Suasana pondok nampak sangat ramai. Banyak anak baru yang baru saja di antarkan oleh Keluarganya.
Khalifah nampak sedang membawa barang-barangnya masuk ke dalam asrama. Dia hanya di bantu oleh sang mama. Sedangkan ayahnya hanya menunggu di luar.
Setelah selesai beres-beres di kamar yang telah disediakan oleh pihak pondok, Khalifah kembali keluar dari asrama menemui sang ayah dan adik - adiknya.
"Kamu mondok yang rajin, jangan cari masalah dengan orang lain, jika sakit atau ada masalah ngomong sama ustadzahnya ya." ucap mamanya.
"Iya ma."
"Rajin-rajinlah ibadah, rajin ngaji ya nak." ucap ayah memeluknya.
"Iya yah."
"Kami mau pamit dulu, nanti bukan depan kami antar lagi keperluannya, semoga betah di sini nak." ucap mama memeluk anaknya.
Hati ibu mana yang tidak akan sedih berpisah dengan sang anak. Walaupun masih satu kota, akan tetapi mereka belum pernah berpisah selama ini.
Setelah berpamitan, kedua orang tua serta adik - adiknya meninggalkan Khalifah. Khalifah segera masuk kembali ke dalam asrama. Dia berjalan menuju kamarnya tadi.
Khalifah melihat masih ada teman - temannya yang menangis saat kedua orang tuanya pulang. Walaupun sudah SMA, akan tetapi masih ada juga yang belum siap untuk mondok.
"Hey, aku Aulia, kamu siapa?" tanya perempuan yang duduk di sebelah Khalifah.
"Aku Khalifah."
Khalifah nampak sedang berbincang dengan Aulia. Mereka bertukar informasi.
Setelah beberapa jam kemudian, para santri pada masuk ke kamar masing-masing. Mereka masuk karena pengurus pondok sudah mempersilahkan orang tua meninggalkan anak-anaknya.
Mereka berkenalan sesama santri baru yang satu kamar. Khalifah sangat senang karena banyak teman baru. Khalifah berada di kamar dua. Kamar dua terdiri dari tujuh orang santri.
Sore mulai menghampiri. Mereka berkumpul untuk mengenal lebih lanjut lagi dengan pengurus. Melihat banyaknya teman yang baru ia kenal, Khalifah merasa baik-baik saja.
Namun di saat terdengar lantunan suara mengaji, menandakan waktu magrib segera tiba. Di sanalah Khalifah merasa sepi. Dia kangen rumah.
Wajah ayah, mama dan adik - adik ya terbayang. Senyum mereka terbayang menari - nari di benaknya.
"Ayah, mama aku kangen." lirihnya.
Khalifah merasa hatinya terasa sakit saat tau tidak enaknya ketika sore menghampiri. Rasa kangen rumah dan keluarga itu selalu menghampiri.
Air mata Khalifah menetes tiba-tiba. Dia sudah tidak bisa menahan kesedihannya.
Khalifah juga melihat teman - teman yang lain juga melamun sambil meneteskan air mata.
"Ternyata benar kata Dylan, rindu itu berat." ucap Khalifah.
"Sampai kapan akan begini, belum sehari rasanya kangen, semoga aku dan teman-teman bisa melewati semua ini, ini demi masa depan aku, jadi aku harus semangat." ucap Khalifah menyemangati diri sendiri.
Khalifah segera bangkit dari duduknya. Dia bersiap menunaikan sholat magrib bersama santri lainnya.
Malam berlalu begitu saja. Karena lelah menangis membuat Khalifah akhirnya tertidur.
Pagi harinya setelah sholat Dhuha, Khalifah nampak terburu - buru memasukan bukunya kedalam tas.
Khalifah bergegas berangkat kesekolah. Aulia telah menunggu di depan pintu gerbang pondok.
"Yok au." ajak Khalifah.
Mereka berjalan menuju sekolah yang masih berada dalam satu kelurahan. Jarak sekolah dengan pondok adalah 1 km.
Setelah sampai di sekolah, mereka lebih banyak mengenal teman baru. Khalifah dan Aulia senang karena mereka satu kelas di sekolah.
...****************...
Dean Reynol masuk ke kelasnya bersama dengan rombongannya. Dia memilih duduk di barisan paling belakang.
"Di sini aja." ucap Dean kepada temannya.
"Ya, sepertinya menyenangkan." ucap Deni.
Ryan menatap wajah wanita yang sedang duduk di bagian belakang juga. Dean merasa wanita itu sangat cantik dan memiki kepribadian yang baik.
"Naksir dia?" tanya Rido menanyai Dean.
"Manis kan?"
"Iya sih, tapi nggak secantik itu sih." ucap Noval menunjuk seorang wanita berkulit paling putih.
"Ah itu biasa berkulit putih, yang manis itu dia." jawab Dean.
"Gula dong, hati - hati aja nanti di ambil orang."
"Udah, ad guru masuk."
Setelah guru masuk mereka memulai perkenalan diri sesama murid dan dengan guru yang masuk.
Dean tersenyum ketika tau nama wanita itu. Dia lansung tertarik ketika tau bahwa perempuan yang ia suka nampak begitu kalem sesuai karakternya.
Jas istirahat telah tiba. Anak - anak sudah waktunya istirahat. Saat jam istirahat Dean melihat Khalifah duduk bersama dengan teman wanitanya.
Deni yang mengetahui hal itu lansung menghampiri para wanita yang sedang berbincang - bincang.
"Khalifah ada salam dari Dean." ucap Deni kepada Khalifah.
"Dean?" tanya Khalifah bingung karena tidak mengenal siapa Dean.
"Itu lelaki yang berdiri di sana, dia juga teman kita sekelas." ucap Deni dengan antusias memperkenalkan Dean kepada Khalifah.
"Cie cie cie." teman- teman Khalifah menertawakannya lansung.
"Emang anak pondok boleh pacaran ya?" tanya Tasya dengan mulut embernya.
"Kamu mondok fah?" tanya Deni kepada Khalifah.
"Iya." jawab Khalifah.
"Ohw, baik aku ke kantin dulu bareng Dean ya." pamit Deni kepada Khalifah dan yang lainnya.
"Anak pondok bro.." ucap Deni melaporkan kepada Dean.
"Jalani aja dulu, lagian baru Kenal juga." ucap Dean mencoba lebih santai.
Hari demi hari Dean dan Khalifah semakin mengenal. Mereka yang memang satu kelas, dan bertemu setiap hari.
Khalifah anak yang pemalu, tidak pernah mau duduk berduaan dengan Dean. Mereka bertemu selalu ada teman yang lain.
Ketika jam istirahat, Khalifah sedang memindahkan catatan. Dean yang melihat itu mengambil kesempatan.
Dean meminta teman - temannya untuk keluar dari kelas melalui bahasa isyarat. Teman - teman yang paham meninggalkan Khalifah seorang diri.
Khalifah kaget saat menyadari bahwa Dean mendekatinya. Di tambah dengan mereka hanya berdua dalam kelas.
"Kamu sibuk?" tanya Dean berbasa - basi.
"Kemana yang lain yan?" tanya Khalifah kepada Dean.
"ada di pintu jaga pintu, agar pas guru lewat kasih tau kita."
"Ngapain berduaan, nggak enak sama yang lain." ucap Khalifah juga ketakutan.
"Aku mau bicara."
"Bicara apa?"
"Aku suka sama kamu sejak awal melihat kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku?"
"Kita nggak boleh pacaran." ucap Khalifah.
"Kamu suka sama aku kan?"
"Aku nggak tau, cuma aku ini anak santri, rasanya tidak elok berpacaran." jawab Khalifah.
"Baik, bagaimana dengan teman dekat."
"Nanti dulu ya Yan, aku nggak bisa kasih jawaban." ucap Khalifah.
"Kenapa?"
"Aku nggak bisa Yan, maaf."
"Baik, aku tunggu sampai kamu bisa memberikan jawaban." ucap Dean lalu keluar dari kelas dengan hati yang kecewa.
Sedangkan hati Khalifah bergejolak saat ini. Di hatinya ia menyukai Dean. Akan tetapi dia tidak bisa untuk menerima Dean sebagai pacar. Ia begitu takut akan membuat orang tuanya kecewa.
Semenjak kejadian siang itu mereka tetap berkomunikasi melalui teman - teman. Banyak teman mereka yang mendukung keduanya. Apalagi keduanya sama-sama anak yang pintar.
...****************...
Khalifah sudah pulang dari sekolah. Setelah sholat dan makan siang, ini waktu untuk tidur siang.
Wajah Dean saat menyatakan cintanya masih terbayang - bayang oleh Khalifah. Dia hanya berharap Dean mampu menunggunya sampai waktu yang tepat.
Khalifah tidak mau ambil pusing jika Dean tidak bisa menunggu maka ia akan membiarkan mencari wanita yang tepat. Khalifah tetap pada pendiriannya bahwa ia akan fokus di pondok agar bisa mencapai target yang di harapkan.
"Cie yang sedang memikirkan dia." ejek Aulia yang baru masuk ke kamar.
"Ada berita apa au?" tanya temannya Tiara.
"Tadi kamu nggak tau jika Dean menemui Khalifah dalam kelas." ucap Aulia.
"Benaran?" tanya Tiara lansung duduk saat mendengar berita penting yang dia lewati.
"iya, emang tadi ngomong apa fah?" tanya Aulia.
"Nggak ada apa-apa." jawab Khalifah malas membahas masalah tadi.
"Masa iya nggak ada apa-apa, ayo jujur." jawab Tiara.
"Nggak ada, ayo tidur nanti pas Diniyah malah mengantuk." ucap Khalifah berpura-pura memejamkan matanya.
"Jangan pura - pura tidur, kamu tadi ngapain?" tanya Tiara.
Khalifah hanya diam tanpa menyahut ucapannya Tiara. Dia tidak ingin berita membuat heboh sejagat raya.
"Jadi tadi nggak guru yang melihat?" tanya Tiara lagi.
"Nggak, ada yang jaga di pintu."
"Memanglah ya." ucap Tiara.
"Tidur - tidur, jangan berisik." terdengar suara pengurus pondok.
Mereka langsung terdiam saat ada yang menyuruh mereka tidur.
Sedangkan di tempat lain, Dean sedang memainkan ponselnya. Dia bingung mau menghubungi siapa. Sementara dia tau bahwa Khalifah di pondok dan tidak bisa di hubungi.
Karena bosan berada di rumah, akhirnya Dean menghubungi kakak kelasnya Fariz. Dia hanya ingin bercerita dengan abang kelasnya daripada temannya yang kadang ember.
"Halo Dean." terdengar suara di balik suara ponsel.
"Hallo bang, Abang di mana? bisa ketemu sekarang?"
"Bisa, aku kesana aja sekarang."
"Baik bang, aku tunggu."
Dean menunggu kedatangan Fariz di rumahnya. Setelah 30 menit akhirnya sampai juga Fariz di rumahnya.
"Ada apa bro? tumben pakai suruh aku kesini segala." ucap Fariz.
"Kamu kenal Khalifah?"
"Kenal, kamu suka sama dia."
"Iya, gimana menurut Aban"
"Dia baik, abang setuju aja, tapi dia gimana? setau Abang orangnya kurang asik ."
"Nggak apa-apa bang, Aku akan coba mempertahankan dia."
"Bagus, nanti Abang bantu."
"Siipppp." jawab Fariz meyakinkan Dean.
Sedangkan Dean sangat senang saat Faris mendukungnya.
Dean belakangan ini selalu menunjukkan ketertarikannya kepada Khalifah. Entah apa yang membuatnya semangat mendekati wanita itu. Dean sudah menyukai Khalifah setahun lebih.
Berbeda dengan Khalifah yang terkenal alim di pondok, dia tidak begitu suka ketika Dean selalu mendekatinya.
Khalifah tetap saja pada pendiriannya. Ia tidak ingin terlalu menampakkan suka kepada Dean.
"Kamu yakin Suka sama dia yan?"
"Kenapa Abang bayar bicara seperti itu?" tanya Dian kepada Habibie kakak kelasnya.
"Kamu tahu kan kalau khalifah itu orangnya nggak asik, Saran saya cari pacar itu wanita yang asik aja."
"tapi aku suka sama dia."
tapi sampai sekarang dia tidak ada kepastian, jika dia suka kamu dia tidak akan menggantung hubungan kalian."
"Aku akan coba tunggu, jika dalam satu bulan terakhir dia nggak ada respon, maka aku akan cari yang baru bang, " ucap Dean.
"Sebenarnya ada yang nitip salam sama kamu." ucap Habibie sambil tersenyum.
"Siapa bang?"tanya Dean dengan kepo.
"Adek kelas kita, dia orangnya tak kalah cantik."
"Siapa?"
"Wirda."
"Wirda? tanya Dean mencoba mengingat nama wanita yang menjadi adik kelasnya.
"Coba kamu dekatin dia, dan kamu cari tau bagaimana dia, dia anaknya asik, setelah kamu berkomunikasi maka kamu akan saling mengenal."
"Baik bang akan aku coba."
"Nah gitu dong, jangan hanya stagnan di satu wanita, apalagi wanitanya pasif." ujar sang Habibie.
"Terima kasih bang atas sarannya." ucap Dean.
Semenjak tau mengenai berita itu membuat Dean semangkin greget mencari tau wanita iru.
Dean mencoba menghubungi nomor yang diberikan oleh Habibie. Dia sudah dipikirkan dengan omongan yang matang bahwa khalifah memang tidak ada tanda-tanda suka kepada dirinya.
[Hay, kenalin aku Dean, kamu kenal aku??]
Dean menunggu balasan wanita itu dengan tidak sabar.
Ting.
[ Kenal, siapa sih yang tak kenal dengan Abang]
Dean tersenyum ketika wanita yang bernama Wirda membalas pesannya.
[Lagi apa"]
[ Lagi balas pesan Abang aja]
[Ohw, masa nggak ada kegiatan lain gitu?]
[ Nggak ada, lagi main hp soalnya]
Begitulah awal perkenalan singkat mereka berdua. Awalnya biasa menjadi kebiasaan. Dean dan Wirda menjadi nyaman satu sama lain.
Sedangkan khalifah masih tidak memberi kepastian kepada Dean. Dean merasa di abaikan beberapa selama ini.
Habibie yang merupakan sahabat sekaligus Abang kelas bagi Dean selalu memanasi Dean. Habibie selalu ingin Dean jadian dengan Wirdah yang memang selalu ada waktu bersama.
Sebulan ini Dean dan Wirda sudah sering bertemu. Selain itu hampir tiap malam mereka bertukar pesan dan bertanya kabar.
"Ayo Yan, apa kamu sudah menentukan pilihan? nampakkan perbedaan Wirda dengan Khalifa? Khalifah itu memang nggak asik, selain itu dia juga tidak pernah membalas perasaan kamu."
Dean mengiyakan apa yang di ucapkan oleh Habibie.
Hari berganti hari, Dean dan
Wirda Semakin akrab.
Sedangkan bersama Khalifah tidak ada perubahan. Dean akhirnya memutuskan pilihan.
Dean dan Wirda janjian bertemu di sekolah. Mereka nampak sudha berada di sana tanpa ada yang lain.
"Gimana dengan kamu, Abang sepertinya sudah mulai menyukai kamu."
"Wirda juga suka dengan Abang."
"Baik, jika kita berdua saling menyukai maka tidak ada salahnya kita mencoba sebuah hubungan."
"Baik, siapa takut." jawab Wirda.
Dean dan Wirda akhirnya mempunyai sebuah hubungan. Berita terkait dengan ini sampai Ke telinga Khalifah.
Berita itu berhembus begitu cepat di sekolah. Semua siswa kelas 12 membawa berita hot itu kepada Khalifah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!