NovelToon NovelToon

Kenapa Aku Pindah Ke Novel

Bangun di tempat asing

Si cantik masih terlelap nyamannya di tempat tidur, tubuhnya bergerak di bawah selimut yang menggulung seperti pangsit, rasa nyaman yang di rasakan gadis itu membuatnya bingung dan membuka matanya.

perasaanya mengatakan tempat tidurnya sangat empuk dan selimutnya hangat dan lembut.

Mahira Rawles membuka matanya, remang remang dia bisa melihat lampu kristal tergantung di atas, buru buru Mahira duduk dan selimut hitam berbulu lembut masuk ke penglihatannya.

Tunggu!

Sembari memegang kepalanya yang masih berdenyut sakit Mahira mengerjap beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya.

"Ini bukan selimut yang aku pakai terakhir kali." gumam Mahira seraya menyentuh selimut itu.

(Keclek...)

Mahira tersentak kaget dan langsung menoleh saat mendengar suara pintu di buka, beberapa pelayan dengan seragam clasic datang membawa barang di masing masing tangan.

"Nyonya Mahira selamat pagi." sambut mereka bersama sama.

"Kalian...." Ekspresi Mahira sangat lucu antara bingung dan takut karena dia tidak pernah memiliki pelayan satupun apalagi sebanyak ini.

"Nyonya, kami datang untuk mempersiapkan anda menemani Tua Muda ke acara ulang tahun Nyonya Tua Daguezze." lanjut pelayan yang paling tua diantara yang lainnya.

(Daguezze. Siapa dia? ) Batin Mahira.

Mahira memikirkan nama yang di sebutkan pelayan, rasanya dia pernah mendengar nama ini tetapi tidak satupun yang dia ingat, baik teman temannya tidak ada yang memiliki marga Daguezze.

"Apa kau tidak ingin bangun dan bersiap." suara magnetik yang menggoda menarik perhatian Mahira, gadis itu tertegun saat melihat sosok tinggi dan tampan berjalan ke arahnya dengan jas membalut tubuhnya.

(Astaga! Siapa pria ini tampan sekali.) Mahira terlena dalam sekali pandangan melihat ketampanan yang ada di hadapannya.

Pria itu membungkuk di hadapan Mahira.

"Sayang, apa aku perlu menggendongmu ke kamar mandi dan memandikanmu?" Senyum main main penuh godaan pria itu membuat Mahira tersadar.

Mahira menggelengkan kepalanya untuk membuat dirinya sadar bahwa dia tidak berada di rumahnya yang sederhana.

"Apa yang kamu lakukan?" Reyvan menghentikan Mahira yang menggeleng gelengkan kepalanya.

"Kamu..." Mahira menunjuk pria itu.

Reyvan tersenyum. "Apakah istriku melupakan aku setelah satu minggu tidak bertemu?" nadanya bercampur geli.

"Istri. Aku..." Mahira menunjuk dirinya sendiri.

Reyvan tersenyum, dia perlahan duduk di samping Mahira dan mengusap rambutnya yang panjang penuh kasih sayang.

Nama Reyvan sangat tidak asing bagi Mahira, dia terus mengingat dimana dia telah mendengar nama Reyvan dan Daguezze.

"Nona Mahira. waktu berlalu dengan cepat, anda harus bersiap karena harus segera pergi ke tempat acara Nyonya Tua Daguezze." Ujar pelayan menghentikan usaha Mahira mengingat nama nama ini.

Tiba tiba Mahira ingat dengan Novel yang baru selesai iya baca dua hari yang lalu. Mahira segera berdiri dan berlari ke cermin.

Ya Tuhan...Tebakannya benar, dirinya masuk ke dalam novel yang selesai dia baca dua hari lalu, protagonis wanita yang sangat cantik tetapi lemah, penakut dan mudah di tindas membuatnya mati dengan reputasi buruk. Protagonis wanita meninggal karena overdosis obat terlarang setelah di perkosa oleh gangster suruhan mantan kekasih protagonis pria yang entah darimana muncul dan mengganggu kehidupan pernikahan protagonis wanita.

Mahira bukan pecinta novel, tetapi dia tertarik dengan novel satu ini karena nama protagonis wanita sangat mirip dengannya. Mahira Rawles tetapi sifat mereka berbeda jauh.

Oh Ayolah, Mahira dari dunia asli adalah wanita kuat yang cerdas dan berani, dia adalah cucu letnan jenderal pasukan khusus. Kakeknya selalu mengajarinya bela diri dan memasukannya ke sekolah Taekwondo.

pukk pukk.. pukk...

Bahu Mahira di tepuk dan Mahira pun menoleh.

"Mandi dan bersiap aku tunggu di bawah." Setelah Reyvan mengatakan itu dia pergi meninggalkan Mahira yang masih dalam keadaan linglung.

Para pelayan yang di tugaskan membantu Mahira masih tetap menunggu sampai Mahira berjalan ke arah pintu yang di yakini nya adalah pintu kamar mandi.

_________

20 menit kemudian.

Setelah Mahira menyelesaikan mandinya yang cukup lama karena melamun, para pelayan segera membantunya mempersiapkan diri karena Tuan Muda sudah menunggunya.

"Hei... Apa yang kalian lakukan?" Mahira kaget saat dirinya di kerubuni dan handuk mandi model kimono nya di tarik dan di lepaskan dari tubuhnya. Mahira yang malu karena hanya mengenakan pakaian dalam hanya bisa protes dan berteriak kesal.

"Nyonya Mahira, silahkan kenakan pakaian anda." Ujar kepala pelayan.

Mahira agak kesal, dia mengambil gaun yang di pegang pelayan lalu mengenakannya.

Kehidupan orang kaya benar benar menyebalkan, untuk sekedar berpakaian saja mereka tetap berada di sekitarnya dan memperlakukan dirinya seperti orang lumpuh. pikir Mahira.

Pelayan mengagumi sosok Mahira yang sempurna dari ujung rambut sampai ujung kaki, dan memikirkan betapa Tuan Muda sangat menyukai nona Muda yang bahkan bukan seorang yang kaya. Tuan muda begitu mencintai Nona Mahira sehingga menolak perjodohan dengan Nona Reina Sandez.

setelah berpakaian Mahira kembali di tarik untuk di make-up, tidak sekaget pertama kali Mahira lebih siap dan menerima pekerjaan pelayan yang tiba tiba.

________

Setengah jam kemudian.

Reyvan yang menunggu beberapa kali melihat ke pintu kamarnya di atas dan melirik jam di tangannya, waktu sudah menunjukan hampir jam sembilan tetapi istrinya belum selesai.

"Apa dia menolak bekerja sama dengan pelayan." gumam Reyvan agak kesal.

Reyvan berdiri dan ingin melihat Mahira tetapi gerakannya berhenti saat pintu di buka dan sosok Mahira yang sudah siap berjalan keluar dari kamar menuruni tangga dan berdiri tak jauh dari Reyvan.

Reyvan yang begitu terpesona dengan kecantikan Mahira, dia tidak menyadari Mahira sudah berdiri di depannya. Tatapan Reyvan terus tertuju pada istrinya yang cantik.

"Kapan kita berangkat?" Tanya Mahira agak malu.

"Umh... Sekarang,." Jawab Reyvan pelan masih terpesona dengan kecantikan Mahira.

Mahira mengekor di belakang Reyvan tetapi tiba tiba Reyvan berhenti dan menyuruh Mahira memeluk lengannya.

"Peluk lenganku." Perintahnya.

Mahira terkejut, dan hanya melotot menatap Reyvan.

"Aku tahu matamu indah, jangan melotot peluk lenganku dan kita berjalan bersama sama."

Mahira tampak malu malu dia memeluk lengan Reyvan. Hubungan Mahira asli dan Reyvan cukup bagus mereka saling menghormati satu sama lain dan tidak mengganggu tetapi mereka saling melindungi dan saling percaya.

Sayangnya mantan kekasih Reyvan datang kembali dan mengganggu kehidupan Mahira dan Reyvan, membuat Reyvan membenci Mahira dan menuduhnya berselingkuh.

Mahira melirik Reyvan dan mengutuk pria itu sebagai si tampan yang bodoh dalam hatinya.

Mahira sangat menyayangkan kehidupan protagonis wanita yang tersiksa ini, tetapi Mahira bersumpah tidak akan membiarkan siapapun menginjak injak harga diri dan menindas nya. Akan sangat memalukan seorang Mahira Rawls cucu dari Letnan Jendral pasukan khusus menjadi wanita lemah yang tertindas.

Mahira tersenyum penuh rencana licik, dia akan merubah kehidupan protagonis wanita yang tertindas menjadi wanita kuat tak terkalahkan, membalas dendam atas keburukan yang di alami Mahira asli.

Mahira dan Reyvan duduk dalam mobil saling berdekatan. Tidak yakin apakah Reyvan mencurigainya bahwa dirinya bukan Mahira asli, namun saat ini Mahira sangat ketakutan dan gugup telapak tangannya tidak berhenti berkeringat dingin.

"Apa terlalu panas?" Reyvan bertanya.

Mahira menoleh. "Kenapa?" tanya balik Mahira.

Reyvan menatap dalam dalam gadis itu. "Kamu berkeringat banyak." Reyvan mengambil tisu dan mengelap pelipis Mahira yang memiliki bulir bulir keringat.

Kaget. Mahira mengambil Tisu di tangan Reyvan dan mengelap nya sendiri. "Aku bisa melakukannya." Ujar Mahira menghindari sentuhan langsung dengan pria itu. Takut Reyvan tahu dia bukan Mahira asli, namun jiwa yang melintas ke dunia mereka.

Reyvan tidak tersinggung atau curiga, bibirnya diam diam tersenyum dan menatap wajah cantik Mahira.

Pesta Mewah

Gedung Matahari dan bulan.

Mobil berhenti tepat di depan gedung yang menjadi tempat Keluarga Daguezze mengadakan pesta ulang tahun, para bodyguard yang di tugaskan segera berbaris dan membukakan pintu untuk tuan muda mereka beserta istrinya.

"Tuan Muda Reyvan selamat datang,." Salah satu Bodyguard menyambut.

Reyvan mengulurkan tangannya. Mahira keluar dari Mobil.

Mahira menerima tangan Reyvan dan mengikutinya, mereka berjalan berdampingan terlihat sempurna dan luar biasa, kebetulan saja para tamu yang baru saja tiba bertemu Reyvan dan menyapa Tuan Muda Jenius yang luar biasa ini.

"Hallo Tuan Daguezze, senang bertemu denganmu." Seorang pria menyapa Reyvan dan mengulurkan tangannya ingin bersalaman. Sayangnya uluran itu tidak langsung mendapat sambutan yang baik.

Reyvan mengerutkan keningnya. Jujur saja, dia tidak mengenal orang ini.

Kurangnya respon dari Reyvan membuat orang itu merasa malu dan menarik kembali tangannya dengan senyum kaku.

"Nyonya Muda benar benar cantik." lanjut orang itu.

Reyvan tidak menyukai cara pria itu menatap Mahira. Reyvan memeluk pinggang Mahira posesif menunjukan siapa pemilik wanita itu.

"Ayo pergi." Reyvan menarik Mahira meninggalkan pria yang tak di kenal itu.

Mahira menggigit bibirnya gugup, teringat dengan ucapan temannya di dunia nyata kalau keluarga Reyvan tidak menyukai Mahira dan menentang pernikahan mereka, namun dirinya tidak tahu mengapa Mahira dan Reyvan bisa menikah karena Penulis tidak menyebutkan nya. Itu yang di katakan temannya.

"Reyvan." Panggil Mahira pelan.

Reyvan menghentikan langkahnya, dia menunduk menatap wajah cantik Mahira. "Baru kali ini aku mendengarmu memanggil namaku langsung."

Mahira tertohok, jantungnya berdegup kencang karena tanpa sadar mengekspos dirinya.

"Mahira, biasanya kamu memanggilku Tuan Reyvan. Tapi aku suka kamu memanggil namaku langsung, itu terdengar menyenangkan."

Mahira tertegun.

Apa yang di katakan Reyvan setidaknnya menenangkan hatinya.

Hubungan Mahira asli dan Reyvan sangat sulit untuk di pahami. pikir Mahira.

Reyvan dan Mahira tida berlama lama berada di luar, mereka segera berlalu karena sebentar lagi pesta akan di mulai. Nyonya tua Daguezze sudah menunggu Reyvan dan senang dengan kedatangan cucu kesayangannya, tapi saat melihat Mahira bersama Reyvan, nyonya Tua Daguezze tidak bahagia.

"Nenek selamat ulang tahun." Reyvan mengucapkan selamat ulang tahu lalu memberi kotak hadiah untuk neneknya.

"Nenek, Mahira yang memilih hadiah untukmu, dia berharap anda akan menyukainya." Reyvan ingin membuat Mahira terlihat baik di mata keluarganya, sayangnya nenek Reyvan tidak tersentuh sama sekali.

Mendengar omong kosong yang di katakan Reyvan Mahira sontak mendongak dan melototi Reyvan.

sudah jelas dirinya tidak memilih hadiah apapun untuk nenek Reyvan, tetapi pria itu mengatakan dirinya dengan pedulinya menyiapkan hadiah untuk para tetua.

Mahira tersentuh dengan tindakan Reyvan.

Nenek Reyvan melihat Mahira menelisik nya dari atas sampai bawah.

"Cukup baik." ujarnya singkat.

Mahira tidak keberatan dengan komentar nenek Reyvan yang asal asalan, Mahira mengencangkan pegangannya di lengan Reyvan dan membuat pria itu menoleh.

"Ingin memakan sesuatu?" Tanya Reyvan.

Mahira adalah penggemar terberat makanan, dia suka sekali makan tetapi tubuhnya tidak pernah menjadi gemuk. Jujur saja begitu Reyvan menawarinya makan, dia ingin sekali mengangguk antusias tetapi hal itu tidak di lakukannya dan hanya menatap Reyvan dan berbisik.

"Reyvan aku lapar."

Bagi Reyvan itu terdengar lucu dan menyenangkan di telinganya, rasanya seperti madu menyirami permukaan hatinya hingga tumbuh banyak bunga.

"Aku akan mengambilnya untukmu." Jawab Reyvan sambil membawa Mahira untuk duduk di kursi yang di khususkan untuk keluarga.

Reyvan pergi ke stan makanan meninggalkan Mahira di bawah tatapan cemooh dan bisikan merendahkan.

"Eh... bukankah itu upik abu yang memanjat sosial, dia benar benar cantik, tentu saja dengan kecantikannya yang seperti itu dia bisa menggoda Tuan Muda Reyvan Daguezze dengan tubuhnya." Bisik salah satu sosialita yang berkerumun.

"Benar, tapi tetap saja aku dengar dia tidak memiliki kemampuan apapun bahkan hanya lulusan SMA, tidak masuk perguruan tinggi. Dia hanya suka bermain main dan menipu dengan wajah cantiknya. Entah berapa pria yang jatuh dalam jebakan wajahnya itu."

Mahira yang mendengar komentar Jahat pada dirinya ingin sekali menarik rambut gadis gadis itu dan mendorongnya keluar dari pesta, Mahira tidak tahu seperti apa Mahira asli, tetapi Mahira dirinya adalah gadis cerdas dan kuat yang tidak suka di tindas.

"Mahira."

Merasa namanya di panggil, Mahira menoleh dan melihat sosok cantik berdiri di belakangnya. Mahira mengerutkan keningnya tidak mengenalnya.

"Sombong sekali. Apa itu ekspresi seperti itu." Ujar gadis itu agak kesal.

Mahira jelas bingung karena tidak mengenal gadis itu.

"Mahira. Aku sahabatmu Vanilla Greesha, aku adik sepupu Kak Reyvan. Jangan bilang karena kamu sudah menikah dengan kakaku kamu lupa siapa aku." Vanilla melipat tangannya dengan ekspresi kesal.

Mahira semakin gila, bingung dan apa yang harus di lakukannya, takut dia tiba tiba bertemu dengan orang baru yang tidak bisa dia kenali.

"Vanilla,...aku tidak..melupakanmu hanya saja, Mmm...aku sedikit kaget. Kamu sangat cantik dengan penampilan seperti ini." jawab Mahira terbata bata.

Vanila menepuk tangannya bahagia, dia segera duduk di samping Mahira dan mengoceh tentang penampilannya.

"Sungguh. Ini memang penampilan khusus dari salon Kak Mainda, Kau tahu... Aku ingin menarik perhatian seseorang, jadi aku merubah penampilan dan gaya busanaku. Bagaimana menurutmu, apakah aku terlihat sangat cantik. "

"Kau sangat cantik Sungguh." Mahira mengacungkan kedua ibu jarinya.

Mahira tersenyum palsu. Melihat Vanilla yang sepertinya percaya dengan kata katanya, Mahira sedikit lega karena jawabannya tidak membuat Vanilla curiga. Justru dengan riang Vanilla memberi tahu bahwa Salon kak Mainda sangat luar biasa. mencoba menarik Mahira untuk nyalon di sana.

Seperti seorang Brand ambassador, Vanilla terus berbicara dan memuji salon kak Mainda dengan harapan bisa menarik konsumen untuk datang ke sana.

"Vanilla, sekarang aku sudah menikah dengan kakakmu. Aku tidak bisa sembarangan pergi keluar." Mahira mencoba mencari alasan.

"Kamu bisa pergi dan nyalon." Tiba tiba Reyvan datang dengan nampan yang berisi makanan.

Mahira menoleh tiba tiba sebuah kecupan mendarat di kening Mahira dan membuat mereka menjadi pusat perhatian, apalagi para gadis lajang yang dulu berharap menjadi istri Reyvan menjerit dalam diam.

pipi Mahira merah merona, wajahnya terasa panas dan tangannya ingin sekali menutupi wajahnya itu.

"Kak Reyvan. Kau membuat para lajang sakit jantung,." Tegur Vanilla.

Reyvan tidak peduli, dia duduk di sebelah kanan Mahira dan menaruh makanan tepat di depan gadis itu. "Makanan ini adalah yang kamu suka." ujar Reyvan.

Mahira menatap Reyvan seolah tidak percaya pria itu begitu mengenalnya.

Tapi di novel yang dia baca hubungan suami istri ini suam suam kuku, tidak panas dan tidak dingin, mereka hanya menjaga keromantisan di permukaan.

Mahira melihat makanan itu dan menyadari semua makanan itu yang di sukainya juga selain Mahira asli.

Woahhh sungguh kebetulan yang luar biasa. Batin Mahira.

"Terima kasih Reyvan." Ujar Mahira.

Reyvan tersenyum lembut sambil menatap Mahira, membuat jantung Mahira dan gadis gadis sosialita yang memperhatikan mereka hampir melompat melewati tenggorokan.

Vanilla menutup wajahnya dan mencemooh kedua pasangan itu yang menunjukan pertunjukan kasih sayang publik.

"Berhenti melakukan itu, kalian akan membuat para lajang mati muda karena iri." ujar Vanilla.

Mahira mengalihkan perhatian nya pada makanan menghindari bertetepan langsung dengan Reyvan.

Di sisi lain Nenek Reyvan menyambaut para tamu dan menerima hadiah sepenuh hati yang di bawa tamu undangan, dari mulai kawan lama ataupun kawan baru, bahkan orang yang diam diam tidak menyukainya pun datang dan dengan senyum lebar mengucapkan selamat ulang tahun beserta hadiah cukup mahal.

Vanilla tertawa melihatnya lalu berbisik pada Mahira.

"Lihat teman nenek yang satu itu, dia adalah musuh dalam selimut, dia terlihat baik di depan nenek tetapi di belakang dia adalah serigala."

Mahira melirik orang yang di maksud Vanilla.

"Bagaimana kau tahu?" Tanya Mahira penasaran, tentu saja Mahira tahu siapa saja musuh dalam selimut keluarga Daguezze, karena dia sudah membaca novelnya. Nenek Reyvan cukup sombong dan sering membuat orang sakit hati dengan kata katanya, dan hal itu membuat orang diam diam membencinya.

"Aku." Vanilla tertawa Jahat. "Aku sering sekali tanpa sengaja mendengar dia menjelekan nenekku."

Mahira menggelengkan kepalanya pertanda geli dengan sikap sahabat Mahira asli. "Kau tidak ingin memberi tahu nenekmu?"

Vanilla melotot. "Untuk apa?"

"Dia kan nenekmu." jawab Mahira.

Vanilla mengerucutkan bibirnya. "Nenek sangat keras kepala, dia sangat mempercayai temannya yang bermulut manis tapi racun, biarkan saja dia seperti itu. meskipun aku beritahu, nenek tidak akan percaya."

Mahira memasukan dimsum ke mulutnya sambil mendengarkan ocehan Vanilla.

Reyvan tiba tiba berdiri meninggalkan sisi Mahira untuk menyambut kolega bisnis yang di undang oleh kakek Reyvan.

"Tunggu sebentar, Aku akan kembali." ujar Reyvan yang di tunjukan untuk Mahira.

"Umh..." Mahira mengangguk.

Melihat Reyvan pergi Vanilla merasa lega, dia buru buru bertanya sesuatu yang pribadi pada Mahira.

"Mahira."

"Umh... "

"Apa kak Reyvan hebat?" Tanya Vanilla dengan senyum misterius.

Mahira bingung sampai mengerutkan keningnya.

"Maksudmu."

Vanila berdecak kesal. "Malam pertama."

Mahira tertegun lalu memukul pelan kepala Vanilla. "Itu masalah pribadi kami, orang luar dilarang menempelkan hidungnya oke."

Vanilla cemberut. "Kak Reyvan tidak pernah dekat dengan seorang wanita setelah putus dari mantan kekasihnya dulu, tentu saja aku penasaran. Saat nenek akan menjodohkannya dengan cucu temannya tiba tiba kak Reyvan datang membawamu dengan status pernikahan kalian yang sah."

Mahira tertegun, dirinya memang ingin tahu alasan mereka menikah karena hal itu tidak pernah di sebutkan, dan mungkin saja dirinya bisa kembali ke dunia asalnya. Meskipun dia tidak sekaya Mahira di novel, tetapi itu cukup membuatnya bahagia. Mahira juga merindukan kakeknya dan belum meminta maaf atas segalanya.

"Kau malah melamun."

"Maaf Vanilla," ujar Mahira lembut.

Dansa.

Acara di mulai. Nyanyian ulang tahun, pemotongan kueh di lakukan bersama sama.

Nenek Reyvan yang menjadi bintang utama berdiri di tengah tengah antara anak dan cucu cucunya termasuk Reyvan dan Vanilla, sedangkan Mahira dia berdiri di samping Reyvan karena pria itu menariknya dan tidak melepaskannya.

Beberapa kali Mahira mencoba melepaskan diri dari cengkraman Reyvan, tetapi hasilnya selalu gagal.

Meskipun Nenek Reyvan tidak menyukai Mahira, tetapi karena cucu kesayangannya ada di sana beliau tidak berani menargetkan gadis itu dan hanya mengabaikannya saja seolah Mahira tidak ada.

Saat potongan Kue pertama di ambil, Kakek mendapatkan suapan pertama lalu suapan kedua ke ayah Reyvan suapan ketiga pada ibu Reyvan dan selanjutnya untuk ibu Vanilla lalu cucu cucu dan Mahira di abaikan.

Mahira tidak mengharapkan hal itu. Tetapi sepertinya Reyvan marah dengan sikap neneknya yang terkesan bias terhadap Mahira.

Reyvan tidak menyukai sikap neneknya, dia mengambil potongan kue baru lalu menyuapi nya pada Mahira.

Dengan malu malu Mahira membuka mulutnya menerima suapan Reyvan, dan menjadi pusat perhatian untuk kesekian kalinya di malam ini.

"Ini lebih bersih, itu bekas ludah orang." ujar Reyvan lembut sembari mengusap sudut bibir Mahira yang memiliki noda kue.

Gadis sosialita yang sempat bermimpi menjadi wanita Reyvan Daguezze patah hati berkali kali dan semakin iri, mereka terus membenci Mahira, seolah Mahira telah mencuri berlian Kohinor.

Semua orang tercengang tetapi manis dan iri di dalam hati. Reyvan begitu perhatian pada Mahira dan memperlakukan gadis itu seperti putri.

"Ohh... Beruntung sekali upik abu ini." Komentar salah satu sosialita.

Vanilla sangat bahagia dan hampir bersorak untuk Mahira dan kakak sepupunya yang biasanya dingin sedingin badai salju, tapi untuk Mahira dia lebih hangat dari apapun.

Vanilla sendiri bingung Reyvan tidak pernah menunjukan sikap manisnya pada Mahira, bahkan berita di luar sana mengatakan Mahira dan Reyvan akan bercerai.

Reyvan memeluk pinggang Mahira dan membawanya kembali ke kursi, mereka duduk tanpa memperdulikan wajah neneknya yang kesal.

"Reyvan...." Tegur nenek Reyvan.

"Nenek, aku dan Mahira sangat lelah. Kami tidak bisa berdiri lama karena kaki kami pegal." Potong Reyvan sebelum neneknya mengomel.

"Biarkan saja Bu, Reyvan dan Mahira adalah pengantin baru, mungkin semalam mereka bergadang." Ibu Reyvan menenangkan nenek Reyvan.

Kata kata Ibu Reyvan memiliki makna yang dalam, sebagian orang paham dengan apa yang di sampaikan nya dan sebagian tidak. Tetapi tetap saja Nenek Reyvan ingin mengomel dan memberi masalah pada Mahira, untungnya Kakek Reyvan dengan rangkulan dan kata kata lembutnya mampu membuat nenek Reyvan tenang.

Nenek Reyvan mendengus sejenak lalu melanjutkan memotong kue dan di berikan pada teman temannya.

"Seharusnya kamu tidak memperlakukan nenekmu seperti itu." Bisik Mahira.

Reyvan terdiam sejenak. "Lalu seperti apa aku harus memperlakukan nenekku yang sudah memperlakukan istriku dengan buruk?" Tanya Reyvan.

Mahira kehilangan kata katanya.

Oke... dalam hal argumentasi dia tidak bisa mengalahkan Reyvan karena pria itu cerdas dan pandai mematikan lawan dengan beberapa kata.

Mahira meremas jari jemarinya sebagai pelampiasan.

"Mahira. Kamu istriku sekarang, aku tidak suka orang lain memperlakukanmu dengan salah." ujar Reyvan seperti semboyan angin di musim panas.

Siapa yang tahan diperlakukan semanis ini oleh seorang pria, apalagi Mahira tidak pernah mendapatkan perhatian seperti ini dari pria manapun dari dunianya, Reyvan adalah satu satunya.

Mahira segera menggelengkan kepalanya mencegah dirinya agar tidak terlena.

Mahira sadar... Ini dunia palsu, jangan jatuh cinta padanya. Ingat ketampanannya hanya ciptaan penulis novel. Batin Mahira.

"Reyvan."

Tiba tiba seorang gadis menghampiri Reyvan dan bahkan duduk di sisi kanan Reyvan.

Reyvan menutup hidungnya saat aroma menyengat memasuki indra penciuman nya, entah berapa banyak parfum yang di semprot kan gadis itu di sekujur tubuhnya hingga aromanya sama seperti mayat yang di awetkan lalu di siram parfume berbotol botol..

Senyum Reina Sandez menghilang saat melihat Mahira yang berpegangan pada Reyvan, dia ingin sekali menjambak Mahira dan memakinya sebagai perebut kekasih orang lain, tetapi Reina lebih memperhatikan citranya, dia tidak ingin di pandang buruk dan di anggap sebagai gadis tidak masuk akal.

"Reyvan...." Reina mencoba menyentuh Reyvan.

Brakkk......

Reina merasakan tubuhnya melayang dan jatuh menyedihkan di lantai, tanpa bisa berfikir jernih Reina di tarik dua bodyguard dan dengan kaki lemahnya dia memaksakan berdiri.

"Jangan berani menyentuhku." Ekspresi Reyvan sangat gelap karena marah.

Mahira pun kaget dengan kemarahan Reyvan, apakah Reyvan akan lebih marah saat tahu dirinya bukan Mahira asli, dia hanya jiwa yang melayang di dunia novel. Jantung Mahira berdegup kencang.

Bumpa... dumm bumpa... dumm.. bumpa... dumm...

"Reyvan Apa yang kau lakukan?" Ibu Reyvan segera membantu Reina, takutnya para tamu akan bergosip dengan sikap anaknya yang kasar seperti tadi.

Reyvan menatap ibunya sejenak lalu beralih pada Reina.

"Lain kali berpikir kembali untuk mendekati pria beristri, jangan karena wanita sepertimu para suami akan di tuduh untuk hal yang tidak pantas." Suara Reyvan sangat kencang sehingga dapat di dengar oleh setiap orang.

"Reyvan Hentika. Cukup!" Nenek Reyvan marah dan turun dari panggung.

Mahira menarik tangan Reyvan memberinya isyarat agar tidak melawan nenek dan ibunya apalagi para tamu terus memperhatikan mereka.

"Reina, kamu duduk di kursi mu." Nyonya Daguezze memapah Reina, karena bagaimana pun Reina adalah tamu mereka.

Reyvan yang ekspresi nya dingin dan gelap tidak peduli dengan keributan yang terjadi seolah yang di bicarakan orang orang bukan dirinya.

"Reyvan, Kamu harus minta maaf pada Nona Reina." Bisik Mahira.

Jelas Reyvan menolak, dari ekspresinya sudah menunjukan tidak akan ada permintaan maaf apapun dan bagaimanapun.

"Jangan pikirkan orang orang yang berfikiran dangkal, biarkan saja." ujar Reyvan pada Mahira.

Mahira mengerucutkan bibirnya. "Yang aku pikirkan itu kamu, berarti kamu adalah orang dangkal yang aku pikirkan." ujar Mahira.

Reyvan menepuk kepala Mahira dengan sayang.

"Oke, aku salah maafkan aku, tapi aku tidak ingin minta maaf pada wanita itu."

"Umh.." Mahira mengangguk, emosi Reyvan sangat buruk dia seperti adonis yang di hutangi orang ketika marah.

Vanilla yang melihat derita Reina tertawa puas, tak henti hentinya terus tertawa bahkan ibunya beberapa kali mencubit nya untuk lebih sopan, tetapi gadis itu tidak bisa menahan diri.

"Bu, Reina benar benar bodoh. Dia mendekati kakak sepupu yang memeliki kebersihan tinggi pada wanita dan hanya sahabatku yang bisa begitu dekat dengannya. (Tech)... Wanita itu memiliki keberanian dan tidak memiliki rasa malu. Mungkin saat lahir otaknya tertukar dengan babi. " Ujar Vanila blak blakan.

"Vanilla, jaga bicaramu." ibu Vanila mencubit nya lagi.

"Bu. Berhenti mencubitku, sakit tahu. " Vanila Memperotes.

"Kamu pantas mendapatkan nya." Ujar ibu Vanilla.

Vanilla mengangkat bahunya, dia sedang dalam suasana hati yang baik jadi tidak ingin merusaknya, lebih baik mempertahankan suasana hati yang luar biasa ini. Pikir Vanilla.

...----------------...

Saat dansa di mulai, Mahira di tarik Reyvan ke tengah dan tanpa bisa menolak Mahira mengalungkan kedua lengannya di leher Reyvan dan mulai berdansa.

"Reyvan aku tidak bisa berdansa." Bisik Mahira.

"Tenang saja, aku akan mengajarimu." Dengan entengnya Reyvan bergerak menari di lantai dansa bahkan mengendalikan gerakan Mahira agar selaras dengan dirinya.

Wajah Mahira yang cantik sedikit merah karena tiba tiba saja udara semakin panas begitu Reyvan dekat dengannya.

Reyvan tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Mahira, dia begitu terpesona dan tidak bisa menyembunyikan tatapan cintanya yang begitu besar.

"Reyvan, berhenti menatapku seperti itu." Tegur Mahira tidak tahan.

Reyvan tersenyum tipis, bahkan senyumnya membuat Mahira semakin merah dan merah. Pria di depannya ini benar benar tampan dan penggoda ulung.

"Mahira, Aku beruntung mendapatkanmu."

Sial! Jika dia terus menggombal, aku takut hatiku yang seperti kaca es ini akan mencari dalam waktu dekat. Batin Mahira.

Bibir Mahira terkatup rapat dia ingin sekali bertanya dalam kondisi seperti apa mereka menikah, tapi takut membuat Reyvan curiga, pada akhirnya kata katanya ia telan kembali.

Reyvan dan Mahira berdansa lalu di ikuti oleh beberapa pasangan yang ikut memeriahkan acara.

Tidak peduli seberapa banyak pasangan yang ikut berdansa, perhatian tetap di menangkan oleh Reyvan dan Mahira hingga mereka selesai dan kembali ke tempat duduk.

"Tidak buruk." komentar Reyvan.

Mahira juga bingung kenapa dirinya mendadak jago, padahal tidak pernah sekalipun dirinya berdansa dan tadi adalah yang pertama.

...----------------...

Acara selesai di sore hari, tanpa menunggu lebih lama lagi Reyvan membawa Mahira pulang ke rumah pernikahan mereka meninggalkan keluarga yang masih berada di gedung acara.

Mahira sangat kelelahan, dia tertidur di mobil dengan kepala berada di paha Reyvan, bahkan tanpa sengaja Mahira ngiler di sana tetapi Reyvan tidak keberatan, diam diam dia tersenyum dan kembali membaca dokumen.

"Kamu babi tukang tidur dan ngiler." Ujar Reyvan pelan, tetapi sopir di depan masih bisa mendengarnya.

Sopir yang melihat kelembutan Tuan Muda pada istrinya pun kaget, karena dulu Tuan Muda seperti manusia tanpa perasaan, dingin dan sombong. Tidak ada ampun dan kehangatan dalam matanya, hanya ada tatapan acuh.

"Reyvan... Aku..." Mahira berbicara saat tidur tetapi hanya menyebutkan nama Reyvan.

Reyvan mengerutkan keningnya saat mendengar Mahira mengigau, tatapannya jatuh pada pipi, hidung dn kedua mata yang tertutup lalu bibir mungil yang menggoda itu, Reyvan ingin sekali menciumnya.

Reyvan menggelengkan kepalanya menghilangkan fikiran kotor pada Mahira.

Reyvan menutup dokumen lalu mmejamkan matanya sambil mendongak.

Sulit sekali menahan hasratnya di depan gadis yang di sukainya, tetapi Reyvan tidak ingin menjadi binatang yang memaksa Mahira pergi ke tempat tidurnya.

"Mahira, aku berharap kamu akan jatuh cinta padaku." bisik Reyvan yang hanya bisa di dengar olehnya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!