memiliki rambut emas dan mata biru terang sifat mereka berdua sangatlah berbeda. Ibu Sofia bersifat ceria bagaikan bunga warna-warni, sedangkan ayahnya sangat serius dan pendiam. Angela langsung setuju Sofia memanglah anak mereka. Bagaimana tidak, Sofia sendiri memiliki rambut emas dan mata hijau terang yang merupakan gabungan anatara rambut ayahnya dan mata ibunya. Ah sekarang Angela lah yang menjadi anak mereka.
"Sayang? Apa kau baik-baik saja?" Lucia bertanya kepada anaknya sembari memegang bahu Sofia dengan khawatir.
"Kami langsung pulang dari perjamuan istana ketika mendengar kau terbentur dan jatuh pingsan." Ucap Dalbert.
Diperhatikan seperti ini merupakan kejadian yang tidak familiar bagi Angela. Sudah lama Angela tidak merasakan ada orang yang memberikan perhatian dan juga kasih sayang setelah orangtuanya meninggal.
"Maaf sudah membuat ayah dan ibu khawatir. Tenanglah, aku baik-baik saja."
"Benarkah? Ibu sangat khawatir. Kau hanya sedikit terbentur saja sudah pingsan bagaimana nanti pada saat di Akademi. Ah.. memikirkannya saja ibu sudah pusing." Lucia memgang kepalanya sembari menggerutu.
"Akademi?"
"Kenapa sayang? Kau tidak ingat? Minggu depan kau sudah harus masuk Akademi sihir agar kemampuanmu lebih terlatih. Tapi bagaimana ini, Ibu sangat khawatir untuk melepaskanmu. Dalbert, apa kita batalkan saja keberangkatannya?"
Angela baru mengingat hal ini. Sesuai dengan ingatan yang diperlihatkan tadi, Sofia akan pergi ke Akademi dan belajar disana. Ia begitu bersemangat ketika mendengar akan pergi untuk bersekolah di Akademi. Sofia memang sangat suka untuk belajar dan menemukan hal baru, tidak heran hobinya setiap saat adalah membaca buku.
Sebenarnya Angela tidak begitu tertarik untuk berasekolah lagi. Karena mengingat dirinya yang sudah kuliah mati-matian di Amerika malah dicampakkan oleh keksih sendiri. Tapi kalau ia tidak sekolah apa yang harus ia lakukan, setidaknya dengan berangkat ke Akademi Angela memiliki kegiatan yang dilakukan daripada berdiam diri saja.
"Aku mohon jangan dibatalkan ayah... Ibu... Aku tetap bisa masuk ke Akademi, aku sanggup."
"Sayang jangan seperti itu. Kau sudah tau bukan, betapa semangatnya Sofia ketika mendengar ia akan berangkat ke akademi." Dalbelrt melembut suara dan menepuk kepala istrinya pelan dengan maksud agar Lucia mengerti.
"Tapi sayang.." Lucia ingin kembali bersikeras tetapi di potong langsung oleh Dalbert.
"Sayang kau mau anak kita tidak memiliki teman sama sekali karena selalu dikurung di rumah?"
Lucia menundukkan kepalanya dengan sedih dan berkata, "Tidak.."
"Ibu.. Aku mohon tidak perlu khawatir. Kalau ibu khawatir aku akan menuliskan surat setiap seminggu sekali kepada kalian. Aku akan menulis dengan detail apa saja yang terjadi pada diriku saat di Akademi." Angela mencoba meyakinkan Lucia dengan memegang kedua tangannya dan menatap matanya dengan pandangan yang meyakinkan.
Lucia menghela nafas dan menatap anaknya dengan pandangan lembut seorang ibu, "Baiklah. Tapi ingat janjimu tadi, kirim surat seminggu sekali dan ditulis dengan detail."
"Baiklah ibu."
"Sekarang biarkan Sofia makan dan kembali beristirahat." Ujar Dalbert.
"Lia, tolong siapkan makanan untuk Sofia. Makanannya bawa saja ke kamar tidak perlu di meja makan. Biar aku dan suamiku saja yang makan di meja makan."
"Baiklah nyonya."
***
Keseharian Angela sebagai Sofia sangatlah menanangkan. Setiap hari ia selalu diurus oleh Lia, seperti mandi, menyiapkan baju, merias muka, menata rambut dan lain sebagainya. Angela baru menyadari ternyata begitu menyenangkannya kalau punya pelayan. Jikalau tahu seperti ini, dikehidupan sebelumnya lebih baik Angela menyewa seorang pembantu. Seperti biasa, penyesalan selalu datang terakhir.
Karena ingat Sofia yang diperlihatkan masih samar-samar, Angela memutuskan untuk kembali melihat sekitar dan mencoba untuk membaca ulang semua buku yang pernah Sofia baca. Yah sebenarnya tidak semuanya, hanya bagian-bagian yang tidak ia ingat.
Sekarang Angela duduk di taman sembari membaca sebuah buku. Kehidupannya sekarang begitu menenagkan. Tidak ada permusuhan, masalah, perang, dan sebagainya. Hal ini membuat Angela Khawatir. Kalian tahu suasana sekarang ini terlalu damai, sepertinus di masa depan akan ada badai yang besar menimpa.
"Semoga saja tidak."
"Ada apa nona?" tanya Lia yang berdiri disebelahnya.
"Tidak ada. Lia aku ingin bertanya."
"Saya akan menjawab semampu saya nona."
"Apa kau akan ikut ke akademi denganku nanti?"
"Sepertinya anda belum tau. Di akademi tidak diperbolehkan pelayan mapun pengawal masuk ke area sana."
"Kenapa?"
"Semua itu untuk membantu para murid menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, walaupun begitu sistem pangkat gelar masih berlaku. Dan nona tidak perlu khawatir, keamaan di akademi sangat terjamin."
Angela baru sadar sekarang mengapa ibunya begitu khawatir. Pada saat di akademi tidak boleh ada seorang pun yang ikut campur dan artinya saat kalian masuk maka kalian sudah terputus pada koneksi kekuasaan keluarga kalian.
"Tapi mengapa sistem gelar masih ditetapkan?"
"Di akademi ada perbedaan kualitas asrama dan wilayah. Bagi mereka yang memiliki gelar keluarga lebih tinggi maka mendapatkan sarana dan prasarana yang lebih bagus dari pada anak lainnya. Selain itu wilayah asrama dan kantin bagi para bangsawaan dan rakyat biasa juga dipisah."
"Ternyata begitu."
Mendengar penjelasan Lia membuat Angela semakin bersemangat untuk ke Akademi.
Sudah tiba hari dimana Angela berangkat ke Akademi Sihir. Semua telah dipersiapkan dari pakaian, buku, alat rias hingga perlengkapan kesehatannya. Sebenarnya Angela merasa penyakit Sofia yang takut akan keramaian itu tak akan ia rasakan, karena pada dasarnya itu merupakan penyakit dalam jiwa. Sekarang yang menempati tubuh ini bukanlah Jiwa Sofia lagi melainkan Angela. Hanya saja untuk berjaga-jaga ia tetap membawa obat jikalau ternyata hipotesisnya salah. Walapun ia lulus dokter sekalipun, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan.
"Nona, waktunya sarapan." Suara kepala pelayan tersedengar dari balik pintu.
Angela pun berjalan menuju ruang makan diikuti Lia di belakang. Ia berjalan lebih pelan dari biasanya untuk melihat segala pemandangan yang dilewati, seperti yang kalian tau Angela akan berangkat dan tidak tahu kapan ia akan bisa pulang kemari lagi. Mungkin akhir tahun, tapi itu sangat lama dan pasti rasa rindu akan menyergap terlebih dahulu.
"Selamat pagi Ibu Ayah." Angela menyapa kedua orangtuanya dengan senyuman yang lembut.
"Kemari duduk di sini sayang." Albert duduk di ujung meja yang memang disediakan untuk kepala keluarga dan Lucia duduk pada bagian samping kanan. Biasanya Angela akan duduk di sebrang Lucia tapi kali ini ibunya meminta untuk duduk bersebelahan.
"Baik bu."
Sesaat setelah Angela duduk, makanan disediakan. Hari ini menu makanan yang tersedia adalah kesuakaan Angela. Mulai dari Sup daging, Kue Coklat dan minuman es. Perasaan hangat menyentuh hati Angela, ia sekarang sangatlah bersyukur menjadi Sofia. Memiliki orangtua yang menyayangi dan memperhatikannya, lingkungan yang tidak ada diskriminasi, dan juga pelayan setia. Jika dibangingkan dengan dirinya yang dulu semua ini seratus delapan puluh derajat sangatlah berbeda.
Terimakasih Tuhan.
"Apa semua Barangmu sudah siap?" Dalbert bertanya pada Angela.
"Semua telah disiapkan ayah. Ah, aku ingin membawa satu barang tapi apa aku tidak tau apakah Ayah akan mengijinkannya."
"Apa itu?"
"Aku ingin membawa tongkat sihir yang ayah pakai dulu saat belajar di akademi..."
Pada dasarnya seorang penyihir di dunia ini dibagi menjadi lima tingkat, mereka yang belum dibangkitkan sihirnya merupakan level satu. Level dua adalah mereka yang sihirnya sudang bangkit tapi tidak bisa menggunakannya. Level tiga bagi mereka yang sudah bangkit dan dapat menggunakan sihir tetapi masih membutuhkan bantuan benda seperti tongkat sihir. Kemudian level empat merupakan penyihir yang tidak perlu lagi menggunakan tongkat ketika menggunakan sihir. Dan yang level lima penyihir dengan fisik, mental, otak, dan sihirnya sudah pada tingakat tinggi. Biasanya bagi mereka yang bisa sampai level empat hanyalah para bangsawan dan yang bisa mencapai level lima hanyalah keluarga kerajaan.
Sofia masih termasuk pada level dua, tapi ketika ia masuk akademi maka levelnya akan naik menjadi level tiga. Tokoh utama Bella di dalam novel tidaklah termasuk kedalam semua level itu, ia termasuk pada level yang tidak diketahui dalam artian besar kekuatannya tidaklah masuk akal lagi bagi para penghuni dunia ini. Bisa dibilang seperti kekuatan para dewa. Tokoh utama memang selalu berbeda.
"Kami memang sudah berencana untuk memberikan tongkat itu padamu." Ujar Lucia masuk pada obrolan ayah dan anak.
"Benarkah?" Mata Angela berkaca-kaca. Angela sekarang memang sudah terikat perasaan dengan kedua orang yang ada di hadapannya ini. Dan Angela berjanji akan menjaga Ayah dan Ibunya dengan baik.
"Itu Benar. Bawalah tongkat itu dan gunakan dengan benar." Kata Dalbert.
Angela sempat membaca di dalam buku bahwa ketika penyihir menggunakan tongkat yang pernah dipakai orangtuanya maka penyihir itu akan lekas naik level. Info ini sebenarnya sudah diketahui semua orang, hanya saja yang dapat melaksanakannya cuman kelarga tertentu termasuk keluarga Baron Greenwich ini. Dulu ketika Albert diberikan gelar, ia juga diberikan hadiah dari Raja berupa tongkat sihir abadi. Tongkat ini berbeda dari tongkat yang beredar luas di luar sana. Tongkat yang berdar di halayak umum ketika sudah digunakan maka tidak akan bertahan lama, kasus yang paling lama pernah terjadi adalah tiga tahun maka dari itu mereka yang menggunakan tongkat biasa harus mengganti tongkatnya selama tiga tahun sekali. Sedangkan tongkat sihir abadi tidak akan pernah rusak, biasanya tongkat ini hanya dimiliki oleh keluarga kerajaan dan keluarga bangsawaan yang mendapat kepercayaan dari raja itu sendiri. Ayahnya termasuk yang dipercaya oleh Raja.
Albert adalah orang yang sangat pintar dan juga kuat. Ia banyak sekali memberikan partisipasi dalam segala bidang untuk memajukan kerajaan dan kemakmuran masyarakat. Raja sempat ingin memberika Albert gelar Duke yang merupakan gelar tertinggi setelah pangeran dan putri, tetapi ditolak olehnya karena Albert melakukan semua itu memang bukan untuk mendapatkan gelar. Tetapi berhubung menolak hadiah Raja bukanlah tindakan sopan maka Dalbert menegosiasi dengan meminta gelar Baron yaitu gelar tingakat paling bahwa dari lima tingkat gelar bangsawan. Jadilah sekarang ia memiliki gelar Baron Greenwich.
"Terimakasih Ayah Ibu." Angela tersenyum dengan hangat kearah kedua orangtuanya. Sungguh ia sangatlah bersyukur.
***
Dalbert, Lucia dan Angela berserta seluruh pelayan telah berkumpul di depan rumah mereka. Terlihat sebuah kereta dengan dua ekor kuda didepannya siap untuk diberngkatkan. Seorang laki-laki muda berdiri di dekat kuda dengan tas kecil bawaannya, ia lah yang akan mengendarai kereta Angela sampai ke Akademi nantinya. Rasa berdebar akan menempuh perjalanan baru dan juga sedih ketika Angela tau ia akan meninggalkan orang yang ia sayangi bercampur menjadi satu di relung hatinya. Angela tidak percaya akan merasakan hal ini lagi. Terakhir kali ia merasakan perasaan ini adalah ketika ia pergi ke Amerima untuk kuliah dan harus meninggalkan mantan kekasihnya itu dalam jangka waktu yang lama.
"Ayah ibu aku berangkat." Angela melangkah kedapan dan memeluk kedua orangtuanya dengan erat. Beberapa kecupanpun ia berikan walaupun Angela harus menanggung rasa malunya. Tapi melihat raut bahagia dari orangtuanya membuat ia sanggup untuk menahan rasa malu itu.
"Hati-hati dijalan. Jika kau sudah tidak sanggup minta pengendara kereta untuk berhenti lalu cari tempat peristirahatan. Dan ingat selalu kirimkan surat seminggu sekali kepada kami, kalau ada masalah jangan sungkan untuk bercerita. Ibu dan ayah akan selalu membantu segala masalahmu." Lucia berbicara panjang lebar sembari menatap wajah Angela dengan butiran air mata pada kedua pipinya.
"Jangan lupa untuk selalu membeli obatmu kalau sudah habis." Kata Dalbert dengan singkat. Begitulah laki-laki, mereka susah untuk memperlihatkan perasaannya. Tapi yang pasti Angela tau walaupun perkataan ayahnya itu singkat masihlah mengandung seribu makna di dalamnya.
"Aku akan selalu mengingat perkataan kalian. Ayah dan ibu juga harus jaga kesehatan, jangan lupa untuk selalu makan dan jangan terlalu memaksa untuk bekerja terus setiap harinya."
Angela berbalik dan masuk perlahan ke dalam kereta. Di jendela ia melambai kearah semua orang, Angela akan berusaha sekuat mungkin untuk tidak mengecewakan orang-orang yang telah menyayanginya.
Ternyata tidak buruk juga untuk ditransmigasi kedalam sebuah novel.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!