NovelToon NovelToon

Suamiku Alergi WANITA

Kenapa Harus Aku?

Happy reading......

Di sebuah gedung mewah berlantai 3, seorang pengantin wanita tengah menangis karena dia tidak ingin dijodohkan dengan seorang pria yang sebentar lagi akan menikah dan menjadi suaminya.

Kedua orang tuanya tentu saja sangat bingung, karena gadis itu tetap ngotot tidak ingin dinikahkan. Padahal penghulu sudah menunggu di lantai bawah, tapi wanita itu malah menangis dan mengancam akan bunuh diri jika pernikahan itu dilangsungkan.

"Pokoknya aku nggak mau ya, Ayah, Bunda, menikah dengan pria itu. Aku nggak mau ... kalau sampai kalian masih memaksa aku untuk menerima pernikahan ini, aku nggak akan segan-segan buat loncat dari balkon!" ancam Azkia kepada kedua orang tuanya.

"Nak, kamu tidak bisa begitu. Di bawah sudah ada penghulu, dan sebentar lagi kamu akan menikah. Kenapa kamu tidak membatalkannya dari kemarin saja?" tanya Om Prima, kepada putrinya itu. Sebab dia tidak ingin malu karena pernikahan itu dibatalkan, pasalnya keluarga besannya Om Prima adalah keluarga yang sangat berada, bahkan bisa dibilang orang terkaya nomor 3 di Indonesia.

"Pokoknya aku tidak sudi, menikah dengan pria penyakitan itu. Masa kemarin aku pegang tangannya aja, dia langsung kayak orang bengek? Gimana kalau kita lebih dari itu? Kalau memang Ayah dan Bunda tidak mau malu, maka Ayah dan Bunda nikahkan saja Kak Bintang dengan pria itu," ucap Azkia dengan enteng, sambil melihat ke arah Bintang yang sedang duduk di tepi ranjang.

Wanita cantik berusia 24 tahun, dengan kulit putih, tubuh ramping dan juga rambut bergelombang, seketika terkesiap dan menatap Azkia dengan tatapan kaget. Kemudian wanita itu pun berdiri dan berjalan ke arah Azkia dan kedua orang tuanya.

"Kenapa kamu limpahkan pada Kakak? Yang mau nikah kan kamu, bukan Kakak. Lagi pula, dari awal kan kamu sudah menerima dia, sudah bertemu dengan dia. Lalu ... kenapa sekarang kamu malah menyuruh Kakak untuk menikah dengannya?" Bintang sama sekali tidak terima jika pada akhirnya dialah yang menjadi korban, karena jujur, Bintang saja belum pernah bertemu dengan calon suami dari Azkia.

Bintang Sebastian dan juga Azkia Sebastian, adalah saudara Kakak beradik. Bintang berumur 24 tahun dan Askia berumur 22 tahun. Kebetulan Bintang baru saja pulang dari Surabaya, mengenyam pendidikannya di sana dan dia baru saja lulus kuliah.

Om prima dan juga Tante Emma yang mendengar itu seketika menatap ke arah Bintang dengan tatapan memohon kemudian Tante Ema memegang tangan Bintang. "Nak, Sayangnya Bunda. Kali ini tolong selamatkan nama baik Ayah dan Bunda di hadapan semua orang. Kamu tidak mau kan, kalau nama Ayah dan Bunda tercemar? Apalagi kamu tahu sendiri, besan dari Ayah dan Bunda itu bukan orang sembarangan. Bisa kamu bayangkan kan Nak, bagaimana marahnya mereka jika pernikahan ini batal. Sebab, mereka juga akan malu," ucap Tante Emma mencoba memberi pengertian kepada Bintang.

Bintang tentu saja tidak setuju, pasalnya dia belum pernah bertemu dengan calon suami Azkia. Apalagi kata Azkia, calon suaminya itu punya kepribadian yang langka, dan Bintang tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia harus menikah dengan pria itu.

"Apakah Ayah dan Bunda tega, mengorbankan aku kepada pria itu?" tanya Bintang dengan tatapan tidak percaya mengarah kepada orang tuanya.

"Nak, bukan kami tega. Hanya saja, kamu juga harus mengerti, ini demi kebaikan kami, demi baikan keluarga kita. Bunda mohon Sayang, kamu terima ya pernikahan ini. Kamu gantikan Azkia untuk menikah dengan Emillio."

Bintang menggelengkan kepalanya dengan cepat, namun Om Prima dan juga Tante Emma terus aja membujuk Bintang dengan kata-kata balas budi kepada orang tua, dan berbakti kepada orang tua. Akhirnya Bintang pun mengiyakan, karena dia tidak mau membuat kedua orang tuanya malu. Walaupun pada akhirnya dia harus menerima kenyataan yang pahit.

MUA pun akhirnya merias wajah Bintang, tapi tidak nampak kebahagiaan dari pancaran wajah cantiknya itu. Bahkan yang ada hanya mendung dan juga raut wajah pasrah.

Siapa yang menyangka jika kepulangan Bintang dari Surabaya adalah awal bagi kehidupan barunya, yang entah Bintang pun tidak tahu, akankah bahagia atau malah sebaliknya.

Setelah Bintang dihias dengan sangat cantik, wanita itu pun duduk menghadap ke arah orang tuanya, dan di sana juga sudah ada Azkia yang sedang memainkan ponselnya.

"Baiklah, kamu tunggu di sini. Ayah dan Bunda akan turun dulu ke bawah untuk mengecek para tamu. Sebentar lagi Bunda akan ke sini untuk membawa kamu menuju lantai bawah," ucap Tante Emma sambil mengusap pundak Bintang dengan lembut.

Bintang menatap ke arah Azkia dengan tatapan penuh kekesalan. "Kenapa kamu mengorbankan Kakak? Dia kan dijodohkan dengan kamu, bukan dengan Kakak?" Bintang berbicara dengan kesal pada Adiknya.

Mendengar kekesalan dari sang Kakak, Azkia pun mengangkat wajahnya, kemudian dia berjalan ke arah jendela dan menatap keluar gedung yang sudah dipenuhi oleh mobil-mobil para tamu undangan.

"Aku tidak sudi, jika menikah dengan pria yang alergi dengan wanita. Bagaimana mau bahagia," jawab Azkia dengan jutek.

Bintang yang mendengar itu tentu saja sangat geram. Kemudian dia berjalan dan mendekat ke arah Azkia, lalu mencengkram lengan Adiknya itu dengan kasar. "Lalu ... apa harus kamu mengorbankan Kakak? Kamu tidak bahagia, lalu apa kamu memikirkan kebahagiaan Kakak? Apa kamu tidak memikirkan, bagaimana kehidupan Kakak selanjutnya?" kesal Bintang dengan lantang kepada Adik satu-satunya itu.

"Lagian, Kakak itu kan udah lulus kuliah. Udah waktunya Kakak nikah. Kalau aku masih 2 tahun lagi buat lulus kuliah. Aku masih pengen have fun. Iya sih, dia itu ganteng, tapi sayang, masa alergi sama wanita? Disentuh aja langsung bengek? Mana ada yang mau sama pria seperti itu. Jadi, karena masa depanku masih panjang, aku kasih aja deh buat Kakak, daripada keluarga kita malu," jawab Azkia dengan enteng tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Bintang benar-benar geram dengan kelakuan Sang adik, dia tidak menyangka jika saat ini dirinya tengah dijadikan seorang pengantin pengganti seperti pada novel-novel yang dia baca. Bintang hanya berharap, kisah cinta dan rumah tangganya sama seperti yang ada di novelnya Aisyah Az, yang berakhir bahagia dengan ending yang manis, tapi sayang, dunia real belum tentu semanis yang ada di dalam novel.

Saat Bintang akan menjawab ucapan Azkia, tiba-tiba Tante Emma masuk, lalu menyuruh Bintang untuk turun ke lantai bawah, dan melangsungkan acara ijab qobul.

Dengan berat hati Bintang melangkah digandeng oleh Tante Emma turun ke lantai bawah, sedangkan Azkia masih berada di kamar karena perintah dari kedua orang tuanya. Bintang mulai turun menapaki anak tangga satu persatu. Dia tidak pernah menyangka jika hari ini adalah hari yang bersejarah bagi dirinya, karena dia harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenal, tidak pernah dia temui dan tidak pernah sekalipun Bintang melihat wajahnya.

Dia berharap, jika ini hanyalah sebuah mimpi, tapi sayang, sorakan dan tepuk tangan dari para tamu undangan yang menyambut kedatangannya, tentu saja menyatakan jika itu bukanlah sebuah mimpi dalam tidur, tapi itu adalah sebuah mimpi yang begitu nyata. Hingga Bintang tidak bisa mengangkat wajahnya karena dia sama sekali merasa malu.

'Apakah hidupku harus berakhir seperti ini? Menikah dengan seorang pria yang tidak aku cintai, tidak aku kenal, bahkan tidak pernah bertemu dengannya. Bahkan aku tidak berani hanya untuk menatap wajahnya, ya Allah ... kenapa hidupku harus seperti ini? Kenapa aku seperti terjebak dalam novel yang sering aku baca?' batin Bintang sambil menundukkan kepalanya.

Bersambung.. . ...

JANGAN LUPA TEKAN JEMPOLNYA YA😘KOMEN JUGA TINGGALKAN JEJAK KALIAN😘🙏

Suami Setengah Yupi

Happy reading......

SAH ...

1 kata yang terucap dari mulut penghulu, yang menyatakan jika saat ini Bintang dan juga Emil sudah sah menjadi suami istri. Awalnya saat Emil melakukan ijab qobul, dia merasa heran, sebab nama mempelai wanita berbeda dengan nama yang pertama kali dia dengar.

Akan tetapi, Emil tidak perduli dengan nama yang baru saja dia sebutkan menjadi istrinya, lalu Bintang menyodorkan tangannya untuk mencium tangan Emil. Namun dengan segera Emil menarik tangannya dan menyembunyikannya di balik punggung, sehingga membuat Bintang dan juga semua orang yang ada di sana merasa heran.

"Jangan pernah menyentuh diriku!" ucap Emil dengan lantang.

Semua yang ada di sana merasa heran dan juga bingung dengan sikap Emil, tapi dengan secepat mungkin Tuan Ezra, selaku ayah dari Emilio, segera mengambil alih keadaan, agar semua orang yang ada di sana tidak merasa heran dengan perlakuan Emil kepada Bintang.

"Maaf semua, Emil sedang kurang enak badan, dan dia saat ini tidak ingin disentuh oleh seseorang," jawab Tuan Ezra, mencoba memberi pengertian kepada semua tamu undangan.

Walaupun semua orang merasa heran dengan penjelasan Tuan Ezra, tapi mereka tidak ingin banyak protes dan banyak bicara. Mereka pun hanya mengangguk mengiyakan walaupun sebenarnya mereka penasaran.

*********

Malam pun tiba.

Saat ini Bintang tengah berada di sebuah kamar hotel yang mewah, di mana kamar itu sudah disulap sangat indah karena kamar itu akan menjadi saksi penyatuan antara kedua insan yang baru saja melangsungkan pernikahan tadi pagi.

Bintang menatap nanar ke arah ranjang yang sudah berhiaskan bunga-bunga mawar dan juga ada hiasan lilin di pinggir kasur, dia sangat menyayangkan karena Bintang sangat yakin jika malam indah yang seharusnya dinikmati oleh pasangan pengantin baru, tidak akan pernah terjadi kepadanya.

Kemudian wanita itu pun melangkah ke arah kamar mandi dan membersihkan dirinya. Sekitar 15 menit dia pun keluar memakai jubah handuk, lalu Bintang melangkah mendekat ke arah koper untuk mengambil baju gantinya dan masuk kembali ke kamar mandi.

Saat Bintang keluar dari kamar mandi dan selesai mengganti bajunya dengan baju tidur, tiba-tiba dia melihat Emil sudah duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponselnya. Dia pun berjalan mendekat ke arah ranjang dan hendak tidur, tapi Emil segera menghentikan langkahnya.

"Stop! Jangan pernah kamu tidur seranjang denganku! Dan jangan pernah kamu pikir, bahwa malam ini akan terjadi seperti apa yang ada dalam bayangan kamu!" Emil berucap dengan lantang tanpa menoleh ke arah Bintang sedikit pun.

Mendengar itu Bintang sangat geram, kemudian dia mengangkat wajahnya dan melihat wajah tampan Emil. Sejenak dia terpesona dengan ketampanan pria itu, tapi Bintang segera menggelengkan kepalanya saat mengingat ucapan pedas yang keluar dari mulut pria itu.

"Siapa juga yang mau tidur sama kamu? Memangnya siapa yang mau tidur dengan pria angkuh dan sombong seperti kamu? Jangan kamu pikir, aku menikah dengan kamu, itu karena aku mau. Kamu salah! Aku menikah dengan kamu, itu terpaksa. Hanya untuk menggantikan adikku. Jika bukan karena orang tuaku, tentu saja aku tidak akan sudi menikah dengan pria yang sama sekali tidak aku kenal, bahkan tidak pernah aku cintai, paham!" jawab Bintang dengan lantang, kemudian dia mengambil bantal dan juga selimut dan berjalan ke arah sofa. Namun saat Bintang akan tidur, tiba-tiba Emil memanggilnya kembali.

"Tunggu! Kamu bilang apa tadi? Menggantikan adikmu?" tanya Emil dengan heran, kemudian Bintang menatap Emil sambil mengganggukan kepalanya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Emil yang tadinya tidak memperhatikan wajah Bintang pun seketika menoleh ke arah wanita itu dan memperhatikan wajah cantik Bintang. Dia baru sadar jika memang wajah yang terakhir kali ditemuinya saat perkenalan sebelum pernikahan, memang sangat berbeda. Pantas saja Emil merasa janggal dengan nama yang disebutkannya saat ijab qobul tadi pagi.

"Kenapa kalian berani bermain-main dengan keluargaku? Emangnya kalian pikir, pernikahan ini macam permainan? Bisa seenak jidat kalian ganti, hah!" marah Emil dengan nada yang membentak ke arah Bintang.

Mendengar kemarahan suaminya itu, Bintang sedikit terkejut. Pasalnya tidak pernah dia dibentak seperti itu oleh siapapun, termasuk orang tuanya sendiri, tapi kini pria yang ada di hadapannya itu yang bergelar sebagai suaminya berani membentak dirinya.

"Siapa yang ingin mempermainkan pernikahan? Kamu pikir, aku mau? Tentu saja aku tidak mau! Tetapi, walau bagaimanapun pernikahan itu tidak akan bisa batal bukan? Memangnya kamu mau, keluargamu menjadi malu? Aku juga tidak ingin keluarga aku malu, itu kenapa aku menggantikan adikku yang tidak ingin menikah dengan kamu. Kamu saja bahkan tidak hafal dengan wajah calon istri kamu, bahkan namanya saja kamu tidak hafal," sindir Bintang sambil menarik selimutnya.

"Hei ... aku belum selesai bicara dengan kamu! Yang sopan ya, kenapa adikmu membatalkan pernikahan denganku?" tanya Emil dengan penasaran.

Akan tetapi Bintang tidak menghiraukan ucapan Emil, karena badannya sudah sangat lelah sekali, seharian terus berdiri di pelaminan menyambut para tamu undangan. Apalagi dengan gaun yang berat dan heels yang tinggi, membuat kakinya dan juga tubuhnya terasa begitu pegal.

Emil yang tidak terima pun segera melangkah mendekat ke arah Bintang, lalu dia menggoyangkan selimut itu. Tetapi Emil tidak berani menyentuh tubuh Bintang. "Hey, bangun ... aku belum selesai bicara, jangan tidur atau kamu akan--"

"Akan apa? Kamu akan menghukumku? Dengan apa? Kamu saja tidak bisa kan bersentuhan dengan wanita?" ledek Bintang dengan lantang, sambil membalik tubuhnya dan menatap Emil. Kemudian dia duduk dan bangkit mendekat ke arah Emil.

Melihat itu tentu saja Emil sangat panik, kemudian dia pun berjalan mundur, dan Bintang malah semakin maju mendekat ke arah Emil. "Diam di situ! Jangan mendekat. Berani mendekat, kamu akan tahu akibatnya!" ancam Emil sambil menunjuk wajah Bintang.

Namun bukan Bintang namanya jika dia tidak jahil kepada orang. Bintang pun tersenyum mengejek, lalu dia semakin mendekat ke arah Emil, membuat pria itu semakin mundur hingga tubuhnya terpentok di dinding dan tidak bisa lagi lari kemana-mana. "Jangan mendekat!"

"Kenapa? Kita ini kan suami istri

Harusnya, suami istri itu di malam pertama melakukan hal yang indah-indah, yang enak-enak. Harusnya kamu itu sebagai suami memperlakukan istri kamu itu dengan lembut. Masa istri mendekat,bkamu malah mundur," ledek Bintang sambil terus mendekat ke arah Emil dengan langkah yang dibuat perlahan, membuat pria itu seketika mengeluarkan keringat dingin.

Bintang penasaran dengan ucapan dari Azkia, jika Emil akan sesak nafas bila disentuh oleh wanita. Kemudian Bintang mengulurkan satu tangannya untuk menyentuh Emil, dan Emil yang melihat itu tentu saja sangat panik, dia ketakutan dengan keringat yang sudah membasahi wajahnya.

"Jangan mendekat!" ucap lantang Emil dengan suara yang sedikit bergetar takut.

Bintang yang melihat ketakutan dan kepanikan di wajah pria tampan itu, seketika menarik kembali tangannya, kemudian dia membalik tubuhnya.

"Ck, dasar pria cengeng. Masa mau disentuh aja udah ketakutan!begitu! Gimana mau ngelakuin enak-enak," sindir Bintang sambil berjalan kembali ke arah sofa dan menarik selimut untuk menyelam ke alam mimpi.

Emil bernafas lega saat melihat Bintang berjalan ke sofa dan tidur kembali. Dia mengusap dadanya yang berdebar dan juga terasa sesak, dan Emil yang melihat itu segera lari tulang langgang ke dalam kamar mandi. Dia takut jika nanti Bintang akan mendekatinya kembali dan malah menyentuh dirinya.

"Ckckck, dasar suami aneh. Lembek amat kayak permen Yupi, kenyal-kenyal namun tarik ulur," kekeh Bintang saat melihat Emil lari masuk ke dalam kamar mandi.

Bintang setidaknya sedikit merasa bersyukur, walaupun pernikahannya tidak tahu akan seperti apa ke depan. Tetapi dengan keadaan suaminya yang seperti itu, membuat Bintang masih menjadi seorang perawan dan masih Suci tidak ternoda. Bintang juga merasa terhibur dengan kekurangan suaminya, dia merasa jika mempunyai mainan baru.

Saat Bintang akan menutup matanya, menyelam ke alam mimpi yang indah, tiba-tiba dia mendengar suara teriakan dari arah kamar mandi dan seketika membuat mata Bintang kembali terbuka.

Aaaaaa...

"Astaga ya Allah ... ini ada apa lagi? Kenapa sih, si pria setengah Yupi itu cari gara-gara terus? Baru saja aku akan menyelam, menemui Oppa Song Joong Ki, ampun deh," gerutu Bintang sambil menutup matanya kembali, namun dia harus kembali membuka mata saat merasakan sesuatu menghantam wajahnya.

Bersambung.......

Cewek Rantang

Happy reading......

Bintang mengambil sesuatu yang ada di wajahnya yang dilempar oleh Emil kepada dirinya, dan seketika mata Bintang membulat dengan mulut menganga. Lalu, sedetik kemudian wajah Bintang menjadi merah merona malu.

Dia pun langsung menyembunyikan benda itu ke belakang tubuhnya, dan menggigit bibir bawahnya sambil menatap ke arah Emil yang sedang menatap dirinya dengan tatapan garang.

"Apa kamu sengaja hah, menaruh kain lacknat itu di kamar mandi? Kamu sengaja, ingin menggodaku? Jika itu tujuanmu, maka tidak akan pernah mempan. Kenapa kau gantung di kamar mandi? Kenapa tidak dimasukkan ke keranjang pakaian kotor?" geram Emil sambil menatap Bintang dengan tajam.

Melihat kekesalan pria itu, tentu saja Bintang tidak terima. Kemudian dia berdiri dan mendekat ke arah Emil, dan Emil yang melihat itu segera mundur.

"Heh, Pria setengah Yupi, denger ya! Aku tuh lupa. Lagi pula, apa salahnya menggantung benda ini di kamar mandi? Namanya juga kamar mandi, kan tempatnya menggantung ini dan itu, termasuk dala-man," jawab Bintang dengan acuh. Padahal saat dia mengatakan kata 'dalaman', Bintang sedang menahan rasa malunya.

Ya, benda yang ditemukan Emil saat berada di kamar mandi adalah pembungkus da-da milik Bintang, tentu saja Emil sangat geram, Sebab, dia tidak biasa memegang benda yang menjijikan itu, hingga Emil pun melempar benda itu tepat ke wajah Bintang.

"Kau ini, dasar gadis yang jorok. Lain kali simpan bendamu itu di tempat yang seharusnya." Setelah mengatakan itu, Emil pun masuk kembali ke dalam kamar mandi, karena dia takut jika nanti Bintang semakin mendekat ke arahnya.

"Dasar pria setengah Yupi, timbang BH aja kok protes. Emang beda ya, kalau pria normal sama pria setengah Yupi. Itu sangatlah berbeda. Kalau pria normal, lihat beginian itu udah pasti langsung panas dingin, tapi dia mah, lihat beginian boro-boro panas dingin, yang ada meleleh kayak coklat dipanaskan di atas kompor, letoy bin melehoy," gerutu Bintang sambil menaruh benda miliknya di keranjang kotor. Setelah itu Bintang pun kembali ke sofa dan melanjutkan tidurnya, menjemput alam mimpi bertemu dengan Oppa sang pujaan hati.

Sementara itu Emil di kamar mandi tengah berdiri dan mengguyur tubuhnya di bawah air shower. Dia benar-benar tidak habis pikir, kenapa istrinya bisa sebar-bar itu, dan Emil juga tidak habis pikir mempunyai istri yang pembangkang dan bisa melawan dirinya. Padahal, selama ini wanita tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan Emil. Mereka terlalu takut dan patuh kepada Emil.

Akan tetapi Bintang sangat berbeda, dia mampu menjawab pertanyaan Emil dengan lantang. Bahkan, saat wanita itu merasa malu pun dia masih bisa menjawabnya. Jika saja bukan karena permintaan orang tuanya, Emil tidak akan pernah mau menikah.

'Kenapa aku harus mempunyai penyakit seperti ini? Ya Tuhan, tidak bisakah kau sembuhkan penyakitku ini, agar aku bisa membalas Gadis itu. Agar aku bisa untuk menutup mulutnya, menyumpalnya dengan cabe setan!' geram Emil di dalam hatinya.

Setelah membersihkan diri, Emil keluar dari kamar mandi dan hanya dililit handuk sebatas pinggang saja. Dia melihat jika Bintang sudah tertidur dengan pulas di atas sofa, kemudian Emil pun mengganti bajunya dengan baju tidur, lalu berjalan ke arah ranjang. Akan tetapi, saat dia melewati sofa, Emil menatap wajah polos milik istrinya.

"Cantik," ucap Emil tanpa sadar.

Seketika pria itu langsung memukul kepalanya. "Apa yang kau katakan, Emil. Dia memang cantik, tapi sangat menyebalkan," kesal Emil sambil berjalan ke arah ranjang lalu tidur dan menjemput alam mimpi.

Pagi pun tiba.

Tepat jam 06.00 pagi, Bintang menggeliat, meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa begitu pegal. Kemudian dia pun dengan perlahan duduk dan bersender di sofa, lalu melihat sekeliling kamar hotel.

"Ya ampun, aku pikir semalam aku beneran mimpi, tapi ternyata ini adalah sebuah kenyataan yang pahit. Di mana aku harus menikah dengan pria setengah Yupi. Astaga Bintang, Bintang ... malang nian nasibmu, Nak. Kamu harus mempunyai suami seperti dia, yang bahkan disentuh kamu aja bengek kayak orang kurang oksigen, tapi aku kan belum mencobanya, apakah dia beneran bengek atau memang cuma pura-pura bengek? Oh, atau dia bangau yang suka sosor sana sosor sini? Tau ah, lebih baik aku mandi menyegarkan kepalaku yang terasa mumet dan harus menghadapi kenyataan, di mana hari-hariku sudah pasti akan menyebalkan bertemu dengan pria setengah Yupi itu setiap hari," gerutu Bintang sambil menatap ke arah ranjang.

Saat Bintang akan melangkah ke kamar mandi, entah kenapa kakinya malah berbelok melangkah mendekat ke arah ranjang di mana Emil sedang tertidur dengan pulas. Setelah sampai di pinggir ranjang, Bintang memperhatikan wajah tampan pria itu.

'Sangat tampan! Mempunyai badan yang atletis, idaman setiap wanita. Tetapi sayang, setengah Yupi,' batin Bintang sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian dia pun melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tidak Bintang pungkiri, jika Emil memanglah sangat tampan. Apalagi dengan postur tubuh yang tegap, otot-otot yang menonjol dan dia sangat yakin jika Emil mempunyai roti sobek di perutnya, tapi sayang walau begitu Bintang tidak tertarik. Karena yang dia nikahi adalah pria setengah jadi-jadian.

Selesai membersihkan diri, Bintang masih melihat Emil meringkuk di atas ranjang. Dia pun tidak ingin mengganggu tidur nyenyak pria itu, kemudian Bintang menyibak gorden kamar sedikit, lalu membuka pintu kamar balkon dan keluar, menghirup udara pagi yang sejuk sambil memejamkan mata dan merentangkan kedua tangan. Itu adalah kebiasaan yang setiap pagi dilakukan oleh Bintang di rumahnya maupun di apartemennya.

'Pagi, aku berharap sejukanmu, kesegaranmu, dapat menjernihkan hari-hariku dan juga otakku. Karena aku yakin, setelah ini akan banyak rasa kesal dan menjengkelkan dalam hari-hariku. Aku hanya berharap, hidupku akan semenyejukan dirimu dikala pagi. Walaupun dikala siang, aku harus merasakan panas di bawah kejengkelan pria setengah Yupi itu.' batin Bintang bermonolog sambil melihat ke arah matahari yang mulai terbit dan naik dengan warna keemasan.

Emil membuka matanya secara perlahan, dan dia melihat pintu balkon terbuka. Emil pun duduk di tepi ranjang sejenak, kemudian dia turun hendak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tapi dia melihat siluet wanita di balik gorden, dan Emil sangat yakin jika itu adalah bayangan dari tubuh Bintang.

Tanpa menghiraukan wanita itu sedang apa di balkon, Emil pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia tidak peduli dengan apa yang dilakukan wanita itu, karena Emil sama sekali tidak mencintai dirinya.

*********

Saat ini Emil dan juga Bintang sedang berada di dalam mobil untuk menuju ke kediaman Ferdinand, yaitu kediaman orang tua Emil. Di mana, di sanalah kehidupan Bintang akan dimulai, dan di sana juga Bintang akan tinggal selama menjadi istri Emil.

Tidak ada pembicaraan di dalam mobil, hanya ada keheningan. Apalagi saat ini Emil dan Bintang hanya berdua saja di dalam mobilnya. Setelah menempuh perjalanan 40 menit, mereka pun sampai di rumah mewah bak istana raja milik orang tua Emil.

Emil keluar dari mobil tanpa membukakan pintu untuk Bintang, dan Bintang yang melihat itu pun berdecak kesal. "Sungguh laki-laki tidak berperikemanusiaan. Aku ini kan istrinya, masa diperlakukan sedingin es kutub begitu? Nggak ada romantisnya banget, dasar pria Yupi!" gerutu Bintang sambil membuka sabuk pengamannya, lalu keluar dari mobil mengikuti langkah Emil yang masuk ke dalam rumah.

"Halo sayang, selamat datang ya. Mama berharap kamu akan senang tinggal di sini, dan anggap saja rumah ini rumah sendiri. Karena sekarang kamu adalah bagian dari keluarga Ferdinand," ucap Mama Adriani, yaitu Mama dari Emil.

"Iya Mah," jawab Bintang dengan singkat

Dia senang, sebab keluarga Emil menyambutnya dengan hangat. Setidaknya Bintang disana tidak hidup dalam cerita, seperti Novel yang di mana mertuanya membenci menantunya.

Kemudian Mama Adriani meminta Bintang untuk istirahat di kamar milik Emil, karena pria itu sudah lebih dulu masuk ke dalam kamarnya, dan Bintang pun menurut. Dia menaiki tangga satu persatu hingga sampai di lantai atas.

"Kata Mama Ria, kamarnya si pria Yupi itu ada tulisan 'tuan muda'," gumam Bintang sambil melihat setiap pintu yang berjejer di lantai 2, dan saat dia menemukan sebuah pintu coklat dengan nama 'tuan muda', Bintang pun langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

"Huwwaaaa ..." teriak Bintang saat dia masuk dan melihat Emil sedang bertelanjang dada.

"Gadis bar-bar, main masuk sembarangan. Bukannya ketuk pintu dulu. Emangnya Lo, pikir ini tuh kamar kosan, main masuk-masuk aja tanpa ketuk pintu dulu!" kesal Emil dengan nada tinggi kepada Bintang.

Sedangkan Bintang yang melihat Emil bertelanjang dada, segera membalikkan tubuhnya. Dia merutuki kebodohannya yang tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, dan langsung masuk ke dalam kamar sehingga mata sucinya harus ternoda oleh penampakan roti sobek yang ada di perut Emil.

"Ya, mana aku tahu kalau kamu lagi ganti baju. Lagian kamar nggak dikunci, mana tuh rotinya ada 8 kotak lagi," jawab Bintang dengan mata terpejam.

Emil tidak menjawab, dia pun segera memakai dasi dan juga jasnya. Karena hari ini Emil harus ke kantor untuk menghadiri meeting yang penting. Walaupun kemarin dia sudah menikah, tapi bagi Emil pekerjaannya adalah hal yang utama.

"Hei, tunggu ..." ucap Bintang menghentikan langkah Emil, saat pria itu akan keluar dari kamar.

"Kenapa?"

"Nama kamu siapa sih? Aku belum hafal nama kamu. Masa Suami istri, kita tidak hafal nama masing-masing sih? Lucu banget?" tanya Bintang kepada Emil.

Dia merasa lucu dengan rumah tangganya saat ini, karena Bintang tidak tahu namanya Emil siapa, dan Emil pun tidak tahu nama Bintang siapa. Akhirnya Emil pun menyebutkan namanya.

"Namaku Emilio, kau bisa memanggilku dengan Emil," jawab Emil sambil membuka pintu.

"Hah! Es Milo? Pantes sih agak lembek-lembek gimana gitu, cocok memang kalau dimasukin permen Yupi," ujar Bintang sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa! Kau bilang apa tadi? Es Milo? Emilio, bukan es Milo! Enak saja main ganti-ganti nama orang. Lama-lama kau buat aku kesal, aku sumpel mulutmu sama cabenya mak Erot, mau kau!" geram Emil dengan tatapan tajam dan dingin mengarah ke arah Bintang.

"Waduh, selow dong. Aku kan cuma bercanda. Lagian nama kamu emang lucu kan? Namaku Bintang," ucap Bintang dengan enteng sambil mengulurkan tangannya.

"Bodo amat! Mau nama kamu Bintang kek, bulan kek, matahari, awan kek, alien kek, aku nggak perduli. Dan Oh ya, nama kamu tuh sangat lucu. Kamu bukan Bintang, tapi akan aku panggil kamu rantang," balas Emil sambil menutup pintu kamarnya, meninggalkan Bintang dengan mata membulat menatap marah ke arah Emil.

"Woii ... enak aja main panggil orang rantang-rantang? Bintang woi, bukan rantang! Dasar pria setengah Yupi, es Milo!" teriak Bintang dengan kesal, karena dia tidak terima dinamakan rantang oleh Emil. Sementara pria itu malah terkekeh keluar dari kamarnya saat melihat wajah kesal milik Bintang,

Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!