"Aaaaaaa"
Mobil itu berguling ke jurang yang lumayan dalam saat Atta membanting setir untuk menghindari mobil yang hendak menabraknya.
Kaki Atta terhimpit, Namun ia abai, Ia berusaha melihat kearah orang tua nya yang berada di belakangnya.
''Ma, Pa, Mama... Papa, bertahanlah, Atta mohon... ?" ucap Atta, mobil itu kini dalam keadaan miring, orang tua nya sudah memejam kan matanya. Hingga kini banyak darah yang mengalir dari kaki Atta. dan Atta tak sadarkan diri. Kecelakaan itu mengundang banyak perhatian wartawan.
Tanpa Atta sadari ia sudah berada dirumah sakit , Di saat ia membuka matanya, Ia hanya melihat Neneknya saja, Ibu dari Mamanya.
"Atta, kamu sadar Nak, Ini nenek... ini nenek sayang, " ucapnya saat melihat Atta membuka matanya.
Atta melihat ke arah sekeliling. Lalu ia merasakan sakit di bagian kakinya.
"Aww" pekik nya saat ia tak sengaja menggerakan kakinya.
"Jangan banyak bergerak dulu, Nak" Neneknya langsung memencet tombol untuk memanggil dokter ke ruangan cucunya.
Dengan segera dokter melakukan pemeriksaan pada Atta. Tantenya yang mendengar kesadaran Atta langsung menuju ke rumah sakit, yang mana ia sudah memegang semua kuasa dalam perusahaan keluarga Humais.
"Sial, Kenapa dia sadar, aku sudah mengatakan untuk membuatnya menyusul kedua orang tuanya, Kasihan kan keponakan aku itu, " umpat Maya, yaitu tantenya Atta.
...----------------...
"Bagaimana keadaan cucuku, dok?" tanya Neneknya Atta
"Maafkan kami, ada kabar buruk Nyonya, " ucap dokter itu dengan raut wajah sedih.
''Tuan Atta mengalami kelumpuhan di bagian kaki, Nyonya. Tapi kami akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk Tuan Atta, " imbuh dokter itu
''Berapa lama kelumpuhan itu akan menyiksa Cucuku, dok?'' tanya Neneknya Atta
''Saya tidak bisa memastikan Nyonya, Itu tergantung dari semangat Tuan Atta sendiri, Kami hanya bisa membantu dengan obat dan terapi, Nyonya'' dokter itu berkata seraya menatap pada Neneknya Atta
''Saya akan membawa keponakan saya pulang dokter, saya akan merawatnya dari rumah, saya juga akan membawa kan perawat dari rumah sakit ini, Agar... keponakan saya bisa bergerak dengan bebas dan suasana yang lebih baik, " ucap tiba-tiba seseorang dari pintu ruangan dokter yang menangani Atta.
''Itu bisa juga, Nyonya. hanya saja... lebih baik di rumah sakit, karena kami bisa memantau langsung pasiennya,'' ucap dokter itu.
''Boleh ataupun tidak boleh, saya akan tetap membawa keponakan saya pulang, " Maya masih kekeh dengan pendiriannya untuk membawa Atta keluar dari rumah sakit.
'Jika ia berada disini, kemungkinan sembuh akan lebih besar, dan itu tidak akan pernah aku biarkan,' bathin Maya.
...----------------...
Disisi lain, seorang wanita yang kini dengan telaten merawat sang Ayah yang sedang sakit keras karena stroke yang di alaminya.
''Karena bapak dan ibu, kau sampai di pecat dari tempat mu bekerja nduk, padahal itu adalah cita-citamu untuk menjadi seorang perawat di rumah sakit besar, " ucap sang Ibu pada sang anak yang bernama Arumi
''Dan sekarang, Arumi sedang melakukan tugas Arumi Bu, Arumi saat ini menjadi perawat bagi Ayah, dan tidak ada yang lebih penting dari pada kesehatan Ayah, '' ucap Arumi setelah memberi kan obat pada Ayahnya.
''Kau anak yang baik, semoga kau selalu diberikan kebaikan, Nduk'' ucap sang Ibu
''Ibu juga tidak boleh banyak pikiran dan juga kelelahan, itu bisa berdampak pada kesehatan Ibu, masalah Ayah dan biaya pengobatan, Arumi yakin masih bisa mencarinya, Sekarang juga ada mas Rendra yang membantu kita, '' ucap Arumi
"Kami beruntung punya kalian , Kalian anak-anak yang baik,'' ibunya tersenyum pada Arumi. Arumi membalas senyuman itu dengan mata yang berkaca, Arumi adalah anak kedua dari pasangan Bakhtiar, Ayah Arumi adalah orang kaya saat ia masih remaja, namun... terbuang dari keluarganya karena ia nekad menikahi wanita pilihan hatinya, yang mana keluarga nya sangat menentang hubungan itu, Ayah Arumi lebih memilih istrinya dari pada hartanya, sehingga kini mereka di karunia dua anak , Laki-laki dan perempuan, Narendra dan Arumi.
Waktu berlalu dengan cepat, Wanita muda itu dengan telaten merawat Ayahnya dan juga beberapa tetangga yang juga sedang menderita sakit stroke, meskipun ringan tapi itu tak bisa di anggap sepele.
''Nak Arumi, terimakasih karena sudah banyak membantu kami yang kurang mampu ini, ini sebagian kecil dari kami, '' ibu-ibu itu menyalami Arumi dengan amplop putih.
''Tidak usah, Bu. saya ikhlas bantu, saya hanya membantu sedikit saja, '' Arumi selalu menolak pemberian warga, Karena baginya, warganya sudah tidak mampu untuk makan, jadi ia merasa tidak nyaman mendapatkan bayaran.
''Tidak apa-apa, hanya sedikit ambillah, Nak'' ibu-ibu itu memaksa hingga ia memasukkan kedalam saku baju Arumi.
''Terima kasih banyak Bu, semoga bapak cepat sembuh dan bisa beraktifitas kembali, '' ucap Arumi
''Ayahmu bagaimana, Nak?'' tanya ibu-ibu itu.
''Alhamdulillah sudah bisa berjalan Bu, sama dengan bapak selamet, '' ucap Arumi seraya menatap pada pak Selamet
''Kalau begitu, Saya permisi dulu Bu, Pak'' pamit Arumi pada pasangan itu.
''Hati-hati di jalan nak Arumi, '' ucap sang Ibu-ibu seraya mengantarkan Arumi hingga keluar rumahnya.
Meski pun ia sudah di pecat dari pekerjaan nya di kota, tapi ia bersyukur karena ia bisa membantu warga di kampung nya dengan bekerja di puskesmas kecil, Bukan tanpa alasan Arumi di pecat, ada bebarapa temannya yang telah menfitnah nya, sehingga mereka membuat laporan yang salah pada pemilik rumah sakit .
...----------------...
''Maya, Jika Atta di rawat di rumah, siapa yang akan mengontrol kesehatan nya, bukankah lebih baik kita rawat di rumah sakit saja, '' ucap Neneknya Atta yaitu ibunya Maya.
''Bu, jika dia di rawat di rumah sakit, akan banyak makan biaya, kita bisa sewa suster kan untuk menjaganya di rumah, '' jawab Maya dengan ketus
''Meskipun banyak biaya, itu adalah uangnya Atta, uang peninggalan orang tuanya,'' ucap sang
Ibu
''Tapi sekarang uang itu sudah menjadi milik Maya, Bu. Maya yang akan mengelola perusahaan mbak dan Mas Humais, bukankah Maya sudah sangat baik pada mereka, lagian orang lumpuh seperti dirinya sudah tak punya harapan lagi untuk hidup, untuk apa lagi kita buang-buang uang dan waktu, '' ucap Maya seraya berlalu dari hadapan Ibunya.
''Maya, Maya, Jangan sampai mata hatimu buta hanya karena uang, Biar bagaimana pun Atta adalah keponakan mu, '' gumam neneknya.
Sedangkan Atta saat ini masih terbaring di ranjang rumah sakit dengan amarah yang memuncak, sudah 7 hari ia hanya terbaring dan tak bisa menggerakkan kedua kakinya.
''Aaaa... '' teriak Atta frustasi.
Bersamaan dengan itu, pintu ruangannya terbuka, Atta melihat sekilas pada beberapa orang yang datang, lalu ia kembali memalingkan wajah nya.
Rasa amarah Atta semakin memuncak. kala ia melihat yang datang adalah kekasihnya, Kekasihnya dengan kekasih barunya. Beberapa hari yang lalu, Syifana datang dan meminta putus dari Atta. Selain Atta yang sudah lumpuh, Syifana juga sudah menemukan lelaki yang jauh lebih hebat dari pada Atta, yaitu sahabat Atta sendiri, Ridho.
''Hai Atta, bagaimana keadaan mu, aku harap kau sudah jauh lebih baik dan bisa kembali seperti dulu, " ucap Ridho seraya menatap Atta yang kini juga menatap nya dengan tatapan kebencian.
''Kau marah padaku karena Syifana, ayolah Bro... jangan marah, kau juga jangan egois, Syifana gak mungkin kan, pacaran dengan pria lumpuh, '' ucap Ridho dengan senyuman mengejek nya.
''Kalian memang sangat pantas dan serasi sekali, Dua pengkhianat yang kini sudah berkumpul, selamat untuk kalian, semoga... hubungan kalian bisa sampai ke jenjang pernikahan, dan untukmu Syifana, jaga kehormatan mu, karena jika kehormatan mu sudah terenggut, maka kau sudah tidak ada artinya lagi, kau sudah tahu jelas bagaimana sikap dan sifat Ridho, aku turut bahagia untuk kalian, '' Atta berusaha meredam amarah nya.
''Kau so sweet banget sih, Ta. Andaikan kau tak lumpuh, aku pasti masih setia denganmu, Tapi terimakasih atas nasehat mu, nasehat mu sungguh sangat berarti untukku, Kami kesini hanya ingin mengatakan itu, semoga kau segera sembuh, selamat siang Atta, '' ucap Syifana seraya melambaikan tangannya pada Atta yang terbaring dan mengabaikan mereka berdua, Atta lebih memilih menatap ke arah jendela, Tangannya mengepal, Ia tak menyangka akan mendapatkan kesialan ini bertubi-tubi, kehilangan orang tuanya, Kedua kakinya, dan sekarang kekasihnya yang berkhianat dengan sahabatnya. Sungguh komplit yang Atta dapatkan dalam bulan ini.
...----------------...
''Kau akan aku bayar dengan gaji dua kali lipat, Jika kau menuruti setiap apa yang aku perintah kan, dan jangan sampai itu di ketahui oleh siapapun, kau mengerti!" ucap Maya pada seorang Suster yang akan ia bawa ke rumah nya untuk mengurus Atta sang keponakan.
"Saya mengerti Nyonya, saya akan menuruti perintah anda, dan juga... jika saya sukses, Nyonya juga harus menambah bonus saya, " ucap suster itu
"Aku setuju, " ucap Maya, dengan senyum jahatnya ia memikirkan semua nya dengan matang, Ia akan membuat hidup Atta lebih menderita dari pada kematian.
Kebencian nya sangat mendarah daging pada Atta dan juga kakak kandungnya. Ia hingga nekat ingin menghabisi keluarga itu secara bersamaan, hanya saja Tuhan masih menjaga Atta saat ini.
...---------------...
''Arumi, Apakah kau akan mencari pekerjaan lain? Maksud kakak, bekerja di kota lagi?'' tanya Rendra
''Untuk saat ini, Arumi ingin menemani Ayah dan Ibu, Kak. Arumi ingin meskipun Arumi dapat kerjaan di kota, Arumi bisa bawa Ibu dan Ayah juga, biar gak jauh-jauh saat Arumi ingin berkunjung, '' ucap Arumi tersenyum pada Kakaknya.
''Kakak sendiri, Apakah akan kembali merantau?'' tanya Arumi
''Entahlah, teman kakak yang kemaren menghubungi kakak mengalami kecelakaan, orang tuanya meninggal dan dia saat ini sedang keadaan yang tidak stabil, Saat ini... aku ingin menjenguk nya,'' ucap Rendra pada Arumi
''Ya sudah, kakak jenguk dia kak, Lagian keadaan Ayah juga sudah sangat baik, '' ucap Arumi
''Kau yakin, tidak apa-apa jika kakak tinggal?'' tanya Kakaknya
''Yakin, Kak. lagian Arumi sudah besar dan juga ada Ayah dan Ibu, Apa yang harus Arumi takutkan, '' Ucap Arumi
''Ya, siapa tahu, saat malam... tiba-tiba ada hantu, '' goda Rendra
''Jaman gini masa iya masih ada hantu kak, yang ada setannya pada takut melihat manusia jaman sekarang, hahahahha'' tawa Arumi pecah kala mengucapkan kalimat yang sering ia baca di sosial media.
Disisi lain, Maya mendatangi kepolisian untuk menutup kasus yang di alami oleh saudaranya.
Tentu uang sudah bicara.
''Tapi Nyonya, kami menemukan keganjalan dalam kecelakaan itu, '' ucap salah satu polisi yang ikut menyelidiki kasus kecelakaan itu, tentu Maya langsung melihat kearah polisi nyang sudah ia bayar.
''Keluarganya sudah ingin menutup kasus ini, sebaik nya kita hormati keputusan keluarga, demi ketenangan mereka yang sudah meninggal, '' ucap polisi yang sudah di bayar oleh Maya.
''Tapi Pak?''
''Kepala disini adalah saya, dan keputusan berada di tangan saya, jadi kalau kau tidak ingin mendengar kan keputusan saya, kau bisa keluar dari tim saya, '' ucap kepala Polisi yang sudah menjadi orang nya Maya.
Seketika polisi muda itu terdiam dan tertunduk, Meski pun ia sudah menemukan banyak kejanggalan dalam kecelakaan itu, namun... kini ia harus diam.
''Baiklah, Pak. kalau begitu... saya permisi, dan terimakasih atas semua bantuan pak polisi selama ini, '' ucap Maya dengan raut wajah yang di buat sesedih mungkin.
''Baik, Nyonya. Semoga keluarga di beri ketabahan, '' ucap Kepala Polisi yang kini mengantarkan Maya hingga keluar dari kantor.
''Ini untukmu, pastikan tidak akan ada lagi yang membuka kasus ini, dan jika pengacara Humais datang, kau beri keterangan bahwa Anaknya lah yang menginginkan hal itu, kau mengerti kan!" ucap Maya
"Akan saya lakukan sebaik mungkn Nyonya, Terimakasih dan senang bekerjasama dengan Nyonya, " ucap kepala polisi yang bukan hanya di bayar dengan uang tapi juga dengan tubuh Maya. Karena itulah kepala polisi itu sanggup dengan permintaan Maya. Setelah urusannya selesai, Maya pun meninggalkan kantor polisi dengan begitu tenang dan senyuman yang menawan.
...----------------...
"Atta, makanlah Sayang, Ini nenek bawakan makanan kesukaan mu, " bujuk sang nenek saat membawakan makanan kesukaan cucunya.
"Atta tidak ingin makan nek, bawalah keluar lagi makanan itu, " Atta selalu menatap keluar arah jendela dengan tatapan kosong.
"Biar saya saja Nyonya, mungkin jika saya yang bujuk, Tuan mau makan, " ucap Suster yang merawat Atta.
"Aku tidak ingin di rawat oleh siapapun, Pergi. kalian dari sini!" teriak Atta
Prank...
Atta melempar nampan yang ada di dekat nakas. sehingga neneknya sangatlah terkejut.
"Atta, Nenek sayang kamu nak..., semua demi kesembuhan mu, Kasihan Papa dan Mama mu, Jika kau terus begini, " ucap sang Nenek dengan sedih, Namun setelah itu ia pun berlalu meninggalkan kamar sang cucu, Maya yang melihat tingkah Atta, merasakan sangat puas. Suster yang ia bayar, ternyata sukses melakukan tugasnya.
...----------------...
Waktu semakin berlalu semakin hari emosi Atta semakin tak terkontrol, Namun... hari ini, Atta terlihat begitu lemas.
"Maafkan saya suster, tapi saya rasa anda sudah tak bisa melanjutkan tugas anda dengan baik, Saya sudah menghubungi pihak rumah sakit untuk mengirimkan suster yang lain, " ucap sang Nenek.
Bukan tanpa sebab Neneknya memecat suster itu, Ia menemukan bukti bahwa Suster itu mengambil barang berharga milik Atta, sehingga Neneknya memberhentikan nya.
Rendra yang ingin berkunjung ke kediamna sahabatnya kini sudah sampai, Ia menatap rumah mewah sang sahabat, Ia berharap, jika sahabat nya itu sudah jauh lebih baik.
''Cari siapa Den?'' tanya satpam
''saya temannya Tuan Atta, Saya kemaren dapat telfon darinya untuk datang kemari, '' ucap Rendra yang mana Atta memang menyuruhnya membuat alasan seperti itu jika ingin berkunjung.
"Oh, mari silahkan den, '' ucap satpam itu dan membawanya masuk kedalam kediaman Atta yang mewah. Ia melihat ke sekeliling, sungguh bagaikan istana. Banyak pelayan yang mondar-mandir, padahal Rendra tahu jika yang tinggal di kediaman ini tidak lah banyak. Ini lebih tepatnya... kediaman para pembantu rumah tangga . Rendra tersenyum dengan pemikiran nya.
''Ini kamar Tuan Atta,'' ucap salah satu pembantu yang membawa Rendra ke kamarnya Atta.
''Terimakasih, '' jawab Atta sopan.
Setelah itu Rendra pun mengetuk pintu kamar Atta. Beberapa saat menunggu, akhirnya handle pintu itu pun berputar, lalu ruangan itu terbuka, Rendra melihat sosok seorang suster yang membukakan pintu untuk dirinya.
"Jika berbicara dengan Tuna Atta, jangan kabarkan apapun padanya, agar kesehatannya tidak buruk,''ucap Suster itu yang merasa takut jika temannya Atta akan mengetahui apa yang sudah ia lakukan.
"Anda tidak perlu cemas Sus, Kalau begitu... saya masuk dulu, "Rendra seraya masuk ke dalam kamar Atta.
Terlihat Atta yang duduk di kursi roda, tubuhhya sedikit membungkuk.
" Atta, Aku datang, " ucap Rendra saat berada di belakang tubuh Atta, Atta tak menanggapi karena ia memang hanya bisa mendengar kan tanpa bisa melakukan apapun. Rendra berjalan mengitari Atta, da berhenti tepat di hadapannya.
"Kanapa malah seperti ini," ucap Rendra duduk mensejajarkan diri dengan Atta.
"Aku seperti tak punya tenaga, Ren. Aku seakan seperti mayat, aku merasakan lelah yang tak berujung, " ucap nya dengan tatapan kosong, tentu Rendra mengerti ada yang aneh dalam diri Atta.
"Aku berjanji akan membantumu, Aku akan kembali dengan seseorang yang akan membantumu kembali pulih, " ucap Rendra seraya menggenggam tangan Atta.
"Terimakasih Ren, di saat yang lain menjauh dariku, kau malah datang dan perduli denganku, semua sudah mengkhianati ku, tapi aku tidak bisa melakukan apapun pada mereka, Ridho dan Syifana, mereka kini menjadi pasangan yang serasi, aku sudah tidak berguna Ren, " ucap Atta
"Atta, kau jangan memikirkan apapun lagi, pikirkan kesehatan mu dan hanya kesehatan mu,"
"Kau tidak akan meninggalkan aku kan? " tanya Atta dengan tatapan kosong
"Kau berteman denganku tanpa melihat status ku yang dari kalangan rendahan, Mana mungkin aku akan meninggalkan sahabat sebaik kamu, sekarang... kau fokuslah dalam kesehatan mu, semuanya tergantung dari semangat mu kawan, " ucap Rendra.
Setelam lama berbincang, Rendra pun pamitan untuk kembali, dan dia berjanji akan datang nanti di lain hari.
...----------------...
Disisi lain, Neneknya Atta sudah berada di mana ia mendapat kan kabar tentang tangan ajaib, yang mampu menyembuh kan sakit seseorang dengan ketelatenan nya.
Waktu berjalan seolah sambaran pedang bagi Atta, Karena setiap saat yang ia rasakan hanyalah rasa sakit di sekujur tubuhnya, Tubuh nya terasa semakin hari semakin lemas dan tak bertulang. Kemaren yang lumpuh hanyalah kedua kakinya, Tapi saat ini ... ia merasa seluruh tubuh nya sudah tak berfungsi.
'Apa yang terjadi padaku sebenarnya, Bukankah aku sudah rutin minum obat? Kenapa bukan tambah sehat ini semakin lemah ku rasa, ' bathin Atta setelah ia sudah tak bisa bicara apapun.
Pengasuh bukan hanya 1 atau dua kali yang diganti, tapi sudah berulang kali, Namun... Atta bukannya membaik malah makin memburuk.
''Bagaimana keponakan tante tersayang, Apakah kau sudah merasa baikan?'' tanya Maya saat masuk kedalam kamar Atta. Atta menatap Tante nya dengan tajam, ia marah bukan tanpa alasan, ia marah karena baju dan perhiasan yang ia kenakan adalah milik sang Mama.
''Kenapa kau menatap tante seperti itu, Oh.. kau marah, Kenapa? bukankah... Mamamu sudah mati, jadi... tidak apa-apa dong, Apa yang menjadi milik Mama mu, saat ini menjadi milik tante, iya kan... ?'' ucap Maya seraya menyentuh wajah Atta dengan jari telunjuknya.
''Baiklah... tante rasa, kau payah sekali, sudah bebarap bulan kau tetap saja seperti ini, buang-buang uang, Bukankah tante sudah menjadi tante yang sangat baik untukmu?'' tanya Maya dengan senyuman liciknya, setelah itu ia pun berlalu meninggalkan Atta dengan kemarahan nya.
...----------------...
''Nyonya, menurut informasi, alamat wanita itu adalah gang ini, '' ucap sopir Neneknya Atta.
''Baiklah, Seperti nya mobil tidak bisa masuk, kalau begitu... saya akan turun dan jalan kaki, '' ucap Neneknya Atta seraya turun dari mobilnya, Langsung saja sopir itu bergegas mengambilkan payung untuk Nyonya besarnya.
Banyak mata yang menatap ke arah Neneknya Atta, mereka menjadi pusat perhatian warga kampung. Selain karena mobil yang mewah, wanita yang rambutnya sudah berubah semua itu masih terlihat mempesona.
''Boleh bertanya, Apakah kalian ada yang kenal dengan wanita ini, maksud saya, suster Arumi, '' ucap Neneknya Atta.
''Oh, Nak Arumi. Itu rumahnya, Bu'' ucap ibu-ibu yang ada di dekat rumah Arumi.
''Terimakasih, Bu. Kalau begitu saya permisi'' ucap ramah Neneknya Atta.
Saat kepergian Nenek Atta, banyak perbincangan tentang Arumi. Arumi wanita yang banyak di idolakan sebagai menantu idaman di kampung nya, tentu mereka berharap yang baik untuk Arumi.
Tok... Tok... tok...
''Sebentar'' suara seseorang
Pintu itupun terbuka, terlihat sosial wanita muda yang begitu cantik dan memiliki kelembutan dalam pandangan nya.
''Cari siapa Nyonya, '' ucap Arumi
''Saya mencari mu, Arumi Bachtiar, '' ucap Neneknya Atta, Arumi terkejut namun... suara Ibunya membuat ia sadar.
''Siapa nduk, ?'' tanya Ibunya Arumi.
''Ah, silahkan masuk Nyonya, '' ucap Arumi mempersilahkan Neneknya Atta masuk.
Neneknya Atta pun melihat keseluruh sudut ruangan.
''Saya moana, Panggil saja Nenek mOana,'' ucap Neneknya Atta, lalu ia menceritakan tujuannya datang jauh-hauh dari kota. Ibunya Arumi menatap kearah Arumi dan menganggukkan kepala nya.
''Saya tidak sehebat itu, Nyony. '' ucap Arumi
''Saya akan menggaji mu 3x lipat dari tempat kau bekerja, Kau Satu-satunya harapan ku, '' ucap Nenek Moana.
Dengan izin dari orang tuanya dan juga kakak nya, Arumi pun ikut dengan Nenek Moana.
Selama dalam perjalanan, Nenek Moana banyak menceritakan tentang perkembangan kesehatan Atta, yang mana bukannya membaik, malah bertambah buruk, dan itulah yang membuat Arumi menjadi penasaran akan penyakit itu, Jika hanya lumpuh karena kecelakaan, tidaklah mungkin sampai separah itu.
Tapi, betapa terkejut nya Arumi saat melihat langsung keadaan Atta, Ia sampai menutup mulutnya karena saking terkejut nya.
Lelaki yang memiliki wajah tampan dan tubuh yang atletis kini keadaannya sungguh sangat menyedihkan, Saat Arumi ingin melihat bola mata Atta, Atta menepis tangan Arumi, Namun Arumi tak menyerah hingga ia menemukan fakta baru.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!