NovelToon NovelToon

Sketsa Cinta Tuan Kendra

Prolog

“Ikhlaskan semua ini sudah takdir, Ken. Mamah tahu semua ini sangat berat buat kamu, bukan untuk kamu tapi kita semua,” ucap Mamah Mertuanya.

“Kenapa harus secepat ini, Mah. Bahkan aku tidak sempat membahagiakannya, aku sudah berjanji akan menjadikan dia wanita yang paling bahagia di dunia ini, tapi kenapa dia meninggalkan aku begitu cepat? Kenapa Mah?”

Pria yang bernama lengkap Kendra Mahesa itu tidak bisa membendung lagi kesedihannya, tangisnya pecah, tak perduli ia terlihat lemah di mata orang-orang kerena nyatanya memang seperti itu, dia lemah, lemah selemah-lemahnya.

Bagaimana tidak, dambaan hidup bahagia bersama wanita yang baru ia resmikan menjadi istrinya itu, kini lenyap seketika.

Istrinya—Zalleta menghembuskan nafasnya usai beberapa jam resmi menjadi istri dari Tuan Kendra Mahesa.

Zalleta meninggal akibat penyakit kanker yang selama ini wanita itu derita. Namun, Ken masih tidak menyangka, ia tak terima, kenapa Tuhan secepat ini mengambil Zalleta dari sisinya?

“Jangan seperti ini Ken, kamu sudah menjadikan dia wanita yang paling bahagia, dia pergi dengan status sebagai istrimu, dia di sana bahagia, dia membawa cintamu hingga akhirnya hayatnya.”

Sang Mamah mertua pun ikut menangis, perlahan ia menarik menantunya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri itu ke dalam pelukannya.

Sang Papa mertua pun ikut menghampirinya berserta putra pertamanya yaitu Teo dan istrinya Tiara yang menggendong seorang bayi perempuan yang baru berumur tujuh hari.

“Kami semua merasa kehilangan, bukan hanya kamu. Ikhlaskan dia Ken, Zalleta sudah bahagia di sana, dia sudah tidak lagi merasakan sakit yang selama ini dia derita. Ini bukan akhir dari segalanya. Ini babak baru kehidupan kamu, kamu harus tetap berjalan tanpa Zalleta, walaupun dia sudah tidak bersama kita lagi, namun dia selalu terukir di sini,” ucap Tiara—kakak iparnya.

Yang selama ini ditakutkan terjadi juga. Inilah alasan kenapa Papa Smith pernah menentang hubungan putrinya Zalleta dan Kendra.

Sejak awal semua orang sudah tahu jika Zalleta mengidap penyakit yang mematikan, sudah beberapa tahun wanita itu berjuang melawan kanker otak yang di deritanya, bermacam pengobatan sudah dilakukannya, tapi semuanya terasa sia-sia.

Takdir Tuhan tidak mengizinkan hidup wanita itu lebih lama, yang paling menyakitkan adalah, Zalleta pergi usai melangsungkan acara pernikahannya dengan Kendra.

Semua orang jelas merasa kehilangan sosok Zalleta, gadis cantik yang selalu ceria, tidak pernah memperlihatkan rasa sakitnya.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Hallo ketemu lagi dengan cerita DRST seri ke—2 jangan lupa dukungnya, silahkan vote, komentar dan like.

Delapan belas tahun berlalu ....

“Mommy .... ” teriak seorang gadis yang baru saja memasuk ke dalam rumah, gadis itu terlihat berlari kearah Mommy-nya yang tengah menata makanan di atas meja makan.

“Mom, lihat ini ... ” teriaknya lagi sambil menunjukan sebuah kertas pada wanita yang sudah melahirkannya itu. Senyuman terlebih menghiasi wajah gadis itu.

“Apa sih Zy, jangan teriak-teriak dong ah, kuping Mommy sakit tahu,” sahutnya.

“Aku lulus Mom, lihat nilaiku paling tinggi!” seru gadis itu, sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan memeluk Mommy-nya.

“Ah benarkah, anak Mommy memang the best.” Mommy-nya ikut berjingkrak-jingkrak.

“Ada apa sih ribut-ribut siang-siang begini?” tanya seorang lelaki parubaya yang tengah berjalan menuruni anak tangga.

Sontak kedua wanita beda generasi itu pun melepaskan pelukannya. Lalu menatap kearah pria tersebut.

“Pap, lihat nilaiku bagus, jadi aku boleh dong lanjut kuliah di universitas yang aku mau itu. Pap sudah janji loh sama Zy, kalau nilai Zy bagus, Zy boleh kuliah di luar negeri, di universitas impian Zy,” ungkapnya.

“Coba lihat, mana nilai kamu?”

“Nih,” gadis itu memberikan hasil nilai ujiannya pada sang Papi.

Senyuman terambang di wajah pria yang sudah berusia hampir setengah abad itu, namun di usianya yang sudah tidak muda tersebut, parasnya masih terlihat tampan dan rupawan, Teo.

“Baiklah, nanti Papi akan bicara sama Om Ken,” ucap Teo.

“Yes!” seru gadis yang bermana lengkap Mizzytri Smith tersebut.

“Baiklah untuk merayakan kelulusan kamu, gimana kalau nanti malam kita bikin acara kecil-kecilan, kita undang Oma sama Opa, gimana apa kalian setuju?” usul Tiara.

“Setuju Mom!” seru anak dan suaminya itu kompak.

Bersambung ...

Kejutan

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, malam ini Tiara sudah menyiapkan makan malam di rumahnya itu, untuk merayakan ke lulusan putri semata wayangnya itu.

“Mom, Oma sama Opa jadi datangkan?” tanya Mizy pada Tiara yang tengah duduk bersantai di sofa bersama suaminya itu.

Semua persiapan memang sudah selesai, tinggal menunggu kedatangan mertuanya Tiara itu.

“Jadi dong Zy,” jawab Tiara.

“Tapi kok belum datang juga sih, Mom?”

“Tunggu aja, nanti mereka pasti datang kok,” sahut Teo—Papi-nya.

Gadis itu pun hanya mengangguk, lalu menghempaskan tubuhnya di samping Mommy-nya.

“Awas Pap, Zy mau manja-manjaan sama Mommy,” usir Mizy pada Papi-nya itu. Gadis itu langsung membaringkan tubuhnya dan menjadikan pangkuan Tiara sebagai alas bantalan kepalanya.

“Malu sama umur, Zy, udah remaja jangan manja sama Mommy kamu, awas ah, Papi juga mau manja-manjaan sama Mommy,” ketus Teo, ia tidak mau kalah. Teo pun berbaring dan menjadikan pangkuan Tiara sebelahnya lagi menjadi bantalan kepalanya.

“Pap itu yang harusnya malu, udah tua juga! malah memperbaiki fakta!” balas Zy dengan sengit.

“Udah ah, kebiasaan deh,” pungkas Tiara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ya beginilah, Tiara selalu menjadi rebutan oleh kedua orang-orang tersebut, suami dan anaknya itu mempunyai watak yang hampir sama, sama-sama keras kepala, dan tidak mau mengalah satu sama lain, muda dan tua sama saja.

Tiara mengelus kepala anak dan suaminya itu. Moment seperti ini memang sering terjadi, Tiara sangat menyukainya. Kehangatan keluarganya semakin terasa, walaupun terkadang ia dongkol dengan sikap kekanak-kanakan mereka berdua, kalau Mizy sih ya masih ia maklumi, tapi Teo, terkadang Tiara tidak habis pikir, hampir 20 tahun menikah dengan suaminya itu, Teo yang dulu sering ia panggil Bayi Gede pada saat masih menjadi Susternya, kini pun masih sama, Teo masih seperti Bayi Gede-nya yang dulu, manja dan kadang menyebalkan.

“Mom,” panggil Mizzy.

“Iya, kenapa Sayang?”

“Nanti sebelum Zy berangkat, Zy mau ke makam Nenek sama Kakek sama Aunty dulu ya,” ujarnya.

“Harus dong itu mah, Zy.” Bukannya Tiara yang menyahut melainkan Papi-nya.

“Nanti kalau kamu udah di sana, kamu jangan nakal ya, belajar yang bener dan jangan ngerepotin Om Ken,” ujar Tiara.

“Hah?” Mizzy seperti terkejut, ia langsung beranjak bangun dari pangkuan Mommy-nya itu.

“Maksud Mom? Apa nanti Zy akan tinggal bersama Om Ken?” cercanya.

“Iya, sama siapa lagi?”

“Aaa ... enggak! Zy gak mau ah, Zy sewa apartemen saja di sana. Pokoknya Zy gak mau tinggal sama Duda lapuk itu, Zy gak mau, titik!” protesnya tegas.

Mizzy tidak bisa membayangkan jika ia tinggal bersama Om-nya. Pasalnya, menurut Mizzy Ken dan Papi-nya itu sebelas-dua belas, sangat menyebalkan.

Pastinya disana juga Zy gak akan bisa bebas, pasti bakalan terus diawasi oleh Ken. Niat Zy kuliah di luar negeri, selain ingin kuliah di universitas impiannya, ia juga ingin merasakan hidup bebas, karena selama ini Zy tidak pernah merasakan kebebasan di sini, apa pun yang dilakukannya pasti di awasi oleh orang tuanya.

Bukan Zy membangkang, tapi ia juga ingin merasakan seperti orang-orang. Ya selama ini Tiara dan Teo memang sangat posesif pada putrinya itu, hal sekecil apa pun mereka selalu detail memantaunya, kapan pun di mana pun Zy harus memberi kabar, belum lagi Zy tidak boleh keluar malam, batas waktu di luar jangan sampai pulang lewat jam 9 malam.

Sebagai orang tua Tiara dan Teo merasa wajar melakukan hal itu, ia tidak pernah melarang Zy melakukan apa saja, selama hal yang dilakukan oleh putrinya itu positif. Mereka hanya terlalu khawatir jika putrinya itu terjerumus pada jalan yang salah, atau pergaulan bebas yang mengerikan dijaman sekarang ini, ya semua orang tua pastinya akan melakukan hal yang sama, bukan?

Tapi menurut sudut pandang dari putrinya sendiri, orang tuanya itu terlalu berlebihan, Mizzy merasa ia tidak bisa seperti teman-temannya yang bebas melakukan apa saja.

Padahal Tiara dan Teo melakukan hal itu kerena sangat menyayanginya. Tapi Mizzy sendiri salah terima. Ya wajar mungkin, namanya juga anak remaja, tapi Tiara dan Teo tidak pernah bisa merubah ketentuannya itu.

Mereka sudah matang, dan menurutnya itu semua untuk kebaikan, Mizzy.

Teo terlihat beranjak dari pangkuan Tiara. “Ya sudah kalau kamu gak mau, gak usah ke sana, kuliah di sini saja!”

“Ih Pap kok gitu sih? Kan Pap sendiri yang udah janji sama Zy!”

“Ya sudah kalau begitu, kuliah di sana silahkan tapi harus tinggal sama Om Ken. Papi bukannya egois Zy, tapi pergaulan di sana itu beda sama di sini, Papi gak mau sampai kamu salah jalan!” tegas Teo.

“Zy udah dewasa Pap, Zy udah tahu mana yang baik dan mana yang enggak!” sengit Mizzy terlihat kesal.

“Zy, dengar Mommy, benar apa yang dikatakan Papi kamu, iya Mommy tahu Zy sekarang sudah dewasa, Zy pasti sudah tahu mana yang baik dan mana yang enggak, Mommy percaya kok sama Zy. Tapi, tidak ada salahnya bukan kamu tinggal sama Om Ken, lagian kamu di sana gak cuman tinggal berdua aja, di sana jugakan ada asistennya Om Ken, ada Oma Sandra juga,” ujar Tiara dengan lembut.

Oma Sandra adalah Kakak dari Mamah Mertuanya Tiara. Ken di sana memang mengurus bisnis milik keluarga Smith juga.

Mizzy terlihat menghelai napasnya, akhirnya gadis itu pun menganggukkan kepalanya.

Ya begitulah, Tiara memang tidak sekeras Teo, karena bagi Tiara menghadapi sikap putrinya itu, harus dengan lemah lembut.

Sebenernya kalau di pikir-pikir sikap Mizzy itu sama persis dengan mendiang adiknya, Zalleta. Jadi saat mengenali sikap putrinya seperti itu, Tiara sudah mengerti dan tahu bagaimana menghadapinya.

Tiara tersenyum lalu mengelus kepala putrinya itu, “tenang saja Om Ken masih bisa diatasi Zy, setidaknya gak kaya Papi kamu,” bisik Tiara sambil terkekeh, untuk mencairkan suasana tersebut.

“Zy ... ” Tiba-tiba sebuah suara memanggil nama gadis itu.

“Oma, Opa ... ” teriak Zy, gadis itu langsung beranjak dan menghampirinya Oma dan Opa-nya yang baru tiba itu.

Tiara dan Teo pun ikut beranjak dan menghampiri mereka.

“Ah, Oma sangat rindu pada cucu Oma yang cantik ini,” ujarnya sambil memeluk cucu kesayangannya itu dan mendaratkan beberapa kecupan di wajahnya.

“Zy juga rindu, Oma.” balas Mizzy.

“Oh iya, kita punya kejutan buat kalian semua,” ujar Oma Henzy.

Teo, Tiara dan Mizzy langsung menatap bingung, sementara Oma Henzy dan Opa Smith terlihat melebarkan senyumnya.

“Kejutan apa Mah?” tanya Teo.

“Hallo, selamat malam semua!”

Bersambung ...

Eh berasa lucu gak sih, kita panggil Nyonya Henzy jadi Oma, dan Tuan Smith jadi Opa? Kok aku yang nulis geli ya, wkwkwkwk

Mengingatkan

“Kirain kejutan apaan? Eh Pak Dulap yang dateng,” celetuk Mizzy.

Teo dan Tiara langsung menatap kearah putrinya itu. “Zy, jangan begitu. Bicara yang sopan,” bisik Mommy-nya.

“Tunggu-tunggu, tadi kamu panggil Om apa, Zy?” tanya Ken.

“Pak Dulap,” jawab Mizzy.

“Apa itu Dulap?” tanya orang tuanya serta Oma dan Opa-nya serentak.

“Pak Duda Lapuk!” jawab Zy, lalu ia berlari dari sana.

“Mizzy ... ” teriak Ken. Ken langsung mengejar keponakannya.

Sementara Tiara, Teo dan orang tuanya terlihat tertawa.

“Ampun, Om Ken ... ” teriak Mizzy, terus berlari menghindari Ken yang terus mengejarnya itu.

“Tidak ada ampun untuk kali ini! Kamu nakal Mizzy, enak saja Om-mu yang tampan ini di bilang Duda lapuk.”

“Itu kenyataannya Om, Om emang Duda lapuk, buktinya saja sejak Mizzy berojol dan sampe sekarang Om masih belum laku juga,” ejeknya sambil tertawa.

“Hah dapat kau sekarang!” Ken berhasil menangkap keponakan itu. Dipeluknya Mizzy dari belakang.

“Ampun Om, ampun, iya-iya deh, maaf ... Pap, Mom, Oma, Opa tolong ... ” teriak Mizzy sambil menahan geli, karena Ken mengeletikinya.

“Gak ada ampun ya, kamu nakal!” Ken terus menggelitik keponakannya itu, sampai napas Mizzy ngos-ngosan.

“Ken, udah kasian Zy,” pinta Opa Smith.

Ken pun melepaskan pelukannya pada Mizzy.

lalu membalikkan badannya gadis itu agar menghadap kearahnya.

Ken sangat menyanyinya keponakannya itu, bahkan sudah menganggap Mizzy seperti anaknya sendiri, selain itu Ken juga ikut serta pernah membantu mengurus keponakan itu dulu, saat Mizzy masih bersekolah di taman kanak-kanak.

Setalah Mizzy masuk ke sekolah dasar, Ken sudah jarang, kerena ia memutuskan untuk pindah keluar negeri mengusir bisnis keluarga Smith di sana.

Satu tahun sekali Ken pulang, mereka hanya berkomunikasi lewat sambungan telepon atau video call saja selama ini.

Dan tak terasa kini keponakan kecilnya itu, sudah besar, sudah menjelma menjadi gadis yang cantik jelita.

Tapi setalah Mizzy masuk sekolah menengah atas, hubungan mereka mulai renggang, tidak sedekat dulu, selain Mizzy yang merasa Ken itu sangat overprotektif padanya sama seperti Papi-nya, mereka juga sibuk dengan urusannya masing-masing. Dan kepulangan Ken kali ini.

Karena kesibukannya pula, Ken baru bisa pulang setalah tiga tahun, tidak seperti biasanya.

Ken tersenyum pada Mizzy, ia mengusap rambut keponakan itu dengan lembut, membenarkan anak rambut Mizzy yang berantakan.

“Ternyata keponakan Om sekarang udah besar ya, cantik lagi,” puji Kendra pada Mizzy.

Gadis itu langsung tersenyum bangga, mendengar pujian dari Om-nya. Pada dasarnya Mizzy juga sangat menyanyinya Ken, akan tetapi kadang ia merasa kesal, merasa kalau Ken sangat menyebalkan.

“Iya dong, Mizzy gituloh,” sahutnya sambil menebas rambutnya itu.

Membuat semua orang yang menyaksikan sikap gadis itu terkekeh. Begitu juga dengan Ken, ia merasa gemas melihat tingkah keponakannya.

Tapi, wajah itu, senyuman itu, sikap sedikit angkuh dan tengil menggemaskan. Membuat Ken teringat pada seseorang, ia merasakan sosok yang sudah lama hilang itu, terasa kembali.

‘Kenapa dia mirip sekali sama kamu, Za,’ ucap Ken dalam hatinya.

Mizzy mengingatkan Ken pada mendiang istrinya, Zalleta. Istrinya yang sudah meninggal belasan tahun yang lalu, namun sampai detik ini tidak ada wanita yang bisa mengantikan posisi wanita itu di hatinya.

Itulah alasan mengapa pria bernama lengkap Kendra Mahesa itu masih sendiri, belum ada niat untuk mencari pengganti mendiang sang istri, jangankan niat, berpikir pun tidak pernah.

Tidak pernah sedikit pun Ken berpikir akan mencari pengganti Zalleta, tidak akan ada wanita yang bisa menggeser posisi wanita itu di hati Kendra.

Bahkan berulang kali kedua mertuanya yaitu Tuan Smith dan Nyonya Henzy meminta Ken untuk menikah lagi, namun Ken tidak pernah menanggapinya. Dengan alasan, dia belum siap untuk menikah lagi dan ingin fokus berbisnis. Alasan yang sangat klasik, tapi sayangnya kedua mertuanya itu tidak bisa memaksa Ken.

Walaupun dalam hati mereka merasa kasihan dengan Ken, selama belasan tahun hidup sendiri dalam kesepian.

Mizzy keheranan saat Om-nya itu terus menatapnya lekat, gadis itu pun meniup kearah wajah Ken, membuat Ken tersentak.

“Jangan lupa berkedip, Om!” celutuknya tanpa rasa bersalah sama sekali.

“Dasar kamu ini ada-ada saja.” Gemas Ken sambil menyebut hidung gadis itu.

“Udah yuk, kita makan dulu, makanannya udah siap tuh, kasian dari tadi nungguin pengen di santap,” ajak Tiara.

Mereka pun langsung mengangguk, dan menuju meja makan. Acara makan malam pun berlangsung dengan penuh canda tawa, suasana terlihat sangat hangat.

Ken juga bercerita, jika ia memang sudah berencana akan pulang dari jauh-jauh hari, ia sangat merindukan mendiang istrinya, berencana ingin berziarah ke tempat peristirahatan Zalleta dan kebetulan kemarin ia mendapatkan kabar dari Teo, jika Mizzy akan ikut dengannya, kuliah di sana.

“Jadi kapan kamu akan kembali, Ken?” tanya Teo.

“Lusa,” jawab Ken.

“Kok cepet banget sih Ken? Seminggulah minimal, kamu udah gak pulang selama 3 tahun loh, masa cuman sebentar di sini?” protes Mamah mertuanya.

“Banyak kerjaan Mah, Ken juga maunya lama, tapi ya gimana lagi, paling besok Ken mau ke makam Zalleta dulu, dan ada beberapa urusan juga di sini. Lusa Ken harus kembali kerana setelahnya ada acara juga di sana. Oh iya, Zy jadi ikut?”

“Jadi dong, Om,” sahut Mizzy dengan cepat, gadis itu terlihat sangat bersemangat.

“Kamu semangat amat Zy, Mommy sedih loh mau kamu tinggalin,” ujar Tiara, wajahnya dibuat sendu.

“Hehe ... ” putrinya itu tersenyum cengengesan. “Gak gitu maksudnya Mommy, Mommy jangan sedih dong, kan Zy di sana mau belajar, biar bisa menggapai cita-citanya Zy, Zy mau jadi Dokter yang hebat,” sambungannya.

“Iya-iya, tapi nanti di sana jangan nakal, nurut sama Om Ken ya, belajar yang bener, awas saja kalau macam-macam, Mommy akan suruh Om Ken buat paketin kamu ke sini pulang,” ancam Tiara sambil tertawa.

“Lah dikira Zy barang COD apa?”

Sontak yang lain tertawa melihatnya obrolan dua wanita beda generasi itu.

Ken kembali menatap Zy, diam-diam. Benar-benar sangat mirip dengan Zalleta.

‘Sayang, lihatlah keponakan kita sangat mirip denganmu, apakah kamu sangat menyayanginya sehingga kamu mewariskan segala yang ada padamu pada Mizzy. Za, aku sangat merindukan kamu, andai saja kamu masih ada, mungkin sekarang kita sangat bahagia, berkumpul di sini, kenapa kamu terlalu cepat pergi, Za? Di tengah-tengah keramaian ini, aku masih terasa sepi, aku masih merasa sendiri. Za, andai saja aku bisa meminta pada Tuhan untuk mengembalikan kamu ke sini, aku rindu kamu Za.’

*Rindu ini masih untukmu ...

Untuk kamu yang di sana, hanya doa yang bisa aku sampaikan dikala rindu ini menyerang.

Untuk kamu yang di sana, kita memang beda alam, tapi kamu masih terbayang-bayang.

Untuk kamu yang di sana, semoga saat waktunya tiba, kita bisa kembali bersama.

Terima kasih sudah pernah mengisi hati yang sampai detik ini masih terisi oleh namamu.

~Kendra Mahesa*.

Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!