Vino Arkani Pratama
Pengusaha muda incaran banyak wanita dari kalangan konglomerat, bukan hanya terpesona oleh ketampanan visualnya tetapi juga karena kesuksesan nya di dalam dunia bisnis, banyak perusahaan yang sudah melakukan kerja sama dengan perusahaannya dan selalu berakhir sukses.
Banyak yang memuji bakat dan keterampilan seorang Vino Arkani Pratama.
Ayah Vino yaitu Gibran Arkani juga seseorang yang paling berpengaruh di kota ini, mungkin bakat inilah yang diturunkan kepada putra satu satunya.
Sedangkan Mama dari Vino yaitu Zahra Elia Pengusaha butik terkenal, butik nya bukan terkenal karena kemewahannya tetapi karena sejarah panjangnya. Butik milik Zahra ini dulunya merupakan sebuah toko baju kecil yang dibangun Zahra bersama Ibunya di desa, karena Zahra tidak mendapat pekerjaan dimanapun ia melamar pekerjaan jadi ia berinisiatif untuk membangun usaha toko baju dengan bermodalkan uang tabungan dan juga uang yang ia pinjam dari tetangga dulu.
Tidak sia sia perjuangan Zahra selama ini sampai dia bertemu dengan seorang Gibran yang saat itu sedang mengantarkan Ibunda tercintanya untuk bertemu dengan sahabat karibnya yaitu Ibu dari Zahra sendiri. Saat itulah mereka berdua jatuh cinta kedua orang tua mereka juga setuju setuju saja jika mereka menikah dan akhirnya Zahra menikah dengan Gibran dan membangun toko nya menjadi lebih besar lagi dari sebelumnya, kini ia sudah memiliki puluhan karyawan.
Keisya Laura Candra
Wanita cantik dan polos tapi pintar.
Keisya merupakan putri dari seorang tukang parkir yang bekerja di perusahaan milik Vino ia adalah Bapak Hermansyah ayah kandung Keisya, Keisya sangat menyayangi ayahnya. Keisya sebenarnya tidak tega dengan pekerjaan Herman karena memandang usia yang sudah tidak muda lagi. Keisya beberapa kali menasihati Herman untuk berhenti saja bekerja sebagai tukang parkir dan istirahat saja di rumah.
"Bapak istirahat saja di rumah nanti biar Keisya, Ibu sama Kak Fitri yang kerja, selama ini bapak sudah bekerja keras untuk menghidupi kami jadi sekarang saatnya tugas kami untuk merawat Bapak, Bapak berhenti ya jaga kesehatan Bapak."
"Bapak tidak apa apa Nak, kamu fokus saja sekolah ini juga kan demi masa depan kamu jika bapak tidak kerja lantas siapa yang akan membiayai kuliahmu nanti, bukannya kamu ingin kuliah diluar negri?"
"Masalah itu bisa dipikirkan nanti kesehatan Bapak yang perlu."
"Sudah-sudah jangan membantah orang tua, nurut saja ya."
Keisya hanya mengangguk pasrah.
Keisya mempunyai kakak perempuan bernama Fitri, dia 4 tahun lebih tua dari Keisya. Tetapi sifatnya jauh lebih berbeda dengan Keisya yang lemah lembut dan penyayang serta rajin sedangkan Fitri mempunyai sikap tidak peduli dan pemalas, kedua orang tuanya merasa capek karena sikap Fitri tersebut.
Ibu mereka bernama Erna selaku istri dari Herman, Erna membuka warung makan di rumahnya untuk menambah penghasilan dan hasil uangnya akan ditabung untuk masa depan anak anak mereka.
Pertemuan tidak hanya karena rencana bisa jadi itu adalah takdir dari Tuhan untuk mempertemukan dua insan yang tidak saling mengenal tetapi sangat dekat dengan takdir.
Takdir baik akan selalu datang pada orang yang baik demikian juga sebaliknya takdir jahat akan datang pada orang yang jahat.
Allah tidak pernah salah dalam memberikan rezeki dan kenikmatan untuk para makhluk ciptaannya jika mereka selalu berbuat kebaikan.
Gimana ya kisah dari gadis kecil dan Tuan Muda. ikuti terus ya.
Untuk visualnya aku hanya menaruh dua pemeran utama, untuk visual yang lain insya Allah nanti aku up di episode selanjutnya.
Happy Reading ya♡
Pantengin terus ya cerita ini jangan lupa komen dan terus dukung karyaku ini, karena tanpa dukungan kalian novel ini ga akan sukses hehe.
I Need Your Support Readers.
"Fitri! Fitri!" Erna memanggil Fitri dengan suara keras agar yang dipanggil bisa mendengar.
"Fitri astaga, kamu dipanggil kok ga nyahut sih kering nih tenggorokan Ibu gara-gara manggil kamu," ucap Erna.
"Duh apaan sih Buk, Fitri tuh capek lagi istirahat kenapa digangguin sih?."
"Emangnya kamu habis kejar Dinosaurus sampe cape gitu, padahal dari tadi kerjaan kamu tidur mulu kayak orang lumpuh saja," kesal Erna tersulut emosi.
"Udah deh mending ibu keluar saja!"
"Liat jam Fitri, ini udah siang," Erna menunjuk jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas siang.
"Ya terus apa hubungannya, siang kan emang waktu istirahat," Fitri masih saja setia pada tempat tidurnya.
"Itu berarti kamu harus anterin Bapak makanan ke tempat kerjanya, gimana sih kamu. Ayo bangun dan ambil makanannya di dapur sana Ibu mau siap siap dulu mau belanja buat makan malam nanti."
"Panas Buk, nanti kulit Fitri kebakar terus gosong ntar gak ada yang mau sama Fitri, siapa yang sedih Ibu juga kan yang sedih kalo Fitri ga dapet jodoh."
"Kok arah pembicaraanmu malah kesitu sih?"
"Ibu suruh Keisya aja sana mumpung dia ga cape tuh dia di luar lagi nonton TV sama kucing kesayangannya yang bau itu," ucap Fitri.
"Keisya sedang belajar Fitri."
"Ya suruh aja sebentar lagian belajar kan bisa nanti," ketusnya lalu menutup diri dengan selimut dan tidak peduli lagi dengan apa kata Ibunya. Erna menggeleng gelengkan kepalanya menghadapi tingkah Fitri.
"Keisya, sini sayang!" panggil Erna pada Keisya yang sedang sibuk berkutat dengan buku dan pulpen.
"Kenapa Buk?" Keisya datang menghampiri Erna. "Kamu sibukkah?"
"Tidak terlalu, emang nya kenapa Buk?"
"Kamu mau kan anterin makanan buat Bapak, kasian udah siang bapak belum makan disana."
"Oh gampang itu, mana makanannya biar Keisya yang anter."
Erna menyerahkan rantang berisi nasi dan lauk untuk Herman serta tak lupa memberi pesan pada Keisya untuk hati hati dalam perjalanan menuju kesana.
"Cukup panas ya hari ini, tapi gapapa ini demi Bapak. Bapak aja rela panas panasan demi aku masa aku ga rela sih hehe."
Keisya menaiki angkot, butuh sekitar 7 menit untuk sampai ditempat tujuan.
Setelah selesai membayar ongkos Keisya berjalan jalan kecil di pinggir jalan karena angkot tersebut menurunkan Keisya dua meter dari tempat yang dituju, alasannya ya karena angkot dilarang di perusahaan besar hihihi.
Keisya cukup tertegun dengan bangunan megah nan mewah yang tersaji di hadapannya saat ini.
"Kapan ya aku bisa sukses, pengen banget punya perusahaan besar kayak gini ehh jangan yang besar besar deh mulai dari yang kecil dulu. Hmm rasanya sih mustahil, untuk dapat pekerjaan disini saja susahnya minta ampun, Kak Fitri saja sudah tertolak ratusan kali, ribuan kali malah hanya karena tidak memenuhi syarat itupun syaratnya sangat aneh, masa gara-gara kak Fitri rambutnya pendek makanya ditolak kan aneh banget," gumam Keisya sendiri tanpa sadar dia sudah sampai dan melihat bapaknya sedang memandu sebuah mobil mewah untuk keluar dari halaman perusahaan.
"Bapak!!" panggil Keisya antusias, bahagia sekali dapat bertemu dengan bapaknya.
Yang dipanggil segera menoleh dan mendapati putri kesayangannya tengah berlari kearahnya dengan senyum sumringah merekah di bibirnya.
"Keisya! Kamu sendirian Nak? Mana kakakmu, apa dia tidak ikut?"
"Kak Fitri katanya lagi cape jadi Kei yang disuruh Ibu buat nganter makanan ini," Keisya mengangkat rantang yang dibawa dan menunjukkannya pada Herman.
"Ya sudah kamu taruh saja disana ya, sepertinya ada mobil yang akan masuk kesini tunggu sebentar!" Herman meninggalkan Keisya duduk di lantai perusahaan sambil memandang Herman yang tengah memandu mobil, kali ini mobilnya lebih mewah dari yang tadi Keisya liat. Keisya memang tidak tau merek mobil tapi Keisya bisa menebak bahwa ini salah satu mobil yang terbilang mewah.
"Jual rumah aja belum tentu dapat kebeli tuh mobil, huh kenapa ya orang-orang bisa seberuntung itu. Ya Allah apakah aku tidak pantas menjadi orang kaya, kenapa Engkau tidak menjadikan aku kaya? Astagfirullah aku ngomong apa tadi, seharusnya aku selalu bersyukur karena masih punya rumah untuk berteduh masih punya kedua orang tua yang selalu menyayangi aku dengan setulus hati dan aku punya kakak yang baik, itu sudah lebih dari cukup. Ya Allah maafkan kata kata ku tadi," ujar Keisya seraya mendongak ke langit.
Dari mobil yang dipandang Keisya tersebut menururnkan seorang pria tinggi dengan pakaian serba mahal mengenakan kacamata hitam. Dia berjalan dengan sangat gagah tersirat keberanian di wajahnya.
Keisya menganga dengan suguhan pemandangan dari Tuan Muda di depannya itu. Sekilas pandangan mereka bertemu namun segera teralihkan karena serbuan para wartawan yang ingin mewawancarainya, mereka ingin meminta tips apa sih rahasia kesuksesan seorang CEO muda ini.
Herman menghampiri Keisya yang pandangan nya masih melekat pada Vino. Ya dialah Vino Arkani Pratama pemilik sekaligus Direktur perusahaan terbesar kedua di dunia setelah perusahaan Ayahnya sendiri, sungguh dia sudah menyamai kesuksesan sang Ayah.
"Kedip Nak kedip," kekeh Herman melihat putrinya yang melongo entah terpesona atau kagum hanya Allah dan Keisya yang tau.
"Dia pasti pemilik perusahaan besar ini ya Pak?" tanya Keisya setelah puas memandang Vino yang sudah pergi.
"Benar, dialah Vino Arkani Pratama. Pengusaha muda yang terkenal yang sering kita liat di TV tiap hari haha."
"Wah Kei bertemu artis Pak, ingin sekali Kei minta poto sama dia trus Kei posting di media sosial biar temen-temen Kei pada iri soalnya temen Kei juga kagum tuh sama CEO itu," ujar Kei yang langsung disambut tawa oleh bapaknya.
"Semua itu mustahil Nak, beliau terkenal dingin bahkan untuk berbicara saja sangat singkat itupun jika perlu, apalagi sama kita yang dari kalangan bawah seperti ini mungkin kita sudah seperti debu dimatanya," lirih Herman.
"Pak gak boleh gitu, derajat kita sama di hadapan Allah. Cuma kita beda kasta bukan berarti kita hina dimata seseorang, Allah sudah menyiapkan rezeki masing masing untuk makhluknya dan gak mungkin tertukar, Keisya yakin Allah sedang menyiapkan sesuatu buat keluarga kita makanya dikasih cobaan ini, dan syaratnya hanya sabar dan selalu bersyukur Insya Allah kita akan mendapat yang terbaik dari yang terbaik hehe."
Mata Herman berkaca-kaca mendengar penuturan putrinya, tidak menyangka putri kesayangannya sangat bijak dan selalu berfikiran positif, diusia mudanya Keisya sudah bisa menyimpulkan mana yang benar dan mana yang salah, Herman merasa bangga menjadi orang tua dalam membesarkan Keisya.
"Bapak makan dulu gih, nanti makanannya keburu dingin tapi udah dingin dari tadi sih. Keisya bukain ya!" Keisya mengambil rantang yang ia taruh di dekatnya dan menyuguhkannya untuk Herman. Dengan sepenuh hati Keisya menyiapkan makanan untuk Herman.
"Kamu sendiri sudah makan?"
"Mmm, hehe belum sih tapi Kei ga lapar Pak soalnya udah kenyang liat Tuan Muda tadi saking gantengnya," canda Keisya yang mendapat tepukan pelan dari Herman.
"Kamu itu ada ada saja, ya udah makan sama Bapak, bapak juga gak sanggup menghabiskan semua makanan ini. Ibu kamu kalo ngasih bekal emang ga tanggung-tanggung ya."
Mereka berdua pun tertawa lepas. Sungguh keluarga yang bahagia.
Tanpa mereka sadari, dari tadi ada yang memperhatikan mereka dari lantai atas.
"Datang keruanganku sekarang!"
"Baik Tuan, saya akan segera kesana."
Vino mematikan ponselnya lalu menatap ke bawah pada objek utamanya sedari tadi, sampai-sampai kerjaannya pun diabaikan.
"Tuan manggil saya?" Aldi selaku Sekretaris Vino masuk dan berdiri di belakang Vino yang berdiri di balkon membelakangi Aldi.
Vino memberi isyarat pada Aldi untuk ikut melihat ke arah bawah.
"Lihat mereka!"
Aldi yang planga plongo mengikuti perintah atasannya lalu menatap ke bawah dan mendapati Keisya yang sedang bercanda dengan Bapaknya.
"Ada apa dengan mereka Tuan?" tanya Aldi polos. Vino mendesah pelan.
"Siapa mereka? Saya tidak ingat jika saya mempekerjakan tukang parkir di sini," ujarnya.
"Oh itu pak Herman yang dulu ingin ketemu sama Tuan, tapi karena kelewat sibuk jadi Tuan menyuruh saya melayani beliau waktu itu," jelas Aldi yakin.
Vino mengernyit berusaha mengingat apa yang dikatakan Aldi.
"Makanya Tuan jangan terlalu sibuk jadi orang, kan jadi jarang memperhatikan sekitar sampe lupa sama Pak Herman yang sudah bekerja lebih dari setahun di sini," kekeh Aldi yang langsung mendapat tatapan tajam dari Vino.
Aldi mengatupkan bibirnya, seketika nyalinya menciut jika tiba-tiba mendapat tatapan mematikan dari atasannya.
"Apa itu putrinya yang sedang bersama dengannya?" tanya Vino ragu, sebenanrnya agak geli sih seorang Vino Arkani menanyakan hal seperti ini yang mungkin menurut orang lain itu tidak penting dan sedikit absurd, karena yah sudah jelas jika mereka berdua adalah anak dan bapak bahkan bocah saja mengetahui hal itu.
"Menurut saya sih begitu Tuan, saya juga agak ragu soalnya saya baru pertama kali liat gadis itu biasanya yang mengantarkan makanan pada pak Herman itu istrinya," jawabnya.
Vino berjalan ke arah meja diikuti oleh Aldi di belakang.
"Saya minta kamu cari tau tentang keluarga Pak Herman itu dan ekhem.. jangan lupa juga tentang putrinya atau bila perlu korek informasi sedetail mungkin jangan sampe ada yang ketinggalan bahkan hal kecil sekalipun saya ingin data yang lengkap dan akurat!" perintah tegas dari atasan sebenarnya tidak bisa diganggu gugat ya tapi yah namanya juga Aldi lebih mentingin rasa penasarannya karena aneh aja CEO yang terkenal dingin dan hemat bicara ini tiba-tiba ingin mencari tau tentang keluarga seorang tukang parkir.
"Kok tiba-tiba Tuan, apa ini tidak terlalu mendadak? Dan apa tujuan Tuan ingin mendapatkan informasi tentang keluarga Pak Herman? Ohh tidak, jangan jangan....!!" Aldi menggoda Vino karena Aldi mungkin mengetahui maksud dan tujuan tugas yang diberikan Vino.
"Tidak usah berfikir yang aneh-aneh, apa kamu lupa setiap yang bekerja di sini harus saya periksa dulu data datanya agar saya tidak salah dalam mempekerjakan manusia dalam perusahaan ini? Kamu kan tau saya itu orangnya teliti," ungkap Vino dengan muka datar.
"Tapi Tuan bukankah saya dulu pernah memberikan data tentang Pak Herman waktu itu? Dan Tuan juga sudah melihatnya, Tuan lupa ya?"
Vino yang sudah kehabisan akal langsung mencari-cari alasan.
"Saya lupa menaruhnya di mana dan mungkin itu sudah hilang. Setahu saya data itu tidak lengkap hanya berisi tentang kemampuan Pak Herman dalam bekerja. Sudahlah cepat kerjakan, besok saya akan menagih hasil kerja kamu pastikan untuk menyelesaikannya sampai besok pagi!"
"Loh Tuan kok cepet banget minimal satu minggu lah, mengorek informasi tentang seseorang itu butuh waktu bahkan seorang hacker saja butuh dua atau tiga hari," Aldi mengeluh.
"Baik. Tiga hari. Saya kasih kamu waktu tiga hari, apa itu sudah cukup? Saya rasa cukup dan saya tidak menerima pembantahan lagi, sekarang keluar!. Oh satu lagi bawakan saya semua data semua pekerja di sini saya ingin memeriksa ulang, oke sekarang kamu boleh pergi!"
Aldi dengan muka memelas segera keluar dari ruangan hantu menurut pemikiran nya sendiri.
Keisya menatap jam tangan mungil yang bertengger ditangan kecilnya, waktu sudah menunjukkan pukul 3. Sudah hampir sore.
"Pak, Kei kayaknya harus balik sekarang deh, kalo bapak pulangnya kapan biar barengan sama Keisya?"
"Palingan sehabis asar bapak pulang, tapi kamu pulang saja dulu nanti Ibumu khawatir karena kamu tidak pulang-pulang dari tadi. Niatnya nganter makanan ehh malah ikut makan."
Keduanya kembali tertawa lepas.
"Oh yaudah Keisya duluan ya Pak. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, hati-hati!"
Keisya melambaikan tangannya lalu pergi menyusuri padatnya jalanan kota.
Kepergian Keisya tak lepas dari pandangan Vino.
"Gadis yang menarik!"
Vino tersenyum kecil lalu kembali ke ekspresi datarnya.
....
"Assalamualaikum Buk, Kei pulang!" Keisya menghampiri Ibunya yang sedang mengangkat jemuran di halaman.
"Kok baru pulang sekarang, kamu kemana aja? Ibu khawatir," ujar Erna.
"Hehe Kei temenin bapak makan Buk sekalian nebeng makan soalnya Kei juga lapar sehabis perjalanan kesana," kekeh Keisya dengan muka polosnya.
"Ya udah sana mandi dulu, itu tadi kucing kamu ngamuk ngamuk udah ibu kasih makan tapi tidak mau ya udah ibu masukin kandang aja soalnya tuh kakakmu si Fitri ngomel mulu dari tadi karena digangguin ama kucingmu."
Keisya tertawa geli mendengar penuturan Erna yang menurut nya lucu.
"Duh besok ujian lagi, aku belum belajar." Keisya sedikit resah, Keisya memang belajar tadi siang tapi semua pelajaran tidak bisa masuk ke otak Keisya dengan mudah.
"Haha mampus besok gak bisa jawab soal ujian," Fitri menertawai adiknya yang kebingungan.
Keisya hanya berdecak kesal lalu mengangkut semua bukunya dan pergi menuju kamar.
Keesokan harinya Keisya bangun terlambat, entah kenapa semua orang di rumah bangun terlambat juga begitupula Ibunya yang terbiasa bangun pagi sekarang kok malah bangun siang.
"Mampus, aku telat. Bentar lagi jam 7 lagi, ya Allah ujian dimulai 20 menit lagi. Aku harus cepat," Keisya buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu segera memasang seragam, tanpa sarapan Keisya menuju rak sepatu dan mengenakan sepatu dengan cepat. Setelah berpamitan Keisya berlari dari rumah menuju sekolah, sekolah Keisya memang tidak jauh-jauh amat hanya berjarak tiga meter dari rumahnya. Tapi ini bukan masalah jarak tetapi hari ini Keisya akan ujian akhir semester dan sebelum jam 7 sudah ada di sekolah jika tidak gerbang akan ditutup dan terpaksa baginya untuk mengikuti ujian susulan minggu depan.
"Sebentar lagi. Tiga menit lagi.
Huh akhirnya aku berhasil sampai tepat waktu."
"Eh pak pak jangan ditutup dulu gerbangnya saya masih disini," Keisya melambai-lambai pada satpam sekolahnya.
"Ya udah atuh neng cepetan masuk gerbangnya mau saya tutup!"
Keisya buru buru masuk dan segera menuju kelas.
"Eh Kei tumben lo telat biasanya kan lo yang paling awal dateng," ujar Vina teman sebangku sekaligus teman dekat Keisya. Pertanyaan Fina membuat yang lain mengangguk menyetujui.
"Gimana ga telat Vin, satu rumah bangunnya siang yah terpaksa deh lari lari dari rumah, nih sampe keringetan," Keisya memperlihatkan tubuhnya yang sudah berkeringat sehabis lari maraton tadi.
"Makanya jangan kebanyakan begadang!"
"Kalo begadang buat belajar ya gak apa-apa, begadang buat hal yang tidak bermanfaat baru itu gak boleh."
"Hei-hei diam, guru sudah datang!"
Ujian pun dimulai dengan tenang tanpa ada keributan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!