Di suatu tempat, di sebuah keluarga Pratama yang kini sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Seorang gadis berusia 19 tahun yang masih duduk di bangku kuliah kini masih bergelut dengan selimutnya,
bunyi alarm yang berdering sedari tadi ia abaikan, hingga alarm kedua berdering kencang membuatnya terbangun syok karena melihat jam menunjukkan pukul 07:30.
"Huaaaa aku kesiangan" teriaknya.
Lalu ia segera beranjak dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi, bersiap untuk pergi ke kampus,
dia adalah Luna, seorang mahasiswi di kampus ternama di Jakarta, gadis yang terlahir dari keluarga kaya itu memiliki sifat sederhana, tidak gila akan harta, bahkan dia rendah hati dan tidak sombong dia sayang terhadap semua orang yang ada di rumahnya, termasuk Art dan supir yang selalu dianggap sebagai keluarganya.
"Selamat pagi bi inah, bi mimin, Pak maman" sapa nya kepada Art di rumahnya.
"Pagi non" jawabnya serentak.
Ia mendapati Mama nya yang sedang duduk sarapan
"Mama kenapa mama gak bangunin Luna sih, kan Luna jadi kesiangan" keluhnya kepada Sinta sembari menarik sebuah roti dari meja makan.
"Ya maaf, Mama kan gak tau kalo hari ini kamu masuk kuliah, kirain Mama kamu masih libur" jawab Sinta yang sedang melahap sebuah roti.
"Eemmh iya juga ya, aku gak kasih tau Mama kalau hari ini aku ada kuliah,
ya udah deh kalau gitu Luna berangkat dulu ya Mah, Luna sambil sarapan di mobil aja, oh iya Papa mana mah, aku mau sekalian pamit sama Papa " tanyanya sambil celingak-celinguk mencari sosok papanya.
"Masih di kamar, udah kamu berangkat aja sana, nanti terlambat loh, nanti Mama bilangin sama Papa kalo kamu sudah berangkat" ujar Sinta.
"Oke makasih ya Mah, asalamualikum,
yuk Pak Maman kita berangkat sekarang " ujarnya sambil menyalami Sinta dan mengajak supirnya untuk segera berangkat.
****
Terdengar perbincangan serius antara Bram dan seseorang dari kantor dari kamar sana, lalu Sinta perlahan menghampirinya untuk mencari tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
📞"Hallo Pak Bram, saya ferdi mau melaporkan bahwa perusahan Bapak saat ini terancam bangkrut karena kita tertipu investasi besar Pak" ujar ferdi melaporkan.
Bram yang tadinya duduk santai kini sontak berdiri terkejut dengan kabar yang kurang menyenangkan itu.
📞"Apa?, kok bisa tertipu gimana ceritanya?" ujar Bram membulatkan matanya.
📞"Seperti yang saya bilang tadi Pak, kita tertipu investasi besar" jawab Ferdi serius.
📞"Denger ya, dari dulu saya mengurus perusahaan tidak pernah lalai dan selalu teliti dalam memilih investasi, kamu jangan main-main dengan saya" tegas pak Bram.
📞"Saya tidak main-main Pak, semenjak perusahaan Bapak di ambil alih oleh Pak Gibran, kinerja perusahaan bapak malah semakin menurun, ditambah lagi sekarang perusahaan tertipu investasi yang sangat besar nilainya, sehingga perusahaan terancam bangkrut, sebaiknya Bapak segera datang ke kantor agar permasalahan ini bisa kita bicarakan di kantor" ujar ferdi.
📞"Iya iya, saya akan segera ke sana sekarang juga" jawab Bram dan menutup telponnya.
Sinta yang sedari tadi mendengar perbincangan Bram di telpon begitu penasaran dan langsung menghampiri Bram
"ada apa Pah, kok Papa panik gitu, habis nerima telpon dari siapa?" tanyanya penasaran.
Sebenarnya Bram tidak ingin Sinta tau akan hal ini, tapi dia terlanjur bertanya dan dengan terpaksa Bram harus menceritakan semuanya.
"Gimana nih Mah, perusahaan kita terancam bangkrut karena kita tertipu invetasi besar" jelas Bram panik.
"Apa Pah perusahaan kita hampir bangkrut, papa serius, kok bisa pah?" tanyanya tidak percaya.
"Iya Mah, barusan Ferdi nelpon Papa,
dan ini semua gara-gara Gibran Mah, dia menginvestasikan uang perusahaan tanpa sepengetahuan Papa, Papa sudah mempercayai dia sepenuhnya, tapi sekarang dia malah menghancurkan semuanya" ujar Bram dengan amarahnya.
"Apa Pah ini semua perbuatan Gibran?, tapi Papa udah yakin semuanya gara-gara dia?, adik mama nggak mungkin kayak gitu Pah, selama ini dia bener kok ngurus perusahaan kita" ujar sinta tidak terima.
"Bukan maksud Papa menuduh adik mama, tapi Papa bicara sesuai informasi dari kantor mah" jelas Bram.
Sinta begitu frustasi dan tidak terima dengan musibah yang menimpa mereka
"Pokonya Mama gak mau tau, gimanapun caranya Mama gak mau perusahaan kita bangkrut Pah, Papa harus melakukan sesuatu, agar perusahaan kita selamat, kalau enggak Mama nggak mau tinggal sama Papa lagi, Mama akan bawa anak-anak tinggal di rumah Omah sama Opah nya" ujar Sinta yang sudah tidak bisa menahan air matanya.
"Iya Mah Papa juga bingung harus gimana, seharusnya Mama nenangin Papa dong, kasih solusi buat Papa, bukanya malah bikin panik dan ngancam Papa begitu, Papa kan malah makin pusing" ujar Bram.
"Iya pokoknya gimanapun caranya, perusahan kita jangan sampai bangkrut pah, mama gak mau ya anak-anak jadi korban kehancuran bisnis papa, papa sendiri juga tau kan dari kecil anak-anak kita sudah terbiasa hidup berkecukupan, mama gak mau anak-anak kita menderita Pah" tegas Sinta.
"Iya mah Papa janji akan berusaha dan cari solusinya, Mama sabar dulu ya, semua masalah ini pasti ada jalan keluarnya, pokoknya Mama tenang, dan anak-anak jangan sampai tahu hal ini" ujar Bram berusaha menenangkan Sinta.
Kriiing...
Kriing..
Kriiing...
Suara telpon rumah.
📞"Halo pak Bram ini saya doni dari kantor" ujar asisten Bram.
📞"Iya ada apa don?" tanya Bram.
📞"Begini Pak, salah satu investor kita menarik sahamnya gara-gara dia tahu kalau perusahan ini terancam bangkrut pak, saya sudah berusaha membujuk dia tapi jawabannya tetap kekeuh untuk menarik sahamnya" jawab doni.
📞"Doni, pokonya saya nggak mau tau ya, kamu urus semuanya, cari solusi terbaik untuk perusahaan kita!, tunggu saya, saya akan segera ke sana" perintahnya sembari menutup telponnya sepihak.
Dalam keadaan panik, Bram langsung bergegas menuju kantor dan langsung berpamitan kepada Sinta.
"Hati-hati Pah bawa mobilnya" teriak Sinta khawatir.
****
"Hai Luna apa kabar, makin cantik aja nih princess kampus" sapa Dion teman Luna di kampus, lebih jelasnya sih pengejar cintanya.
"Eh Dion, kabar aku baik kok" jawabnya dengan senyuman manis di bibir nya.
"Uuhh senyuman mu itu loh, selalu bikin aku klepek klepek " rayunya.
Disaat Dion sedang asik menggombal tiba-tiba kedua sahabat Luna datang dan mengganggunya.
"Jangan percaya Lun, dia kan si raja gombal" teriak sahabat-sahabat Luna dari arah pintu.
"Danggu aja Lo" ujar Dion mendengus sebal.
"Lagian pagi-pagi udah godain besti kita, ya gak Vin" ujar Rere yang langsung diangguki oleh Vina.
"Kalau Lo mau deketin sahabat kita, Lo harus neraktir kita setiap hari" ujar Vina.
"Oke siapa takut" jawab Dion dengan santai.
"Ssstttt udah Jangan berisik, tuh udah ada dosen" ujar Luna memberi tahu teman-temannya.
Pembelajaran pun di mulai.
****
"Assalamu'alaikum, Mama aku pulang" ujar Luna mengucap salam sembari mencium tangan Sinta.
"Waalaikumsalam, eh sayang kok tumben udah pulang jam segini?, "tanyanya.
"Iya mah, hari ini Luna cuman ada satu pelajaran, dan Luna lebih memilih untuk cepet-cepet pulang" jawab Luna.
"Kamu pasti cape ya, ayo mandi dulu sana, habis mandi langsung ke ruang makan ya, nanti kita makan sama-sama" ujar sinta.
"Emmh Mama kenapa, kok kayak gabis nangis gitu?" tanya Luna curiga karena terlihat dari mata Sinta yang sembab habis menangis.
"Enggak sayang, ini Mama cuman lagi sakit mata aja, tapi Mama nggak kenapa-napa kok, ayo buruan mandi sana".
Luna merasa kalau Mamanya sedang berbohong dan menyembunyikan sesuatu darinya, tapi dia tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan Mamanya, dia pikir kalau ini adalah urusan pribadinya yang mungkin tidak ingin di ceritakan.
"Oke Mah, kalo gitu Luna pamit ke kamar dulu ya" ujar Luna.
"Iya nanti kalau udah selesai, cepetan ke ruang makan ya".
"Oke siap Mah" jawab Luna lalu pergi ke kamarnya.
Ditengah keluarga yang sedang melakukan ritual makan malam, Luna merasa heran dengan sikap kedua orang tuanya yang sedari tadi hanya terdiam dan fokus melahap makanan di piringnya.
"Mereka kenapa ya, kok diem-dieman gini gak biasanya apa mungkin lagi ada masalah ya?" Batin Luna bertanya-tanya.
Luna yang mulai tidak nyaman dengan kebungkaman diantara mereka, kini ia memulai bersuara.
"Mah Pah tadi di kampus hasil skripsi Luna nilainya bagus loh" Ujar Luna mencoba menarik perhatian kedua orang tuanya.
"Oyah, bagus dong, anak Mama emang hebat Mama bangga sama kamu" Ujar Sinta mulai merespon.
"Iya dong Mah aku kan pengen jadi pengusaha sukses kayak Papa iya gak Pah? " Tanya Luna sembari menoleh ke arah Bram yang belum menanggapi ucapannya.
Bram merasa tersentak akan ucapan Luna
"i-iya sayang, apapun cita-cita kamu Papa pasti akan mendukung kamu Nak" Ujar Bram gugup.
"Iya kan Luna juga pengen sukses kayak kak Lisa sama kak Leon.
Kak Lisa kan udah jadi dokter terus Kak Leon udah jadi pembalap internasional dan Luna pengen jadi pengusaha sukses biar bisa bantuin Papa di kantor " Ujar Luna dengan penuh harapan.
"Iya Papa dan Mama akan selalu mendo'akan kamu agar kamu lebih sukses dan lebih baik dari Papa " ujar Sinta.
"Amin, makasih ya Mah" ucap Luna.
****
Hari selanjutnya
"Iya iya mohon tenang dulu saya akan segera urus maslah ini tolong beri saya waktu tiga hari lagi ya" ujar Bram yang sedang menghadapi karyawan yang sedang protes karena gajinya belum dibayar.
"Ya sudah kalau begitu kami tunggu tiga hari lagi kalau dalam waktu tiga hari kami belum menerima gaji, dengan terpaksa kami
akan keluar dari perusahaan bapak" Tegas karyawan mengancam.
"Iya saya akan usahakan mohon pengertiannya ya" Jawab Bram.
Setelah selesai dengan urusan karyawan, kini Bram menuju ruangannya dan segera memanggil asistennya dengan wajah yang panik sekaligus emosi.
"Doni kamu panggil Gibran ke ruangan saya sekarang juga" Perintah Bram dengan tegas.
"Iya siap pak" Jawab Doni segera pergi menuju ruangan Gibran.
Tok...
Tok...
Tok....
Suara pintu ruangan Bram
"Silahkan masuk" Ujar Bram.
"Maaf Pak ada yang ingin bertemu dengan Bapak" Ujar Ferdi.
"Siapa Fer" Tanya Bram.
"Bapak Herlambang dari perusahaan mitra abadi pak" Jawab Ferdi.
"Oh iya silahkan masuk".
"Selamat siang Pak Bram, apa kabar?" Salam Herlambang sembari menyodorkan tangannya.
"Siang Pak Herlambang kabar saya baik, bagaiman kabar Bapak sendiri?" Tanya Bram dan mempersilahkan duduk kepada Herlambang.
Tanpa basa-basi Herlambang langsung berbicara pada intinya.
"Ya saya baik-baik saja, langsung saja Pak maksud dan tujuan saya datang ke sini saya mau menarik semua saham yang sudah saya investasikan ke perusahaan Bapak" Tegas Herlambang membuat Bram terkejut dan tidak terima atas keputusannya.
"Tunggu Pak, kenapa tiba-tiba Bapak mau menarik saham Bapak dari perusahaan saya, bukannya selama ini perusahaan kita bekerja sama dengan baik" Tanya Bram.
"Iya memang awalnya perusahaan Pak Bram begitu menguntungkan untuk perusahaan saya, tapi kali ini kinerja perusahaan Bapak malah semakin menurun sehingga membuat kerugian pada perusahaan saya, maka dari itu sebelum terlambat saya akan menarik semua saham yang saya tanam di perusahan Pak Bram" Jawab Herlambang.
"Iya tapi Bapak nggak bisa seenaknya memutuskan sepihak begitu dong Pak, tolong hargai saya setidaknya perusahaan saya yang sudah bikin perusahan Bapak maju seperti sekarang ini" Ujar Bram tidak terima.
"Iya saya tahu Pak Bram, tapi ini hak saya juga, saya nggak mau kalau nantinya perusahaan saya yang jadi rugi gara-gara membantu perusahaan Bapak yang sedang terancam bangkrut ini" Jawab Herlambang.
"Pak tolong di pikirkan lagi matang-matang ya apa Bapak sudah yakin dengan keputusan Bapak? tolong di pertimbangkan lagi Pak saya mohon" Ujar Bram memohon
"Tidak Pak, keputusan Saya sudah bulat, Saya sudah pikirkan ini dengan matang jadi mohoh Pak Bram mengerti ya, dan Saya nggak bisa lama-lama di sini karena masih banyak urusan, tolong segera tandatangani Pak jangan mempersulit keadaan" Jelas Herlambang dengan tegas.
Dengan terpaksa Bram pun menandatangani berkas penarikan saham itu.
"Ya sudah kalau Bapak tetap kekeuh mau menarik saham dari perusahaan Bapak, Saya akan tandatangani" Ujar pak Bram sembari menyerahkan berkas yang telah di tandatangani itu dengan pasrah.
"Ya sudah kalau begitu saya pamit terimakasih atas pengertiannya" Ujar Herlambang dan segera pergi dari kantor Bram
"Aduh gimana ini, satu persatu investor perusahaan sudah menarik sahamnya bagaimana nasib perusahaan saya, apa saya harus menerima kenyataan bahwa perusahaan yang telah ayahku rintis dari dulu harus mengalami kebangkrutan" Keluh Bram dengan kepala menunduk dan bersandar di meja.
Tok...
Tok...
Tok...
Suara pintu ruangan Bram
"Masuk" Ujar Bram dingin.
"Permisi pak ini Pak Gibran nya sudah datang" ujar Doni.
"Iya suruh dia masuk dan menghadap saya" Tegas Bram yang sedang menahan emosinya.
"Baik pak, ayo silahkan masuk pak Gibran" Ujar Doni.
"Iya terimakasih" Ucap Gibran dan segera menghadap Pak Bram dengan perasaan gugup dan takut.
Gibran yang baru saja duduk di kursi langsung mendapati semprotan pertanyaan dari Bram.
"Gibran kamu tahu kesalahanmu apa" Tanya Bram dengan sinis.
"Iya kak aku tahu tapi bukan semuanya kesalahan aku kak aku udah berusaha untuk menjalankan perusahaan kakak,
ini musibah kak" ujar Gibran mengelak.
"Iya ini musibah karena kelalaian kamu dalam mengurus perusahaan dan saya telah salah memilih orang untuk memimpin perusahaan ini, Kamu memang nggak becus Gibran, kalau kamu bukan adik dari istri saya, kamu tidak akan saya posisikan sebagai pemimpin di perusahaan ini" Tegas Bram dengan amarah yang sedari tadi ia tahan.
"Iya Kak maafin aku, aku memang salah" Ujar Gibran mengakui kesalahannya.
"Kamu pikir dengan hanya meminta maaf kamu akan mengembalikan semua kerugian perusahaan saya, Kamu tahu Gibran gara-gara masalah ini saya banyak kehilangan investor dan kenapa karyawan di kantor belum kamu gaji?" Tanya Bram.
"Iya karena aku pikir gaji karyawan bisa di tunda dulu dan menginvestasikannya agar keuntungan perusahaan jadi lebih besar hingga gaji karyawan bisa kita naikan Kak" Jelas Gibran.
"Ya ampun Gibran kamu itu benar-benar bikin saya emosi ya, saya kan sudah pernah bilang utamakan gaji karyawan tanpa karyawan perusahaan kita nggak akan maju" Tegas Bram benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan Iparnya itu.
"Iya Kak aku minta maaf, aku janji akan bertanggung jawab atas kelalaian aku Kak".
"Apa kamu bilang, kamu mau bertanggung jawab, bagaimana caranya?
gaji kamu setahun pun nggak akan bisa mengembalikan semua kerugian di perusahaan saya Gibran, fikir dong dengan otak" Ujar Bram emosi.
"Iya Kak aku tahu aku akan carikan investor terbaik buat kakak, kebetulan aku punya teman sekolah dulu dan sekarang dia sudah menjadi pengusaha sukses, aku akan coba datangi dia untuk meminta agar perusahaan kita bekerja sama " Jawab Gibran mencoba membujuk Bram.
Bram yang sudah lelah akan urusan ini, kini ia mengalah dan mencoba memberi kesempatan untuk Gibran.
"Ya sudah apa pun caranya pokoknya perusahaan kita harus selamat, kamu jangan hanya bicara omong kosong, kamu harus buktikan kalau kamu memang benar-benar mau bertanggung jawab atas perbuatan kamu sendiri" tegas Bram.
Tok...
Tok...
Tok...
Suara pintu ruangan Bram.
"Masuk" Ujar Bram.
"Maaf Pak di luar ada beberapa orang yang ingin bertemu dengan Bapak" Ujar Doni.
"Siapa Don" Tanya Bram penasaran.
"Katanya dari dealer mobil mau menagih cicilan mobil perusahaan Pak" Jawab Doni.
"Ya ampun apalagi ini, masalah perusahaan datang bertubi-tubi rasanya kepala saya mau pecah, kamu lihat kan Gibran perusahaan saya di ujung kehancuran semua ini gara-gara kamu, pokoknya kalau kamu tidak segera menemukan investor buat perusahaan saya, saya tidak akan segan-segan menuntut kamu dan memasukan kamu kedalam penjara" Bram mengancam dan mengarahkan telunjuknya ke wajah Gibran.
"Iya kak aku janji aku akan usahakan Kak, tolong jangan penjarakan aku, gimana nasib anak sama istri aku kalau aku di penjara aku mohon jangan ya" Ujar Gibran memohon dan sangat ketakutan.
"Ya kalau gitu kamu segera datangi teman kamu itu buktikan pada saya kalau tidak saya tidak akan segan-segan penjarakan kamu, saya tidak perduli kalau kamu itu adik dari istri saya, kamu harus bertanggung jawab atas semua yang telah kamu perbuat pada perusahaan saya" Tegas Bram.
"Iya kak kalau gitu aku pamit dulu, aku mau nemuin teman aku mudah-mudahan dia mau jadi investor di perusahaan ini" Ujar Gibran dan segera pergi.
****
Gibran tergesa-gesa mencari temannya yang bernama Roy pengusaha kaya itu untuk mencari jalan keluar dari masalah perusahaan Bram, hingga akhirnya Gibran menemukan salah satu cabang perusahaan milik Roy di jakarta.
"Selamat siang pak ada yang bisa kami bantu?" Salam staff perusahaan Roy.
"Siang mbak saya mau bertemu dengan Pak Roy Gunawantara pemilik perusahaan ini" Ujar Gibran.
"Mohon maaf Pak apakah sebelumnya sudah ada janji dengan beliau" Tanya staff.
"Belum mbak tapi saya adalah teman dari Pak Roy saya mohon pertemukan saya dengannya mbak, ada hal penting yang mau saya sampaikan kepada beliau" Ujar Gibran memohon.
"Maaf pak kalau belum ada janji silahkan buat janji terlebih dahulu " Ujar staff.
"Aduh gimana ya, gini aja mbak tolong hubungi Pak Roy dan bilang sama dia kalau ada orang bernama Gibran ingin bertemu dengan Bapak" Ujar Gibran.
"Iya tapi saat ini Pak Roy sedang ada meeting di luar pak, kalau bapak bersedia menunggu silahkan tunggu di ruang depan ya Pak" Jawab staff mempersilahkan.
"Iya iya saya akan tunggu Pak Roy, nanti kalau beliau sudah selesai meeting dan sudah sampai di kantor, tolong segera beri tahu pak Roy kalau saya menunggu di sini ya" Ujar Gibran.
"Iya Pak di tunggu ya" Jawab staffnya.
*****
Sementara itu Luna yang baru bubar dari kampusnya, dia berniat untuk nyamperin Papa nya ke kantor dan memberi kejutan dengan membawakan makanan kesukaannya.
Tok
Tok
Tok
Suara pintu ruangan Bram.
"Masuk" ujar Bram dari dalam ruangan.
"Hai Papa surprise" teriak Luna yang membuat Bram terkejut dengan kehadiran putrinya itu, pasalnya kenapa dia datang di saat situasi kacau seperti ini.
Tapi Bram harus berusaha tetap kelihatan seperti tidak ada masalah di kantornya.
"Eh Putri kesayangan Papa, tumben datang ke kantor nak" Tanya Bram.
"Papa pasti belum makan siang kan, ini aku bawain Papa makan siang kesukaan Papa" Ujar Luna dan langsung menyiapkan makanan di meja untuk Bram.
"Wah kebetulan sekali Papa belum sempat makan siang, makasih ya sayang kok kamu repot-repot sih bawain Papa makanan segala emangnya kamu udah selesai kuliahnya?" Tanya Bram.
"Udah dong pah, makanya Luna sengaja datang kesini soalnya Luna tahu kalau jam segini waktunya Papa makan siang" Jawab Luna.
"Ya ampun putriku yang satu ini emang sangat perhatian ya sama Papa, kalau gitu papa makan ya" Ujar Bram dan langsung melahap makanan yang dibawakan putri tersayang nya itu.
"Iya pah habiskan ya makanannya jangan di sisa-sisain pamali loh" Ujar Luna tersenyum melihat sang Papa melahap makanan nya.
"Iya sayang pasti Papa habiskan soalnya Papa lapar banget hehe" Ujar Bram yang memang tidak sempat untuk makan siang karena problem yang tidak henti-hentinya di kantor.
"Oh iya Pah sebentar lagi kan ulang tahunnya Kak Lisa, gimana kalau kita bikin pesta di rumah dan Luna mau mengundang teman-teman dekat Kak Lisa waktu kuliahnya dulu Pah biar surprise gitu, kalau Papa lagi sibuk gapapa biar Luna urus semuanya pokoknya kali ini Luna mau bikin pesta ulang tahun yang spesial buat Kak Lisa" Ujar Luna meminta persetujuan dari Bram.
Bram sangat kebingungan untuk menanggapi permintaan dari putrinya itu, pasalnya di tengah problema yang sedang di hadapinya sekarang ini tidak mungkin untuk memenuhi permintaan dari Luna.
Bram tiba-tiba tersedak mendengar permintaan dari putrinya.
"Yaampun Pah pelan-pelan dong makan nya, jadi tersedak kan" Ujar Luna khawatir dan langsung menyodorkan air putih kepada Bram lalu meminumkannya.
"Aduh gimana jawabnya ya, bikin pesta itu kan pasti membutuhkan banyak biaya sedangkan keuangan saat ini lagi gak memadai untuk membuat pesta tapi saya juga nggak mau mengecewakan Luna, apa yang harus saya lakukan" Batin Bram merasa bingung.
"Pah kok diem aja sih gimana Papa setuju kan?" Tanya Luna sambil mengelus punggung Bram.
"Iya sayang terserah kamu aja kamu urus pestanya sama Mama kamu ya" Jawab Bram yang tidak tahu harus menjawab apa hingga akhirnya dia mengiyakan permintaan Luna.
"Asik... Papa emang yang terbaik, Luna sayang banget sama Papa makasih ya Pah" Ujar Luna memeluk Bram.
*****
Setelah menunggu selama 2 jam akhirnya Roy kembali ke kantor dan bertemu dengan Gibran
"Maaf Pak, dari tadi ada seseorang yang menunggu Bapak di depan" Ujar staff kantor.
"Siapa?" Tanyanya.
"Gak tau Pak katanya teman Bapak ".
"Oh iya makasih" Ujar Roy dan langsung menghampiri Gibran ke ruangan depan.
Roy yang awalnya tidak mengenali Gibran dari belakang dan langsung menegurnya.
"Maaf dengan siapa ya, ada yang perlu saya bantu?" Tanya Roy menyapa.
Begitu mendengar suara dari belakang, Gibran pun langsung menoleh ke arah Roy dan dia langsung mengenali Gibran teman lamanya itu.
"Roy apa kabar Lo masih inget kan sama gue?" Tanya Gibran memeluk Roy.
"Ya ampun Lo Gibran kan teman gue waktu kuliah dulu" Jawab Roy membalas pelukan dari Gibran dan menepuk punggungnya.
"Iya ini gue Roy, ya ampun Lo udah jadi pengusaha sukses ya sekarang sampe pangling gue" Ujar Gibran menyanjung.
"Ya sebenernya gue cuman nerusin perusahaannya Bokap sih, oh iya Lo gimana sekarang? dari penampilannya sih kayaknya udah sukses juga ya" Ujar Roy yang seolah menatap Gibran dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Ah bisa aja Lo, gue sih di percaya sama kakak ipar buat ngejalanin perusahaan dia Roy" Jawab Gibran.
"Wih hebat dong, ngomong-ngomong perusahaan apa yang kamu pegang sekarang" tanya Roy.
Banyak sekali hal yang Gibran ceritakan kepada Roy sehingga Roy mulai mengerti dengan maksud kedatangan Gibran dan Roy pun meluangkan waktunya untuk mendatangi perusahaan Bram di hari itu juga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!