NovelToon NovelToon

Ku Jual Harga Diriku Demi Kesembuhan Mama

Kinan

"Anjrit....songong banget jadi cewek", gerutu Nando menuju meja tempat teman-temannya duduk.

"Apaan sih ndo, dateng-dateng udah ngedumel kayak ibuk-ibuk kompleks", ucap Abi dibarengi dengan kedua mata yang tertuju ke arah temannya itu.

"Lo tau gak adek tingkat yang beberapa minggu ini ikut kelas kita, songong banget dia. Diajak ngomong malah acuh", mengambil rokok dari saku celana kemudian ikut duduk bersama kedua temannya.

"Ohhh dia, iya gue tau. Udah beberapa kali kayaknya dia ikut kelas kita, ternyata lo kalah start sama gue hahahaha niat gue SKSD eh dia nya gak ngrespon", tukas Abi santai.

"Anjirrr kenapa selera kita sama sih bi", ucap Nando kesal karena merasa kalah start dari temannya itu.

"Lagi pada ngomongin cewek yang mana? kok kelihatannya gue KUDET", Kalandra menghentikan game yang sedang ia mainkan dan menatap Abi dan Nando.

"Masa lo gak ngeh sama adek tingkat yang ikut kelas kita ndra, kalau gak salah namanya Kinan", ucap Nando, "Dia ikut kelas kita berarti encer juga otaknya", tambahnya lagi.

Kalandra hanya memperhatikan penjelasan dari teman-temannya tanpa merespon, ia tidak tidak terlalu kepo dengan hal-hal yang menurutnya tidak penting.

Kinan adalah mahasiswa semester tiga yang kini ikut kelas kakak tingkat karena nilai IP semester lalu sempurna 4,0 sehingga ia bisa mengambil SKS lebih banyak semester ini.

"Sssttt...sstttttttt", Abi memberikan kode kepada teman-temannya untuk melihat kearah pintu masuk kantin. Kode lirikan mata Abi disambut oleh teman-temannya, otomatis mata mereka serempak tertuju kepada gadis dengan tas slempang hitam dipundaknya. Setelah duduk dimeja kosong tanpa ada satupun teman, gadis itu mengeluarkan bekal makanan dari dalam tasnya.

"Coba gue samperin kali ya", ucapan Abi membuyarkan tatapan teman-temannya kepada Kinan yang sedang asyik menyantap sarapannya

"Iya coba lo samperin, gue pengen tau respon dia", jawab Nando.

Abi segera berdiri menuju tempat duduk Kinan, tapi beberapa menit kemudian ia segera kembali ke mejanya semula dengan perasaan kesal. Sementara dua temannya yang sedari tadi mengawasi dari jauh hanya bisa tertawa lepas melihat Abi dicuekin.

"Sialan, awas lo ya cewek sombong", gerutu Abi.

"Hahaaahaha, lo pikir dia ngebolehin lo duduk di mejanya trus kalian bisa asyik ngobrol gitu bi hhahaha, eh tau nya setelah lo duduk, ditinggal. Berani juga tu cewek sama elo wkwkwk", ledek Nando.

"Emang harus dikasih pelajaran tu cewek," ungkap Abi ketus

"Gimana kalau kita taruhan?", usul Kalandra

"Taruhan? Taruhan buat deketin dia?" tanya Abi.

Andra hanya menanggukkan kepalanya sambil kembali memainkan game dari hanpdhonenya.

"Boleh tu, sekalian kasih pelajaran sama tu cewek karena udah nolak gue sama Nando, nah sekarang coba lo gantian yang maju ndra", ucap Abi menatap Kalandra.

"Kasian banget sih kalian berdua hahahah, cowok yang dicap playboy di kampus ini ditolak sama satu cewek yang sama, ya tuhan", ejek Kalandra.

"Anjrit lo ndraaa....jadi gimana nih? Jadi taruhan gak?", Nando berkata dengan penuh kekesalan.

"Okeeeee kita taruhan. Gue bakal dapetin tu cewek dan ajak dia pacaran. Kalau gue berhasil kalian cukup beliin gue sate sepuluh tusuk, karena itu perkara mudah bro. Tapi kalau gue gagal lo bisa pakek lambhorgini gue sesuka hati kalian", Kalandra berkata dengan penuh percaya diri.

"Naaah gue setuju nih", raut muka Abi tampak sumringah mendengar penawaran dari Andra.

"Gue juga setuju. Tapi kita kasih tenggang waktu ndra, dalam dua minggu lo gak bisa dapetin dia taruhan kita berakhir dan lo harus menyerahkan kunci mobil lo ke kita", jelas Nando.

"DEAL !!!", Kalandra benar-benar percaya diri dengan apa yang ia ucapkan.

"Cewek mana sih yang gak bakal klepek+klepek kalau gue deketin", monolog Andra dalam hati.

"Satu lagi, satu lagi....", Abi menyela pembicaraan, "Biar tambah seru dan menantang, lo juga harus putusin dia setelah satu minggu jadian, gimana?".

"OK DEAL !!", ucap Andra lagi dengan enteng.

"Anjrrriit emang lo ndra", Nando tambah kesal dengan kepercayaan diri Andra.

Siapa sih yang tidak kenal dengan Kalandra Atmaja, laki-laki tampan dengan perawakan tinggi 173 cm dengan kulit sawo matang yang menjadi incaran wanita-wanita dikampus. Hidup dengan previllage sebagai anak dari pengusaha Batubara membuatnya tidak kekurangan materi sedikitpun. Tampangnya terlihat playboy, tapi ia pemilih soal wanita yang ingin dia kencani. Jika tak sesuai dengan hati, it just for fun bagi Andra.

****

"Aku pulaaaang", suara Kinan membuyarkan lamunan ibunya yang sedang asyik merajut didepan TV.

"Sudah pulang sayang," ucap wanita paruh baya mencari sumber suara.

"Iya ma, Cafe sudah sepi pengunjung jadi bisa tutup lebih awal", menaruh tas di sofa, "Mama sudah makan?, tangan Kinan meraih tangan mamanya kemudian menciumnya.

"Belum Kinan, mama nungguin kamu,"

"Nah kan, Kinan kan udah bilang, gak usah nungguin Kinan pulang, mama kan harus minum obat jadi harus makan dulu. Liat sekarang udah jam berapa coba?", menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 21.05 WIB. Kinan segera mencuci tangan dan mengambil dua piring untuk makan dengan mama nya.

"Kinan, kamu jangan capek-capek ya. Mama minta maaf dengan kondisi kita seperti ini, kamu jadi harus banting tulang kerja siang malam", Mama Kinan berkata dengan raut wajah sendu.

"Nggak capek ma, Kinan seneng kok, beneran deh. Yang penting sekarang itu mama harus jaga kesehatan biar sehat terus, bisa nemenin Kinan terus", menatap kedua mata mama nya yang berkaca-kaca.

Mama Kinan hanya bisa mengangguk dengan perasaan bersalah. Perceraian dengan suaminya membuat Kinan kehilangan sosok Ayah yang seharusnya menjadi panutan hidup untuk menapaki masa depannya. Hadirnya orang ketiga dalam rumah tangga mama Kinan membuat hidup mereka berubah tiga ratus enam puluh derajat.

Awalnya ayah Kinan yaitu Pak Mario bermaksud menikah lagi tanpa bercerai dengan istrinya yaitu mama Dahlia. Tapi Mama Dahlia punya prinsip, "Bagaimana bisa dalam satu rumah ada dua ratu" Untuk apa mempertahankan pasangan yang sudah terbagi hatinya, meskipun mama masih mencintai Ayah Kinan, ia lebih memilih untuk menyerah dengan perceraian". Yang lebih menyakitkan, Kinan dan mama nya kenal akrab dengan wanita yang kini menjadi istri Pak Mario.

Pada akhirnya Kinan dan mama Dahlia angkat kaki dari rumah yang hampir dua puluh tahun mereka tempati. Saat ini mereka mengontrak rumah disalah satu perumahan sederhana bersama Bibi Inah, mantan ART yang dulu bekerja di rumah ayahnya Kinan. Bibi Inah sudah tidak memiliki keluarga dikampung, ia memilih ikut dengan mama Dahlia sebagai bentuk balas budi atas kebaikan majikannya selama ini. Berkat bibi Inah Kinan tidak merasa khawatir untuk meninggalkan mama nya dirumah saat ia bekerja.

"Minum obatnya ma, habis itu istirahat ya", ucap Kinan.

"Biar mama cuci dulu piringnya",

"Sudah biar Kinan ja", jawabnya dengan senyum.

Mama Dahlia di vonis kanker darah stadium 4, kini ia menjalani rawat jalan dengan rutin kemoterapi dan konsumsi obat setiap hari. Untuk mengcover itu semua Kinan bekerja menjadi waitres di salah satu cafe ternama di Jakarta, kadang ia juga ikut event-event freelance untuk menambah penghasilan. Dan apakah ayah Kinan tau jika mantan istrinya sakit? Tidak !! mama Dahlia merahasiakan dan menyuruh Kinan untuk diam, ia tidak ingin mantan suaminya iba dengan keadaannya sekarang.

Drama

"Bruukk!!!", tumpukan buku seketika berserakan dilantai.

"Ya tuhan, maaf-maaf", Kalandra bergegas membantu merapikan buku yang jatuh dari seseorang yang ia tabrak.

"Sudah tinggal aja, gak papa", ucap Kinan tanpa memandang lawan bicaranya.

"Gara-gara gue buku lo jatuh semua", menyodorkan kertas sembari menatap Kinan dengan posisi sama-sama berjongkok.

Kinan menatap pria berkaos putih dibalut kemeja kotak-kotak dengan tatapan datar, tangan kanannya menerima kertas yang disodorkan kepadanya.

"Kalandra", sapanya memperkenalkan diri.

"Kinan", jawabku singkat menyambut jabatan tagan pria yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Dari sinilah semua drama dimulai, seandainya Kinan tak menyambut uluran tangan itu, mungkin hatinya tidak akan merasakan mati rasa dengan yang namanya cinta.

Kalandra mulai melancarkan aksinya, seolah-olah pertemuan mereka terjadi dengan tidak sengaja, entah di kampus, ditempat kerja atau ditempat umum. Padahal sebenarnya Andra sengaja membuntuti Kinan agar bisa  mendekatinya.

****************

"Jangan panggil gue Kalandra kalau gak bisa dapetin lo", gumam Andra sembari menatap Kinan yang mulai keluar dari tempat kerjanya.

"Kinaaann??", panggil Andra dari balik kaca mobil yang sengaja dibuka, ia bersandiwara seakan-akan pertemuan mereka hanya kebetulan. Merasa ada seseorang yang memanggil namanya Kinan mencari sumber suara, hingga matanya tertuju kepada pria dengan mobil putih dipinggir jalan.

"Mau kemana? Mau hujan lo, yuk bareng mobil aku aja sini", tawar Andra.

"Makasih, aku naik bus saja", jawabku

Mendengar penolakan, Andra segera turun untuk menghampiri Kinan, "Kebetulan banget kita ketemu, yuk aku anter udah malem lo dan kayaknya mau hujan", ucapnya meyakinkan. "Udaah ayook ah, lagian kita satu arah kan?" Andra meraih pergelangan tangan Kinan, menuntunnya menuju mobil. Sementara Kinan bingung dengan sikap Andra, ia tidak begitu akrab dengan Andra tapi kenapa Andra seolah-olah sudah mengenalnya kama.

"Nah gini kan enak," ucapnya saat sudah sama-sama didalam mobil.

Kinan yang merasa canggung hanya bisa diam, kini ia berada satu mobil dengan pria yang baru saja ia kenal dua hari lalu. "Rumah kamu daerah mana?", pertanyaan Andra membuyarkan lamunan Kinan.

"Jalan Ahmad Yani", jawabnya singkat

"Ohhh, okey. Jalan Ahmad Yani sebelah Lapangan Futsal kan?".

"Iya", ucap Kinan lagi.

"Aku kadang main futsal disana, kok kita gak pernah ketemu ya?", ucap Andra dengan senyum manis tersungging dibibirnya.

"Oo.oooh.....", Kinan tetap saja menjawab dengan singkat.

"Nah hujan kan, apa aku bilang. Kamu udah makan belum Kinan?", Andra masih terus berusaha mencairkan suasana.

"Sudah", lagi-lagi pertanyaan Andra dijawab singkat.

"Kirain belum, niatnya mau aku ajak makan, aku belum makan".

"Turunin aku didepan aja Kal?", Kinan memberanikan diri menatap Andra.

"KAL??? Ahahaha baru kali ini ada orang panggil nama aku pakai nama depan lho", Andra tertawa karena merasa aneh dipanggil Kal, meskipun namanya benar Kalandra, tapi orang-orang akrab memanggilnya Andra. Kinan bingung, ia merasa tidak ada yang salah dengan apa yang ia ucapkan tapi kenapa Kalandra tertawa.

"Tapi gak papa, besok lagi kalau ada yang manggil lagi dengan sebutan itu, berarti itu kamu", tatapan Andra kembali tertuju kepada Kinan.

"Maaf, tapi tolong turunin aku didepan halte depan".

"Kan masih jauh dari rumah kamu?".

"Kamu bilang belum makan, aku bisa turun didepan, dan kamu bisa cari makan".

"Ahahaha ya ampun Kinan, maksut aku tadi aku mau ajak kamu makan, tapi sayangnya kamu udah makan. Atau gini deh, kamu mau nemenin aku makan?", terus berusaha agar bisa semakin dekat dengan Kinan.

"Maaf, tapi mamaku sudah menunggu dirumah, Ini sudah malam", menunjukkan ponsel ke arah Andra dimana ada WA dari mama nya.

"Wahhh sayang banget...yaudah, mungkin lain kali", menatap Kinan dengan senyum lebar tapi Kinan tidak membalas tatapannya.

Andra melajukan mobil ditengah derasnya hujan. Sesekali Andra merubah topik pembicaraan agar bisa lebih akrab dengan Kinan, ya meskipun responnya tetap saja datar. Kinan menolak diantar sampai depan rumah, ia memilih diturunkan disebelah lapangan futsal, karena rumah Anda masuk kedalam perumahan.

"Bentar-bentar kamu tunggu dulu disini, aku ambil payung di bagasi belakang", berlari turun dari mobil.

"Kalau kamu gak mau aku antar sampai rumah, nih pakek payung, hujannya deres banget", membuka pintu mobil dan mengarahkan payung ke arah kepalanya agar terhindar dari air hujan.

"Yaudah aku pamit", berlari menuju mobil. Mata Kinan menatap Andra yang tersenyum sambil  melambaikan tangan dari arah kaca mobil yang terbuka. Mobil putih itupun melaju meninggalkan Kinan dengan payung ditangannya.

***

"Ma, besok waktunya mama kemoterapi lo ya", Kinan mencoba mengingatkan mama nya.

"Ia sayang", menatap putri nya yang sedang duduk mengeringkan rambut dengan handuk.

"Kinan...... mama selalu merasa bersalah kepada mu nak. Masa muda mu habis hanya untuk mencari biaya pengobatan mama. Maafkan mama, karena membebanimu dengan penyakit mama", wanita paruh baya itu tertunduk lesu melihat putrinya selalu pulang malam untuk bekerja.

"Mama ini ngomong apa sih ma, Kinan tidak pernah sedikitpun merasa terbebani. Malah Kinan yang harusnya minta maaf belum bisa membahagiakan mama", menghampiri mamanya disofa depan TV, ia memeluk mama nya yang mulai tampak mulai menua. Ada rasa hangat dan tenang saat tubuh mama dalam pelukannya, "Kita berjuang sama-sama ya ma, doain Kinan terus, begitu juga Kinan selalu doain mama biar mama lekas sembuh", ucapnya menahan tangis mendapati tubuh wanita yang sangat ia sayangi itu mulai mengurus, begitu pula dengan rambut yang ia usap mulai rontok. Ia menggenggam rontokan rambut dan diam-diam memasukkan kedalam saku bajunya, ia tak mau mama tahu kalau penyakit itu semakin menggerogoti tubuhnya.

"Maafkan mama Kinan, maaf karena kamu terlahir dari rahim mama. Kamu harus menanggung ini semua, mulai dari perceraian mama dan ayahmu, impianmu untuk kuliah di luar negeri padahal sudah jelas-jelas dapat beasiswa yang kamu impikan tapi karena penyakit mama kamu harus merelakan beasiswa itu dan sekarang kamu harus  hidup dengan kondisi kita yang seperti ini, tidak selayak dulu", air mata mulai membasahi pipi mama Dahlia.

"Huussshhtttt....", tangan Kinan membelai punggung mama, mencoba menenangkan, "Kinan bersyukur lahir dari rahim mama, Kinan jadi kuat karena mama, jadi tolong mama juga kuat ya".

Mereka berdua saling berpelukan, Kinan benar-benar tidak merasa terbebani dengan keadaannya saat ini, ia tidak menyesal hidup berdua dengan mama nya setelah perceraian kedua orang tuanya.

****************

*Flashback*

"Jadi gimana keputusanmu Kinan?", Mela menatap wajah Kinan yang duduk didepannya

"Kayaknya aku gak jadi ambil beasiswa itu Mel...", Kinan tertunduk lesu.

Mela dan Dani yang merupakan sahabat Kinan (sekaligus sepasang kekasih) hanya bisa diam mendengar jawaban yang keluar dari mulut Kinan. Mereka tahu kondisi Kinan yang harus merawat mama nya, otomatis mereka harus berhenti untuk mewujudkan kuliah ditempat yang sama di LA.

"Trus, planing kamu selanjutnya apa nan?", ucap Dani

"Kayaknya aku ambil beasiswa yang di Jakarta Dan..!",   Kekecewaan jelas terlihat dari raut dan nada suara Kinan.

"Apa kita kuliah di Jakarta juga sayang?", seketika muncul ide dari Mela.

"Eeehhh..ehhh apaan sih kalian, jangan hanya karena aku kalian cancel juga kuliah di LA, Gak!! Kalian tetep harus berangkat, atau pertemanan kita cukup sampai disini", Kinan mencoba memperingatkan kedua sahabatnya itu. Ia akan  merasa bersalah kalau sampai  mereka cancel hanya karena kondisinya. "Pokoknya kalian harus berangkat sesuai rencana, titik!!",tambahnya lagi.

"Tapi....!", Mela mencoba merengek.

"Gak ada tapi-tapian, pokoknya pulang ke Indonesia kalian sudah harus lulus S1, Oke...", dada Kinan terasa sesak, disamping ia harus LDR dengan kedua sahabatnya yang sudah ia anggap seperti keluarga ditambah lagi ia gagal mewujudkan cita-citanya untuk kuliah di kampus impiannya.

"Iyaaaa deh iya, tapi tetep harus berkabar tiap hari lo ya", tatapan sendu kembali menyelimuti mata Mela.

"Iya..Mela sayang..." mengacungkan kelingking bertanda janji yang segera disambut kelingking Mela dan Rio.

Masa SMA memang masa yang paling berkesan, keakraban mereka bertiga sudah terjalin sejak kelas satu SMA, keluarga merekapun juga kenal akrab, tak heran mereka sudah seperti keluarga. Tapi berakhirnya masa SMA membuat mereka terpisah untuk melanjutkan masa depan mereka sendiri-sendiri. Meskipun awalnya mereka ingin menata masa depan dikampus yang sama, tapi rencana tuhan berkata lain, Kinan harus merelakan beasiswa ke luar negeri karena kondisi mama nya yang menjalani pengobatan. Kalau takdir sudah berbicara mereka bisa apa.

Flashback

Sudah empat hari berlalu sejak kesepakatan taruhan, Andra sudah sangat agresif melakukan pendekatan dengan Kinan tapi sayangnya mangsa yang ia buru masih benar-benar pasif.

"Gimana nih kabar cinta dua minggunya aman?", ledek Abi yang baru datang memasuki kelas. Teman-teman Andra yang awalnya sibuk dengan aktifitasnya sendiri-sendiri sontak mengarahkan pandangan pada sosok yang sedang sibuk dengan Game di Handphone nya.

"Oh iyaaa, bisa dong diupdate status perkembangannya", tambah Nando dengan tawa sumringah.

"Tenaaang, amaan....!!" Andra menjawab santai, jari jemarinya masih aktif bergerak memainkan game. Abi dan Nando saling bertukar pandang dengan senyum penuh tanda tanya dan lebih kearah meremehkan, karena mereka yakin Andra akan berakhir sama dengan apa yang dilakukan Kinan kepada mereka.

"Buktikan kejantananmu ndraaa", Abi menepuk punggung Andra dan berjalan kearah toilet untuk buang air kecil. Mata dan jemari Andra asyik memainkan game tapi otaknya sedang mencari cara untuk mendapatkan Kinan.

****************

"Gimana keadaanmu sekarang, apa ada yang kamu keluhkan atau rasakan?", tanya dokter sembari membaca catatan rekam medis.

"Akhir-akhir ini kalau kecapekan kepalaku rasanya berat banget dok".

"Itu berarti kamu harus bisa atur waktu antara aktifitas dan istirahat, obatnya kamu minum rutin kan?".

"Iya rutin dok, tapi sudah dua hari ini obatnya habis belum ada waktu kontrol kesini".

"Yasudah nanti aku resepkan obat lagi, kalau seandainya sakit kepalamu bertambah berat dari sebelumnya, segera temui saya, saya akan menambahkan dosisnya. Tapi yang lebih penting jangan terlalu lelah, tubuhmu juga perlu istirahat", dokter Andreas dengan sabar menjelaskan, "Gimana Kinan, apa kamu sudah memikirkan tindakan operasi, sudah lebih enam bulan sejak peristiwa itu, kamu harus segera mengambil keputusan. Ini demi kebaikan mu Kinan".

Kinan hanya bisa menunduk lesu, banyak hal yang harus ia pertimbangkan, mulai dari biaya, siapa yang akan merawat mamanya saat proses recovery setelah operasi, dan yang lebih membuat Kinan berfikir ulang untuk tidak melakukan operasi adalah jika operasinya tidak berjalasi lancar, bukan hanya Kinan yang akan menanggung resiko, tapi mama nya juga.

"Saya masih belum siap dok", Kinan tidak berani menatap dokter Andreas.

"Apa yang membuatmu belum siap Kinan? Mungkin pada saat itu, kita dari tim dokter tidak berani melakukan operasi karena terlalu berisiko, tapi sekarang saat kondisimu sudah OK, kamu yang belum siap".

"Banyak faktor yang membuat saya ragy dok, tapi saat nanti sudah siap lahir dan batin saya pasti akan melakukan operasi dok", jelas Kinan yang masih belum berani menatap dokter Andreas.

"Lebih cepat lebih bagus Kinan", berharap Kinan merubah pendiriannya. Tapi hanya anggukan kepala dan senyum simpul yang dokter dapatkan.

****************

*Flashback*

"Pakeeetttt", teriak kurir ekspedisi dengan lantang.

"Ohhh iya, sebentar...", Kinan bergegas membukakan pintu.

"Atas nama Kinan Syalfa".

"Iya benar pak", menerima paket yang disodorkan kurir, "Makasih pak".

"Sama-sama mbak".

Kinan masuk kedalam rumah setelah kurir berlalu pergi dengan motornya, "Natalie Jasmin", ucap Kinan membaca pengirim paket, "Tumben Nata mengirim paket kesini, kira-kira apa isinya ya". Butuh waktu dua menit Kinan membuka isi paket, tapi seketika jantung Kinan berdegup lebih cepat, matanya membesar membaca dua nama yang tertulis dikertas undangan. "Undangan Pertunangan Natalie Jasmin dengan Riko Aditya Sadajiwa", tangan Kinan sontak bergetar untuk membuka lembaran kartu undangan. Matanya yang terbelalak kaget berubah menjadi berkaca-kaca, tak kuasa menahan air mata.

"Paket dari siapa sayang?", sapaan dari mama Dahlia tak digubris. Melihat anaknya terdiam dengan selembar kertas ditangan, membuat mama Dahlia penasaran dengan keadaan Kinan, segera ia menghampiri putrinya. Diambilnya kertas dari tangan Kinan, dan perlahan membaca kertas yang lebih mirip dengan undangan pernikahan.

Mama Dahlia segera duduk dan memeluk putrinya yang sedang menangis terisak. Dalam depakan mama nya Kinan menangis, tak ada pertanyaan atau apapun yang keluar dari mulut mereka berdua, mama Dahlia ikut larut dalam kesedihan Kinan. Tepukan halus dipunggung Kinan dari mama nya diharapkan mampu menenangkan, tak terasa air mata mama Dahlia pun ikut jatuh.

Riko adalah kekasih Kinan yang kuliah di Australia, mereka selama ini menjalin hubungan jarak jauh Indonesia - Australia. Riko dulunya adalah kakak tingkat Kinan semasa SMA. Mereka telah berjanji untuk menjaga hati satu sama lain meskipun menjalani hubungan LDR Indonesia - Australia. Hampir satu tahun lebih dua bulan komunikasi mereka berjalan lancar melalui email atau skype, tapi sudah hampir lima bulan belakangan email dari Kinan tidak pernah dibalas Riko. Awalnya Kinan berfikir kesibukan Riko lah yang membuatnya emailnya tak terbalas, karena selain berkuliah Riko magang disalah satu perusahaan di Australia. Tapi setelah hampir lima bulan tidak ada kabar, undangan pertunangan ini lah yang menjadi jawaban atas penantiannya selama ini.

"Kenapa harus dengan Nata maaa....kenapa?", isak Kinan dalam tangisannya.

"Hussst...hussst....", mencoba menenangkan putrinya.

"Kenapa kita harus berurusan dengan keluarga mereka lagi maa...", tambahnya lagi.

Natalie adalah adik tiri Kinan, anak dari istri ayahnya yang sekarang. Jarak mereka yang berbeda dua tahun membuat Kinan memposisikan dia sebagai adik, ya meskipun Kinan tidak begitu akrab, tapi Natalie sangat menyukai Kinan sebagai kakaknya.

***

"Kamu yakin, datang ke pertunangan mereka nan", ucap Mela dengan ragu melihat sahabatnya akan mengahadiri pertunangan mantan kekasihnya dengan adik tirinya.

"Yakin gak yakin Mel, kemarin Natalie telfon aku nyuruh dateng, udah aku tolak tapi dia merengek", ucap Kinan sambil membuka kaca mobil, ia berharap udara dari luar mampu mengobati dadanya yang sesak.

"Emang Natalie itu gak tau ya kalau kamu pacaranya Riko, apa jangan-jangan dia sengaja merebut Riko dari kamu" tebak Dani. Tapi seketika Mela mencubit paha kekasihnya, matanya berkedip-kedip sebagai kode agar diam, ia takut perkataan Dani akan menambah sakit hati Kinan. Akan tetapi Kinan hanya diam menikmati perjalanan, ia menaruh tangannya dikaca mobil yang terbukabdan menyenderkan dagunya diatas tangan sambil menatap kearah luar.

***

Setibanya diparkiran Kinan benar-benar menata hati untuk menghadapi situasi ini, ia sudah menebak suasana pasti akan terasa canggung jika bertemu dengan Riko untuk pertama kalinya setelah hampir dua setengah tahun tidak bertemu.

"Kalian tunggu disini aja gak papa lo Mel, Dan. Setelah nanti bersalaman dengan mereka aku akan mencari alasan untuk pulang, setidaknya aku sudah setor muka dihadapan keluarga Nata", ucap Kinan.

"Gak...gaaakkk!! Pokoknya kita ikut", Mela merasa kawatir dengan keadaan sahabatnya itu. Mela dan Dani sebenarnya tidak diundang, tapi mereka menawarkan diri untuk ikut datang, secara ia juga kenal Riko dan ia takut akan terjadi apa-apa dengan Kinan. Ya, Mela dan Dani adalah sahabat yang siap pasang badan jika terjadi apa-apa dengan Kinan, begitu pula sebaliknya.

Mereka pun turun berbarengan menuju lokasi pertunangan, Kinan sengaja datang lebih akhir karena ia menghindari berlama-lama diacara pertunangan Nata.

Setelah melalui kesepakatan Kinan akhirnya masuk sendiri, sementara Mela dan Dani memantau dari jarak jauh. Dengan perasaan deg-degan Kinan berjalan dengan anggun, suasana kekeluargaan begitu terasa hangat dengan balutan garden party. Sayup-sayup terdengar sambutan penutup dari ayah Kinan sekaligus ayah tiri Nata itu bertanda acara tukar cincin sudah berlangsung. Tapi kehangatan acara itu seketika berubah gaduh dengan teriakan undangan, karena terdengar suara tembakan yang berasal dari dalam hotel. Semua orang berusaha menyelamatkan diri, dari kejauhan tampak Mela dan Dani yang berteriak kearah Kinan, "Kinaaaannnn awaaasss...!", Dua orang pria dengan pakaian hitam, masker dan topi hitam melepaskan hujanan tembakan.

"DUAAAARRRRR.....", peluru melesat kencang menuju pelipis kanan Kinan, sontak tubuh Kinan terkapar di tanah dengan kepala yang berlumur darah.

"KINAAAAAAAAANNNNNN !!!!", kedua sahabatnya kompak berlari menghampiri temannya. Suasana yang kacau ditempat kejadian membuat Kinan tak ada yang menolong, semua orang sibuk menyelamatkan diri mereka sendiri-sendiri, sementara kedua pria penembak tersebut berhasil kabur dengan menggunakan motor. Tak lama kemudian terdengar sirine mobil polisi memburu kedua pria tersebut.

"KINAAAN ....KINAAAN..", teriak Mela membangunkan temannya yang kepalanya berlumuran darah. "Tolooongg...tolongg....", teriak Mela histeris, "Sayaaang telfon ambulaaan, cepaaattt", ucapnya sambil menangis melihat kondisi temannya yang terkapar, mata Kinan menatap Mela.

"Mel....maa..maaaaa too..loongg jaaaaga ma...maaa" suara Kinan terbata-bata, "Ja...jaaaangan ka..sihhh taahuu si.aapaaa si.aapaaaa, Ri..koo Naa..ta, ayaah, maa..maaaa ja..jangaaan sampek tau ke..adaaan ku", tambahnya lagi.

"Jangan mikir macem-macem Kinan, kamuu harus kuaaat, tooo...loonggg...toloooonggg", Mela mencari pertolongan ditengah gaduhnya orang-orang yang menyelamatkan diri, dan tangisan dari keluarga korban yang juga terkena tembakan.

Dani segera membantu petugas kesehatan yang ternyata sudah dihubungi pihak hotel, ia membantu mengangkat Kinan menuju ambulans.

"Ini teman saya, tolong selamaaatkan dia pak" tangis Mela mengantar Kinan menuju ambulans. Sementara Kinan hanya diam dengan kepala baju yang bersimbah darah. Mela dan Dhani ikut menaiki ambulans. Mela tak henti-hentinya memegang tangan sahabatnya itu.

"Kamu harus kuaat Kinan, harus pokonya barus kuaatt....", menatap tajam temannya yang terbujur tak berdaya diatas brangkart ambulan, air matanya tak kunjung berhenti.

"Mee...eell.... Daaaannn...tiiitiippppp ma...maaaaa!", nafas berat Kinan jelas tampak saat berkata dengan terbata-bata.

"Enggak..enggaaaak kamu gak bakal kenapa-kenapa, kamu kuattttt Kinaaannn", masih terus menyemangati dan menggenggam tangan sahabatnya itu. Genggaman Kinan mulai melemah, tatapannya kosong menatap langit-langit mobil ambulan, air matanya menetes membasahi pelipisnya. Selang oksigen terpasang untuk mencukupi kebutuhan oksigen Kinan.

Sementara itu keluarga Riko dan Nata dipastikan selamat, karena saat terdengar tembakan mereka segera berlari menuju ballroom yang berada disamping taman hotel tempat acara.

Kurang lebih hampir dua minggu Kinan dirawat di rumah sakit, awalnya ia tidak sadarkan diri selama dua hari tapi berkat mukjizat dari tuhan Kinan berhasil lepas dari masa kritisnya. Akan tetapi dokter memutuskan untuk tidak melakukan operasi pengambilan peluru karena kondisi Kinan yang tidak memungkinkan. Jadi kini peluru masih bersarang di pelipis kanan Kinan. Sementara itu mama Dahlia dirawat bibi Inah dan tiap dua hari sekali ditengok  Mela dan Dhani, saat itu kondisi mama Dahlia belum terlalu buruk seperti sekarang. Mereka membuat sandiwara kalau Kinan sedang menenangkan diri karena pertunangan Nata dan Riko. Untungnya mama Dahlia percaya, ia memahami perasaan putrinya jadi wajar kalau Kinan ingin menata hatinya dengan menyendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!