Luxury Univercity siang itu di hebohkan oleh seorang mahasiswa tingkat Akhir bernama Ziovan argantara Osmaro. Putra ketiga dari pasangan Barata Ken Osmaro dan istrinya Syafira Maharani.
Pria berusia dua puluh satu tahun itu turun dari motor ninja seharga hampir seratus tiga puluh juta miliknya. Hampir semua Mahasiswi yang melihat kedatangannya langsung terpaku di tempat. Terutama saat pemuda tampan tersebut membuka helmnya. Tak ada yang tak terpesona dengan ketampanannya.
"Gila! Gantengnya kebablasan, nggak bisa munduran dikit, apa ya?" sudah tak asing lagi pujian-pujian yang mengagumi fisik tuan muda Osmaro tersebut.
Bagaimana tidak heboh, melihat laki-laki yang terkenal kegantengannya seantero kampus itu adalah hal yang langka bisa di lakukan oleh para mahasiswi di sana.
Pasalnya, laki-laki yang kerap di sapa Zio tersebut sangat jarang masuk kuliah. Mungkin, kalau bukan karena otaknya yang cerdas di tambah pengaruh orang tuanya, sudah di pastikan anak itu sudah di D.O dari kampus jauh-jauh hari.
"Guys! Ada hot news! Tuan muda Ziovan ngampus hari ini, oh my god!" seru salah satu mahasiswi kepada segerombolan mahasisiwi lainnya yang kini sedang berada di kantin kampus.
"Wah benar-benar hot news ini mah, lo lihat dimana? Kapan lagi kan bisa menikmati ketampanan Zio dari dekat!" timpal salah satu temannya.
"Ayo kita segera ke sana, gue mau mengabadikan momen langka ini. Syukur-syukur kan dia kecantol sama kecantikan paripurna gue?" timpal yang lainnya.
"Yee! Mimpi lu! Mau lo saingan sama Claudya?" sahut mahasiswi yang membawa kabar kedatangan Zio tadi.
"Ya, siapa tahu kan seleranya Zio udah bukan Claudya lagi,"
"Kalau bukan Claudya, terus siapa? Elo gitu? Turun level masa!" ledek lainnya.
Dan masih banyak lagi selentingan-selentingan suara yang menunjukkan betapa hebohnya para mahasiswi karena kedatangan sang tuan muda Osmaro tersebut ke kampus.
Mungkin bagi mahasiswi lain, kedatangan Zio ke kampus adalah hal luar biasa yang perlu mereka abadikan dengan mengambil gambar pria itu secara diam-diam, namun tidak bagi seorang gadis bernama Zea. Ia tampak tak terusik sama sekali dengam berita kedatangan putra ketiga keluarga Osmaro tersebut.
"Ck, apa bagusnya dia? Hanya seorang badboy, Brandal!" gumam Zea kemudian menyesap orange juice di depannya. Ya, bagi sebagian orang mungkin memang Zio sempurna, tapi tidak bagi Zea. Pria itu tak lebih dari seorang berandalan saja.
"Mau kemana?" tanya Zea saat melihat Mira, sahabatnya berdiri dari hadapannya.
"Ya mau lihat Zio lah, kamu nggak dengar tadi anak-anak bilang apa? Zio ngampus, Ze! Kamu nggak penasaran?" tanya Mira.
"Emang apa hebatnya dia sih, sampai semua cewek memujanya, ganteng juga enggak! Biasa aja!" cebik Zea dengan wajah datarnya.
"Ya ampun, Ze! Kamu katarak apa bagaimana? Ciptaan Tuhan setampan itu kamu bilang biasa aja? Ada masalah apa sih hidupmu sampai kayak nggak suka gitu sama pangeran kampus kita?" protes Mira.
"Udah deh, Mir. Jangan drama. Kamu mau duduk di sini nemenin aku atau mau ikut gadis-gadis itu alay berjamaah? Segitunya muja manusia!" cibir Zea.
"Yaelah, Ze. Percaya kamu mah udah punya calon suami yang katanya gak kalah gantengnya, makanya santai," ucap Mira.
Ya, Mira memang tahu jika sahabatnya itu sudah memiliki tunangan, tapi tak tahu siapa yang pasti tunangan Sahabatnya tersebut. Karena memang masih di rahasiakan dari publik hingga nanti saatnya tiba mereka akan mengumumkannya saat pernikahan sudah terjadi.
"Yang jelas, calon suami gue lebih dewasa, nggak brandal kayak dia!" sela Zea.
"Nah kan, lah gue? Masih harus usaha, siapa tahu kan nyantol tuh pangeran. Ya meskipun mustahil sih! Lagian gue heran, lo kok benci banget sama Zio, padahal kan kalian dari SMA yang sama. Nama ada udah mirip macam anak kembar, Zea Zio. Atau.... jangan-jangan CLBK, alias cinta lama belum kelar ya?" Mira terpaksa dudui kembali ke kursinya.
" Apa sih, Mir? Nggak jelas banget!"
Detik kemudian, terdengar kericuhan di kantin tersebut karena rupanya pangeran tak berkuda itu datang ke kantin. Tanpa permisi, Zio duduk di sebelah Zea.
Melihatnya, Mira hampir saja jantungnya lompat dari dadanya. Kapan lagi bisa melihat Zio sedekat ini, pikirnya.
"Pesenin gue minum, Gas!" pinta Zio pada sahabatnya, Agas.
"Kamu nggak bisa nyari tempat duduk lain, yo? Tuh di mana-mana kosong, nggak harus duduk di sini juga kan?" tegur Zea yang mulai risih dengan pandangan cewek-cewek di sana.
"Gue penginnya di sini. Kenapa? Lo keberatan?" sahut Zio datar.
Zea hanya bisa menggeram menahan kesal. Apalagi saat Claudya datang, "Eh lo! Minggir dong! Kenapa bisa duduk deket-deket cowok gue?" ucap gadis itu jutek.
"Cowok kamu yang iseng! Gue duduk di sini duluan!" sahut Zea.
"Lo pikir gue percaya? Pasti lo kan yang sengaja nempel-nempel Zio? Lo Bukan levelnya tahu nggak?" ucap Claudya. Gadis dengan penampilan modis yang selalu mengaku jika Zio adalah kekasihnya. Padahal pria itu sama sekali tak pernah meliriknya.
Zea memilih memasukkan barang-barangnya ke dalam tas lalu berdiri. Zio langsung mencekal tangannya, "Mau kemana?" tanya Zio.
"Yang waras ngalah buat nyingkir! Urus tuh cewek kamu yang mulutnya di cabein sekilo! Lepas!" Zea menghentakkan tangannya yang membuat Zio terpaksa melepaskannya.
Begitu Zea pergi, Claudya langsung duduk dan menempel pada lengan Zio. Pandangan Zio tak lepas dari punggung Zea yang semakin lama semakin tak terlihat.
" Lepasin!" bentak Zio saat menyadari Claudya bergelayut manja di lengannya.
.........
Zio sedang mengobrol dengan teman-temannya saat Zea melintas di depan mereka.
"Sst, yo! Zea tuh!" ucap Agas.
Zio yang sedang asyik bercanda dengan para sahabatnya langsung menoleh. Seperti biasa, Zea acuh saat melewatinya.
"Wuih! Pesona nona satu itu memang gak kaleng-kaleng. Cuma dia loh yang gak peduli dengan lo, Yo!" ucap Agas menyindir Zio.
"Iya, lo benar. Malah kesannya antipati gitu sama Zio, iya nggak sih?" timpal Rangga.
"Yaaaahhh, Yo! Masa lo kalah sih sama Zea? Nggak bisa taklukkan gadis itu? Kalau lo bisa dapetin dia, baru namanya tuan Muda Ziovan!"
"Betul kata Riko, kalau bisa dapetin Zea, gue acungi jempol empat buat loh. Ini nih yang namanya cewek berkelas, nggak gampangan kayak...."
"Lo ngatain gue gampangan, Gas?" Claudya langsung ngegas kepada Agas.
"Gue nggak bilang, ya? Lo sendiri yang nyadar, kan?" elak Agas.
"Ck, dasar! Zio, teman kamu tuh ngeselin, masak aku di bilang gampangan!" adu Claudya pada Zio.
Namun, Zio tak meladeni rengekan Claudya. Ia justru berdiri dan meninggalkan teman-temannya.
"Mau kemana, Yo?" tanya Claudya yang mengekorinya.
"Jangan ikuti gue!" larang Zio tanpa menoleh.
"Tapi, yo!"
"Telinga lo masih berfungsi kan, Di? Jangan tunggu sampai gue marah dan bentak lo!" Zio terpaksa menghentikan langkahnya lalu menatap jengah pada wanita yang selalu menempel padanya tersebut.
Zio melanjutkan langkahnya menuju ke parkiran motornya. Ia segera memakai helm full facenya lalu melajukan sepeda motor kesayangannya tersebut.
Saat melewati mobil zea, ia melihat gadis itu seperti sedang kesusahan. Seperti ada masalah pada mobilnya. Zio mendekatinya, "Kenapa?" tanyanya.
Zea menoleh, "kamu nggak lihat? Ban mobil aku kempes!" ucapnya.
"Gue tanya baik-baik. Lo nggak perlu ngegas jawabnya!" ucap Zio.
Zea acuh, ia sibuk dengan ban mobilnya, "Lo ada ban serep nggak?" tanya Zio kemudian.
Zea hanya menggeleng sebagai jawaban. Tanpa berkata lagi, Zio langsung memutar balik sepeda motornya menuju ke tempat teman-temannya yang masih asyik nongkrong.
"Gas, gue pinjam mobil lo! Ntar Lo bawa motor gue!" ucap Zio.
Tanpa bertanya kenapa, Agas langsung melempar kunci mobilnya. Hal yang sama Zio lakukan. Ia melempar kunci sepeda motornya kepada Agas.
Tanpa bicara lagi, Zio meninggalkan sepeda motornya begitu saja, biar itu menajdi urusan Agas. Sedang ia segera menuju ke parkiran mobil untuk mengambil mobil sahabatnya tersebut.
Sementara Zea masih di pusingkan dengan ban mobilnya, tiba-tiba suara klakson mobil terdengar nyaring di telinganya. Yang memaksa Zea untuk menoleh ke sumber suara.
Zio membuka kaca mobil milik Agas, "Pulang bareng gue!" ucapnya.
Tentu saja Zea menolak ajakan Zio barusan.
"Gue tahu lo mau kerumah. Bunda nyuruh lo datang ke rumah buat makan siang, kan?"
"Gue bisa pergi sendiri!" sahut Zea.
"Nggak usah keras kepala! Masuk!"
Zea melihat jam tangannya. Memang sudah telat waktu janjian dengan bunda. Ia pun terpaksa masuk ke mobil Agas karena tak ingin bunda menunggu terlalu lama.
Zio hanya melirik sinis dari kaca tengah mobil saat Zea masuk dan duduk di jok belakang.
" Gue bukan sopir lo, Ze!" ucap Zio.
"Gue juga bukan teman atau pasangan lo, Yo!" sahut Zea.
"Oke, gue hubungi abang buat mintain ijin lo duduk depan," Zio mengambil ponselnya.
Zea berdecak, "Nggak perlu!" terpaksa ia pindah ke jok depan.
"Pakai sabuk pengamannya, Nur!" ucap Zio. Yang mana membuat Zea langsung mendelik.
"Kenapa? Itu juga nama lo, kan? Eleanoor, terus salah gue dimana?"
"Bawel! Buruan jalan, Zi!" ucap Zea.
Zio tampak menggeram pelan mendengar panggilan Zea.
"Kenapa? Itu juga nama kamu, kan? ZioVan? Alias Zizi!" ucap Zea tak kalah sengit.
"Mulut, lo!"
Zea diam, bersedekap dada, ia tak peduli dengan umpatan Zio. Zio mengalah, ia memilih melajukan mobilnya.
...----------------...
Sepanjang perjalanan, Zea sama sekali tak membuka mulutnya untuk bicara. Sesekali Zio meliriknya, entahlah hanya karena masa kecil mereka, gadis itu menjadi benci dengannya.
Zio sengaja mempercepat laju mobil, hal itu berhasil menarik reaksi Zea.
"Yo, berhenti!" teriak Zea. Namun Zio tak peduli.
"Ziovan!" teriak Zea lagi karena laju mobil yang semakin kencang. Barulah Zio mengerem mobilnya mendadak.
"Kamu gila ya, yo? Kamu mau kita mati bersama?" sentak Zea.
"Gue hanya gak suka lo diem! Udah gue bilang, gue bukan sopir!" balas Zio.
"Aku juga bukan teman yang bisa ngobrol sama kamu. Nggak ada yang perlu kita bahas, kita nggak sedekat itu!" balas Zea.
Zio mendengus, "Lo masih sebenci itu sama gue?" tanyanya.
Zea diam tak menyahut.
Zio memukul stir mobilnya sebelum akhirnya ia melanjutkan laju mobilnya, "Hanya karena waktu kecil gue suka cium lo, lo jadi benci dan anti sama gue," gumam Zio dan Zea mendengarnya.
"Kamu tahu aku nggak suka hal itu diungkit, yo. Aku malu!" ucap Zea.
"Gue masih kecil waktu itu Ze. Kecuali, kalau gue lakuin itu sekarang, baru lo boleh malu,"
"Nggak lucu, yo!"
Zio tersenyum sinis, "Abang bilang mau balik dalam waktu dekat ini," ucap Zio kemudian.
"Aku tahu," sahut Zea datar. Zio kembali melirik gadis yang membencinya tersebut.
"Gue lupa kalau lo tunangannya, pasti dia udah kasih tahu lo duluan daripada gue,"
Zea diam tak menyahut.
"Dalam rangka apa? Melepas rindu?" tanya Zio lagi.
"Banyak tanya!" sahut Zea.
Zio tak lagi bertanya. Tak terasa mobil sudah memasuki halaman kediaman Osmaro yang sangat luas.
"Nggak usah di parkir, pak! Nanti saya akan pergi lagi," pesan Zio kepada penjaga rumah.
Syafira sudah menyambut kedatangan calon menantunya tersebut, "Bunda maaf, Zea terlambat. Tadi ban mobil Zea bocor soalnya," ucap Zea kepada Syafira setelah menyalami wanita yang telah melahirkan laki-laki yang ia benci tadi.
Sementara Zio langsung naik ke kamarnya setelah menyapa sang bunda.
"Nggak apa-apa sayang, bunda kangen banget. Udah lama kamu nggak ke sini, mentang-mentang Nathan nggak di rumah," ujar Syafira.
"Bukan begitu bunda, Zea sangat sibuk akhir-akhir ini," sahut Zea.
"Kok tumben bareng Zio?" tanya Syafira.
"Dia maksa, bund!" jawab Zea.
"Kirain kalian udah akur," seloroh Syafira. Ia tahu calon menantunya tersebut sering sekali perang dingin dengan putra ketiganya.
"Ayo masuk, bunda udah nyiapin makanan kesukaan kamu, loh!" ajak Syafira.
"Iya, bund,"
.....
"Untuk rencana pernikahan kamu sama Nathan, bunda sudah membicarakannya dengan mommy kamu. Kami serahkan semunya sama kalian mau seperti apa. Ini momen penting sekali seumur hidup buat kalian. Jadi, kami ingin kalian mewujudkan pernikahan seperti apa yang kalian impikan, terutama kamu, sayang. Karena tahu sendiri Nathan seperti apa orangnya, pasti dia tidak memiliki ide," ucap Syafira yang kini sedang mengobrol santai dengan Zea di taman belakang.
"Nanti biar Zea bicarakan sama abang dulu, bund. Bagaimanapun kan ini pernikahan kami berdua," sahut Zea.
"Baiklah, semakin cepat akan semakin baik. Bunda udah nggak sabar rasanya. Sebentar lagi Nathan akan kembali buat pernikahan kalian,"
Zea tersenyum, ia juga sudah tak sabar dengan kepulangan tunangannya tersebut. Pria yang selama ini ia dambakan sebentar lagi akan menjadi suaminya.
Tanpa sengaja, Zio mendengar percakapan bunda dan calon iparnya tersebut.
" Bund, Zio pamit!" ucap Zio.
Syafira menoleh, "Mau kemana lagi, sayang?" tanya Syafira yang melihat Zio yang sudah berganti kostum berdiri tak jauh dari mereka duduk.
"Ada janji sama teman, bund!" jawab Zio lalu menyalami bundanya tersebut.
"Tapi nggak sampai malam, kan? nanti siapa yang antar Zea pulang? Daddy juga sedang tidak di rumah," tanya Syafira.
"Kan ada sopir, bund. Zio pergi dulu!" sahut Zio sambil melirik Zea yang tetap cuek dengan keberadaannnya.
"Anak itu, beda sekali dengan abang dan adiknya. Suruh kuliah di luar negeri seperti Nathan dan Zack, nggak mau. Kuliah di sini kaya nggak niat," keluh Syafira.
Zea hanya bisa tersenyum tipis mendengarnya, "Tapi Zio nggak kalah pintar dari abang dan Zack, bund," bukan hanya ingin menenangkan Syafira, tapi Zea mengatakan yang sebenarnya. Meski benci dengan Zio karena berandal, Zea akui kecerdasan laki-laki itu.
"Kau benar, padahal dengan kecerdasannya itu bunda ingin dia segera lulus biar bisa bantu daddinya di perusahaan. Tapi, anak itu selalu memiliki pemikirannya sendiri. Bunda dengar dia sering balapan liar. Kuliah sering bolos. Ya ampun, anak bunda yang satu ini benar-benar suka bikin jantungan," keluh Syafira.
.....
Zea pamit karena hari mulai petang. Karena sopir ternyata sedang sakit, Zea terpaksa naik taksi pulangnya. Karena jika menunggu sopir datang menjemput, dirasanya akan lebih lama. Jadilah dia memsan taksi online terdekat.
Saat menunggu taksi online yang sudah ia pesan, Zio datang dengan sepeda motornya.
" Biar gue antar pulang," ucap Zio.
"Nggak usah, aku naik taksi aja!" tolak Zea.
Zio menatap bundanya, "Biar zio yang antar, Sayang. Bunda lebih tenang kalau kamu diantar dia, lebih aman," ucap Syafira.
Akhirnya Zea menurut karena bunda yang sudah bertitah. Ia pikir, Zio akan mengantarnya menggunakan sepeda motornya. Tapi, ternyata pria itu malah memasukkan motornya ke carport dan menggantinya dengan mobil sport miliknya.
" Buruan!" seru Zio saat Zea sedang pamit kepada Syafira.
"Yo, jangan galak-galak, yang sopan! dia calon kakak iparmu," tegur Syafira.
"Zio nggak nyuruh dia jadi kakak ipar Zio, bund!" jawab Zio.
"Yo...." tegur Syafira.
"Zio pamit, bund!" ucap Zio yang tak mengindahkan teguran bundanya.
.......
Jalanan mulai gelap, begitu juga suasana di mobil milik Zio tersebut. Rasnya sunyi senyap gelap tak ada penerangan.
"Kalau nggak ikhlas, nggak usah nawarin buat antar tadi," ucap Zea tiba-tiba.
Zio diam tak menyahut.
"Berhenti aja, yo! Aku naik taksi aja," ucap Zea.
"Bukanya lo yang nggak mau ngobrol sama gue? Gue diam lo kesal, aneh!" ucap Zio.
"Gue nganter lo juga karena tunangan lo yang minta. Dia tahu lo ke rumah jadi minta gue buat jadi sopir, lo!" imbuh Zio berbohong. Sebenarnya ia tak ada komunikasi dengan kakak sulungnya yang kini sedang berada di London tersebut.
"Tapi, kalau kamu ada urusan dan nggak mau antar, aku bisa naik taksi. Nggak apa-apa, udah biasa," ucap Zea pelan.
Zio berdecak, jika menyangkut abangnya, gadis langsung menurut.
"Udah terlanjur juga, lo mau mampir ke suatu tempat nggak? Mumpung gue lagi baik hati,"
"Nggak, aku langsung balik aja," jawab Zea.
Namun, Zio menghentikan mobilnya di depan abang penjual martabak, "Abang bilang lo paling suka martabak, gue beliin bentar. Ntar dikira gue nggak bersikap baik sama lo,"
"Ngak usah, yo!"
Zio tak menggubris penolakan Zea. Tak lama kemudian Zio kembali masuk, "Nih, mumpung masih anget!"
Zea terpaksa menerimanya, "Nanti aja di rumah, mommy pasti senang kalau aku bagi," ucapnya.
"Terserah," sahut Zio. Zea mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Zio. Benar-benar beda dengan Nathan yang kalem dan lembut, pikirnya. Untung yang akan menikah dengannya Nathan, bukan pria arogan di sampingnya ini.
...----------------...
Mobil kembali melaju membelah jalanan ibu kota pada waktu yang merangkak menuju malam tersebut.
"Lo beneran akan menikah sama abang gue?" tanya Zio tiba-tiba.
"Apa perlu aku jawab? Pertanyaanmu aneh! Tentu saja kami aku akan menikah dengannya. Dia tunanganku," ucapnya.
"Ma-maksud gue, lo beneran mau married dalam waktu dekat ini? Lo udah yakin sama bang Nathan?" tanya Zio.
"Nggak ada satu keraguan pun dalam diriku. Tujuan kami tunangan kan memang untuk menikah. Kamu kenapa? Kayak nggak suka gitu, tenang aja aku nikahnya sama bang Nathan, bukan sama kamu," ucap Zea.
"Kalau lo nikah sama gue, gimana?"
Zea terkejut dengan pertanyaan Zio barusan, ia bahkan sampai menoleh menatap pria itu.
"Lupakan! Gue cuma becanda, nggak usah tegang gitu mukanya. Lo kan benci sama gue, mana mungkin mau nikah sama gue," ucap Zio.
"Lagian kamu ada-ada aja. Tanya hal yang nggak masuk akal!" ujar Zea.
"Semuanya bisa saja terjadi, Ze. Lo kan nggak tahu takdir lo di tulis sama siapa sama Tuhan sebelum lo lahir ke dunia ini. Siapa tahu kan ada nama gue di sana," ucap Zio.
Zea malah merinding sendiri mendengar kalimat Zio barusan.
"Turunin Aku, yo! Kamu makin kemana-mana ngomongnya!" ucap Zea.
Zio benar-benar menghentikan mobilnya. Zea bergeming di tempat duduknya, "katanya minta turun?" ujar Zio dingin.
Zea mengembuskan napasnya kasar. Ia menyentuh sabuk pengamannya untuk di buka. Baru akan membuka pintu mobilnya, Zio kembali melajukan mobilnya.
Zea berdecak sebal. Memang ada banyak hal yang membuatnya membenci pria ini dan sangat sulit menemukan hal yang membuatnya tertarik.
Setelah menurunkan Zea di depan rumah gadis itu, Zio langsung tancap gas tanpa sepatah katapun.
"Ck, dasar!" umpat Zea.
"Diantar siapa kamu, sayang?" suara cinta pertama Zea mengagetkan gadis tersebut.
"Daddy ngagetin aja deh!" ujar Zea.
"Masa kayak gitu aja kaget? Kenapa mukanya di tekuk gitu? Siapa yang buat putri daddy cemberut begini?" tanya Elang.
"Makhluk paling nyebelin di dunia ini siapa lagi kalau bukan Zio, dad?" timpal Zea.
"Oh, jadi putri daddy ini kesl karena diantar Zio? Mobilmu kemana memangnya?"
"Bannya bocor, Zea tinggal di kampus. Lupa mau kasih tahu pak Tarno tadi. O ya, bunda titip salam buat daddy!" ujar Zea.
"Ssssst, jangan keras-keras. Nanti mommy dengar kalau daddy dapat salam dari cewek lain, bisa keluar tanduknya," seloroh Elang.
"Siapa yang keluar tanduknya?" ratu di rumah tersebut muncul tiba-tiba dengan wajah masamnya yang mana membuat Zea terkekeh.
"Mommy juga dapat salam dari bunda. Nggak cuma daddy aja. Udah ah jangan berantem, udah pada tua juga!" seloroh Zea.
"Nah gitu dong, putri kesayangan daddy, jangan cemberut terus. Biar nanti daddy tegur itu si Zio yang udah buat princessnya daddy kesal,"
"Ck, daddy nih! Emang Zea balita. Dikit-dikit daddy yang maju. Nggak usah, ntar di kiranya Zea tukang ngadu lagi," timpal Zea.
"Malu atau karena sebenarnya peduli sama Zio?" goda Elang.
"Nggaklah, sebel malah sama tukang nyosor itu!" Zea langsung ngeloyor masuk.
"Mas, udah jangan ledek Zea terus! Gadismu itu sebentar lagi udah mau nikah, loh! Mas masih aja suka goda dia, kasihan kan," ujar Senja.
"Buat mas, Zea tetaplah putri kecilku sayang, sampai kapanpun. Ah rasanya nggak rela kalau secepat ini dia akan di ambil anak orang," ujar Elang.
"Ya mau gimana lagi, mas. Emang harus begini kan? Kita nggak mungkin mencegah kebahagiaan putri kita. Ingat kan waktu kita menjodohkannya dengan Nathan? Dia senang sekali. Karena memang dari dulu dia mengagumi Nathan," ucap Senja.
"Tetap saja, sayang. Rasanya gak akan ada laki-laki yang mencintai putriku seperti aku mencintainya,"
"Dia juga putriku, mas. Aku yang mengandung dan melahirkannya penuh perjuangan. Kita hanya bis mendoakan untuk kebahagiaannya. Lagian, Nathan adalah pria yang baik, tampan dan cerdas, sangat cocok untuk putri kita,"
Elang menatap tak setuju pada pernyataan isterinya. Senja langsung mengembuskan napasnya," Iya, suamiku, daddinya anak-anak yang terbaik, nggak usah gitu mukanya dengar aku muji calon menantu,"
Elang terkekeh mendengarnya," Yuk ah, masuk ke dalam. Angin malam nggak bagus buat kesehatan. Yang bagus olah raga malam," ucapnya merangkul tubuh wanita yang sudah dua puluh tahun lebih menemani hari-harinya tersebut.
...
Sementara itu, Zio terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Entahlah kenapa dia bisa merasa sekesl ini sekarang. Tidak, lebih tepatnya ia merasa kecewa tanpa sebab.
Ada hal yang membuat pemuda tersebut merasa sesak di dadanya. Tapi ia sendiri tak tahu apa penyebabnya. Ia menghentikan mobilnya di tepi jalan.
"Aaarrggghhh si al!" Zio mengumpat. Ia tak bisa mendeskripsikan apa yang kini menyesakkan dadanya. Berkali-kali ia menghela napasnya dalam, namun hal itu juga tak kunjung membuat perasaannya membaik.
Zio mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang, "Lo dimana, Gas?" tanyanya.
"Oke, gue kesana sekarang!" Zio langsung menyudahi panggilannya. Ia butuh melampiaskan kekesalannya malam ini. Kebetulan tadi Agas mengatakan jika malam ini ia sedang berada di area balap liar. Tanpa berpikir lagi, Zio melajukan mobilnya ke sana.
Sorak sorai menyambut kedatangan Zio malam ini. Ia langsung turun dari mobilnya. Agas langsung datang mendekat, "Lo yakin mau melakukannya? Dia lawan yang berat, yo. Apalagi kalau pakai motor gue, lo bisa kalah,"
Zio berdecak, "Lo ngeremehin gue?"
"Bukan begitu, kali ini hadiahnya nggak main-main, lumayan banyak. Tapi, kalau lo kalau... .."
"Nggak ada dalam kamus gue, gue kalah. Kebetulan gue lagi butuh uji adrenalin malam ini. Gue juga butuh uang itu, mana kunci motor lo?"
Agas memberikan kunci motornya, "motor gue baru, yo. Ya meskipun nggak sebagus ounya lo, tapi lo harus hati-hati. Jangan lo bawa celaka, bisa diamuk bokap gue," agak menyesal juga sebenarnya tadi Agas jujur kalau dia lagi ditempat itu. Niatnya hanya ingin menonton, eh malah motor barunya di pinjam oleh Zio.
Zio siap menggeber sepeda motor yang ia tumpangi. Ia melirik sinis lawannya sambil menunggu aba-aba.
Pertandingan cukup sengit malam ini. Namun, Zio tetap menjadi pemenang pada akhirnya.
Saat mereka bersorak merayakan kemenangan Zio, terdengar suara sirine mobil patroli polisi.
"Si al! Pasti ada yang bocorin nih sampai polisi tahu!" umpat salah satu dari mereka.
Agas langsung bersiap kabur di atas motornya, "Yo, ayo buruan. Lo nungguin di tangkap? Bokap lo bisa ngamuk!" ucapnya.
"S h i t! Umpat Zio. Ia langsung saja membonceng Agas dan kabur.
Setelah merasa aman, barulah Agas memperlambat laju sepeda motornya," Wah gila! Hampir aja ketangkap tadi. Nyesel gue iseng datang ke sana tadi, malah hampir kena razia polisi. Yo, lo diam? Pasti kaget juga, kan?"
"bukan begitu, mobil gue ketinggal, be go!" sahut Zio.
.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!