Di sebuah kafe yang terletak di tengah kota Jakarta, dua lelaki yang kadar kegilaannya di atas rata-rata sedang sibuk membantu karyawan lain yang notabene adalah bawahan mereka. Siapa lagi kalau bukan Raja dan Dino.
Tunggu! Perlu diingat, kafe ini bukan milik mereka, kedua lelaki yang dijuluki Duo Gesrek itu hanya pekerja yang nasibnya mujur karena bisa menjadi manajer dan wakil manajer di kafe milik suami sahabat mereka sendiri, yaitu Vie.
Tidak terasa mereka sudah bekerja kurang-lebih selama dua tahun di kafe ini, dan semakin hari, kafe yang berkonsep sport dengan Christiano Ronaldo sebagai ikonnya ini semakin ramai pengunjung.
Seperti hari ini yang kebetulan weekend, kafe dengan nama CR7 Cafe and Resto ini sedang sangat ramai, pelanggan berdatangan silih berganti. Baik yang memang berniat menikmati makanan dan minuman di sini, atau hanya sekedar menumpang main game dengan memanfaatkan WiFi gratis, bermodalkan jus yang tidak habis-habis.
Raja selaku manajer mengambil alih kasir, dia melayani pelanggan yang ingin membayar. Sementara Dino yang merupakan wakilnya sedang membantu karyawan lain mengantarkan pesanan.
“Aduh ... badanku seperti dipukuli orang sekampung!” Adu Raja sembari meregangkan otot-ototnya.
“Iya, kakiku juga rasanya mau copot. Mondar-mandir mengantarkan pesanan.” Ucap Dino tak mau kalah. “Sepertinya kita harus menambah karyawan lagi, deh. Kafe semakin ramai, aku takut pelanggan jadi tidak terlayani.”
“Iya, kau benar. Apalagi kalau weekend begini, ampun lah!”
“Hem, rasanya seperti mau mati.” Balas Dino.
Raja mencibir. “Macam tahu saja kau mau mati itu seperti apa?”
“Ya seperti ini.” Jawab Dino asal.
“Dasar lebay!” Ejek Raja. Tapi Dino tak menggubrisnya.
“Baiklah, aku akan menghubungi Vie untuk membicarakan hal ini.” Lanjut Raja.
“Ya sudah, kalau begitu aku kembali ke dapur lagi, mau meletakan gelas kotor ini.”
“Hem.”
Raja dan Dino pun kembali melanjutkan aktivitas mereka, meskipun lelah, keduanya tetap bersemangat melayani pelanggan kafe yang ramai.
🌸🌸🌸
Setelah mendapatkan persetujuan dari Vie, Raja pun meminta Dino untuk membuat selebaran yang berisi info lowongan pekerjaan. Beberapa saat kemudian, Dino yang sudah selesai, memamerkan hasil kerjanya.
“Selesai! Coba lihat! Keren, kan?” Dino memutar laptopnya menghadap Raja.
Seketika tawa Raja pecah saat membaca isi info lowongan pekerjaan yang dibuat oleh sahabatnya itu.
“Kau sedang membuat info lowongan pekerjaan atau mencari calon istri, haa ...?” Raja bertanya disela-sela tawanya.
“Tentu saja info lowongan pekerjaan, dong!” Sahut Dino.
“Coba kau baca lagi!” Pinta Raja.
Dino membaca ulang apa yang dia buat. “Dicari karyawan baru dengan syarat sebagai berikut. Cantik, bohai, seksi, mulus, pintar dan rajin. Yang berminat segera hubungi Dino di 0813619276xx.”
“Kita lagi cari karyawan kafe, keong! Bukan sedang audisi Miss Universe.” Protes Raja sembari menepuk pelan kepala belakang Dino.
“Kan tidak apa-apa, Ja. Kalau karyawan barunya cantik dan seksi, kita akan lebih semangat kerjanya. Lagi pula mana tahu bisa jodoh.” Ucap Dino tak tahu diri.
“Kalau ciri-cirinya seperti itu, yang ada dia jadi model bukan jadi waiters. Ada-ada saja kau ini!” Raja menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan konyol sang sahabat.
“Namanya juga usaha, Ja.”
“Ini akibatnya kalau kelamaan jomblo, otakmu jadi tidak beres!” Umpat Raja, kemudian mengambil alih laptop di hadapan Dino. “Sudah, sini aku saja yang buat!”
“Kau kan juga jomblo, kenapa malah mengejekku? Tidak sadar diri!” Ujar Dino kesal.
“Hee ... jomblo itu memang pilihan hidupku, bukan karena tidak laku seperti kau!” Balas Raja sombong.
“Eleh ... alasan! Bilang saja kalau memang tidak laku! Tidak usah memakai alasan pilihan hidup segala.” Dino nyinyir.
“Itu memang benar, kok! Punya pacar itu ribet. Tidak bisa bebas mau ngapain saja. Waktu, tenaga, bahkan uang kita semuanya akan dikuras oleh mereka.” Jawab Raja.
“Apaan, sih? Kau saja yang terlalu berlebihan. Pacaran tidak seseram itu, kok.”
“Kau tidak percaya? Ini dengarkan baik-baik, ya! Kalau punya pacar, kita tidak bisa lagi santai dan main bareng teman-teman. Mereka pasti ajak ketemu, minta antar jemput. Belum lagi kalau ajak jalan, makan dan menonton. Bisa habis gaji kita sebulan. Apalagi kalau dia minta dibelikan ini dan itu, auto bangkrut. Habis waktu, tenaga dan uang kita, Din.” Raja memprovokasi pikiran Dino.
“Apa benar sesadis itu?” Dino mulai termakan omongan Raja.
“Ya iyalah! Bahkan kalau sudah punya pacar, semua yang ada di kita akan berubah fungsi. Telinga kita harus selalu setia dengarkan curhatan dia, mata kita tidak bisa melirik cewek lain, waktu dan perhatian kita juga harus selalu untuk mereka. Bayangkan saat kau ingin main bola, tiba-tiba doi memaksa ngajak nonton. Dan jika kau menolak, bisa dipastikan status sosial media doi penuh dengan curhatan yang menyindir kau, bikin pedas mata bacanya. Kau tahu sendirilah, butet-butet sekarang baperan dan lebay. Dan setelah itu kau harus mengemis maaf darinya.” Ucap Raja panjang lebar.
“Tapi kan kalau kita cinta, semua itu tidak jadi masalah, Ja. Kita akan melakukan dan memberikan apa pun dengan ikhlas.”
“Makan itu cinta! Jangan karena cinta, kita jadi bodoh. Kalau aku sih, ogah! Mending jomblo gini, bebas mau ngapain dan ke mana saja.”
“Tapi mau sampai kapan, Ja? Memangnya kau tidak ingin memiliki pacar? Terus menikah dan punya anak?” Tanya Dino polos.
“Aku belum terpikir untuk nikah, Din. Sekarang aku masih ingin menikmati masa-masa mudaku dulu sebelum memiliki tanggung jawab. Aku tak ingin nikah muda, takut tidak bahagia.” Sahut Raja.
“Siapa bilang? Pak Bos dan Vie menikah muda, hidup mereka bahagia, kok.” Bantah Dino.
“Kalau mereka sih enak! Harta Om Reino tidak habis tujuh turunan dan delapan tanjakan. Mereka tinggal menikmatinya. Lagi pula Pak Bos kan bucin, setiap hari dia pasti bahagia asalkan ada di dekat Vie. Kalau aku sih tak sudi jadi bucin seperti mereka.”
“Hem ... tapi kalau menurutku, punya pacar itu pasti menyenangkan. Ada yang perhatian dan kangen dengan kita, bisa manja-manjaan. Apalagi kalau sudah nikah, bisa mantap-mantapan setiap hari.” Ucap Dino sembari senyum-senyum sendiri karena membayangkan sesuatu.
“Dasar mesum! Sudahlah, percuma bicara denganmu! Bibit-bibit kebucinan sepertinya sudah tertanam di dirimu.” Raja melengos dan kembali fokus ke laptop.
“Biarin! Daripada jomblo seumur hidup, mending belajar bucin, kali saja setelah ini jodoh aku datang menghampiri.”
Raja tak membalas ucapan Dino, dia hanya menghela napas dan fokus memandang layar laptopnya.
🌸🌸🌸
Tiga hari kemudian, dua orang gadis berbeda bentuk sedang berdiri di hadapan Raja dan Dino. Mereka adalah calon karyawan baru yang melamar pekerjaan di kafe ini.
“Bagaimana, Din? Kita terima?” Tanya Raja kepada sahabat Gesrek nya itu, tapi Dino yang sedang melamun tak menggubrisnya.
“Dino!” Bentak Raja sembari menggebrak meja, membuat Dino dan kedua gadis di hadapannya terkejut.
“Apaan sih, Ja? Buat kaget saja! Untung jantung ku tidak copot!” Dino yang kaget mengomel sambil mengelus dadanya.
“Habis aku tanya kau diam saja! Bagaimana? Kita terima?”
“Yang cantik ini terima, dong. Kalau yang gendut itu, jangan! Buat semak saja!” Bisik Dino dengan pelan sambil menunjuk seorang gadis bertubuh gemuk.
“Baiklah! Rania Putri, kamu diterima bekerja di sini.” Ucap Raja sembari memandang gadis manis berpostur tinggi semampai. Keputusannya itu disambut tawa girang Dino.
“Terima kasih, Pak.” Jawab gadis bernama Rania itu.
“Jangan panggil kami Pak! Kami masih muda, kok. Panggil Kakak saja!” Sahut Dino lemah lembut.
“Jangan panggil aku Kakak! Panggil Abang saja! Aku Raja dan yang ini Dino.” Pinta Raja sambil memperkenalkan dirinya juga Dino.
“Iya, Bang.” Balas Rania.
“Kalau saya gimana, Bang? Di terima atau tidak” Tanya gadis berbadan gendut di samping Rania dengan tidak sabar.
“Kamu tidak diterima!” Dino menolak dengan tegas. Wajah gadis itu berubah sedih.
“Tidak, dia hanya bercanda. Kamu juga di terima, kok.” Raja menyela, sontak membuat Dino menoleh ke arahnya.
“Ja, kok diterima?” Dino protes.
“Sudah, diam lah!”
“Jadi aku diterima, Bang?” Gadis gendut itu kembali memastikan.
Raja mengangguk sembari melihat biodata gadis itu. “Nama kamu Susanti, ya?”
“Iya, Bang. Namaku Susanti Ratu Melati Indah mewangi sepanjang hari. Tapi cukup panggil Susan saja!” Sahut gadis yang bernama Susan itu.
Raja, Dino juga Rania tertawa mendengar gadis itu memperkenalkan diri.
“Baiklah, kalau begitu kalian berdua sudah bisa mulai bekerja hari ini. Aku minta kalian bekerja yang rajin dan jujur, ya!” Titah Raja tegas.
“Iya, Bang!” Sahut Rania dan Susan serentak.
“Kerja yang benar!” Dino menimpali.
“Baik, Kak!” Jawab Rania dan Susan bersamaan.
“Kalian boleh pergi!” Ujar Raja.
Kedua karyawan baru itu mengangguk kemudian beranjak keluar.
“Bye, Rania.” Dino melambaikan tangannya dengan senyum yang manis.
“Dasar genit! Pantang lihat cewek cantik, langsung gatal kau!” Seru Raja seraya menepuk pundak Dino.
“Apaan sih, Ja? Tidak bisa lihat teman senang.” Dino melengos.
“Jangan murahan jadi cowok, Din! Buat malu kaum Adam saja kau!”
“Yeee ... kau itu yang buat malu kaum Adam, betah jadi jomblo dengan alasan pilihan hidup, padahal tidak laku.” Dino membalas ucapan Raja.
“Eh ... jaga mulut kau, ya, Dinosaurus! Jangan sembarangan! Kalau aku mau, semua cewek akan bertekuk lutut kepadaku.” Ujar Raja sombong.
“Cih ... mimpi! Belajar pacaran dulu! Tuh Ayumi menganggur.”
“Kenapa bawa-bawa Ayumi, sih?” Raja protes.
“Suka-suka aku dong mau bawa siapa?”
Dan terjadilah perdebatan tak berguna di antara Raja dan Dino, keduanya saling meledek dan mengejek satu sama lain. Untung saja mereka hanya berdua, kalau tidak orang yang mendengar perdebatan mereka pasti akan ke dokter THT, karena telinga mereka dikotori dengan ucapan-ucapan tak lazim Duo Gesrek.
🌸🌸🌸
Setelah lelah berdebat dengan Dino, Raja pun memutuskan duduk di beranda depan kafe sambil menikmati langit cerah ditemani secangkir kopi Arabika.
Tiba-tiba Ayumi datang ke kafe dan sontak berhenti saat melihat Raja sedang duduk santai di depan kafe. Dan seperti biasanya, mereka berdua akan bertengkar dan saling ejek.
“Cckk ... belum lagi masuk, sudah bertemu penunggu kafe ini.” Sindir Ayumi dengan tatapan malas.
Sudah setahun ini gadis cantik berdarah Jepang itu tinggal di Indonesia bersama sang Paman yang bernama Reino. Ayumi yang sudah selesai kuliah di Jepang memutuskan menjadi model di Indonesia, dan hampir setiap hari dia datang ke kafe ini untuk sekedar bersantai sambil menikmati kopi favoritnya. Karena kebetulan dia bekerja tak jauh dari kafe milik suami sepupunya itu.
“Kau tidak punya tujuan lain selain kesini, ya?” Raja bertanya.
“He, ini tempat umum! Jadi suka-suka aku mau kesini atau tidak! Lagian kafe ini milik Vie, bukan milik nenek moyangmu!” Balas Ayumi kesal.
“Iya, nenek moyangku seorang pelaut. Bukan pemilik kafe!” Jawab Raja asal.
“Sudahlah, buang-buang waktu bicara dengan manusia sepertimu!” Ayumi melengos dan beranjak dari tempatnya berdiri dengan tergesa-gesa. Tapi apes, kaki gadis itu tersandung kakinya sendiri sehingga dia jatuh terjerembap ke lantai.
“Hahaha ...” Tawa Raja meledak melihat Ayumi terjatuh.
Begitu juga dengan beberapa pelanggan yang kebetulan berada di luar kafe. Ayumi malu setengah mati, wajah gadis itu memerah bak kepiting rebus.
Ayumi bangun dan duduk di lantai sambil memeriksa lututnya yang sedikit memar karena menghantam lantai, gadis itu meringis sakit. Raja yang melihat itu pun beranjak dari duduknya dalam keadaan masih tertawa, dia berdiri tepat di hadapan Ayumi yang terduduk di lantai.
“Jatuh, ya?” Tanya Raja dengan nada mengejek.
“Tidak! Aku cuma lagi mengecek gravitasi bumi, masih berfungsi dengan baik atau tidak.” Jawab Ayumi ketus tanpa memandang Raja. Dia masih tertunduk menahan malu.
Tiba-tiba sebuah tangan terulur ke hadapan Ayumi, gadis itu sontak mendongakkan kepalanya memandang si empunya tangan dengan tatapan bingung.
“Sampai kapan kau ingin terus duduk di situ? Sini aku bantu berdiri!” Ucap Raja serius.
“Tidak perlu! Aku bisa sendiri!” Tolak Ayumi angkuh.
Bukannya pergi setelah Ayumi menolak tawarannya, Raja malah berjongkok di hadapan Ayumi dan memandang gadis itu dengan tatapan jenakanya.
“Memangnya kau tidak malu apa? Sudah jatuh sendiri, terus bangkit juga sendiri. Terkesan tidak ada yang peduli gitu loh.”
Mendengar kata-kata Raja itu, Ayumi semakin kesal, tapi Raja ada benarnya juga. Tak ingin menanggung malu lebih dari ini, Ayumi pun menerima tawaran Raja untuk membantunya berdiri.
“Apa kakimu sakit?” Tanya Raja lagi.
“Sedikit.”
“Kau bisa berjalan, kan?”
“Memangnya kenapa kalau aku tidak bisa berjalan?” Ayumi balas bertanya, berharap Raja mengatakan akan menggendongnya seperti di film-film atau di novel-novel itu.
“Aku mau masuk. Kalau kau bisa berjalan, syukurlah.” Sahut Raja santai.
Wajah Ayumi berubah masam, apa yang Raja katakan sungguh di luar harapannya.
“Kalau begitu sana masuk! Pergi yang jauh dariku!” Usir Ayumi dengan wajah kesal.
“Baiklah. Bye, Shizuka!” Raja berlalu dari hadapan Ayumi dengan langkah yang ringan. Membuat emosi gadis itu naik ke ubun-ubun dan nyaris meledak.
“Dasar tidak peka! Menyebalkan!” Ayumi menggerutu.
“Ayumi!” Seorang lelaki tampan, berpostur tinggi dan berkulit putih bersih tiba-tiba menyapa Ayumi.
Ayumi sontak berbalik menatapnya. “Sam? Kau sudah datang rupanya.”
Lelaki bernama Sammy itu tersenyum lalu bertanya. “Kenapa kau berdiri di sini?”
“Oh, aku baru saja mau masuk, kok.” Jawab Ayumi bohong, dia tentu tak ingin Sammy tahu apa yang baru saja terjadi.
“Ya sudah, yuk!”
Ayumi jalan dengan terpincang-pincang, Sammy yang melihatnya pun heran.
“Kakimu kenapa? Kok pincang?”
“Tidak apa-apa, hanya sedikit keram saja.” Sanggah Ayumi, kemudian bergegas menarik Sammy. “Yuk, masuk!”
Keduanya pun masuk ke dalam kafe.
🌸🌸🌸
Siang terasa begitu terik, cahaya mentari juga terlalu menyilaukan mata. Ayumi dan Sammy duduk di salah satu meja di sudut kafe.
“Kau mau pesan apa, Sam?” Tanya Ayumi pada teman satu manajemennya itu.
“Apa saja. Jika kau yang pesankan, pasti aku minum.” Jawab Sammy dengan senyum mengembang.
“Kau ini.” Ayumi tersipu. “Kalau begitu aku pesankan dua kopi saja, ya?”
“Up to you, baby.” Balas Sammy.
Ayumi segera memanggil seorang waiters dan segera memesan dua kopi. Setelah waiters itu pergi untuk menyiapkan pesanannya, Ayumi pun memulai pembicaraan dengan Sammy.
“Hem ... Sam, jadi benar kau dan Eveline sudah putus?” Hati-hati Ayumi bertanya.
“Iya, begitulah!” Jawab Sammy santai.
“Kau masih mencintainya?” Tanya Ayumi lagi, dan pertanyaannya itu membuat Sammy tersenyum kecut.
“Cinta bisa datang dan pergi kapan saja dia mau. Mungkin hari ini cinta, besok sudah tidak.” Ujar Sammy ambigu.
Ayumi yang tidak begitu memahami maksud lelaki ini hanya membalasnya dengan senyuman. Sudah hampir setahun ini dia dan Sammy bekerja sama dalam pembuatan iklan di sebuah majalah, dia cukup dekat dengan Sammy, walaupun lelaki itu sudah memiliki kekasih yang bernama Eveline. Tapi terdengar kabar jika dua hari yang lalu Sammy memutuskan hubungan dengan sang kekasih di depan banyak orang.
Sammy memandang Ayumi dengan tatapan yang tak terbaca, lalu tersenyum penuh arti.
“Kau cantik sekali, Yumi.” Puji Sammy pelan.
“Ah ... sudah dari dulu kali, Sam.” Kelakar Ayumi.
“Dasar sombong!” Balas Sammy.
Ayumi dan Sammy pun tergelak bersama.
Tawa kedua insan itu mereda saat waiters datang mengantarkan dua kopi pesanan mereka yang masih panas. “Silakan.”
“Terima kasih.” Sahut Ayumi sembari tersenyum.
Waiters itu pun berlalu dari hadapan mereka.
Tapi tiba-tiba suara seseorang mengagetkan semua yang berada di dalam kafe.
“Sammy!”
Sammy terperanjat saat mendengar namanya dipanggil, dia sontak menoleh ke arah sumber suara, dan bertapa kagetnya dia saat melihat Eveline berdiri tak jauh darinya dengan sorot mata membunuh.
“Eveline ...?” Gumam Sammy pelan.
Ayumi yang sudah beberapa kali melihat Eveline juga tak kalah terkejutnya, mata gadis itu membulat sempurna.
Dengan langkah yang lebar, Eveline menghampiri Sammy dan Ayumi. “Jadi karena dia, kau memutuskan aku?”
Seketika mereka menjadi perhatian semua orang yang berada di dalam kafe, tak terkecuali Raja dan Dino yang juga mendengar keributan itu. Keduanya bergegas berlari ke tempat kejadian perkara.
“Eveline, tenang dulu! Jangan buat malu seperti ini!” Sammy memohon.
“Kau tahu malu juga? Dasar pengkhianat! Kau tega memutuskan aku karena berselingkuh dengan wanita ini, iyakan?” Tuduh Eveline seenaknya.
“Hee ... jangan bicara sembarangan! Aku bukan selingkuhan Sammy!” Bantah Ayumi.
“Eveline! Cukup!” Bentak Sammy, tapi Eveline tak peduli.
“Alah! Walaupun dia tidak mau mengakui, tapi semua orang sudah tahu siapa dia! Dasar pelacur murahan!” Ujar Eveline.
Plak ....
Ayumi spontan menampar pipi Eveline dengan sangat keras, semua orang tercengang menyaksikan hal itu.
“Berani sekali kau menampar ku?” Sungut Eveline sembari memegangi pipinya yang perih.
“Makanya jaga ucapan mu! Jangan menyalahkan orang lain karena kau dicampakkan, harusnya kau sadar diri!” Balas Ayumi, membuat Eveline semakin emosi.
“Sialan, kau! Rasakan ini!” Eveline meraih gelas berisi kopi yang masih panas dari meja dan hendak menyiramkannya ke arah Ayumi.
Namun tak diduga, Raja yang berdiri tak jauh dari Ayumi langsung berlari dan menghalangi agar gadis itu tidak terkena kopi panas serta merelakan tubuh bagian belakangnya tersiram.
Dino dan semua orang tak percaya Raja akan melakukan hal itu, bahkan Sammy saja hanya berdiri diam bak seorang pengecut, tanpa berusaha melindungi Ayumi.
Ayumi tercengang seraya menatap mata Raja yang juga sedang memandangnya, sejenak keduanya saling mengunci pandangan.
“Kau ...?” Ucap Ayumi dengan cemas.
Raja mengabaikan Ayumi lalu berbalik ke arah Eveline yang terdiam takut, wanita itu benar-benar menyesali perbuatannya barusan.
“A-aku minta maaf! Aku tidak sengaja.” Ujar Eveline lirih.
“Wah, tidak sengaja kau bilang? Apa menurutmu kopi itu bisa melayang sendiri lalu menyiram ku?” Sindir Raja.
Eveline kembali terdiam.
“Pergi dari sini! Sebelum aku memanggil polisi karena kau telah membuat keributan di dalam kafe ku dan berusaha menyakiti orang lain!” Lanjut Raja tegas dengan sorot mata yang tajam.
“I-iya ... iya ... aku pergi!” Sahut Eveline, dia segera berlari keluar dari kafe itu. Sementara Ayumi dan semua orang sedang memandang cemas ke Raja. Siapa pun tahu kopi itu masih mengepulkan asap pertanda masih panas, tapi kenapa Raja begitu tenang saat kopi itu menyentuh kulitnya?
Setelah memastikan Eveline benar-benar pergi, Raja pun beranjak meninggalkan mereka semua.
“Maaf atas ketidaknyamanan nya!” Imbuh Dino lalu segera membuntuti Raja.
Melihat Raja dan Dino pergi, Ayumi pun buru-buru menyusul dua lelaki itu dan meninggalkan Sammy begitu saja.
“Yumi, kamu mau ke mana?” Pekik Sammy, tapi Ayumi tak menggubrisnya sama sekali, membuat model tampan itu merasa kesal karena diabaikan.
🌸🌸🌸
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!