NovelToon NovelToon

Nona Antagonis

Menunggu

...****************...

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang kenaikan kelas, dari depan gerbang terlihat seorang gadis cantik berambut gelombang dengan panjang sebahu, bibirnya pink sederhana, ada tahi lalat kecil di pelipisnya, ah gadis itu benar-benar manis.

Wajah yang begitu cantik, didukung dengan pakaian dan tas yang lumayan berkelas melekat di badannya. Tidak semua manusia itu sempurna kan? Gadis ini juga begini, dia tidak memiliki tinggi yang memadai, dia bahkan termasuk kategori pendek.

Namun wajah indah itu kini terlihat khawatir, raut wajahnya cemas seolah menantikan seseorang datang.

"Lo nunggu siapa Fell?" sapa seorang pria, berwajah tampan, kulit putih, hidung mancung dan berkumis tipis. Pria itu mendekat ke arah sang gadis.

Fell, nama gadis berparas memukau ini. Fellerin Skyliara nama lengkapnya, dia si gadis cantik kaya raya, karna merupakan putri tunggal seorang konglomerat jajaran atas. Tidak ada yang berani menyinggung Fellin disini.

"Nungguin Azril, lo liat dia ga Ar?" tanya Fellin, matanya sayu penuh kecemasan, jari-jarinya lasak mengacaukan ujung dasinya yang rapi.

"Lo tau kan Ar? Lo kan temen dekatnya dia?" Tanya Fellin lagi, saat dia tak mendapati jawaban dari Arga.

Arga, nama pria itu. Dia diam sejenak, untuk mengingat perkataan Azril tadi pagi. Jangan pernah kasih tau Fellin, keberadaan gua dimana.

"Sorry Fell, gua nggak tau. Mending lo masuk deh sekarang. Nanti Lo malah telat." Bohong Arga, padahal jelas-jelas tadi pagi dia satu mobil dengan Azril yang dimaksud sang gadis. Tapi, Arga juga bingung, dia sudah mendapatkan amanah itu dari Azril. Jadi, apakah keputusannya berbohong itu benar?

Fellin menggeleng pelan dengan wajah sendunya. "Gue mau nunggu Azril sampe datang." Kekeuh sang gadis, entah tulus atau bodoh, tidak ada yang tau.

Arga menghela napasnya panjang, Arga yang sudah kenal Fellin sejak kecil, tentu tau seberapa bucinnya gadis itu pada Azril. Jangan ditanyakan tingkat kebucinannya, kalau itu Fellin, di ajak miskin asal sama Azril juga bakal angguk-angguk aja.

"Bentar lagi bel bunyi loh Fell, lo yakin masih mau nunggu Azril? Ntar lo telat loh, di marahin pak Wis." Arga mengingatkan sebagai teman yang baik, faktanya dia memang peduli dengan Fellin. Karna Arga salah satu sahabat yang setia.

Fellin menggeleng yakin. "Lo duluan aja, gue mau nunggu Azril."

Arga mengerti dan dia berjalan lebih dulu. 10 menit sudah berlalu banyak siswa yang berlarian melewati gerbang. Karena bel sudah berbunyi dan ini hari pertama sekolah di tahun ajaran ini, tapi Fellin masih setia menantikan Azril. Bahkan, Azril tak kunjung kelihatan.

......................

"Anjiiir tuh cewek, kekeuh banget nungguin lu Zril, mending lu kesana dah, kasian Fellin, cewek cakep gitu di suruh berdiri depan gerbang." celetuk satu dari dua orang cowok yang masih duduk di mobil tidak jauh dari gerbang. Keduanya memakai seragam yang sama seperti yang Arga pakai. Dan pandangan keduanya juga sama, terarah pada gadis cantik luar biasa di depan gerbang.

"Gua ga pernah suruh dia buat nungguin gua. Dianya aja lebay." sahut pria itu dengan muka datar. Dia adalah Azril, si pria paling cool di sekolah, stay cool, wajah tampan, harta berlimpah menjadikan Azril top list suami idaman masa depan, yang kehadirannya di buru mama-mama arisan untuk dijadikan menantu.

"Zril? Lu sadar ga sih? Lu tuh bego, apa coba kurangnya dari Fellin, cakep iya, kaya iya, baik iya, dan lagi dia bucin banget sama lo. Susah loh cari cewek kaya dia." bela pria itu, Erlan namanya, dia selalu kasihan dan iba jika itu soal melihat perjuangan Fellin. Fellin yang supel harus terjebak cinta posesif pada pria sedingin Azril.

Tanpa Azril atau Fellin ketahui, di sini, di dalam relung sanubari di sela-sela sukma, Erlan menyimpan rasa mendalam pada Fellin, sejak lama, sejak dahulu, rasa yang amat besar, tak kan terukur bahkan jika dibandingkan dengan lautan.

Erlan tulus, dia juga sudah terjebak cinta posesif pada Fellin. Tapi, luar biasanya Erlan, dia masih bisa menyembunyikan perasaannya dengan sempurna di antara kedua insan tuhan yang sedang sibuk dengan perasaan masing-masing, Erlan tidak mau, perasaan dalam hatinya merusak persahabatan diantara mereka sejak kecil.

"Kalo lo mau, ambil sana, buat lo, gua ikhlas." Azril mendorong Erlan hingga keluar mobil. Ucapannya enteng dan langgeng keluar dari mulutnya sendiri, memberikan Fellin seolah sang gadis cantik adalah barang.

Fellin memang luar biasa, tapi dia bukan barang. Sepertinya Azril tidak paham hal itu? Bahwa gadis yang dia tolak mentah-mentah itu, adalah gadis yang punya perasaan paling tulus untuknya.

Mata Erlan menyipit tanpa Azril ketahui, dia kesal, dia marah, diam-diam melemparkan tatapan menusuk adalah jawaban dari Erlan atas penghinaan yang Azril berikan pada Fellin.

"Ini lu kan yang ngomong, jangan nyesel yak kalo ntar Fellin bucininnya gua." Erlan merapikan pakaiannya, berlari cepat menemui Fellin disana. Dia tidak tahan jika harus berada di sebelah Azril lagi, Azril terlalu sadis untuk Fellin yang manis.

"Fellin? Lo bego, coba lihat gue disini, gue yang dari tahun berganti gak pernah bisa berganti hati." guman Erlan saat berlari, raut wajah tengilnya berubah sendu. Tentu saja, posisinya saat ini sangat sempurna untuk menyandang king of sadboy.

Erlan hanya bisa menghela napasnya saat dia yakin Fellin sudah berdiri di gerbang selama setengah jam hanya untuk menanti kedatangan Azril, tapi apa? Azril bahkan menganggap Fellin sebagai benalu dalam hidupnya.

"Lah? Nona muda Fellerin ngapain berdiri di sini?" sapa Erlan, dengan nada tengilnya yang khas. Saat langkahnya sudah memendekkan jarak antara dirinya dan sang pujaan hati.

"Lo tau ini jam berapa? Dan lo baru datang? Oiya gue lupa, lo kan raja dari segala rajanya murid terlambat."

Erlan hanya bisa menampilkan senyuman manisnya. Soalnya argumen Fellin yang satu itu sulit dibantah, karna valid kebenarannya.

"Oiya Azril mana? Gue nungguin dia dari tadi, dia gak dateng-dateng." Tanya sang gadis penuh harapan.

"Lo emang udah nunggu Azril berapa lama? Kali aja Azril udah masuk dari pagi." Erlan menahan hatinya yang cukup perih, melihat sang gadis tercinta malah bertanya soal pria lain di hadapannya.

"57 menit 16 detik kurang lebih." kata Fellin melihat jam putih berkilau melingkar manis di pergelangan tangannya. Bukan hanya itu, di jam itu juga terdapat mutiara langka kecil disana. Biasa, putri konglomerat kelasnya memang beda.

"Buset selama itu, emang lo mau ngapain nungguin Azril sampe selama itu?"

Jika Erlan bisa berganti posisi, dia ingin bertukar tubuh dengan Azril yang mendapat penuh cinta dan Perhatian Fellin.

"Gue pengen tahun ajaran baru ini, gue masuk pertama kali di gerbang bareng Azril." katanya polos. Harapan kekanak-kanakan memang, tapi itulah yang Fellin suka. Dia sangat terobsesi dengan sesuatu yang 'hanya' 'pertama' atau bahkan 'satu-satunya.'

"Udah-udah gak usah lebay gitu, perkara masuk gerbang doang juga." Erlan dengan lancangnya menarik tangan Fellin. Tanpa izin sang gadis, membuat langkah pertama Fellin masuk ke gerbang bersama dengan Erlan. Erlan tersenyum menang, berbanding terbalik dengan Fellin. Fellin sudah mengerucutkan mulutnya, sembari pipinya sedikit menggembung. Harapan Fellin masuk gerbang dengan Azril, tapi pada akhirnya dia masuk dengan Erlan.

Dari jauh, Azril yang mengawasi menarik sudut bibirnya tipis. "Akhirnya cewek itu masuk juga, kerja bagus Er, gua rasa lu emang cocok sama Fellin. Tapi tetep aja gua bakal terlambat, andai aja Arga bisa bujuk Fellin tadi. Gua gak mesti terlambat di hari pertama gini."

Ting! Satu notif pesan datang dari Arga.

From: Arga

|Fellin belum masuk, mending lu masuk bawa dia. Kasian dia, lagian lu kan dulu yang bilang cinta ke dia, lu sekarang beda Zril. Bukan salah Fellin, ini salah lu yang mendadak berubah.

Azril:

| Berisik, Fellin baru masuk, jagain dia.|

Azril memijit keningnya, sembari matanya yang sudah tertutup. Dia mengingat kejadian tahun lalu, dimana dia menyatakan cintanya pada Fellin. Dia mengingat pertemanan yang mereka jalin sejak berusia lima tahun, hingga saat ini.

"Fellin, berhenti suka sama gue, gue mohon."

"Tuan muda, anda harus segera turun atau anda akan semakin terlambat." Arah sang supir yang sedari tadi diam mendengarkan.

Berbaris

...***...

Fellin menghentikan langkahnya, dia melepas genggaman tangan Erlan. Jangan lupakan wajah kesal yang menghiasi paginya saat ini, tidak dapat Azril malah berakhir dengan Erlan. Mau bagaimana lagi kan? Nasi sudah menjadi bubur, Fellin sudah terlanjur masuk dengan Erlan.

"Lo apa-apaan sih Dugong, gue masih mau nunggu Azril. Gue nggak akan masuk sebelum sama Azril. Arghhhh! langkah pertama gue masuk gerbang nggak sama Azril." Bentak Fellin, dia langsung menghentakkan kakinya dan berjalan kembali.

"Salah ya?" Wajah Erlan santai seolah tidak merasa bersalah.

"Salah tau!" Fellin berteriak kesal di depan wajah cowok tampan itu.

Tukhhh!

Dari belakang tiba-tiba sudah ada orang yang memukul kepala Fellin menggunakan gulungan koran. Wah, siapa yang berani melakukannya? Fellin putri konglomerat loh?

"Cecil? Lu apa-apaan sih, sakit tau." rengek Fellin manja saat dia sadar oknum yang baru saja mengeplaknya adalah sang sahabat baik, yang sudah Fellin anggap sebagai saudari sendiri. Jadi Fellin tidak jadi murka pada gadis ini, walau dia baru memukul kepala Fellin.

"Lu mau kemana lagi? Lu ga liat anak-anak udah pada baris, lu nyari masalah sama pak Wis?" omel gadis itu, dengan wajah kesal karna ulah sahabatnya.

Cecilia, gadis sekelas Fellin, juga merupakan teman Fellin sejak kecil, ya Cecil bukan sekedar teman, melainkan sahabatnya, ah lebih kelihatan seperti kakaknya. Gadis dengan mata sayu, bibir tipis, rambutnya selalu pendek dan jarang tersenyum itu mampu mengatur Fellin yang manja.

"Gue masih mau nungguin Azril." Kekeuh Fellin tanpa peduli apapun.

"Iya iya, ntar kita tambal otak oke? Sekarang ikut gue, kita baris gak ada penolakan." Cecil menarik paksa Fellin, kali ini Fellin tidak meronta atau membantah.

"Emang pawangnya Fellin tuh Cecil dah. " Erlan menarik senyumnya, sebelum dia berlari dan mengikuti kedua gadis itu. Mungkin saja, dia akan benar-benar mengejar Fellin saat Fellin di buang oleh Azril.

...----------------...

Arga sang ketua osis bisa bernafas lega saat ini, saat melihat tiga orang teman masa kecilnya sudah berbaris, namun hanya tinggal satu yang belum.

Arga mengedarkan pandangannya, mencoba mencari keberadaan Azril, namun tidak ditemukan.

Upacara pagi itu hampir selesai, tapi batang hidung Azril belum kelihatan sama sekali. Sepanjang upacara, fokus Fellin selalu saja teralihkan, dia sering celingukan untuk memastikan keadaan Azril. Bahkan sampai barisan di bubarkan pun Azril tidak terlihat sama sekali.

Tidak jauh dari Erlan, fokus Erlan hanya jatuh pada Fellin, bahkan saat dia tau Fellin-nya gundah karna sang tambatan hati tidak muncul. Erlan selalu tersenyum nakal saat tatapannya bertemu pandang dengan Fellin. Sungguh, cinta bertepuk sebelah tangan sangat menyakitkan.

...*************...

Jam pertama pelajaran hampir dimulai, dan akhirnya sosok yang Fellin tunggu-tunggu hadir juga, Azril masuk ke dalam kelasnya, tapi ada yang aneh. Azril tidak memakai jasnya. Dan, ada sedikit bagian yang basah di bajunya.

"Azril, lo kemana aja?! Lo tau gak gue cape nunggu lo!" Bentak Fellin, wajar dia marah kan? Azril hanya diam, bahkan ia tidak menatap Fellin yang berdiri didepannya.

Kejam sekali memang, apa dia tidak tau sejak pagi Fellin yang manis sudah menunggunya bahkan nyaris menangis, tapi saat bertemu, Azril malah mendiaminya begitu, bahkan tidak peduli pada dirinya.

Kenapa Azril sekejam itu? Padahal dia tau bahwa sedari pagi Fellin menunggu dirinya, dari gerbang bahkan sampai dikelas saat ini. Yang terus terputar dikepala Fellin hanya Azril, Azril, dan hanya ada Azril. Tapi Azril malah diam setelah dia melihat Fellin?

"Hey!! Cowok songong sok kaya, masalah kita belum selesai!!" tiba-tiba ada seorang gadis yang menerobos masuk, naasnya gadis itu terpleset dan jatuh tepat di atas tubuh Azril, yang di saksikan oleh mata kepala Fellin sendiri.

Sania

|Sebelum Masuk Kelas|

Setelah melihat Erlan membawa Fellin, Azril keluar dari mobilnya. Dia merasa lega karna akhirnya si gadis pengacau masuk juga.

Bugh!

Ketidakberuntungan memihak pada Azril, saat dia membuka pintu mobil ternyata ada gadis yang baru saja lewat, pintu itu menabraknya, hingga membuatnya terjatuh.

"Hey! Kalau buka pintu mobil tuh liat-liat dong! Gak liat apa ada orang lagi jalan! Duh, mana sakit banget lagi." Oceh sang gadis membersihkan pakaiannya. Dia yang sudah jatuh tersungkur menatap benci pada oknum sang penyebab.

Azril hanya menatap gadis itu datar. Suasana hatinya cukup buruk kali ini, jangan mengganggu Azril. Dia saja baru selesai soal Fellin, sudah ada satu lagi gadis pengganggu di depannya.

"Bukannya minta maaf atau paling engga nanya keadaan gue, ini malah diem aja." sambung gadis itu tak habis pikir. Dia berusaha bangkit berdiri sendiri.

"Minggir deh, sakit mata gua liat lu." Azril melenggang pergi, setelah meninggalkan kata-kata pedas luar biasa.

"Apa lo bilang? Woy! Minta maaf dulu, enak aja main nyelonong gitu doang, woy! Mentang-mentang kaya punya mobil songong amat!"

Azril tak menggubrisnya, menurutnya berdebat dengan orang bodoh hanya membuang-buang waktu.

"Sabar, Sania sabar ..., lo ga boleh buat kesan buruk dihari pertama lo masuk sekolah ini, sabar Sania." Gadis itu menarik napasnya panjang, lalu ia hembuskan seluruhnya. Setelah beberapa detik, ia tersenyum dan melanjutkan perjalanannya. Vibes positif ingin dia sebarkan hari ini. Jadi dia tidak mau berdebat lebih jauh, walau kesal memang.

Sania namanya, gadis cantik dengan tinggi semampai, rambut lurus dan panjang, hitam juga lebat. Dia termasuk kategori cantik di sekolah lain, tapi biasa aja di sekolah ini karena disini, gadis seperti Sania ada banyak.

Sania, si gadis petakilan dari SMK biasa sedang merayap masuk ke sekolah para elite ini. Sania berhasil berada di sini, karna suatu hal yang luar biasa terjadi pada dirinya. Dia yang gadis biasa, berhasil mendarat di antara anak konglomerat.

Mulut Sania terbuka lebar, cukup untuk beberapa lalat masuk dengan nyaman disana.

"Ha? Udah baris? Jam segini? Terus gue telat dong? Hadehhh ... hari pertama sekolah gini amat." keluh Sania saat melihat semua orang sudah baris. Padahal Sania yakin ini masih pukul tujuh pagi, biasanya SMK nya saja masuk tujuh lewat tiga puluh menit.

"Iya gue lupa, gue masuk di sekolah bangsawan, kelas dan martabatnya udah beda." lanjutnya mencoba memaklumi kebiasaan sekolah barunya.

"Sekarang apa? Gimana?" jantung gadis itu berdetak begitu kencang, dia tidak tau harus bagaimana sekarang. Ini pertama kalinya dia datang, dan apakah dia langsung ditendang?

"Hey kamu, yang baru datang, kemari." panggil salah seorang guru. Sania menoleh, tepat di hadapannya berdiri sosok tegap seorang pria, dengan kacamata terpasang manis di hadapannya.

Sania tau dia seorang guru karna penampilan formalnya, tapi sulit di percaya wajah tampan dan masih muda itu, berstatus sebagai seorang guru.

Sania merasa jantungnya sudah ingin keluar saat dia sudah ada di depan guru itu. Wajahnya sih memang tampan, tapi mata dibalik kaca itu sangat tajam dan menyeramkan.

"Ambil ini, dan siram semua bunga itu." Titah sang guru tampan, Sania tidak tau namanya dan guru bagian mana beliau sebenarnya.

Guru itu pergi meninggalkan Sania sendiri, tampaknya hanya dia yang terlambat hari ini. Sang guru tampan melenggang pergi begitu saja.

"Syukur deh cuma diminta siram bunga, engga langsung di DO. Tapi, buset dah hari pertama gak ada yang terlambat. Sekolah bangsawan emang beda, beda banget sama SMK gue yang bar bar, mungkin mereka semua masih tidur nih. Keliatan banget etika bangsawannya."

Sania semakin ragu, dirinya yang petakilan apakah bisa beradaptasi di sekolah yang luar biasa ini. Ini sangat jauh dibanding SMK-nya.

Tanpa sengaja Sania melihat Azril yang baru masuk, Azril berjalan begitu santai seolah sudah biasa.

"Lah itu kan cowok tadi? Oh gue tau! gue tau, pasti dia berandalnya sekolah ini. Dari tampang sih begitu, sikapnya yang sok kece juga. Hadeh, dasar beban sekolah." terka Sania sembari mengangguk-anggukan kepalanya. Ya ampun Sania ini, belum kenal Azril tapi sudah menilainya begitu saja. Mungkin faktor kesal karna pertemuan pertama mereka kan?

Azril berjalan mendekat ke arah Sania. "Sejak kapan tukang kebun pakai seragam yang sama kaya murid, terus sejak kapan tukang kebun tidak punya etika?" sindir Azril, entahlah dia cukup kesal karna kejadian tadi pagi, membuat mobilnya sedikit lecet. Dan lagi, Azril jadi terlambat, meskipun faktor utama keterlambatannya adalah Fellin kan?

Byurrr!!!

Mendengar ejekan barusan, ditambah dengan kejadian tadi pagi sudah cukup untuk membuat Sania menyiram orang itu. Ya ya ya, bagi Sania dia layak mendapatkannya. Persetan dengan konglomerat, keadilan harus ditegakkan!

"Apa lo bilang? Gue tukang kebun? Lo ga liat gue pake seragam sekolah? Lo juga tukang kebun dong." katanya membela.

Kemarahan Azril sudah sampai di ubun-ubun, hari ini semua kacau karna dua wanita. Dia terlambat karna Fellin, dan sekarang di tambah dia basah karna gadis tidak sopan ini, yang tampak kampungan.

"Lu--!!!"

"Hey kamu! Apa yang kamu lakukan! Den Azril enggak apa-apa?" tiba-tiba seorang pria berseragam seperti tukang kebun datang menghampiri. Dia melerai pertengkaran antara dua anak muda ini.

"Mending lu ga usah pernah muncul lagi di hadapan gua. Kalau mau sekolah lu nyaman." Azril melenggang pergi dengan jasnya yang basah. Tatapan setajam elang dia lemparkan pada Sania, sebelum dia benar-benar pergi.

"Loh? Lo mau kemana? Lo kan terlambat!lo--"

"Shhttt diam! Kamu ini ga tau diri ya, apa--" ucapan tukang kebun itu mendadak berhenti, dia lalu menatap wajah Sania serius. "Kamu murid baru disini?" tanya nya saat dia sadar, dia tidak familiar dengan wajah Sania. Tentu saja tukang kebun nyaris mengenal semua murid disini, karena murid disini terbatas jumlahnya.

Sania mengganguk. "Iya, baru masuk hari ini. Saya kelas  2 Pak."

"Pantes kamu gak tau, ada lima putra putri bangsawan besar disini, yang sama sekali nggak boleh kamu ganggu, atau hidupmu nggak akan tenang di sekolah ini nak." Nasihat tukang kebun dengan penuh harapan. Dia memberikan wejangan pada gadis yang baru masuk ini.

"Siapa aja mereka pak?" Tanya Sania juga penasaran, dia memutuskan untuk tidak ingin berhubungan dengan yang lima itu.

"Mereka adalah, nona Fellerin Skylira, Tuan Az--"

"Hey! Kenapa kalian malah ngobrol? Cepat kerjakan pekerjaan kalian, sebentar lagi upacara selesai." bentak seorang guru tampan yang tadi baru saja menghukum Sania. Wajahnya memang tidak bersahabat untuk diajak bercanda.

Tukang kebun, Pak Tejo namanya, dia kembali untuk menyapu dedaunan dibawah pohon sana. Meninggalkan Sania dengan segala rasa penasarannya.

Sania celingukan kekanan dan kekiri, dia mencari sosok Azril guna melaporkannya bahwa dia juga terlambat. Sania benar-benar ingin melaporkannya, tapi Sania tidak tau namanya. Akhirnya dia menyerah untuk menjadi sang pengadu.

"Padahal tadi kayaknya tukang kebun ada nyebut namanya deh, siapa ya? Arghh lupa, dasar pikun!"

***

Tepat saat upacara selesai, Sania juga sudah menyelesaikan hukumannya. Melalui petunjuk guru tampan tadi, dia akan masuk di kelas 2-1.

"Untung ganteng kan Pak, selain ganteng gak ada yang lebih baik dari Pak Arlan." Gumam Sania berjalan dikoridor sendirian.

Setelah banyak hukuman dari Pak Arlan si guru BK, yang sudah Sania ketahui nama dan bidangnya, dia akhirnya bisa bebas. Meskipun Pak Arlan itu ganteng, Sania gak mau lagi terlibat urusan dengan guru sedingin dan sekejam itu, auranya aja udah beda.

"Udah ada kayanya gue muter-muter di lorong nyari kelas 2-1 ga ketemu-ketemu deh."

Saat sudah lelah mencari, dia tiba-tiba melihat Azril berjalan. Dengan cepat Sania mengikutinya. Menurutnya, Azril masih berhutang maaf padanya. Sebenarnya Sania sudah kesal dan lelah, dihukum, mencari kelas dan sebagainya, dia hanya butuh oknum pelampiasan, dan kebetulan Azril hadir di depannya, saatnya pembalasan.

"Sejak kecil nenek selalu ngajarin gue, bahwa manusia hidup ga akan bisa lepas dari tiga hal, dari kata makasih, maaf, dan tolong. Hari ini gue bakal kasih tau cowok itu apa arti kata maaf."

Sania mengejar Azril dengan penuh semangat. Dia bahkan menarik sudut bibirnya, membayangkan wajah searogan Azril akan minta maaf.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!