Di sebuah rumah yang lumayan besar seorang wanita sedang dicerca ayahnya kaena tak kunjung mendapatkan kabar dari sang tunangan.
"Sofia, apa semua ini Sofia?" Tanya Zainal pada putrinya.
"Aku nggak tahu Pa! Kevin tak memberi tahu aku kemana dia pergi!" Seru Sofia dengan isak tangis.
"Kamu tahu Sofia tanggal pernikahan sudah ditetapkan, sebagian orang sudah tahu bahwa kalian akan menikah. Dan sekarang Kevin menghilang tanpa kabar!" Ucap Zainal dengan kesal pada Sofia.
Sofia hanya terus menangis tanpa tahu apa yang harus dia lakukan. Kevin menghilang bagai ditelan bumi, saat tanggal pernikahan mereka sudah ditetapkan dan tinggal 1 minggu lagi, kini Kevin menghilang.
"Beruntunglah undangan belum disebarkan, aku tak tahu lagi. Laki-laki itu telah mencoreng nama baik kita." Zainal menjatuhkan dirinya di sofa depan Sofia.
Sofia terus saja terisak, bagaimana bisa pria yang didambakan menjadi suaminya menghilang entah kemana, bahkan orangtua Kevin pun tak tahu di mana keberadaannya.
Sofia berlari menuju kamarnya, masih dengan isak tangis yang sama, Sofia merenungkan dirinya. Mencoba mencari cara menemukan Kevin, dia membongkar seluruh isi lemari yang terdapat barang-barang dari Kevin.
Tak puas setelah membongkar lemarinya dia mengotak-atik handphonenya, menelvon kembali Kevin, walaupun beberapa hari ini Sofia telah melakukannya berulang-ulang kali dan tak kunjung mendapat jawaban. Sofia kemudian membuka akun sosial medianya melihat-lihat isi di dalamnya, siapa tahu saja ada jalan untuk menemukan Untuk menemukan Kevin.
'Itu Kevin?' Batin Sofia, saat melihat sebuah foto unggahan temannya di bandara. Sofia membuka Foto itu dan semakin memperbesar fotonya, seseorang mirip dengan Kevin, tapi wajahnya tak terlihat karena hanya bagian belakang yang dapat di ambil dari unggahan foto itu.
Akhirnya Sofia yakin jika itu kevin, karena sebuah tato di balik pergelangan tangan yang sedang merangkul seorang wanita berambut coklat.
Sofia menangis sejadi-jadinya, melihat pemandangan di unggahan foto tersebut. Dia tak mungkin salah mengenali Kevin, walau hanya tampak belakangnya saja namun tato itu memperjelas bahwa itu Kevin.
"Sungguhkah Kevin menghianatiku?' Batin Sofia bertanya-tanya. 'Dia pergi dengan wanita lain saat tanggal pernikahan sudah di tetapkan. Seandainya kau mengatakan sebelumnya, Aku tidak akan sesakit sekarang!" Gumam Sofia dalam tangisnya.
Zainal dan sang istri yang berada di luar kamar, tidak jadi masuk mendengar Sofia yang tak henti-hentinya menangis.
"Berikan dia waktu Ma!!" Ucap Zainal pada istrinya.
Rita hanya dapat mengangguk dengan air mata yang telah lolos dari sudut matanya. Putri semata wayangnya harus menghadapi kenyataan, ditinggalkan oleh sang tunangan saat hari pernikahan sudah ditetapkan dan tinggal menghitung hari lagi.
******
Ditempat lain seorang wanita paruh baya sedang mengcecar anak lelakinya.
"Kamu itu sebentar lagi 30 tahun! Kapan kamu akan menikah, mama mau juga menggendong cucu seperti teman-teman mama yang lain. Kamu itu anak satu-satunya! Dari siapa lagi mama akan mendapatkan cucu kalau bukan dari Kamu!!" Kesal wanita paruh baya itu.
Dirga mengangkat kepalanya menghadap wanita paruh baya itu yang tak lain adalah ibunya sendiri. "Ma! Aku tak mau menikah, itu sangat memusingkan. Akan sangat pusing menghadapinya dan juga sangat cerewet." Ungkap Dirga pada ibunya.
"Apa!!" Pekik Riana, ibu dari dirga. "Jadi kau pikir mamamu ini sangat memusingkan dan cerewet. Iya dia?" Riana berdiri memukul meja kerja Dirga sambil melotot padanya.
"Aww, Ma. Ma!! Nggak seperti itu Ma!" Bujuk Dirga saat melihat Riana telah mengeluarkan taringnya.
"Lalu? Kau mengatakan jika wanita itu memusingkan dan cerewet apa maksudmu? Haa?" Ketus Riana dengan menyedekapkan tangannya di dada.
"Itukan terkecuali Mama! Kan ada papa!" Ujar Dirga dengan hati-hati.
"Jangan macam-macam kamu Dirga, jika dalam sebulan kamu tidak membawah calon istri ke rumah. Maka siap-siap mama akan menjodohkanmu dengan Bi Ningsih." Ujar Riana.
"Apa!!" Pekik Dirga saat mendengar nama Bi Ningsih, "apa Mama sudah gila? Ogah, wanita 50 tahun Mama jodohkan denganku. Bisa mati berdiri aku." Ucap Dirga dengan wajah yang kesal.
Ningsih adalah asisten rumah tangga di keluarga Antara, wanita berusia 47 tahun dan sangat genit jika melihat pria tampan termasuk Dirga.
"Pokoknya mama nggak mau tau! Kalau tidak ada wanita yang kamu bawah sebagai calon istri maka pernikahan kamu dan Ningsih akan mama umumkan pada semua orang." Jawab Riana tak kalah ketus dari dirga. "Mama pulang sekarang!" Riana menyambar tas jinjing di meja kerja Dirga dan berbalik keluar dari ruangan Dirga.
Braak
Bunyi suara pintu ruangan Dirga. Dirga tidak pernah mau berkomitmen, karena menururutnya wanita akan banyak maunya, akan sulit mengahadapi mereka. Tapi bukan berarti Dirga tak suka dengan wanita, setiap malam dia akan berada di klub hanya untuk bersenang-senang dengan kehidupannya.
"Aah, mama selalu semaunya!" Gumam Dirga Kesal. "Anak sendiri mau dijerumuskan." Gumamnya lagi Frustasi. Wanita mana yang akan dijadikan calon istri dalam sebulan, pikirnya.
Tut tut tut tut
Dirga menelvon sahabatnya, dia butuh refreshing untuk mengalihkan pikirannya dan mencari jalan keluar untuk masalahnya.
"Halo!" Jawab seseorang dari balik telvon.
"Ya, kau di mana?" Tanya Dirga.
"Kau pikir, aku akan berada di mana saat siang begini. Aku kerja!!" Jawab Hanli sahabat Dirga dari balik telvon.
"Haa, iya-iya!! Aku tau!!" Jawab Dirga dengan malas. "Nanti malam ketemuan di tempat biasa." Lanjutnya.
"Hm, baiklah. Jangan ganggu aku siang ini, lagi banyak kerjaan." Ucap Sahabatnya.
"Gayamu!!" Jawab Dirga mengakhiri panggilannya.
******
Malam harinya Sofia pergi menuju klub dengan menggunakan mobilnya. Dia menyetir sendiri, padahal semenjak bersama Kevin, tak pernah sekalipun Kevin membiarkan Sofia menyetir sendiri.
Tin tin
Mobil yang Sofia kendarai membelah jalanan kota, tanpa tetasa dia telah berhenti di dwpan sebuah klub ternama di kota itu.
Sofia menjalankan mobilnya kearea basemant klub yang dia datangi, memarkir mobilnya lalu turun dari dalam kendaraan itu.
Sofia memantapkan langkahnya, untuk masuk ke dalam klub. Sofia hanya beberapa kali datang klub malam itu pun bersama teman-temannya, baru kali ini dia datang sendiri ke klub.
Sofia duduk di depan meja tender, memesan minuman dengan kadar alkohol yang tidak terlalu tinggi.
Sofia perlu menenangkan pikirannya sedikit, itulah dia memutuskan untuk mencoba sedikit minuman itu.
"Hai ladies!!" Sapa seorang pria, Sofia hanya melemparkan pandangannya sebentar, lalu berbalik menyesap kembali minumannya.
"Apa kau sendiri?" Tanya pria itu lagi, setelah mendapat perlakuan yang cuek dari Sofia.
"Aku tak butuh teman, aku ingin sendiri. Jadi, jangan ganggu aku." Ucap Sofia ketus.
.
.
.
.
Jangan lupa Like, coment and votenya...
Kadonya juga, jangan lama-lama ya kirimnya😁
Love you all...💘
"Aku tak butuh teman, aku ingin sendiri. Jadi, jangan ganggu aku." Ucap Sofia ketus.
"Wow, wonder women!!" Seru pria yang berda di dekat Sofia. "Pasti masalahmu sangat sulit, hingga kau hinggap di sebuah klub sendiri tanpa teman!" Pria naik di bangku tender sebelah Sofia.
Sofia tak mengubris ucapannya. Dia terus menyesap minuman di gelasnya.
"Percayalah! Aku visa menghilangkan keresahanmu!" Sofia memandang pria di sebelahnya dengan tatapan menyelidik. "Jika kau mau, ikutlah bersamaku." Lanjutnya. "Kita akan bersenang-senang," Sofia masih mecari tahu ke mana arah pembicaraan pria itu. "Ayolah, aku tidak egois untuk menjadi seorang lelaki, aku akan memberikan ke*******n juga pada pasanganku!!" Dengan senyum yang mengembang pria itu berujar pada Sofia.
"Dasar tua b****a!! Aku ini lebih pantas menjadi menantumu, bukan teman ranjangmu." Ketus Sofia pada Pria yang memang jauh lebih tua darinya.
"Apa katamu?" Pekik pria itu dengan menunjuk wajah Sofia.
"Ya!! Tua b****a!! Apa kau tak mendengar? Oh, ya pendengaranmu berkurang karena faktor usia. Cepat-cepatlah bertobat, karena tempatmu sudah di sediakan!" Sofia menurunkan telunjuk pria itu yang mengara padanya.
"Ada apa ini?" Suara bariton seorang pria dari balik punggung Sofia.
Sofia memutar badannya ke arah suara yang berdengung di telingahnya. Betapa terpakunya Sofia, seorang pria dengan tubuh idaman para wanita, mengenakan jas lengkap, menggambarkan kewibawaannya dan wajah yang tak dapat di pungkiri ketampanannya.
"Hai, nona!! Apa ada yang mengganggumu?" Bisik Dirga di telinga Sofia.
Sofia merinding merasakan hembusan nafas Dirga di tengkuknya. Entah sengaja atau tidak Sofia berpikir bahwa Dirga adalah seorang pemain yang handal.
"Ma-maaf Tuan! A-aku hanya mrmberikan penawaran padanya!" Jelas pria yang mengganggu Sofia itu.
"Kau tahu! Kau telah mengganggu wanitaku." Ucap Dirga.
Pria paruh baya itu sangat mengenal Dirga. Siapa sih yang tidak mengenalnya di kalangan bisnis? Pembisnis hebat sejak usia muda hingga kini. Dirga adalah investor di perusahaannya, karena itu dia sangat mengenal Dirga.
"Ma-maaf tuan! Saya tidak menyangkanya. Dia seorang diri di sini, jadi kupikir...!!" Pria itu memutus ucapannya.
"Jadi apa?" Tanya Dirga dengan mengangkat sebelah alisnya.
Sofia hanya diam di balik punggung Dirga tanpa mengatakan apa-apa. Entah dia sedang membelahku atau sedang memanfaatkan keadaan, pikir Sofia.
"Ma-maaf Tuan!" Ucap pria itu terbata. Keringat dingin telah menguncur di seluruh tubuhnya, kaki pun sudah bergetar. Perusahaannya akan hancur dengan sekejap mata bila dia tak mendapat pengampunan dari orang yang berdiri tepat di depannya.
Dirga mengeluarkan handphone mahalnya dari saku jas, menekan beberapa nomor dan merapatkan ke telinganya.
"Halo!!" Suara di balik telvon.
"Urus tempatmu ini! Atau akan ku sama ratakan dengan tanahnya." Ucap Dirga dengan nada serius.
"Baik Tuan!! Aku akan segera ke sana!" Ucap menejer klub yang saat ini mereka pijak.
"Tuan!! Tolong jangan hancurkan perusahaanku!" Ucap pria itu berkutut di kaki Dirga.
"Aku tidak membawah masalah perusahaan dalam kehidupan pribadiku." Ucap Dirga saat membalikan badannya.
Kaki Dirga melangkah pergi dari tempat itu, namun tidak sendiri. Dia meraih jemari Sofia dan membawahnya dari sana.
"Hei apa yang kau lakukan?" Sofia melepaskan tautan tangan Dirga darinya.
Dirga berbalik, menatap Sofia yang berteriak padanya. Dirga menatap dalam manik mata wanita di depannya.
"Nona! Apa kau tidak sadar bahwa aku baru saja membelahmu dari lelaki hidung belang di sana." Ucap Dirga dengan menunjuk arah dalam klub.
"Owh, ya!! Trima kasih. Tapi untuk apa kau menyeretku." Ucap Sofia ketus.
"Oh, jadi kau masih ingin berada di dalam, untuk memancing pria lain." Ujar Dirga.
"Itu urusanku." Ucap Sofia dengan menyilangkan tangannya di dada.
"Jelasnitu urusanku Nona!! Apa kau tidak mendengarnya tadi?" Dirga mendekatkan wajahnya di hadapan Sofia.
Sepersekian detik Sofia sempat terpesona dengan wajah pria di depannya, namun Sofia menepisnya dengan cepat.
"Apa?" Ucap Sofia ketus dwngan membalikan wajahnya yang telah merona.
"Aku yakin saat ini kau sedang mengagumi parasku!!" Jawab Dirga dengan menegakan badannya.
"Narsis sekali!!" Gumam Sofia yang masih dapat di dengar oleh Dirga.
"Ya! Itu harus. Percaya diri itu penting Nona. Dan aku telah mengatakan, jika kau adalah wanitaku." Ujar Dirga.
"Apa? Itu kau yang mengatakannya, tapi aku tidak!" Bantah Sofia.
"Tapi kau tak mengatakan apa-apa! Ku anggap kau setuju karna kau tak membantah ucapanku." Ucap Dirga dengan percaya diri.
"Tidak! Aku tidak mau." Pekik Sofia.
Di antara mereka sejak berada dalam klub, ada seseorang yang setia menemani Dirga di belakangnya. Dia adalah Fander, asisten pribadi Dirga.
"Hei Tuan!! Siapa kau?" Tanya Sofia pada Fander.
"Saya..." Belum juga selesai Fander mengatakan ucapannya sudah di selah kembali oleh Sofia.
"Kenapa sejak tadi kau hanya diam saja!!" Sofia menunjuk ke arah Fander.
"Dia asistenku! Mana berani membantah atasannya." Jawab Dirga. "Apa kau sungguh tak mengenalku?" Dirga mencari kepastian bahwa wanita di depannya ini sungguh tak mengenalnya.
"Apa untungnya aku untuk mengenalmu?" Tanya Sofia sinis.
"Haa!!" Kaget Dirga menganga. Sedangkan orang yang berada di balik Dirga hanya cekikikan dengan jawaban Sofia. "Diam!!" Pekik Dirga pada Fander, dan langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Bagaimana mungkin wanita di depannya ini tak mengenalnya. Orang ternama nomor satu seasia. 'Oh my good!!' Batin Dirga mengumpat.
"Ok.Ok. Ikut aku sekarang!" Dirga menyeret Sofia menuju parkiran mobilnya.
"Eh.. Eh., apaan ini?" Pekik Sofia yang terseret.
"Ikut aku atau..." Dirga menjeda ucapannya.
"Atau apa?" Ketus Sofia tepat di wajah Dirga.
"Atau aku akan memanggil pria tua bangka tadi untuk menyeret kamu di sini!" Ucap Dirga.
"A-apa!!" Sofia panik. Dia bukan tak tahu jika Dirga adalah seorang pembisnis ternama, namun yang dia tahu dari penampilan dan gaya khas yang di tunjukan Dirga semenjak tadi, bahwa dia bukan orang sembarangan. Tidak mungkin seorang yang tua mau befsujud memohon di kakinya kalau dia bukan siapa-siapa, pikirnya.
"Tapi aku bawah mobil!!" Ujar Sofia yang telah menurunkan nada suaranya.
Mendengar itu Dirga tersenyum tipis, entah apa yang ada di pikirannya. "Kau punya mobil?" Sofia mengganggukan kepalanya saat Dirga bertanya. "Di mana?" Tanya Dirga lagi.
"Ini, di belakangku!!" Jawab Sofia jujur, karena mereka saat ini terhimpit antara mobil Dirga dan mobil Sofia yang terpakir bersebelahan.
"Wah, apa ini mobil sewaan? Di mana rental yang menyewahkan mobil ini?" Dirga tak percaya dengan apa yang dilihatnya, mobil yang di kendarai Sofia cukup mahal untuk orang yang terlihat biasa-biasa saja seperti Sofia.
"Iya, aku menyewahnya!! Dan kau tak perlu tau di mana?" Jawab Sofia kesal.
"Baiklah, ikut aku. Farhan akan membawah mobil itu." Ucap Dirga sambil membuka telapak tangannya.
Sofia mengerti dan segera mengeliarkan kunci mobil dari saku celananya, menyerahkan pada Dirga. "Tunggu!! Kita mau ke mana dulu?" Sofia menarik tangannya kembali saat ingin menyerahkan kuncinya.
"Owh, baiklah. Kita akan pergi ke tempat di mana kau bisa minum, tanpa di ganggu pria hidung belang!" Jawab Dirga.
Sofia memberikan kunci mobilnya, lebih baik ikut dengannya dari pada harus jatuh pada pria-pria tua bangka yang hidung belang, pikirnya. Sofia pun menaiki mobil yang di kendarai Dirga, menuju tempat yang ditujuh Dirga sebelumnya.
.
.
.
.
Jangan lupa like, coment and votenya...
Hadiahnya juga, jangan lupa dikirim ya😁
"Wah, apa ini mobil sewaan? Di mana rental yang menyewahkan mobil ini?" Dirga tak percaya dengan apa yang dilihatnya, mobil yang di kendarai Sofia cukup mahal untuk orang yang terlihat biasa-biasa saja seperti Sofia.
"Iya, aku menyewahnya!! Dan kau tak perlu tau di mana?" Jawab Sofia kesal.
"Baiklah, ikut aku. Farhan akan membawah mobil itu." Ucap Dirga sambil membuka telapak tangannya.
Sofia mengerti dan segera mengeliarkan kunci mobil dari saku celananya, menyerahkan pada Dirga. "Tunggu!! Kita mau ke mana dulu?" Sofia menarik tangannya kembali saat ingin menyerahkan kuncinya.
"Owh, baiklah. Kita akan pergi ke tempat di mana kau bisa minum, tanpa di ganggu pria hidung belang!" Jawab Dirga.
Sofia memberikan kunci mobilnya, lebih baik ikut dengannya dari pada harus jatuh pada pria-pria tua bangka yang hidung belang, pikirnya. Sofia pun menaiki mobil yang di kendarai Dirga, menuju tempat yang ditujuh Dirga sebelumnya.
******
Mobil yang Dirga kendarai memasuki sebuah gedung bertingkat-tingkat, menuju parkiran. Dirga menyetop mobilnya di antara banyak mobil yang ada di sana, turun dan melempar kunci mobil kepada satpam yang berada di sana.
"Apa kau akan berada di sini saja? Tidak akan turun!" Ucap Dirga membungkuk menghadap Sofia yang masih beta duduk di dalam mobilnya.
Sofia membuka pintu mobil dengan sedikit ragu. "Di mana ini?" Tanya Sofia mengedarkan pandangan ke daerah sekitarnya.
"Apartement!" Jawab Dirga santai.
"Apartementmu?" Tanya Sofia membenarkan.
"Ya! Apa kau pikir aku akan menjualmu di sini? Jika aku menjualmu, uangnya tidak akan cukup membayar gajiku dalam sehari." Ucap Dirga dengan menyombongkan diri.
Sofia hanya melongo, mendengar ungkapan Dirga. Sekaya apa dia? Sangat sombong sekali, pikir Sofia.
"Ayo," Dirga meraih jemari Sofia dan membawahnya sampai ke dalam lift.
"Hei, aku bukan siapa-siapamu!! Jangan seenaknya." Ketus Sofia.
"Sudah kukatakan, kalau kau adalah wanitaku. Dan aku tak suka penolakan." Ujar Dirga di dalam lift.
"Dasar tidak waras! Apa kau melakukan semua itu pada wanita di mana-mana?" Umpat Sofia terang-terangan.
"Kau wanita pertama yang datang ke sini!" Ucap Dirga serius.
"Ya! Mungkin saja! Lalu ke mana kau membawah wanita-wanita yang lain?" Tanya Sofia dengan mengejek.
"Ya, kau memang benar. Kau wanita pertama yang ke sini, dan yang lainnya hanya hinggap di hotel saja." Ucap Dirga tersenyum. "Wanita ini sangat pintar menebak!" Batin Dirga.
Sofia tak menjawab lagi ucapan Dirga karena itu akan semakin panjang. Tak lama kemudian, pintu lift terbuka.
Ting
Dirga keluar dari dalam lift, disusul Sofia di belakangnya. Tanpa disadari Sofia, seorang wanita yang kini melewatinya dan Dirga seperti sosok yang dia kenal.
Pandangan Sofia fokus pada wanita yang berpapasan tadi dengannya, 'aku seperti mengenal wanita itu, tapi di mana?' Batin Sofia.
"Tato mawar!" Tinggal beberapa langkah lagi wanita itu sampai di lift yang ditujunya Sofia baru mengingat jika wanita itu dengan tato mawar di tengkuknya itu dilihat dalam foto unggahan bersama Kevin.
Kini Sofia berlari mengejar wanita yang kini sudah berada dalam lift tersebut, ting pintu lift perlahan-lahan menutupi wanita yang berada dalam ruangan kecil itu.
"Tunggu!!" Pekik Sofia saat pintu sudah tertutup lift sudah tertutup rapat. Dia menggedor-gedor pintu lift tersebut seakan ada orang yang akan membukanya dari dalam.
Dirga memutar badannya saat mendengar pekikan seorang wanita, siapa lagi kalau bukan Sofia. Wanita itu telah duduk di depan pintu lift dengan air mata yang telah menguncur deras di matanya.
"Ada apa dengan wanita itu?" Gumam Dirga. "Aku sudah terjebak membawah wanita itu ke mari!! Mereka sangat mengesalkan, kadang marah, kadang menangis tanpa alasan." Lanjut Dirga, kemudian menyusul di mana tempat Sofia terisak.
"Hei.., ada apa denganmu?" Tanya Dirga. Masih dengan gayanya yang sok cool tanpa memandang Sofia. Dia paling benci dengan wanita yang suka menangis.
Sofia menatap Dirga di hadapannya lalu menyeka air mata yang mengalir di sudut pipinya. Dasar tidak punya hati!! Apa kau tak melihat aku sedang menangis?" umpat Sofia di depan Dirga.
"Apa kau tahu? Aku paling benci wanita yang suka menangis!!" ucap Dirga "Bangunlah dan ikut aku sekarang!!" Pinta Dirga.
"Hiks.... Hiks...." Sofia makin mengencangkan suaranya dengan masih berjongkok di depan lift tadi, dia mengingat kembali Kevin, apa benar Kevin telah berselingkuh darinya.
"Hei... Apa yang kau lakukan? Jangan menangis di sini!!" Dirga panik dengan keadaan sekarang. Jangan sampai.ada yang memergoki mereka saat ini. Apa yang akan di pikirkan orang-orang tentang ini! Pikirnya.
Dirga mengangkat bahu Sofia yang kini sedang terisak sambil menutup wajahnya dan memasukan Sofia dalam pelukannya, menepuk-nepuk pelan pundak Sofia seperti sedang menenangkan.
Sofia merasa sedikit tenang saat mendapatkan tempat untuk bersandar, Dirga berhasil membuat wanita itu tenang.
"Siapa yang kau kejar di dalam lift itu?" Tanya Dirga pelan.
"Hiks...." Sofia kembali terisak mengingat wanita itu yang telah mengambil calon suaminya.
"Hiks, salah bicara!!" Gumam Dirga sangat pelan karena Sofia masih betah di pelukannya. "Ayo!! Jika ingin menangis jangan di sini." Dirga melerai pelukan mereka dan merangkul Sofia untuk berjalan.
Sampailah mereka di depan pintu apartement Dirga. Dirga mengeluarkan kartu dari dalam dompetnya guna untuk membuka pintu.
"Masuklah!!" Ajak Dirga.
Sofia masih ragu untuk melangkahkan kakinya masuk ke apartement itu. Tapi kini hatinya sedang gunda, jika dia pulang maka dia akan bertemu ayahnya dan dia sama sekali malas untuk berbicara apalagi menjelaskan keadaannya saat ini.
Jika dia mengikuti ajakan Dirga, pasti akan ada sesuatu yang terjadi pada mereka. Pikirnya.
"Apa kau berubah pikiran, ingin kembali pada tua bangka tadi?" Tanya Dirga dan sekejap kemudian Sofia telah berdiri tepat di hadapannya.
Sofia melangkahkan kakinya cepat memasuki apartement Dirga, dia sangat takut dengan parah pria hidung belang yang tua bangka di sebut oleh Dirga.
Bagaimana mungkin dia akan bercumbu bersama pria yang sudah seumuran ayahnya, walaupun usianya sudah di katakan hampir melewati kata dewasa untuk parah wanita, 25 tahun usia Sofia. Walaupun sedang dalam keadaan patah hati dia tak mau jatuh ke dalam pelukan pria tua.
"Ternyata sangat gampang membuatmu menurut! Aku akan memberikan pria tua itu hadiah untuk ini!" Ucap Dirga.
"Apa!! Seenaknya saja kau mau memberinya hadiah, tidak boleh!!" Ketus Sofia.
"Siapa kau? Yang berani mengaturku!" Ucap Dirga dwngan mengerutkan dahinya.
"Kau menyatakan aku sebagai wanitamu! Jadi sebagai wanitamu, aku melarang kau memberikan dia hadiah." Ucap Sofia lagi.
"Ahh, kalian memang susah dimengerti. Tadi kau menyangkal menjadi wanitaku dan sekarang kau sendiri yang mengatakan itu." Ujar Dirga segera menutup pintu dan menuntun Sofia ke ruangan mini bar miliknya.
Ceklek
Sofia mengedarkan pandangannya di dalam ruangan itu. Ruangan yang di penuhi botol-botol di rak yang tertata rapi, tak di ragukan lagi, minuman-minuman itu adalah minuman orang-orang berkelas dengan harga yang bisa di bilang wow yang gunanya hanya membuat fly saja, ruangan itu di lengkapi dengan meja bar tender, 1 set sofa serta tv layar lebar dengan audio lengkap.
Dirga menuntun Sofia duduk di sofa, lalu mengambil minuman dari rak yang di halangi meja tender itu, membawah kembali pada Sofia dengan dua gelas kecil.
"Jika di sini, tak tua-tua keladi yang akan mengusikmu." Ujar Dirga sambil meletakan botol minuman ditangannya serta gelas. "Hanya aku saja!!" Lanjutnya dengan Mecuil dagu Sofia.
"Jangan kurang ajar ya!!" Sofia mengangkat telunjuknya di depan Dirga.
"Kau galak sekali tapi suka menangis. Apa kau memiliki kepribadian ganda?" Tanya Dirga.
"Apa maksudmu?" Sofia membulatkan matanya pada Dirga.
"Sejenak tadi kau menangis tersedu-sedu, dan sekarang kau sangat galak padaku. Sangat cepat berubah!" Ujar Dirga tanpa ragu.
Dirga membuka jasnya dan duduk di samping Sofia. "Apa kau suka bernyanyi?" Tanya Dirga.
Sofia menggeleng tanda tidak. Sebenarnya dia bukan tidak bisa bernyanyi, tapi dia malu kalau suaranya tiba-tiba jelek, padahal dulu Sofia sangat suka memegang mic untuk bernyanyi.
Dirga menumpahkan minuman ke dalam gelas Sofia dan memberinya ke tangan Sofia.
"Ceritakanlah masalahmu padaku!!" Ucap Dirga meminta.
Sofia menerima gelas yang diberikan Dirga padanya, lalu memandang pria di sampingnya. 'Apakah sungguh, dia mau mendengarkan ceritaku?' Batin Sofia. Sejenak manik mata keduanya saling bertemu menatap dalam pesona masing-masing insan yang ada di hadapan mereka.
.
.
.
.
By... By...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!