dia adalah Robert Van Harden berasal dari keluarga konglomerat dan pengusaha yang terkenal, nama ayah nya adalah Carlos Van Harden seorang pebisnis terkenal di negara nya.
saat berumur 20 tahun Robert Van Harden berkuliah di economic business di negara bagian D, saat berumur 25 tahun Robert pulang ke rumahnya karena ayahnya yang sudah menginjak umur 50an untuk melanjutkan perusahaan nya.
Robert yang wajahnya putih serta tatapan nya seperti elang serta alis yang tebal dan tubuhnya yang gagah dan berwibawa mampu memikat hati para wanita di sekitarnya.
saat di usia 26 tahun nya Robert mendirikan keamanan nya sendiri yang bernama klan black Tiger, di saat perdananya dia turun dia sudah mampu merekrut seorang pembunuh senyap.
berawal dari bertarung bersama pembunuh senyap Robert mulai memperluas lagi jaringan pasukannya, di saat umur nya menginjak 28 tahun.
ayah nya Robert menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit central Kartika karena penyakit jantung yang di derita ayahnya sudah sangat parah.
dan di saat itu perebutan warisan di perdebatkan, Robert sendiri memiliki 2 ibu yaitu ibu sambungnya yang sekarang, dan ibu kandungnya yang sudah meninggal pada saat Robert berusia 14 tahun.
tapi Robert tidak di perlakukan oleh ibu tirinya dengan baik, bahkan dirinya pernah mengalami tindak kekerasan yang di lakukan oleh ibu tirinya.
Robert juga memiliki 4saudara 3saudara tiri dan satu saudari kandung, di saudari kandung Robert memiliki adik bernama Elena Ratika, saat ibu kandungnya meninggal ibunya meninggalkan dua anak satu laki-laki dan dua perempuan.
dan untuk 3 saudaranya dia sangat membeci mereka karena dari awal mereka masuk Robert dan elena tidak suka atas kehadiran mereka.
di saat yang sama setelah meninggal nya ayahnya, Robert mulai menyelidiki kasus kematian ayahnya, karena Robert merasa ada yang janggal atas kematian ayahnya yang tiba-tiba.
"perintahkan Kris untuk menyelidiki kematian ayah" ucap Robert sambil membanting pot yang ada di samping nya.
"baik, tapi tenang kan dirimu dulu tuan" ucap orang berwajah tampan dan putih, tatapan yang tajam membuat seseorang yang menatap nya akan takut.
"bagaimana aku bisa tenang Jiang kematian ayah ku sangat tidak masuk akal sekali, aku curiga pada 3 saudara ku dan juga ibu nya yang seperti ular yang sangat berbisa"
"iya aku tau tuan, tapi saat ini lebih baik kita cari seorang penembak jitu, kalau tuan ingat saat pertarungan pertama kita, kita hampir tewas oleh seorang penembak jitu untung saja Kris pada waktu itu datang dan ingin bergabung bersama kita, untuk urusan wanita ular berbisa itu, itu gampang saat kekuatan kita sudah cukup kita jangan gegabah dulu"
"tentu aku ingat, kalau kau punya teman yang sangat hebat dalam sniper, suruh dia datang ke sini, kita saat ini sedang kekurangan pasukan jalan yang terbaik hanya menjalin kerjasama sesama mafia" balas Robert lalu menuangkan bir kegelasnya.
"itu adalah ide yang tepat tuan, tapi untuk saat ini kita fokus untuk membangun pasukan terlebih dahulu, kita juga harus memperluas kekuasaan kita, sudah 1tahun kita berjalan bersama membangun tempat ini, sayang jika nanti hancur di serang oleh musuh yang tiba-tiba muncul"
"kau benar maka dari itu setelah besok aku ke bagian HRD untuk menerima karyawan, sore nya aku akan berangkat ke negara B untuk menemui teman lamaku yang sudah berkecimpung lama di dunia hitam ini" ucap Robert lalu memberikan check sebesar 1juta dollar.
"beli senjata api jarak jauh, sniper dan beberapa roket serta mobil hammer untuk di belakang dan beberapa mobil SUV, kalau kurang kabari aku" ucap Robert lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut, lalu Robert membuka hp nya dan melihat pesan masuk dari adiknya.
'kak aku sudah pulang tolong jemput ya
itulah pesan yang di berikan adiknya lewat WhatsApp, lalu Robert segera masuk ke mobil BMW X5 nya dan melajukan mobil nya.
30menit berlalu Robert telah sampai di sekolah adiknya, adiknya sendiri sekarang berumur 17 tahun dan menginjak bangku SMA pada usia 15 tahun.
adiknya yang memiliki tubuh ramping dan kecil serta imut, menjadikan nya populer di sekolah nya, wajah adiknya yang putih dan lembut serta rambutnya yang berwarna hitam lurus, menjadikan nya sebagai incaran para laki-laki untuk menjadi pacarnya.
"kak aku di sini" ucap elena sambil melambaikan tangan pada kakaknya.
"haish aku rasa kebiasaan dia memakan coklat tidak pernah berhenti" lalu Robert melangkah kan kakinya dengan cepat untuk menghampiri elena.
setelah dekat dengan elena Robert lalu langsung menjewer nya, "kakak kan sudah bilang jangan terlalu banyak makan coklat, nanti gigi kamu nanti ompong seperti nenek" ejek Robert sambil menasehati adik nya.
"cuma satu aja kak, lagian coklat bisa membuat bahagia bagi pemakan nya" balas adik nya.
"memang benar adik ku sayang tapi kalau kau makan coklat terus-menerus, bisa opong gigi mu dan berat badan mu menambah" ucap Robert lalu menggembungkan pipi nya.
"aaa kakak, iya-iya aku tau ini terakhir, hari ini aja pliseee" ucap adik nya dengan wajah imut nya.
'kalau begini mana tega aku' ..."ehem baik hari ini terakhir kalau nanti kamu ketahuan makan coklat lagi, kakak akan bawa kamu ke dokter gigi untuk di periksa"
"gigi ku bersih kakak aaa" ucap adiknya sambil membuka mulutnya nya untuk membuktikan pada kakaknya bahwa gigi nya bersih.
"jorok ada cabai nya di gigi mu hahaha" ucap Robert lalu lari ke mobil nya.
"haish awas kau kak" ucap elena lalu mengejar kakaknya.
setelah sampai di mobilnya Robert langsung masuk ke mobil nya.... "mana ada cabai di gigi ku kak" ucap elena ketika sampai di mobil kakak nya.
"ya mana kakak tau kakak kan tadi hanya bercanda hahaha" ucap Robert lalu mulai men starter mobil nya.
"haish kakak mah" ucap elena sambil menyilang kan kedua tangan nya.
"jangan ngambek dong dek kan kakak cuma bercanda, lagian besok kakak mau ke negara B untuk bertemu teman lama kakak"
"beneran kak kalau gitu titip oleh-oleh ya ntar aku kasih list, oleh-oleh apa aja yang akan kakak beli ya kak"
"huf kenapa mood cewek selalu berubah-ubah setiap waktu" dengkus Robert.
"apa kak"
"gak-gak gak ada apa-apa" setelah beberapa menit berlalu akhirnya mereka berdua sampai di rumah Robert.
rumah mewah berlantai dua serta memiliki dua garasi mobil, di depan rumah sendiri terdapat pos jaga yang di isi oleh pasukan Robert sendiri.
seluruh keamanan rumah Robert dia kebanyakan dari pasukan nya sendiri, karena dia tidak percaya dengan orang lain, kalau untuk pelayan nya dia percaya pada Bi Minah sebagai kepala pelayan nya.
karena bi Minah dulu lah yang merawat Robert sampai saat ini, dan saat Robert keluar dari rumah saat ayahnya sudah tiada bi Minah juga ikut bersama Robert.
walau Robert di luar nakal tapi dia juga memiliki sopan santun terhadap orang tua dan orang yang menghormati nya, dan karena bi Minah juga sudah sangat sayang pada Robert.
"eh non elena sudah pulang, tumben sama tuan Robert" ucap Bi minah saat Robert dan elena pulang.
lalu mereka berdua mencium tangan Bi minah, "iya Bi tadi elena yang minta, oh ya Bi besok aku mau ke negara B ada urusan bisnis, tolong jaga elena ya Bi jangan terlalu sering-sering untuk makan coklat tau sendiri kan elena gimana"
"iya bibi tau nak Robert tenang saja, bibi pasti menjaga nya nak Robert pergilah dengan tenang untuk mengurus bisnis"
"iya Bi kalau begitu aku masuk dulu ya" ucap Robert lalu masuk kedalam rumah
keesokan harinya Robert berangkat ke kantornya untuk mengurus beberapa hal dan juga penerimaan karyawan baru.
"selamat pagi tuan Robert" sapa karyawan nya di kantor.
"pagi" jawab Robert dan langsung pergi menuju ruang kerjanya.
setelah sampai di ruangan kerjanya Robert lalu menelpon karyawan nya yang memegang HRD.
Tut, Tut
"hallo, apa pegawai baruku sudah ada" tanya Robert ketika sambungan teleponnya di angkat.
"sudah tuan, sesuai kriteria tuan tidak terlalu tinggi dan besar"
"suruh dia kemari" ucap Robert lalu menutup telepon nya.
selang beberapa menit masuklah seorang perempuan muda cantik, wajahnya yang indah serta rambutnya yang hitam panjang mampu memikat laki-laki yang ada sekitarnya, tinggi nya sekitar 168cm tubuh nya yang ramping serta buah dadanya yang pas di pegang membuatnya semakin manis dan cantik.
"nama" tanya Robert yang fokus pada laptopnya dan tidak melirik ke arah perempuan tersebut.
"Tasya rosmana"
"umur"
"26 tahun"
"lulusan universitas"
"business manajemen"
"bersuami atau sigle"
"e-h kenapa tuan menanyakan hal itu" tanya Tasya karena tersentak mendapati pertanyaan Robert.
"jawab saja" balas Robert yang masih fokus pada laptopnya.
"belum masih sigle tuan" jawab Tasya sambil memainkan jarinya.
"oke kamu di terima, dan bisa mulai hari ini bersama ku" ucap Robert lalu menutup laptopnya, saat Robert melihat wajah Tasya pertama kali dia seperti melihat seorang bidadari yang jatuh dari surga.
"tuan" ucap Tasya sambil melambaikan tangan nya.
"ehem maaf, sekarang kau boleh kerja sebagai asisten pribadi ku"
"eh"
"kenapa keberatan kalau begitu kau pulang saja" ucap Robert dengan mengayunkan tangan kanannya yang mengisyaratkan untuk segera keluar.
"bukan begitu tuan tapi ini terlalu mendadak dan tidak sesuai dengan penjelasan dari pihak HRD"
"ini kantor ku apa kau ingin menolak" tanya Robert sekali lagi.
'demi ibu dan adik ku aku pasti akan melakukan apapun apalagi adik ku menderita sakit parah' .... "baik tuan aku terima jadi tugas hari ini apa ?" tanya Tasya sambil menundukkan kepalanya.
"angkat kepala mu aku tidak mau ada seorang yang menundukkan kepalanya hanya karena segan, tundukkan kepala mu hanya untuk orang tua mu dan orang yang lebih tua darimu, sekarang tugas mu siapkan barang mu nanti sore kita akan berangkat menemui teman ku sekaligus bisnis"mendengar perkataan Robert, Tasya kini sudah bisa mendongak kan kepala nya dan tersenyum manis pada Robert.
"baiklah tuan kalau begitu aku pergi pulang dulu ya" ucap Tasya lalu melambaikan tangan nya dan pergi keluar.
klek
setelah keluar Tasya keluar Robert langsung berucap sendiri, "kenapa dengan ku, aku setiap hari selalu bertemu dengan perempuan yang cantik tapi kenapa kali ini perasaan ku berbeda dengan nya, sungguh aku tidak mengerti" ucap nya sambil memijat keningnya yang terasa pusing.
di siang hari Robert menerima daftar list dari adiknya, "ini dia mau menghabiskan uang ku atau apa, banyak sekali oleh-oleh yang dia minta" ucap Robert yang melihat daftar yang sangat panjang sekali di kertas robekan.
lalu Robert menelepon Tasya sudah siap atau belum, Tut,Tut... "iya tuan ada apa".
"apa kau sudah menyiapkan semua kebutuhan mu kalau sudah nanti akan aku jemput kamu" ucap Robert langsung mematikan telfon nya.
di sisi lain Tasya sedang mengumpati bos nya, "huff punya bos gini amat, terlalu cuek" .
"Jiang!! siapkan jet pribadi ku, seluruhnya harus sudah siap dan keamanan sudah terjamin" ucap Robert sedikit membentak.
"siap! laksanakan, Steven dan Graham akan ikut bersama mu jadi tuan tenang saja aku dan Kris akan melindungi rumah tuan" balas Jiang dengan hormat.
"aku percaya kepada mu Jiang apalagi kita sudah mengalami asam manis, di dunia hitam ini yang sangat kejam" ucap nya lalu menepuk pundak Jiang dan melenggang pergi ke garasi mobil nya.
saat sedang berjalan ke arah garasi mobil nya Robert melihat Kris yang tampak kusut wajahnya seperti belum di setrika, "oi Kris" ucap Robert lalu menghampiri Kris.
"ah tuan Robert" dia adalah Kris berumur 25 tahun masih muda tapi dia sudah menjadi ketua geng motor yang di segani di wilayahnya, wajah nya tidak terlalu putih dan rambutnya yang di semir berwarna merah serta jaket kulit yang selalu ia kenakan menambah ke kerenan nya.
"kau kenapa tumben sekali, ayo lah cerita anggap aja kita keluarga di sini hihi" ucap Robert sambil melihatkan gigi nya.
"jadi begini tuan di geng eagle red, geng yang aku ketua sendiri saat ini sedang tertekan karena perebutan wilayah dengan geng cobra, tentu saja sebagai ketuanya aku memikirkan mereka, apalagi aku di sana sudah sangat lama dan kami semua sudah seperti saudara dan keluarga, kalau tuan izinkan aku berencana ingin menyelesaikan masalah yang di alami oleh saudara ku" ucap Kris dengan wajah yang tertunduk.
"aku izinkan dan juga aku sudah mentransfer uang sebesar 500 jt ke akun mu, itu untuk saudara mu di sana, aku juga titip salam jika mereka mau bergabung dengan klan ku pintu nya akan selalu terbuka, ingat ya Kriss" ucap Robert yang langsung pergi ke arah garasi mobilnya nya.
"terimakasih tuan Robert aku akan selalu setia menjadi pengawal mu"
setelah masuk ke mobil BMW nya Robert mulai mengingat-ingat wajah Tasya yang sangat imut dan manis itu, "tidak-tidak, Robert tenang kan pikiran mu" ucap nya lalu mulai men starter mobil nya.
"tunggu dulu, kenapa aku malah menyalakan mobil ku, ah benar juga aku kan harus menjemput Tasya... tapi aku baru ingat bahwa aku tidak memiliki alamatnya" entah ada apa di pikiran Robert hingga dia menjemput asisten nya sendiri, terlebih lagi Robert bahkan tidak sekalipun pernah menjemput mantan asisten nya yang dulu.
"masa bodo" ucap Robert lalu membuka ponsel nya dan meminta alamat Tasya pada karyawan yang mengurus HRD.
setelah mendapatkan alamat tersebut Robert langsung menancapkan gas nya dan menuju ke rumah Tasya.
setelah mengarungi jalan yang mancet dan ramai Robert akhirnya sampai di alamat yang ia tuju, apalagi saat melihat jalan rumah nya yang berada di antar gang sempit, sehingga Robert harus berjalan kaki untuk menuju ke rumah Tasya.
saat hampir sampai di rumah Tasya, Robert melihat Tasya yang sedang bersama seorang perempuan yang memakai kursi roda, bahkan rumah nya sangat sederhana di sekali di bandingkan rumah-rumah milik tetangganya.
melihat pemandangan tersebut membuat hati Robert tersentuh, bagaimana tidak seorang wanita yang barusan ia terima ternyata seorang wanita pekerja keras, bahkan ia rela menerima pekerjaan apapun demi keluarganya.
setelah agak lama berdiri agak jauh dari rumah Tasya, Robert lalu melangkahkan kakinya untuk menuju rumah Tasya, "permisi nona" ucap Robert ketika sampai di depan rumah Tasya.
"e-eh tuan muda, maaf menyambut seperti ini, kenapa tuan muda tidak memberitahu sebelumnya jika ingin kesini" ucap Tasya sambil merapikan baju nya.
"tidak masalah Tasya lagi pula ini tidak di kantor... eh ada gadis cantik, kenalan dong nama kakak Robert" ucap nya lalu mengulurkan tangannya dan Robert juga jongkok untuk langsung bisa berkenalan.
"nama ku Lulu kak umur ku 17 tahun dan bulan depan umurku genap 18 tahun" ucap perempuan berambut hitam lurus dan manis seperti kakak nya.
"kebetulan kakak juga mempunyai adik yang umurnya sebaya dengan mu, kapan-kapan mampir ya untuk main bersama elena adik kakak" ucap Robert sambil mengelus kepalanya Lulu.
melihat sikap bos nya yang tidak memandang kasta membuat hati nya tersentuh dan entah kenapa ada perasaan tersendiri saat Tasya dekat dengan bos nya.
"Tasya adik mu memang sakit apa harus memakai kursi roda" tanya Robert.
"ceritanya panjang saat Lulu berumur 14 tahun dia mengalami gejala panas aku dan ibu berpikir dia hanya mengalami panas biasa, hingga satu Minggu baru kami bawa ke dokter dan saat itu juga kami terkejut bahwa Lulu mengalami sakit yang langka, sebenarnya Lulu bisa sembuh tapi biayanya sangat mahal aku dan ibu tidak sanggup untuk membawa Lulu berobat jadi ya seperti itu" ucap Tasya yang tak terasa air matanya menetes.
"memang kamu butuh biaya berapa" ucap Robert sambil mengelap air mata Tasya dengan tangannya.
"50juta"
"ambil ini, ini check uang sebesar 500ribu dollar kau pakailah untuk berobat adik mu dan sisanya untuk keperluan kalian, Tasya nanti aku akan datang kemari lagi untuk menjemput mu....Lulu kakak pulang dulu ya" ucap Robert lalu pergi meninggalkan rumah itu.
'terimakasih tuan Robert'..." kak, kak Robert baik ya" ucap Lulu dan di balas dengan senyuman oleh kakak nya.
"iya kak Robert memang baik"
"aku tidak tau jika keadaan Tasya kurang mampu, tapi aku salut sama dia yang bekerja demi keluarganya sendiri" ucap Robert lalu berjalan kaki untuk menuju mobil nya.
saat sedang menuju mobilnya Robert melihat seorang ibu-ibu yang memakai sepeda untuk berkeliling menjajakan tempe nya, "tempe tempe" teriak ibu itu sambil mengayuh sepeda nya.
saat sedang mengayuh sepedanya tiba-tiba sepeda ibu itu seperti oleng, Robert yang memiliki refleks langsung lari ke arah ibu itu, saat ibu itu hampir terjatuh Robert datang pada waktu nya dan menahan sepeda itu.
"ibu tidak apa-apa kan" tanya nya pada ibu itu.
"terimakasih nak telah menyelamatkan ibu kalau tidak ada kamu mungkin ibu akan terjatuh dan dagangan ibu tidak akan bisa di jual lagi" ucap ibu itu sambil memegang tangan Robert untuk berterimakasih.
"tidak apa-apa Bu menangnya dagangan ibu belum terjual ya ?" tanya Robert yang melihat kondisi ibu itu yang tidak lagi muda tapi masih bersemangat untuk mencari uang.
"ya begitulah nak setiap hari tidak menentu kadang laku kadang enggak, bahkan satu hari ibu tidak pernah mendapatkan uang sama sekali"
"satu tempe ini ibu jual berapa" tanya Robert yang memegang tempe yang di bungkus dengan daun pisang.
"satunya 2ribu nak kalau dua ya 4ribu" ucap ibu penjual itu.
"semuanya saya borong"
"beneran nak, tunggu ya ibu bungkus kan dulu" ucap ibu itu lalu mengambil kresek dan memasukkan tempe itu ke dalamnya.
"ini nak semuanya 60 buah jadi totalnya 120ribu nak" setelah memberikan kresek berisi tempe Robert lalu mengambil beberapa pecahan uang 100ribu di dalam dompet nya.
"sisanya buat ibu, anggap saja ini rezeki buat ibu dan keluarga ibu" ucap nya lalu pergi meninggalkan ibu itu.
setelah sampai di mobilnya Robert lalu memakai kacamata hitamnya setelah menaruh kresek yang berisi tempe, dan menyetel lagu pop favorit nya.
saat di tengah perjalanannya Robert tiba-tiba mendapat panggilan telepon dari Jiang, "tuan diskotik kita yang ada di jalan A di serang, beberapa pengawal kita yang ada di sana tewas"
"fuc*king **** aku akan segera kesana, Jiang segera suruh pengawal kita kesana Steven dan Graham suruh mereka bergerak"
"baik tuan" lalu sambungan telepon tersebut terputus, "**** siapa yang berani mengganggu wilayah ku akan segera berurusan dengan ku" ucap Robert yang langsung menancapkan gas mobil nya secepat mungkin.
setelah beberapa menit memacu mobilnya Robert akhirnya hampir sampai di diskotik nya, setelah berada di seratus meter Robert memelankan mobilnya.
"Jiang apa kau dan pasukan mu sudah datang" tanya Robert saat panggilan telepon nya di angkat oleh Jiang.
"sebentar lagi, kalau untuk Graham dan Steven aku rasa mereka sudah sampai karena mereka tadi berangkat duluan"
"baiklah Jiang" ucap nya lalu menutup telepon nya, untung saja Robert selalu membawa katana dan pistol Glock nya yang di simpan di dalam jok mobil nya.
"ayo kita semarakkan pesta ini" ucap Robert yang turun dari mobilnya dan berlari sangat cepat.
zleb
Dar
gerakan Robert yang sangat cepat mampu membuat bingung lawan nya, langkah nya yang gesit dan tidak mudah di tebak lawan, sangat menguntungkan Robert untuk membunuh semuanya.
"dia di sana tembak" ucap lawannya, saat lawannya hendak menembak Robert tiba-tiba Robert sudah memenggal kepalanya.
'untung saja waktu itu aku pernah berlatih bela diri di negara J'
Dar
Dar
letusan peluru ada di mana-mana Robert yang menerobos masuk ke dalam diskotik nya sangat kesusahan, bahkan dia mendapatkan luka di lengan kiri nya.
'sial kalau aku bergerak sendiri ke dalam aku pasti akan tewas' ucap Robert dalam hatinya yang berharap Jiang akan datang tepat waktu.
karena hanya dialah yang dapat mengimbangi gerakan nya, duar duar duar ledakan peluru dari pistol jenis desert eagle sangat memekikan telinga.
'pasukan ku sudah datang, sekarang ayo bergerak' dengan seringai khas nya Robert mulai bergerak agresif lagi.
hanya dalam beberapa gerakan Robert sudah menumbangkan 20 pasukan lawan, "apakah tuan mau lomba membunuh lagi" ucap Jiang yang tiba-tiba datang dan memperlihatkan gigi nya.
"ayo yang kalah harus mentraktir minum" ajak Robert pada Jiang.
"deal tapi tuan harus memakai ini dulu biar kita bisa saling berkomunikasi" ucap Jiang lalu menyerahkan benda kecil berwarna hitam pada Robert.
"1..2..3..4..5 haha tuan harus siap-siap mentraktir ku" ucap Jiang yang sudah bergerak duluan.
"Steven permainan sudah di mulai apa kau juga ingin bertaruh" kekeh Graham pada Steven, semua yang memakai alat komunikasi itu akan segara otomatis bisa di dengar oleh semua orang.
"terserah kau saja pak tua aku sudah membunuh lebih dari 20 orang" balas Steven.
"25...26..27 hahaha bagaimana Jiang apa aku menang" ucap Robert.
"ya,ya lain kali aku pasti menang, tuan musuh hanya sisa 5 orang kita habisi saja atau kita sisakan satu untuk di integrasi" ucap Jiang lewat komunikasi yang terpasang di telinganya.
"sisakan satu biar Graham yang bersenang-senang, benar kan Graham"
"tentu saja biar aku tunjukkan rasa sakit dari setiap kuku yang aku cabut, hahaha"
"sungguh kejam pak tua satu ini" balas Steven yang dari tadi hanya diam saja.
"diam kau bocah tengik, ini dunia hitam tidak kejam tidak selamat kau" ucap Graham dengan nada sedikit membentak.
"hahaha sudah-sudah kita habisi sisanya dan satu lagi kita tangkap dan interogasi" perintah Robert lalu Jiang dan Steven bergerak cepat dan meringsek sisa pasukan lawan.
tidak butuh waktu lama untuk melumpuhkan mereka Steven dan Jiang sudah kembali dengan membawa satu tawanan.
"cepat berlutut!!" perintah Jiang pada orang yang di bawanya untuk di interogasi.
"cih tidak akan" ucap orang itu dengan meludah ke tanah.
"siapa yang menyuruh mu!" bentak Robert pada orang tersebut.
"baiklah jika kau tidak mau mengakuinya biar saudara ku yang memberi mu pelajaran" ucap Robert lalu mengangkat rahang orang itu dan memukul perut nya hingga terpental.
"Graham silahkan kau interogasi dia aku masih ada urusan di kantor" ucap Robert lalu pergi ke arah mobil nya.
"baju ku kini sudah di lumuri darah musuh dan darah ku" ucap Robert ketika sampai di mobilnya.
"ahhh, lengan kiri ku!" ucap Robert lalu melepaskan bajunya dan merobeknya untuk melilit lengan kirinya agar pendarahan berhenti.
"Jiang kirimkan aku baju ganti, baju ku sudah kotor berlumpur darah" ucap Robert saat telpon nya di angkat Jiang.
"baik tuan, tuan ada di sebelah mana"
"seratus meter dari diskotik"
"baik"
setelah menunggu beberapa saat akhirnya Jiang muncul juga, "tuan ini baju ganti nya" ucap nya sambil mengetuk kaca jendela mobil Robert.
"terimakasih Jiang" ucap nya lalu segera memakai pakaiannya.
setelah selesai Robert lalu turun dari mobilnya untuk bertemu dengan Jiang, "Jiang bagaimana kondisi pasukan kita tadi" ucap Robert sambil menyalakan rokok nya.
"hanya beberapa pasukan luka ringan saja karena tadi lawan juga tidak terlalu banyak" ucap Jiang.
"bagus lah, oh ya Jiang nanti kau ikut aku karena Kris tidak bisa tadi sudah izin aku, katanya geng motor nya sedang dalam masalah"
"no problem, jadi nanti yang akan menjaga rumah Graham dan Steven" balas Jiang pada Robert.
"baiklah kalau begitu aku duluan masih ada yang harus aku kerjakan" ucap Robert lalu masuk kedalam mobilnya dan menancap gas untuk pergi.
sebelum itu Robert pergi ke rumah sakit temannya untuk membersihkan lukanya, setelah itu Robert pergi lagi ke kantornya untuk menandatangani beberapa berkas kerjasama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!