NovelToon NovelToon

Gelora Cinta ABRI (Arumi Dan Brian)

bab 1 di ujung tanduk

"Sebentar lagi aku akan ke kampus, jika ada yang ingin abang katakan, silahkan." Ucap dingin seorang gadis cantik yang pagi ini terlihat sangat cantik, cahaya pagi begitu menyinari wajah mungilnya.

Laki-laki tampan dengan seragam loreng nya pun menatap lekat pada wajah cantik berjilbab itu dengan begitu intens. Ada rasa sedih saat ia melihat pancaran wajah gadis pujaan hatinya yang selalu melengoskan pandangan pada nya, seakan ia malas untuk melihatnya.

"Naik." Titahnya untuk menaiki motor, masih menatap lekat wajah gadis yang sudah memenuhi ruang hati nya.

"Aku tidak mau." Tolak nya cepat.

"Naik!" Titahnya lagi dengan suara terdengar sebuah perintah.

"Aku tidak mau!" Lagi gadis itu menolak dengan nada terdengar kesal.

"Mau saya paksa!" Ancamannya, membuat sang gadis menatap tajam ke arah lelaki tampan yang sedang ia hindari.

Gadis cantik berhijab bernama Harumi Jasmine itu pun dengan terpaksa menaiki motor lelaki berseragam loreng itu dengan wajah kesalnya.

Sang lelaki memakaikan helm pada Arumi ketika tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya dan langsung memakaikan pada Arumi dengan gerakan cepat. Ia pun memakai helm nya kembali yang sempat ia lepas beberapa waktu.

"Peluk." Pinta lelaki tampan itu seraya menolehkan wajahnya ke samping, tepat arah samping kanan dimana Harumi, gadis yang sering di sapa dengan nama Arumi itu berada.

"Gak." Jawab nya cepat dengan melengoskan pandangan ke arah kiri. Wajah sang kekasih begitu dekat sampai membuat hatinya berdebar. Berniat ingin melupakan namun pesona nya masih membuat Arumi ketar ketir.

Lelaki tampan berseragam loreng yang bernama Brian Raja Prayudha itu pun menolehkan wajahnya ke arah kiri. "Peluk!" Lagi ucapan itu pun terlontar sedikit memaksa.

"Nanti kamu jatuh. Saya mau ngebut!" Urainya dengan datar.

"Gak apa-apa, biar sakitnya sekalian, Aku udah biasa jatuh." Jawab Arumi pelan namun menusuk.

"Peluk!" Titah nya tidak mau di bantah.

Arumi mendengus kesal. "Kenapa memaksa sih!" Dumel nya, namun ia melakukan apa yang di perintahkan oleh Brian itu.

Brian tersenyum kecil di sudut bibirnya. Ia merindukan dumelan dari gadis cantik di belakang nya.

Brian menarik tangan Arumi agar gadis itu memeluk perutnya dengan begitu erat. Arumi memberontak, ia menarik tangannya dengan paksa, ia tidak mau malu rasanya. Namun itu percuma tangan Brian yang kuat tidak mau melepaskan tangannya begitu saja.

"Jangan menolak, orang-orang di sini banyak yang memperhatikan kita. Kamu mau kita debat di sini dan menjadi tontonan banyak orang?" Kelakar Brian dan membuat Arumi memperhatikan pada orang sekitar yang benar saja mereka sedang memperhatikan kegaduhan yang ia lakukan saat ini.

Pada akhirnya Arumi pasrah, Brian mengendarai motor ninja nya dengan sangat pelan, membuat Arumi menghela nafasnya kesal berkali-kali. Ia merasa di bohongi.

Namun hatinya kini sedang malas berdebat, mereka sedang memiliki masalah saat ini. Dan masalah ini bukan masalah mereka berdua, tetapi dengan kedua keluarga mereka.

Pelukan mereka erat, namun tak ada satu orang pun di antara mereka yang berbicara ketika laju motor berjalan.

Hening, hanya suara deru motor saja yang terdengar, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Arumi dan Brian sedang meredam rasa campur di antara mereka, antara rindu, kesal, marah dan rasa kecewa. Namun satu hal yang mereka bisa bertahan sampai detik ini, yaitu sebuah cinta yang amat besar.

bab 2 apa yang akan di lakukan nya

Setengah jam kemudian, sampailah mereka di depan sebuah rumah, yang tidak pernah Arumi ketahui itu rumah siapa, dan untuk apa Brian membawanya kesana.

Brian menghentikan laju motor nya tepat di depan rumah tersebut. Gelak tawa para lelaki terdengar di sana dan itu membuat Arumi penuh tanya, namun urung ia katakan, kini hati nya sedang terluka ia sedang mencoba untuk menjaga jarak dengan kekasih ABRI nya.

"Ayok masuk." Ajak Brian melihat gadis pujaannya itu hanya diam mematung, tanpa ada yang ia tanyakan padanya, membuat laki-laki itu kecewa akan sikap kekasihnya itu.

"Gak." Tolak nya masih dengan wajah yang tidak enak di pandang.

Brian mencoba untuk bersabar, ia sedang berhadapan dengan gadis kecil nya. Gadis yang sangat ia cintai. Di sini, di tempat ini ia akan membuat gadis kecil nya mengerti bahwa apapun yang akan terjadi harus mereka hadapi bersama, hasil akhirnya nanti biarlah Tuhan yang akan menilai.

Ia menarik paksa tangan lembut kecil itu dengan pelan dan menggenggam tangan itu dengan tangan besar nya.

"Ayo masuk, kita perlu bicara." Imbuhnya dengan sabar.

"Aku gak mau bang, jangan paksa aku untuk masuk. Jika abang ingin bicara, tinggal katakan saja." Arumi dengan kekehan nya.

Tanpa banyak bicara, Brian menarik kembali tangan Arumi dan sedikit memaksa nya, Arumi tertarik karena tarikan Brian, dan pada akhirnya dia mengikuti Brian masuk ke dalam rumah itu.

Di dalam rumah itu banyak anggota berseragam loreng, terlihat jika mereka adalah rekan sesama TNI. Arumi juga mengenal beberapa orang di sana salah satunya bang Martin, dia adalah sahabat sang kekasih setahu ini. 

"Bisa keluar sebentar, ada yang harus saya bicarakan dengan Arumi." Ucap Brian menatap satu persatu meminta anggota di sana yang sedang bersantai kala tugas sudah selesai.

Tanpa ada yang protes. Siapa yang akan berani protes pada pimpinan dingin itu, mereka keluar tanpa ada yang berani berdumel. 

"Pelan-pelan Dan, dia masih gadis." Canda Martin menepuk pundak komandan sekaligus sahabatnya itu. 

Dia orang yang paling berani memberikan candaan pada lelaki jutek, dingin dan kaku itu. Terdengar menyebalkan dari sifat dan sikap Brian, namun di balik itu dia adalah pimpinan yang paling di hormati karena wibawa dan cara memimpinnya yang baik.

Mendengar candaan yang nyeleneh dari bang Martin seperti itu membuat Arumi menatap tajam pada Brian, meminta penjelasan dalam tiap tatapan tajamnya.

Yang di tatap dan di goda oleh Arumi dan Martin hanya memberikan tatapan datar saja, tak terpengaruh.

Setelah anggota nya keluar dari ruangan itu, Brian langsung mengunci pintu dengan cepat lalu kunci itu ia masukan ke dalam saku loreng yang kini sedang ia kenakan.

"Kenapa mesti di kunci?" Ketar ketir dan protes itu keluar pada akhirnya, Arumi takut jika sang kekasih gelap mata dan berbuat macam-macam padanya, apalagi mengingat ucapan bang Martin tadi, otak Arumi yang masih polos namun ia tahu hal begitu dari apa yang ia pelajari, antara jarak laki-laki dan perempuan yang belum di halalkan. Arumi tahu hal itu. Jika ada sepasang kekasih yang bukan muhrim maka ketiganya adalah syetan. 

"Jika mau bicara tidak perlu abang kunci pintu nya." Tak ingin terjadi sesuatu yang ada dalam pikirannya terjadi, membuat Arumi melontarkan ketidaknyamanan itu. 

"Abang gak akan macam-macam, abang hanya ingin menyelesaikan masalah kita tanpa ada yang mengganggu kita." Jelas Brian yang tahu bagaimana isi pikiran kekasih yang sangat ia cintai itu. Ia tak ada niat untuk melakukan hal seperti itu, dia adalah laki-laki terhormat tak ingin membuat nama baiknya hancur karena melakukan hal yang sangat menjijikkan.

Brian menarik lembut tangan Arumi, ia membawa gadis itu untuk duduk.

"Duduk." Titah nya. Arumi pun duduk dengan resah. Sedangkan Brian, ia mengambil minuman botol di dalam lemari es untuk ia berikan pada Arumi, sebuah minuman air mineral.

"Minum lah." Brian menyodorkan air minum itu pada Arumi yang di terima Arumi dengan begitu ragu.

"Ini hanya air biasa tidak ada racun nya." Lanjut Brian dengan gemas melihat tingkah laku Arumi yang seperti takut ia akan melakukan hal jahat padanya. Sebegitu nya pikiran sang kekasih padanya.

Arumi meraih botol air mineral itu, namun ucapan Brian menghentikan gerakan tangan nya. 

"Sebentar." Ucap Brian membuka tutup botol itu agar memudahkan Arumi saat meminumnya. "Ini minum lah." Serah Brian saat tutup botol itu terbuka.

Arumi mengambil nya, ia minum setengah botol air. Tenggorokan nya terasa sangat kering dan dia ingin menenangkan hatinya yang kini sedang kesal.

Brian tersenyum melihatnya, ia pun duduk di sebelah Arumi dengan nyaman nya, punggung nya bersandar pada sofa dengan mata ia pejamkan, agar lelah jiwa dan hati nya bisa sedikit mengendur.

Arumi melirik ke arah samping dimana sang kekasih tampan itu terlihat lelah. Ia memperhatikan lelaki yang ada di dekatnya itu. Lelaki bertubuh tinggi berseragam TNI itu. Dia tampan, gagah dan berkarisma. Mungkin sekarang dia adalah kekasih hati nya, namun kekasih yang tak bisa ia gapai nantinya.

bab 3 mulai goyah

Kasihan melihatnya Brian begitu lelah sepertinya, namun Arumi tidak mau berlama-lama dengan Brian, ia sudah berniat untuk menjauh dari kehidupan lelaki dengan pesona sejuta umat itu.

"Kalau mau tidur kenapa membawa aku kesini." Ucap Arumi dengan ketus, membuat Brian yang hampir saja terlelap dalam tidurnya kembali menegerjapkan kedua matanya lalu meregangkan otot-otot nya yang terasa pegal.

"Maaf De... Abang lelah. Tadi pagi abang baru pulang bertugas." Urainya menjelaskan.

"Ya sudah lanjut saja tidur nya, aku pulang saja." Arumi beranjak dari duduknya setelah berkata. Sesungguhnya bukan itu yang ia ingin katakan, namun...

"Kita perlu bicara." Cegah Brian seraya menarik tangan Arumi yang akan pergi padahal kunci pintu masih ada di dalam saku nya.

"Aku rasa gak ada yang perlu kita bicarakan lagi." Balas Arumi sedikit ketus.

"Duduk!" Pinta Brian sedikit memaksa.

Arumi duduk, ia menghela nafasnya. 

"Saya kangen sama kamu De..." Ucap Brian menatap lekat wajah cantik Arumi.

Arumi memalingkan wajahnya. 

"Apa kamu tidak merindukan saya?" Tuntut Brian.

"Jangan seperti itu." Desis Arumi melengoskan pandangan nya karena Brian menatap nya begitu lekat.

"Saya hanya memastikan. Dan saya hanya ingin mendengar kata iya dari kamu." Terang Brian penuh harap.

Arumi diam saja, hatinya memang begitu sangat merindukan nya, namun ia harus bisa memulai untuk menjaga jarak dengan nya.

"Kenapa? Kenapa kamu diam saja De..." Tuntut nya lagi, lekat-lekat Brian menatap nya, memang dia sangat merindukan gadis berjilbab di depan nya itu, sudah sepekan mereka tak bertemu, bahkan bertukar pesan pun tidak.

Arum menarik nafas dalam-dalam, ia mencoba untuk tidak menangis, harus bagaimana ia menjelaskan jika mereka tak bisa bersama seperti harapan dan keinginan mereka, mimpi mereka yang pernah di utarakan harus sirna begitu saja. Ntahlah...

"Aku mau hubungan kita... cukup sampai di sini saja." Berat rasanya Arumi mengatakan hal itu. Bibir terasa kering dan tenggorokan merasa tercekat tapi ini jauh lebih baik daripada di undur-undur.

Brian terdiam, menatap wajah Arumi yang sangat serius, Arumi kekasih nya memang jarang sekali bercanda. Wajahnya sekarang begitu serius. Lalu Brian pun menangkup wajahnya mengusapnya nya dengan kasar dengan helaan nafasnya yang panjang.

"Bukan ini yang ingin abang dengar De..." Lirih nya dengan pelan. Kembali menatap wajah kekasih hati nya itu.

"Kita putus." Ucap Arumi dengan cepat. "Itu kan yang mau abang dengar." Lanjut nya memperjelas.

Brian menarik kembali nafasnya dalam-dalam, ia tidak boleh marah, ia harus sabar.

"Abang gak mau. Kamu tetap milik abang. Karena kamu akan jadi istri abang!" Penuh penekanan di setiap kata yang Brian ucapkan.

Arumi tersenyum miring mendengar nya. "Istri?" Sinis nya. "Buang semua jauh-jauh kata itu bang. Karena kita tidak akan sampai ke arah sana." Membuang muka saat bicara, Arumi tak ingin terlihat sedih saat ia mengatakan hal tadi yang ia ucapkan.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu? Itu adalah mimpi abang dan itu doa yang selalu abang panjatkan kepada Tuhan." Urai Brian tak terima dengan ucapan Arumi.

Arumi merasa telak dengan balasan ucapan dari Brian, hati nya mulai panas, air mata yang ia tahan dari tadi harus mati-matian menahannya agar tidak jatuh. Berusaha untuk tetap tegar dan kuat ternyata tidak sanggup lagi untuk ia tahan.

"Aku harus bagaimana lagi agar abang bisa mengerti perasaan aku." Ucap nya tak tahan. "Jika Tuhan tidak mentakdirkan kita untuk bersama, untuk apa kita harus memaksa untuk bersama. Restu orang tua adalah restu Tuhan." Lanjut nya.

"Aku mau pulang, buka pintunya!" Pinta Arumi dengan ketus.

"Pulang?" Tanya Brian tidak puas. "Gak akan abang buka pintunya, sebelum masalah kita selesai." Ancam nya dan itu membuat Arumi kesal.

"Buka! Atau aku akan teriak!" Ancam Arumi dengan wajah marah nya, namun ntah kenapa membuat Arumi terlihat menggemaskan di mata Brian. 

Pipi nya yang merah dengan wajah tertekuk kesal membuat Arumi terlihat lucu, membuat Brian tersenyum miring melihatnya dan ingin menggodanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!