Satu minggu setelah pernikahan, Alfin langsung mengajak Sofia untuk pindah ke kota karena Alfin tidak bisa meninggalkan pekerjaanya terlalu lama. Sofia tentu saja sangat senang saat Alfin mengajaknya untuk tinggal bersama dan memulai hidup baru di kota. Alfin adalah laki-laki yang mengisi kekosongan hatinya selama satu tahun belakangan ini, setelah Farel tunangannya meninggalkanya begitu saja tanpa kabar.
Mereka saat ini sedang berada di depan rumah, Sofia dan Alfin sedang berpamitan pada kedua orang tua Sofia karena jadwal pesawat mereka pagi ini.
"Alfin dan Sofia pamit dulu Yah, Bu" ucap Alfin sambil menyalimi kedua tangan mertuanya.
"Tolong jaga Sofia baik-baik ya, doa Ayah dan Ibu selalu menyertai rumah tangga kalian" jawab Ayah Rusdi pada Alfin, sambil mengelus pundak menantunya itu.
"Sofia juga pamit Bu, jaga kesehatan Ibu dan Ayah" sambung Sofia memeluk Ibu dan Ayah nya bergantian.
"Iya hati-hati dijalan, ingat selalu jadi istri yang baik dan menurut pada suami kamu" jawab Bu Darti diselah pelukan mereka dan Ibu juga mengelus kepala Sofia.
"Tentu saja Sofia akan jadi istri yang baik untuk Mas Alfin" ucap Sofia melepaskan pelukanya dan memeluk Ayah.
"Jaga kesehatan Ayah jika Sofia pergi, jangan suka begadang dan banyak minum kopi lagi" Sofia memperingatkan Ayahnya.
"Iya Ayah tau, cepat pergi suami kamu sudah menunggu. Hati-hati dijalan jika sudah sampai kabari kami" ucap Ayah pada Sofia.
"Iya Ayah, Assalamualaikum" jawab Sofia lalu berjalan kearah mobil.
"Waalaikumsalam" jawab mereka berdua.
Sofia pun masuk kedalam mobil dan sopir mobil nya langsung melajukan mobil mereka menuju bandara. Sofia tidak tau jika mobil ini adalah milik suaminya, dia kira suaminya hanya menyewa mobil ini.
Mereka menikmati perjalanan menuju bandara, Sofia memandangi pemandangan dibalik kaca mobil. Tapi tidak ada pembicaraan setelah, sopir ini bertanya pada Alfin.
"Sebentar lagi kita sampai Tuan, pesawatnya sudah siap. Setelah sampai nanti apa kita akan langsung pergi? " Tanya Pak Tio.
Pak Tio adalah Supir pribadi Alfin dan saat mereka berbicara Sofia hanya memperhatikan mereka.
"Iya kita langsung pergi saja, jangan membuang banyak waktu. Pekerjaan saya juga banyak" jawab Alfin tegas dan dengan nada agak tinggi.
"Baik Tuan" ucap Pak Tio sambil menundukan kepalanya tak berani menjawab lagi.
"Bicara lah dengan lembut Mas" sambung Sofia saat mendengar Alfin berbicara seperti itu.
"Hemm" jawabnya santai sambil melihat email yang masuk pada ponselnya.
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di bandara dan langsung menaiki pesawat, mereka membutuhkan 3 jam untuk sampai ke pusat kota. Sofia memang mempunyai sebuah restoran disana, dia juga tinggal disebuah aparteman kecil yang diberikan oleh kakak perempuannya setelah dia menikah dan tinggal di luar negeri.
***
Setelah sampai dikota mereka langsung dijemput oleh beberapa mobil, Sofia cukup terkejut mereka seperti pejabat saja bahkan para pengawal berbaris disana. Sofia pun bertanya pada Alfin karena penasaran tapi dia tidak mendapatkan jawaban yang baik, sepertinya Alfin kesal pada nya.
"Apa mereka benar-benar menjemput kita?" Tanya Sofia penasaran.
"Bisakah kamu berhenti bertanya, jangan membuat ku tambah kesal" jawabnya marah pada Sofia.
"Tapi..." ucap Sofia lagi dan melihat tatapan Alfin yang mengerikan, akhirnya dia diam.
"Ayo jalan, aku mau cepat sampai rumah. Perjalanan ini sangat melelahkan" sambung Alfin bicara pada anak buah nya.
"Baik Tuan" jawab mereka berdua yang ada dikursi depan.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai disebuah rumah mewaha, pagar rumah nya saja sangat tinggi. Rumah ini terlihat seperti istana yang ada di negeri dongeng, Alfin mengajak Sofia turun.
"Ayo turun, jangan bertanya lagi" ucapnya pada Sofia dan Sofia hanya menurut saja.
"Tapi ini rumah siapa?" tanya Sofia bingung, bukanya Alfin bilang dia hanya seorang karyawan biasa. Jika dilihat dari rumah ini, tidak mungkin gaji seorang karyawan bisa membangun rumah bagaikan istana.
Setelah sampai disana para pengawal dan pekerja dirumah itu berbaris menyambut kepulangan Tuan nya, mereka terkejut karena Tuan nya membawa seorang wanita saat pulang kerumah. Padahal selama ini tidak ada yang berani datang kesini kecuali Mama nya dan adik perempuannya, bahkan Papa nya saja jarang berkunjung kesini.
"Perkenalkan perempuan ini adalah Sofia, dia adalah pembantu baru dirumah ini" ucap Alfin memperkenalkan Sofia, Sofia yang awal nya tersenyum langsung terdiam karena kata-kata Alfin tadi.
"Iya Tuan, salamat bergabung dengan pelayan dirumah ini" jawab Bu Sarlita, kepala pelayan dirumah ini.
"Iya perlakukan dia sama seperti yang lainya. Pilihkan satu kamar untuk nya di belakang, saya tidak mau dia bertugas membersihkan kamar saya. Jadi semua nya masih tetap sama, Bu Lita boleh perkerjakan dia di bagian mana saja terserah" tegas Alfin sambil melihat Sofia yang sudah meneteskan air matanya.
"Apa kamu dengar itu? Kamu hanya pembantu dirumah ini. Aku peringatkan jangan pernah kabur, jika ingin orang tua kamu tetap baik-baik saja" Alfin menatap tajam pada Sofia.
"Aku sama sekali tidak mengerti maksud Mas Alfin, bukan kah aku istri kamu. Kenapa Mas tega memperlakukan aku seperti ini?" Tanya Sofia yang masih menangis.
"Kamu tidak perlu tau apa alasanya, kamu memang pantas mendapatkan semua ini" jawabnya sambil mencengkeram dagu Sofia sampai memerah.
"Tapi Mas kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti ini !!" Teriak Sofia saat Alfin sudah bejalan menaiki tangga dan dia sama sekali tidak menghiraukan ucapan Sofia.
"Kenapa Mas Alfin berubah?" Tanya nya sambil berteriak, bahkan dia menangis tersedu-sedu sampai terduduk dilantai.
Semua yang ada disana memperhatikanya dan setelah Bu Lita melihat itu, dia langsung membubarkan mereka semua karena ini bukan bahan tontonan.
"Apa kalian semua sudah bosan bekerja, cepat kembali bekerja !!" Teriaknya dan semua orang pun pergi dari sana.
"Ayo saya antar kekamar kamu, jangan sampai Tuan AL tambah marah" ucap Bu Lita pada Sofia.
"Pernikahan macam apa ini, bahkan dia mengagap aku sebagai pembantunya?" Tanya Sofia pelan tanpa menghiraukan Bu Lita yang sedang berbicara pada nya.
"Apa kamu tidak dengar!! " Bentak Bu Lita lagi pada Sofia.
Dengan terpaksa dia pergi dari sana dan mengikuti Bu Lita kebelakang, disana ada rumah kecil. Banyak kamar dirumah itu dan ternyata itu adalah kamar parah pembantu disana, ada yang menatap sinis pada Sofia.
"Lihat kenapa dengan wanita ini? Tadi dia mengaku jadi istri Tuan AL. Apa menurut kamu dia kena gangguan jiwa?" Bisik dua pelayan yang masih muda, mungkin seumuran dengan Sofia.
"Aku pikir juga begitu" jawab cewek yang satu nya lagi.
"Mutiara dan Riska ini adalah Sofia, dia pembantu baru yang akan membantu pekerjaan kalian mulai besok. Saya harap kalian dapat akur" ucapnya pada kedua gadis itu.
"Iya Bu Lita, kami akan mengajari Sofia tentang pekerjaan nya dan tatap tertib yang harus dia taati dirumah ini. Bu Lita tidak perlu khawatir " jawab Mutiara sambil tersenyum.
"Bagus...sekarang antar Sofia kekamarnya, saya akan kembali kerumah utama" suruh nya lagi pada mereka berdua.
"Kamu boleh istirahat hari ini, besok baru mulai bekerja" sambung Bu Lita lagi pada Sofia.
Bu Lita pun pergi dari sana, setelah itu mereka berdua mengantar Sofia kekamarnya. Kamarnya terlihat sangat kecil, hanya ada kasur kecil dan lemari pakaian yang sudah usang.
"Ini kamar kamu anak baru, jangan pernah halu untuk mendekati Tuan AL. Kami semua disini lebih senior dari pada kamu, cantikan juga Mutiara dari pada kamu" ucap Riska mengancam Sofia dan Sofia hanya terdiam serta pandangan matanya kosong.
"Sudah lah percuma kita bicara pada nya, seperti nya dia memang agak tidak waras" jawab Mutiara sambil mengajak Riska pergi dari sana.
Setelah mereka pergi Sofia hanya bisa menangis meratapi nasipnya, dia pikir Alfin adalah laki-laki yang baik dan bisa membuat dia bahagia. Tapi kenyataan benar-benar membuatnya hancur, suaminya tidak mencintai nya dan bahkan dia jadikan pembantu dirumah suaminya sendiri.
.
.
.
.
Terima kasih sudah mampir teman-teman jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 😊🙏
Pagi-pagi sekali setelah solat subuh, Sofia langsung pergi kerumah utama untuk menyiapkan sarapan pagi dan membersihkan rumah. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti permainan yang Alfin buat, dia akan berusaha mencari tahu kenapa Alfin berbuat seperti ini pada nya.
"Cepatlah ambil piring nya Sofia, jangan lambat sekali. Apa kamu masih menghalu jadi istri Tuan AL?" Tanya Riska sambil mengejek Sofia.
"Dengarkan itu agar kamu sadar diri, mana mau Tuan AL dengan gadis kampung berkerudung seperti kamu" sahut Mutiara yang tidak kalah sinis nya pada Sofia.
Sofia tidak pernah menjawab perkataan mereka, dia tau berbicara pada mereka hanya akan menambah masalahnya saja. Sofia menyiapakan semuanya diatas meja termasuk piring dan peralatan makan lainya, dia juga menyusun berbagai makanan yang sudah disiapkan tadi.
"Apa semua nya sudah siap?" Tanya Bu Lita yang baru datang kepada mereka semua yang ada didapur.
"Sudah Bu, semuanya sudah siap. Apa Tuan akan turun untuk sarapan?" Tanya Mutiara dengan berani.
"Iya sebentar lagi Tuan akan turun, kalian kembali lah ke dapur belakang" jawabnya dan mereka pun menganggukan kepalanya.
"Kamu mau kemana Sofia? Hari ini kamu yang akan melayani Tuan" sambungnya lagi saat melihat Sofia ingin pergi dari sana.
Sofia pun masih berdiri disana, sampai beberapa saat kemudian Alfin turun. Dia berjalan kearah meja makan, dia sangat puas saat melihat Sofia menderita.
"Aku mau sarapan, siapkan semuanya" ucap Alfin lalu duduk dimeja makan.
Sofia mengambilkan makananya dan menungakan kopi dicangkir, lalu diberikan kepada Alfin. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, hanya tatapan kecewa untuk Alfin.
"Kenapa kamu melihat aku seperti itu, apa kamu tidak terima dengan semua ini?" Tanya Alfin sambil melihat Sofia dan tersenyum kecil.
"Kamu laki-laki paling bejat didunia ini, kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini?" Jawab Sofia yang tidak bisa menahan emosinya.
"Kenapa kamu berteriak pada Tuan mu, mana sopan santun kamu" ucap Alfin sambil berdiri didepan Sofia.
"Aku bukan budak kamu!!" Jawabnya dengan emosi menggebu-gebu.
"Kenapa aku harus hormat pada kamu? Bahkan kamu tidak menghormati aku sebagai istri kamu!!" Teriak Sofia sambil menangis.
"Menghormati kamu sebagai istri? Apa kamu tau kenapa aku menikahi kamu?" tanya nya pada Sofia dan Sofia hanya menggelengkan kepalanya.
"Karena aku benci keluarga kamu!!" sambungnya berteriak pada Sofia.
"Kalau kamu membenci aku, pulang kan saja aku pada orang tua ku" sahut Sofia yang masih menangis.
"Apa kata kamu? pulang kerumah orang tua kamu?" Tanya nya sambil mencengkeram dagu Sofia.
"Itu tidak akan pernah terjadi!!" Teriak nya sambil melemparkan semua yang ada dimeja makan.
Para pelayan yang berada dibelakang pun terkejut dan tidak berani mendekat, Sofia yang ada disana hanya bisa menutup telinga nya dengan tangan.
"Ikut kesini, setelah ini apa kamu masih bisa minta pulang" ucap Alfin menarik tangan Sofia.
Alfin menarik Salsa sampai kegudang belakang, semua yang melihat itu tidak berani menghentikan nya. Dia memasukan Sofia kedalam gudang dan menguncinya dari luar, Sofia terus saja menggedor pintu dan berteriak kencang.
"Buka pintu nya !!" teriak Sofia dari dalam dan dia terus menggedor pintu nya.
"Mas Alfin....." sambungnya dengan nada memohon.
"Jangan berteriak jika tidak ingin hukuman kamu aku tambah, kalau berani bilang mau pulang lagi tunggu saja akibatnya" jawab Alfin dari luar yang berteriak tidak kalah kencang dengan Sofia.
"Bu Lita...!!" Teriaknya dan Bu Lita langsung datang dan menghampiri Alfin disana.
"Jangan ada yang memberinya makan sampai besok pagi, biarkan dia tidur didalam gudang. Saya akan pergi kekantor sekarang" ucanya dan Bu Lita hanya bisa menganggukan kepalanya.
Setelah itu Alfin pergi dari sana menuju kantor, dia benar-benar kesal saat Sofia berani membantahnya. Sofia meminta pulang, kata-kata itu membuat dia tambah emosi.
***
Saat sampai dikantor mood nya juga berantakan, sampai sahabatnya Rayen datang kantornya. Rayen memang sahabat yang paling dekat dengan Alfin karena dia tidak pernah akrab dengan Mama dan Papa nya, dia bosan hidup selalu diatur oleh orang tau nya.
Rayen masuk kedalam dengan santai sambil memandang sahabatnya yang sedang uring-uringan begitu, dia memainkan pulpenya sampai tidak sadar Rayen datang.
"Kenapa lagi loh AL? Melamun aja" tanya Rayen saat memasuki ruangan Alfin.
"Bikin orang kaget aja loh, datang tanpa diundang udah kayak setan aja. Aku lagi pusing ni, kepala ku berat banget" jawabnya sambil memijit kepala nya.
"Ada apa sih, apa Om Suryo selingkuh lagi?" Tebanyak karena masalah ini yang paling sering dia pusingkan.
"Ini bukan masalah Papa tapi masalah Sofia, apa menurut kamu aku benar telah menikahinya?" Tanya nya yang tidak yakin dengan diri nya sendiri.
"Iya aku yakin sekali, apa Regina sudah tau kamu menikah dengan adiknya?" Rayen balik bertanya pada Alfin.
"Belum lah, wanita kep*r*t itu bahkan tidak datang saat adiknya menikah" jawab Alfin kesal.
"Wah nggak sesuai rencana dong, terus loh udah bawak Sofia kesini?" Rayen menarik kursi dan duduk didepan Alfin.
"Iya lah... dia udah gue jadiin pembantu, lumayan lah buat nambah tukang bersih-bersih dirumah" jawabnya santai sambil menghidupkan tabletnya.
"Loh gila ya, maksud gue nggak jadi pembantu juga Bro kasihan dia. Sofia juga nggak salah apa-apa kan" ucap Rayen menggelengkan kepalanya.
"Aku terlanjur kesal melihat wajahnya yang mirip Regina, yang berbeda adalah dia perempuan sok suci yang bersembunyi dibalik hijabnya" jawabnya mengomentari penampilan Sofia.
" Sofia berbeda aku yakin dibalik hijabnya, dia pasti cantik sekali. Jadi kamu sebagai suami belum memberikan Sofia nafkah lahir dan batin?" Tanya Rayen lagi, dia merasa bersalah karena ini termasuk ide nya.
"Aku bahkan jijik menatapnya, apa lagi menyentuhnya" jawab Alfin acuh tak acuh.
"Tapi dia sepertinya baik dan berbeda dengan Regina, jangan sampai kamu menyesal nantinya" ucap Rayen lagi menasehati sahabatnya itu.
"Jika kamu ingin membela Sofia terus, pergi lah dari sini karena aku masih banyak pekerjaan" sambung Alfin mengusir Rayen dari ruanganya.
"Siapa juga yang mau berlama-lama dengan bos galak seperti kamu, aku sengaja kesini mau deketin sekretaris kamu sih Adel" jawabnya sambil tersenyum.
"Terserah kamu lah, pergilah dari sini. Ingat jangan mengganggu Adel bekerja, kembali lah keruangan kamu" Alfin memberikan peringatan pada sahabatnya itu.
Rayen memang bekerja di perusahaan Alfin, dia menjadi ketua divisi pemasaran karena perusahan mereka bergerak dibidang properti dan perhotelan. Semenjak Adel bekerja disini, Rayen manaruh hati pada nya. Tapi melihat ekspresi Adel, dia sama sekali tidak tertarik dengan Rayen.
.
.
.
.
Terima kasih sudah mampir teman-teman jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 😊🙏
Malam harinya setelah pulang kerja Alfin langsung menuju gudang, dia melihat Sofia sudah tertidur disana. Tidak ada rasa kasihan sedikit pun dihatinya, dia kembali mengunci pintunya. Lalu pergi dari sana, Bu Lita yang melihat semua nya itu hanya diam saja. Bu Lita sebenarnya juga kasihan dengan Sofia tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, dia yakin jika Sofia bukan hanya pembantu yang di bawah Taun nya.
Saat Alfin menoleh Bu Lita masih berdiri disana, dia langsung bertanya apa Sofia mengamuk lagi saat dia pergi kekantor tadi.
"Bu Lita, apa dia mengamuk lagi tadi?" Tanya Alfin saat melihat Bu Lita yang tidak jauh dari sana.
"Tidak Tuan, Non Sofia tidak berteriak lagi setelah Tuan pergi" jawabnya jujur pada Alfin.
"Bagus lah, kalau begitu saya naik keatas dulu" sambung Alfin lalu pergi dari sana.
Tengah malam Sofia terjaga, dia tidak bisa tidur nyenyak karena banyak laba-laba dan nyamuk disana. Selain itu tidak ada lampu yang menyalah, hanya cahaya remang-remang dari luar. Sofia hanya bisa menangis, kenapa Alfin sangat tega pada nya.
"Kenapa Mas Alfin tega sekali pada ku, apa salah ku padanya?" Tanya Sofia sambil menangis tersedu-sedu.
"Bahkan aku tidak bisa tidur, perut ku sangat lapar" sambungnya.
Tidak lama kemudian ada cahaya yang menembus jendela tinggi, Sofia melihat penjaga rumah memanggil Sofia. Sofia pun merasa senang karena masih ada orang baik yang membantunya, dia benar-benar bersyukur.
"Sofia ini Mang Ujang, penjaga rumah. Ambil kantong makanan ini, saya lempar ya !" ucapnya sambil meleparkan satu kantong keresek berwarna hitam dari cela yang berada diatas jendela.
"Saya tidak bisa lama-lama nanti Tuan tau, saya pergi dulu" sambungnya ingin pergi dari sana.
"Terima kasih banyak Mang" jawab Sofia senang dan setelah itu Mang Ujang pergi dari sana.
Sofia membuka kantong keresek yang dilemparkan Mang Ujang tadi, isinya adalah tiga buah roti dan satu botol air mineral serta senter kecil. Sofia sangat bersyukur masih banyak orang baik disini, Sofia juga tidak menyangka jika Bu Lita yang menyuruh Mang Ujang karena dia kasihan pada Sofia.
"Beginilah derita istri yang tidak di inginkan" ucapnya sambil menghela napas nya.
"Tapi alhamdulilah masih ada orang baik, aku biss makan malam ini" sambungnya dan setelah itu Sofia memakan roti itu karena dia sangat lapar seharian tidak makan.
Besoknya setelah sarapan Alfin membuka pintu gudang, beruntung kantong keresek dan bekas makanan tadi malam sudah dia sembunyikan dibalik barang-barang bekas disana. Sofia terlihat duduk meringkuk disana, dia duduk hanya beralaskan kardus bekas.
"Apa kamu sudah sadar sekarang? Jika kamu membantah aku lagi. Aku pastikan hukumanya lebih berat dari ini" ucapnya berdiri didepan pintu.
"Kenapa kamu tidak menjawab, apa kamu tidak punya mulut !!" Teriak Alfin yang sudah emosi pagi-pagi begini.
"Iya aku mengerti, aku janji tidak akan melakukanya lagi" jawabnya tapi dalam hatinya dia akan minta pertolongan kepada orang, agar mengelurkanya dari tempat ini.
"Bagus sekarang kamu boleh pergi, kembali lah ke kamar kamu" ucapnya dan Sofia pun berdiri lalu pergi kekamarnya.
Setelah itu Alfin pergi bekerja dan Sofia pergi membersihkan dirinya, badan nya sangat lengket karena tidak mandi dari kemarin. Setelah mandi dia kembali bekerja dan membersihkan semua ruangan dirumah utama, kecuali kamar Alfin karena Bu Lita melarangnya.
"Sungguh malang nasip kamu Sofia, kenapa kamu bodoh sekali percaya pada Alfin begitu saja" ucapnya sambil membersihkan debu-debu barang antik yang ada di ruang tamu.
Dia ingat saat pertemuannya dengan Alfin dan kenangan-kenangan yang manis mereka lalui belakangan ini, tidak ada hal mencurigakan sama sekali.
"Tunggu dulu aku belum mengecek ponsel ku" sambungnya baru ingat jika dia belum memegang ponselnya, Sofia buru-buru ingin pergi dari sana.
"Kamu mau kemana?" Tanya Bu Lita yang melihat Sofia ingin pergi dari sana.
"Saya mau mengambil ponsel saya Bu, nanti saya akan kembali kesini lagi" jawab Sofia yang ingin pergi dari sana.
"Ponsel kamu sudah ada pada Tuan AL, dia yang menyuruh saya untuk mengambilnya di kamar kamu kemarin. Kalau kamu perlu menghubungi orang, bilang saya pada saya. Kamu bisa mengunakan ponsel saya" jelas Bu Lita pada Sofia.
"Kenapa harus begitu, itu adalah ponsel saya. Saya juga tidak meminta dengan Mas Alfin?" tanya Sofia yang tidak terima.
"Kerena ini adalah peraturanya, semua orang disini juga tidak bebas menggunakan ponsel mereka" Bu Lita memberikan penjelasan pada Sofia.
"Kenapa banyak sekali peraturan dirumah ini? aku benar-benar kesal" ucapnya pasrah dan masih tetap melanjutkan pekerjaan nya.
Bagaimana dia bisa menghubungi orang jika ponselnya saja tidak ada, bahkan semua ini mebuat dia tambah sedih. Sofia hanya bisa berdoa agar ada orang yang menyelamatkan nya dari Alfin, dia benar-benar iblis yang kejam. Niatnya ingin memulai hidup baru dan melupakan Farel, tapi dia mala terjerumus dalam lubang penderitaan yang lebih menyakitkan.
***
Sedangkan ditempat lain kehebohan sedang terjadi dirumah orang tua Alfin, karena Mama nya masih tidak terima putra mereka menikah dengan wanita desa yang tidak tau asal usulnya. Mama nya ingin Papa membantu untuk memisahkan mereka dan keadaan semakin tidak terkendali karena Mama Mariana mengamuk karena suaminya tidak perduli sama sekali.
"Sudah Mama bilang Papa terlalu memanjakan dia, lihat mau jadi apa dia. Bahkan aku Mama nya saja tidak dia anggap..!!" teriak nya pada suami nya yang masih duduk santai diatas sopa.
"Sudah bairkan saja AL sudah besar, dia bisa mengurus dirinya sendiri. Kamu tidak perlu khawatir " jawabnya santai.
"Kamu bilang tidak usah khawatir? sepertinya otak kamu juga tidak berfungsi dengan baik. Aku mau dia pisah dengan wanita itu" ucapnya kesal dan menatap tajam pada suaminya.
"Terus aku harus bagaimana, bukan kah dia putra kamu? Sudah lah bukan kah bagus AL sudah menikah dan apa lagi yang kamu pusingkan?" sahutnya lagi yang ikut-ikutan kesal.
"Dasar b*jing*n dia juga putra kamu, kenapa semua orang dirumah ini tidak pernah membuat ku hidup tenang?" kesalnya sambil memukul suaminya dengan bantal sopa.
"Sudah Ma, hentikan" sambung Yosi, putri bungsu mereka yang ikut duduk disana.
"Mama tidak bisa tenang melihat kelakuan Papa dan kakak kamu, darah tinggi Mama bisa naik jika terus-terusan begini" jawabnya sambil mengusap kepalanya.
"Papa juga kenapa membiarkan kakak semena-mena begitu? Papa sebagai kapala keluarga harus tegas dong" Yosi pindah duduk disamping Mama sambil mengelus pundak nya.
"Ya karena kakak kamu sudah dewasa, dia bisa mengurus hidupnya sendiri. Jika kalian tidak terima, pergi sana temui dia dirumanya" sahutnya lalu pergi dari sana.
"Mau kemana kamu Suryo? awas saja jika kamu ketahuan bertemu dengan wanita lain. Aku gantung kalian hidup-hidup" teriak Mama mengancam suaminya.
Tapi Papa Suryo tidak menghiraukan nya sama sekali dan terus saja berjalan keluar meninggalkan mereka, permasalah dirumah ini cukup rumit.
Putra pertama dikeluarga ini pergi dari rumah setelah lulus dari kuliah dan mengurus perusahan miliki keluarga mereka, sedangkan suaminya sibuk bersenang-senang dengan banyak wanita diluar sana.
Sedangkan putri bungsunya selalu gagal menikah, entah kutukan apa yang membuat keluarga nya ini jadi berantakan seperti sekarang.
"Lihat kelakuan Papa kamu" ucapnya sambil menunjuk kearah luar.
"Iya Yosi udah tau Ma, apa Mama mau kita kerumah kakak sekarang juga?" tanya Yosi pada Mama nya.
"Aku juga penasaran dengan kakak ipar, aku penasaran kenapa dia menikahi wanita itu. Bukan kah dia bilang sangat menyukai wanita yang bernama Regina itu?" sambung Yosi lagi bertanya pada Mama nya.
"Mana Mama tau, wanita seperti apa yang dia nikahi. Mama pusing, besok saja kita kesana" jawabnya lalu berdiri dan ingin pergi dari sana.
"Mama mau kemana?" Yosi bertanya lagi.
"Mama mau istirahat dulu, bisa-bisa Mama mati mendadak jika bertemu kakak ipar kamu saat ini" jawabnya sambil berjalan kearah kamarnya.
"Ya Tuhan ada apa dengan kelurga ini?" Teriaknya kencang sambil terus berjalan dan Yosi hanya diam mendengar ucapan Mama nya itu.
Kejadian ini memang sangat sering terjadi dirumah mereka, perdebatan selalu lalu saja terjadi. Bukan hanya masalah Alfin saja tapi masih banyak masalah lain juga, termasuk Papa nya yang gila wanita.
.
.
.
.
Terima kasih sudah mampir teman-teman jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 😊🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!