Derap tapal kuda lamat-lamat bergerak membanjiri pemukiman. Genderang perang bertabuh, angin panas berhembus seiring dengan hancurnya Kekaisaran Phoenix akibat serangan tengah malam yang menewaskan ribuan rakyat serta prajuritnya.
Sang Kaisar tak serta-merta pergi dari singgasana meski ratusan iblis memasuki istana dan siap memenggal lehernya kapan saja, dia berdiri dari kursi dengan kharisma besar, mencabut pedang bermata emas dan menghunuskan pedang ke arah Raja Iblis yang datang bersama puluhan pasukannya.
"Kami tak akan mengampuni ras-mu yang telah membunuh ribuan manusia dengan kejinya. Untuk membalaskan kematian mereka, aku akan mengakhiri seluruh ras iblis di muka bumi ini. Aku bersumpah untuk itu, meski suatu saat nanti Kekaisaran Phoenix akan hancur."
Raut muka Raja Iblis berubah marah.
"Bukankah yang memulai perseteruan ini adalah kalian? Begitu takutnya ketika posisi para manusia tersingkirkan oleh kekuatan yang kami miliki dan berusaha menyingkirkan para iblis." Raja Iblis terbakar dendam yang telah lama membakar hati hingga ke pikirannya, nafsu untuk membunuh pria di hadapannya bergejolak.
"Kembalikan Reines kepada kami. Aku tahu istrimu itu adalah bagian dari ras iblis! Pernikahan antara manusia dan iblis tidak dibenarkan dalam aturan mana pun! Kalian telah menorehkan noda dalam darah ras kami, anak itu adalah dosa dan harus dibunuh bagaimana pun juga!"
Sang Kaisar Phoenix tak mempercayai ada pengkhianat di Kekaisarannya, kini kebenaran telah terungkap membawa perang hebat antara Kekaisaran Phoenix dan Kerajaan Iblis. Dia mengeratkan pegangannya pada pedang sembari menggeleng.
Istrinya telah mengandung anak pertama mereka, dia tak akan membiarkan siapa pun mengambil anak istrinya kembali ke Kerajaan Iblis. Tempat di mana istrinya berasal dan dipenjarakan. Dia begitu mencintai Reines, meski ribuan manusia dan iblis menentang hubungan pernikahan di antara keduanya.
"Aku tak akan memberikannya kepada kalian. Meskipun kerajaan dan nyawaku menjadi taruhannya-"
Tiba-tiba saja Raja Iblis telah berada di hadapannya, sang Kaisar melebarkan mata ketika darah menodai jubahnya dan perlahan menetes di bilah pedang sang Raja Iblis, dia menatap lelaki dengan tanduk merah itu. Perbedaan di antara mereka menimbulkan kebencian satu sama lain. Bukan hal aneh lagi jika perseteruan selalu timbul antara manusia dan iblis. Dan sekarang saatnya, perang membludak akibat kebencian tersebut.
"Cinta telah membutakanmu, Kaisar Phoenix. Aku akan mencari istri dan anakmu dan membunuh mereka. Mereka adalah noda yang mengotori ras kami. Mereka adalah wujud nyata dari sebuah Dosa."
Kaisar Phoenix jatuh bersimpuh bersimbah darah di lantai istananya, menatap Raja Iblis pergi dengan mata pedang besarnya menggores lantai. Bunyi kian menjauh, Kaisar Phoenix mengangkat sebelah tangannya sambil berkata lirih, "Lari Reines ... Selamatkan anak kita."
Perang terbesar berkecamuk bersama guntur yang terus-menerus jatuh meluluh lantakkan apa pun yang disambarnya. Gerimis membasahi tanah yang telah dialiri oleh genangan darah. Ribuan rumah terbakar oleh serangan prajurit iblis. Jumlah mereka memang tak banyak, tapi dengan kekuatan yang mereka miliki menghabisi ratusan ribu manusia dalam satu malam bukanlah hal mustahil.
"Cari Reines dan anaknya sampai dapat! Bunuh mereka dan bawa mayatnya kepadaku!" teriak Raja Iblis yang membuat pasukannya semakin gencar menghabisi para manusia.
Kekaisaran Phoenix tak ubahnya lautan api yang diisi oleh teriakan sekarat dan kobaran api kian meninggi, kini telah berada di ambang kehancurannya. Sang Kaisar telah terbunuh bersama dewan, petinggi, dan penasehatnya.
Bahkan prajurit mereka telah terbunuh lebih dulu oleh pasukan iblis. Tak ada yang tersisa dari mereka dan juga tak ada yang dapat menyelamatkan mereka dari serangan tersebut. Selain itu rakyatnya juga masih terus dibantai habis-habisan.
Di sebuah rumah yang sangat tersembunyi, seorang wanita berambut merah dengan dua tanduk di kepala tengah melahirkan putra pertamanya. Dia adalah Sang istri Kaisar Phoenix. Pagi buta yang berkabut sekaligus mencekam itu telah memudarkan sinar bulan, awan mendung seolah-olah berlarian mengejar, menumpahkan hujan yang seketika membungkam jeritan pembantaian di tanah tersebut.
Api di Kekaisaran Phoenix tak langsung padam. Amis darah tercium kuat. Di depan rumah tersebut, puluhan mayat telah bersimbah darah oleh ulah satu iblis dengan cambuk. Iblis wanita dengan tanduk yang terlihat di kedua kepala berjalan ke arah pintu. Di mana suara seorang wanita terdengar bersusulan dengan tangis bayi setelahnya.
Sebelum wanita itu membuka pintu puluhan prajurit kekaisaran menyerangnya, tapi nasib mereka tak beda dengan manusia lainnya. Cambuk di tangan wanita iblis itu langsung membunuh mereka di tempat. Dia mendorong pintu perlahan, mendapati lima wanita sedang melotot ketakutan menatapnya.
Tapi dia tak menemukan seorang bayi pun di sana.
Wanita iblis itu memasuki rumah tersebut dan segera setelahnya jeritan kematian terdengar menggema. Darah terciprat membasahi dinding dan lantai, beberapa kepala terpenggal lalu menggelinding di depan pintu.
Ekor Iblisnya baru saja menusuk jantung seorang tabib wanita. Dia mengedarkan pandangan, mukanya berkerut kesal. Dengan gerakan kasar wanita iblis itu menghancurkan pintu belakang rumah dan dari jauh melihat seorang wanita mengenakan gaun indah dengan simbol emas Kekaisaran Phoenix tengah berlari terpincang-pincang membawa putranya.
"Anakku, bertahanlah. Kau akan hidup, di mana pun kau berada..."
Dia sempat terjatuh karena kesadarannya mulai menipis, darah masih terus bersimbah di kakinya. Namun wanita itu segera bangkit secepat yang dia bisa.
"... Jadilah anak yang baik dan kuat. Ayah dan Ibu menyayangimu, lebih dari apa pun. Tapi hanya sampai di sini ibu menemanimu." Dia mengelus pipi putranya lembut. Meletakkannya di atas keranjang yang mengapung di atas aliran sungai. Meninggalkan beberapa barang bersama anaknya dan memastikan kain tebal melindungi putranya itu dari kedinginan.
Tanduk kecil terlihat di kepala sang anak, wanita itu mengeluarkan sebilah belati dan memotong setengah tanduk tersebut hingga anaknya menangis. Darah mengalir di kepala putranya, sang ibu ikut menangis. Dia memeluknya erat untuk terakhir kali, matanya meneteskan air mata. Tubuhnya tak sanggup lagi berdiri.
"Pergilah, jaga dirimu baik-baik ..."
"Kami menyayangimu, selalu." Dia melepaskan keranjang yang terapung mengikuti arus sungai, berharap anaknya bisa selamat.
Ketika anaknya telah menghilang dibawa arus sungai dia tahu seseorang telah berada di balik punggungnya, wanita itu sudah siap dengan kematian dan hanya menatap jauh ke arah di mana terakhir kali anaknya terlihat.
"Kau pengkhianat, Reines."
Wanita iblis itu adalah sepupunya. Nama asli sang Ratu Phoenix adalah Reines, tak ada seorang pun selain suaminya yang tahu akan kebenaran ini kecuali tangan kanan sang Kaisar. Reines berpaling ke belakang, hendak menyerang wanita itu.
Cambuk merah melilit lehernya, iblis wanita itu mengangkat tangan yang seketika berubah menjadi pedang. Menusuk jantung Reines sambil menarik rambutnya ke atas hingga Reines mendongak paksa.
Ratu Phoenix jatuh ke tanah, jantungnya dihancurkan dari dalam. Dia digeletakkan begitu saja di atas tanah, sementara wanita iblis tadi menatap ke arah aliran sungai yang begitu deras.
"Cih, anggap saja dia sudah mati tenggelam di sungai. Aku harus memberitahu Yang Mulia Raja dan membawa pengkhianat ini kepadanya."
***
A/N: Karena buku ini masih baru banget, mohon dukungannya yak. Biar author semangat update nya~
Tempat bermain dipenuhi oleh anak-anak kecil, tawa gembira menghiasi suasana sore itu.
Para orang tua yang sedang mengawasi anak mereka berdiri dengan raut wajah ketakutan.
Seorang anak kecil berusia 6 tahun berjongkok, memungut satu boneka kayu yang tak sengaja dijatuhkan salah satu anak dengan jubah biru laut khas keturunan bangsawan. Dia menyodorkan boneka kayu ke pemiliknya.
"Ini, punyamu."
"Nona Yin! Nona Yin! Anda tidak apa-apa?" Seorang laki-laki yang merupakan pembantu klan gadis kecil itu berlari gegabah, dia menyingkirkan anak laki-laki tadi dengan tangannya.
"Menjauhlah dari Nona Yin! Kau akan melukainya!"
"Tapi aku tidak melakukan apa-apa ..."
Namun ketika dia mengedarkan pandangan, puluhan tatapan benci tertuju kepadanya. Bocah laki-laki itu merasa semua tatapan sama, dipenuhi benci dan takut. Kakinya mundur refleks.
"Lihatlah matanya yang semerah darah itu ... Dia anak yang menakutkan," bisik mereka.
"Tanduk di kepalanya.. bukankah dia setengah keturunan iblis? Jangan-jangan dia adalah 'anak itu'."
"Pelankan suaramu," perintah yang lain, mereka segera bubar membawa anak masing-masing, sesekali menoleh ke belakang dengan ketakutan.
Lelaki tadi menarik tangan si anak perempuan. Tak mengatakan apa-apa dan langsung pergi meninggalkannya.
Bocah laki-laki itu berjongkok, menatap wajahnya dari pantulan genangan air. Semua orang membencinya, tangan kecil itu menyentuh tanduk di kirinya.
"Mengapa mereka semua membenciku?"
**
"Xue Zhan, sekarang berapa umurmu?"
"Eh ... " Pemuda yang dipanggil Xue Zhan menggaruk pipinya, "Mungkin 14 tahun." Dia juga tak yakin dengan jawabannya.
Laki-laki berumur 72 tahun itu terbatuk sesaat, teko di sisi ranjangnya jatuh menumpahkan air. Xue Zhan membantunya bangun sambil menyodorkan segelas air.
"Kakek tidak apa-apa?"
"Penyakit ini mulai mengganggu pernapasanku," ucapnya, Xue Zhan mengeratkan pegangannya. "Jika ada yang bisa kulakukan untuk menyembuhkanmu-"
"Tidak ada gunanya." Lin Yu Shan-kakek tua itu kembali berbaring. Hening terjadi di antara mereka hingga beberapa menit sebelum Xue Zhan kembali berbicara.
"Aku akan menyembuhkanmu apa pun yang terjadi, kumohon bertahanlah." Xue Zhan menundukkan kepalanya, Lin Yu Shan menengok dengan sedih. Dia tahu pemuda itu sedang menyembunyikan tangisnya.
"Selama ini ... Hanya kau yang menerimaku sebagai manusia, aku tidak ingin kau pergi."
Terdengar helaan napas sesaat.
"Zhan'er, kau ingat, aku pernah mengatakan padamu bahwa aku dulu adalah seorang prajurit."
Xue Zhan mengangkat wajahnya, Lin Yu Shan menatap jauh ke luar jendela. Tetesan air hujan menempel di kaca yang berembun. Dia sedikit tersenyum.
"Saat itu aku begitu bangga dengan pekerjaanku. Lalu perang besar berkecamuk di dua wilayah kekuasaan."
"Dari sanalah aku menemukanmu. Kau tidak menangis ketika aku menggendongmu, saat itu aku berpikir suatu saat nanti kau akan tumbuh menjadi anak yang kuat dan pemberani."
Xue Zhan diam tanpa berkata-kata. Saat Lin Yu Shan menceritakan kisah yang sama, ada goresan luka dalam yang kembali membuat hatinya sakit.
"Kau dipecat dari jabatanmu karena menyelamatkanku, bukan?"
Lelaki tua itu menoleh, tapi tampaknya dia tak bisa berbohong lagi setelah 14 tahun lamanya. "Aku percaya padamu, Xue Zhan. Kau dapat meneruskan impianku sebagai mantan prajurit. Perang tak pernah reda melanda tanah kita. Tapi saat melihat wajahmu aku percaya kau memiliki sesuatu yang istimewa."
Dia menunjuk ke bawah kasur, Xue Zhan mengambil barang yang dimaksud Lin Yu Shan. Tak mengerti maksudnya.
"Itu adalah peninggalan terakhir yang diberikan ibumu. Bukalah."
Xue Zhan membalas kecil, "Aku tidak siap."
Lin Yu Shan terbatuk sebelum berbicara, "Maka simpanlah."
Ekspresi murung Xue Zhan saat ini dapat Lin Yu Shan pahami. Bertahun-tahun pemuda itu menanggung semua hal menyakitkan, tak tahu jati dirinya siapa dan masa lalu apa yang membelenggunya. Xue Zhan hanya tahu bahwa dirinya adalah keturunan setengah iblis dengan darah yang dipenuhi dosa. Kotak kayu tersebut memiliki jawaban atas pertanyaan di kepalanya. Namun Xue Zhan sendiri tak siap untuk mengetahuinya.
Baginya sekarang Lin Yu Shan saja sudah cukup. Dia tak ingin kehilangan laki-laki yang tulus membesarkannya itu.
"Jangan lupakan Mei'er. Ah, cucuku itu. Dia pasti sedang bermain di bawah pohon lagi. Kau tidak sibuk, 'kan? Bawa pulang dia, aku ingin beristirahat."
Xue Zhan mengangguk, bangun dari kursi dan langsung pergi ke tempat di mana Lin Yu Mei berada. Benar saja, gadis kecil yang baru menginjak usia 9 tahun itu sedang menggenggam pedang kayu. Xue Zhan terkejut saat tiga bocah lelaki mengerjai adiknya sampai hampir menangis.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Si anak iblis lagi!" celoteh satu dari mereka. "Lain kali akan kuhabisi adikmu itu!"
Ketiganya bubar meninggalkan Lin Yu Mei yang berjongkok dengan muka tertunduk.
"Mei'er, kau tidak apa-apa?"
Tak ada jawaban, Xue Zhan berpikir adiknya sedang menangis.
"Uwahhh! Kakak keren!! Mereka langsung kabur saat melihat kakak!!"
Reaksi tiba-tiba Lin Yu Mei membuat Xue Zhan kaget, dia sampai lupa adiknya itu sedikit aneh. Mana mungkin Lin Yu Mei menangis semudah itu.
"Ahhaha, ayo pulang. Sebentar lagi badai akan datang," ajaknya sembari menatap ke langit, tetesan hujan mulai jatuh bersama awan gelap di seluruh penjuru. Tak salah lagi, mungkin hujan akan mengguyur semalaman. Tapi adiknya itu mulai menampakkan sifat menyebalkan lagi.
"Tidak! Aku ingin berlatih agar sekuat kakak! Satu, dua, tiga!" Kuda-kuda lemah Lin Yu Mei disusul dengan teriakan penuh semangat. Xue Zhan diam sejenak.
"Suatu saat nanti aku akan menjadi seorang prajurit dan akan melindungi kakak juga!"
"Mei'er, kita harus pulang."
"Tidak mau!"
Petir mulai bersahut-sahutan bersama angin badai yang amat kencang, dalam hitungan menit cuaca berubah buruk. Lin Yu Mei seakan tak peduli dan masih mengayun-ayunkan pedang kayu, tak mempedulikan Xue Zhan yang sedari tadi menyahut namanya.
"Mei'er!" sahutnya untuk yang terakhir kali sebelum menyeret Lin Yu Mei paksa. Dia benar-benar marah.
"Kakak cerewet!!!" Lin Yu Mei tiba-tiba menghantamkan kayu itu ke perut Xue Zhan lalu memukulnya. "Aku akan menjadi prajurit seperti kakek suatu hari nanti, jangan menghalangiku!" Bicaranya yang masih belepotan nyaris tak bisa dipahami.
"Kau tidak akan menjadi seorang prajurit, Mei'er-!" Xue Zhan sampai kelepasan, tapi melihat wajah Lin Yu Mei saat ini mulutnya semakin lepas kendali.
"Seorang wanita tak akan pernah bisa menjadi seorang prajurit! Kau mendengarku?!"
Lin Yu Mei mundur, terjatuh di depannya dengan mata melotot kaget. Kakeknya tak pernah mengatakan hal itu.
"Kakak berbohong!"
"Aku tidak berbohong! Dan jangan panggil aku kakakmu!"
Xue Zhan mengepalkan kedua tangannya. Lin Yu Mei harus tahu itu, sebelum Lin Yu Shan benar-benar meninggalkan mereka.
"Aku dan kau tidak memiliki ikatan darah apa pun. Kita bukanlah kakak adik kandung! Aku hanyalah anak pungut dan keturunan iblis yang bisa membunuhmu kapan saja!"
Sekali lagi Lin Yu Mei begitu kaget sampai terdiam membisu.
"... Aku membencimu." Lin Yu Mei bangun, berlari dengan sengaja menyenggol tubuh Xue Zhan. Xue Zhan terdorong, membuang napas kasar. Menatap awan gelap di atasnya.
Badai akan datang. Firasatnya mengatakan hal buruk.
Malam datang, seperti dugaannya hujan dan badai terus berlangsung semenjak 4 jam yang lalu. Lin Yu Mei mengurung diri di kamar, tak berniat ikut makan malam. Lin Yu Shan sendiri masih tertidur di kamar.
Tiga kali ketukan di pintu mengagetkan Xue Zhan, pemuda itu berjalan ke pintu yang sekali ditendang saja pasti akan lepas dari tempatnya. Dia menengadah, terkejut melihat seorang laki-laki berjubah hitam pekat sampai menyentuh lantai sudah berdiri di depan.
Tatapannya begitu menyeramkan. Xue Zhan sampai menelan ludah. Ada yang tidak beres dari laki-laki itu.
"Siapa yang datang?" Lin Yu Shan tiba-tiba terbangun, menyadari kehadiran seseorang dan langsung menyuruh Xue Zhan pergi.
"Yan Shumei! Tak kusangka kau datang lagi ke sini!"
Xue Zhan waspada. Yan Shumei mendekat ke arah kakeknya. Bergerak cepat, Xue Zhan menghalangi Yan Shumei di depan Kakeknya. "Siapa kau sebenarnya?!"
"Xue Zhan, kembali ke kamarmu, sekarang!"
"Tapi..."
"Dia sudah cukup besar. Tak ada yang perlu kau sembunyikan lagi darinya, kakek tua bau tanah." Yan Shumei tertawa sinis. sambil melanjutkan.
"Langsung ke intinya saja, aku akan memberikanmu imbalan 1000 keping emas. Tapi sebagai bayarannya kau harus memberikanku sedikit darahmu-"
"Jangan pernah berikan pada siapa pun, Xue Zhan!"
bentak Lin Yu Shan mengambil cepat pedang yang dipajang di dinding rumahnya, tebasan melintang diluncurkan tapi tak mengenai Yan Shumei walau segaris pun.
"Cepat atau lambat orang-orang sepertiku akan datang kepadamu untuk membunuhmu." Ucapan penuh ancaman itu ditujukan pada Xue Zhan.
"Kekuatan yang mengalir dalam darahmu adalah kekuatan spesial, kau adalah iblis dengan kekuatan menakutkan. Semua manusia membencimu dan tak lama lagi mereka akan membunuhmu untuk mengambil kekuatan dalam dirimu."
Lin Yu Shan tak sempat mengenai Yan Shumei sebelum bayangan tubuh laki-laki itu mulai memudar.
"Aku akan datang lagi suatu saat nanti."
"Kang Jian."
Laki-laki yang dipanggil untuk menghadap sang Kaisar bertekuk lutut, kepalanya menunduk patuh. Siapa pun akan tunduk kepada sosok Ziran Zhao, Kaisar Langit ke-12 yang terkenal dengan wibawa serta sikap tegasnya.
"Pergerakan Taring Merah semakin terasa. Kekaisaran Feng telah diserang di pusat dua pekan lalu. Dan sekarang mereka mengincar desa terpencil Kekaisaran Diqiu. Yaitu Desa Guxia."
Ziran Zhao berdiri, "Kang Jian, aku tugaskan kau untuk memimpin tim dalam sebuah misi di Desa Guxia. Hentikan setiap pergerakan mencurigakan dan laporkan perkembangan yang ada."
Ziran Zhao turun dari singgasana, hingga tiba di depan Kang Jian dia berbisik. "Sebuah rumor telah beredar, anak yang menghilang 14 tahun lalu dikabarkan tinggal di Desa Guxia. Kau harus memastikannya."
Kang Jian membuka mata lebar, mengangguk hormat setelah itu.
"Baik Yang Mulia."
"Berangkat!"
**
"Siapa orang itu?"
Sisa kepanikan masih terlihat jelas Xue Zhan, dia menunjuk ke arah pintu yang sudah kosong. Yan Shumei menghilang dari sana seperti hantu. Sementara Lin Yu Shan memilih duduk, penyakit dalam tubuhnya mulai bereaksi lagi hingga membuat lutut lelaki tua itu gemetar hebat.
"Duduklah, nak."
Xue Zhan mau tak mau menurut, menunggu Lin Yu Shan menjelaskan tentang apa yang terjadi. Dia menarik napas panjang hingga terdengar jelas.
"Orang itu pernah datang saat pertama kali aku membawamu ke sini. Dia menginginkan darah dalam tubuhmu. Aku tidak tahu apa tujuannya namun itu pasti bukanlah hal baik," tuturnya diselingi desisan kesakitan.
Xue Zhan menatap laki-laki itu dari samping. Sesaat Lin Yu Shan menyadari dan segera membuang pandangan ke tempat lain, ada rasa bersalah yang menggantung di hatinya.
"Aku takut kau membenciku setelah mendengar hal ini dari orang lain, Xue Zhan."
"Tentang apa?"
Lelaki tua itu diam sejenak. Memutuskan untuk mengatakan semua rahasia yang telah ditutupinya selama ini.
"Yan Shumei pernah datang 14 tahun lalu, saat itu kami berdua sama-sama seorang petarung."
Lin Yu Shan menyenderkan kepalanya di tembok, menarik napas berat. Paru-parunya sakit. Lelaki itu mengangkat bajunya sampai ke atas dada.
"Ini adalah bekas pertarunganku dengannya." Terlihat sebuah lebam berwarna hitam keunguan, telah menyatu bersama daging dan kulit Lin Yu Shan.
"Penyakit itu-"
"Benar. Yan Shumei menggunakan pedang beracun yang sampai detik ini terus menggerogoti tubuhku. Aku dikeluarkan dari pekerjaan karena rumor membawa anak iblis ke Desa Guxia. Dan satu hal lagi, Yan Shumei adalah pembunuh kedua orang tua Lin Yu Mei."
Xue Zhan terkejut, napasnya tersendat. Isi kepalanya berkecamuk, dia tak percaya tapi Lin Yu Shan adalah orang yang paling tak suka berbohong.
"Karena aku.. orang tua Mei'er dibunuh?"
Lin Yu Shan tersenyum kecil, "Itu adalah tragedi yang tak dapat dihindarkan. Aku hanya ingin mengatakan bahwa dirimu berharga, Xue Zhan. Sejahat apa pun orang berbuat padamu, kau berhak untuk hidup. Kau tidak berbeda, kau hanya istimewa. Aku tak akan segan mengorbankan nyawa untuk menyelamatkanmu. Meski harus kehilangan banyak hal."
Dia melanjutkan, "Ibu dan Ayahmu sangat menyayangimu dan berdoa untuk keselamatanmu. Begitu juga denganku. Cari lah keberadaan orang tua kandungmu, hanya kau yang bisa mencari tahu semua kebenaran ini. Kau adalah anak yang diramalkan oleh leluhur Ayahmu. Menghentikan perang besar yang akan terjadi suatu saat nanti.."
"Kakek, kau bicara apa-?"
Lin Yu Shan seperti akan pingsan beberapa detik lagi.
"Hanya kau yang dapat menghentikan 'mereka'."
Beberapa detik kemudian Lin Yu Shan tak sadarkan diri. Xue Zhan membawanya ke kamar untuk dibaringkan. Saat itu pandangannya tertuju pada sebuah kotak kayu dengan ukiran emas di setiap sisi. Dia memangku kotak tersebut, melepaskan pengunci. Di sisi lain dia belum siap untuk mengetahui kebenarannya.
Tutup kayu terbuka, Xue Zhan memperhatikan sebuah liontin perak yang memiliki aura tak biasa. Saat menyentuhnya liontin perak itu melukai jari Xue Zhan hingga berdarah.
Xue Zhan melemparkan benda itu, darahnya bergerak ke arah liontin tersebut. Mengubah warna liontin yang semula perak menjadi merah bata. Xue Zhan tak mampu berkata-kata, sampai benda itu bergerak sendiri ke arahnya dan melingkari jari manisnya.
Dia berniat keluar dari sana melihat lebih jelas cincin tersebut, tapi tiba-tiba saja sebuah ledakan dahsyat terjadi. Xue Zhan menopang tubuhnya di meja, kaget dan segera memeriksa kamar.
Lin Yu Mei tidak ada di kamarnya.
Yang ada di pikirannya saat itu adalah mencari Lin Yu Mei, Xue Zhan beranjak ke luar secepat mungkin.
Bahunya luruh ketika melihat puluhan manusia terbujur tak bernyawa, pertempuran telah terjadi beberapa menit yang lalu tanpa dia sadari, darah membanjiri seluruh tempat menjadi genangan besar. Api tersulut dari satu rumah dan mulai menjalar ke rumah lain. Teriakan tiada henti menggema di telinga Xue Zhan yang masih tercenung, tak menyangka kehancuran datang begitu cepat.
Reruntuhan batu jatuh ke samping menimpa Xue Zhan, pemuda itu bergegas menjauh. Abu tebal beterbangan di sekitar.
"Mei'er, Mei'er!"
Teriakannya tenggelam oleh jeritan penduduk Desa Guxia, salah seorang lelaki menarik kaki Xue Zhan.
Saat Xue Zhan menoleh dia bergidik ngeri, wajah laki-laki itu hanya tersisa setengah. Setengahnya lagi ditebas oleh lawan di belakangnya.
Dia kenal orang tersebut, laki-laki itu dulunya adalah saudagar kaya yang sering mencemoohnya. Kalimat kebencian dan sorotan sinis dari wajahnya telah menghilang, berganti dengan teriakan memohon pertolongan.
Pedang ditancap di punggung laki-laki tersebut tanpa sedikitpun rasa kasihan. Nasib serupa juga dialami oleh ratusan penduduk di sana. Xue Zhan berucap terbata-bata, "A-apa yang kalian lakukan?"
"Hm?" Sosok laki-laki bertopeng merah dengan simbol silang X membalikkan badan, baru menyadari ada seorang remaja di sana.
"Oh, masih ada satu cecunguk rupanya."
"Katakan apa yang kalian lakukan pada desa kami!"
"Ini hanya bagian dari permainan kecil. Kenapa kau begitu marah, bocah?"
Xue Zhan tak percaya laki-laki itu menyebut ini semua permainan. "Kalian membunuh orang dan mengatakan ini hanya permainan?"
Nyalinya ciut seketika, laki-laki itu tampak marah.
"Bocah banyak mulut. Mati saja sana!" Pedang besar miliknya ditancapkan kasar di atas bebatuan, Xue Zhan jatuh ke tanah. Kekuatan yang begitu besar menekan kepala dan bahunya sampai terasa begitu berat.
"Karena kau akan mati akan kuberitahu kami siapa." Dia mencengkram kepala Xue Zhan, memaksanya mendongak sambil mendekatkan wajahnya.
"Kami adalah Taring Merah. Ini baru awal dari kehancuran kalian. Enam Cahaya akan datang untuk mengakhiri Era Busuk ini. Dan-"
Omongannya menggantung, ikat kepala Xue Zhan terlepas menampakkan tanduk merah kehitaman.
"Mata semerah darah dan tanduk iblis ... Kau adalah anak yang dicari oleh Para Cahaya. Ikut denganku!"
Xue Zhan gemetar, laki-laki dengan topeng berlambang silang itu bisa membunuhnya kapan saja. Dia tidak peduli dan menghempaskan tangan kasar, berhasil melepaskan diri Xue Zhan kabur secepat yang dia bisa. Kembali ke rumah tanpa melihat ke belakang di mana puluhan orang dengan topeng merah silang sama mengejarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!